Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 subtema bencana alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

(1)

Armania, Veronica Oky. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum

SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta:

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: Kurikulum SD 2013 dan Perangakat pembelajaran

Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan perangkat pembelajaran

mengacu Kurikulum SD 2013. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur

pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Benca Alam

untuk siswa kelas I Sekolah Dasar, dan (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk

pengembangan perangkat pembelajaran.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan prosedur

pengembangan hasil modifikasi langkah-langkah Kemp dengan langkah-langkah Borg dan Gall.

Prosedur penelitian ini terdiri dari 5 langkah yaitu, (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan

data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, sehingga, hingga menghasilkan desain

produk final berupa perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana

Alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Wawancara dilaksanakan kepada guru kelas I SD

Muhammadiyah Demangan pada bulan April 2014. Wawancara digunakan untuk mengetahui

kebutuhan awal guru akan perangkat pembelajaran dan kuesioner digunakan untuk validasi

kualitas perangkat pembelajaran oleh pakar kurikulum dan guru kelas I Sekolah Dasar yang telah

melaksanakan Kurikulum SD 2013.

Hasil penelitian ini merupakan hasil validasi dua pakar kurikulum, dua guru kelas I SD dan

dua teman sejawat. Skor yang didapat dari dua pakar kurikulum adalah 4,48 dan 4,44, Guru kelas

I adalah 4,37 dan 4,71, dan dari teman sejawat adalah 4,62 dan 4,62. Berdasarkan skor tersebut

diperoleh skor rata-

rata 4,54 dengan kategori “sangat baik” ditinjau dari

aspek (1) identitas RPP,

(2) perumusan indikator, (3) perumusan tujuan pembelajaran, (4) pemilihan materi ajar, (5)

pemilihan sumber belajar, (6) pemilihan media belajar, (7) metode pembelajaran, (8) scenario

pembelajaran, (9) penilaian, (10) Lembar Kerja Siswa (LKS), dan (11) bahasa. Dengan demikian

perangkat pembelajaran layak digunakan untuk pembelajaran siswa kelas I Sekolah Dasar

mengacu Kurikulum SD 2013.


(2)

Armania, VeronicaOky. (2015). The DevelopmentBasedLearningElementary School 2013

Curriculum

Subtheme

Bencana Alam“

forElementary SchoolStudentsClass I. Thesis.

Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Program.Sanata Dharma University.

Keywords: Elementary School 2013 Curriculum and Learning instruments

This

studyoriginatedfromthe

need

for

teachersto

bethe

availability

ofthe

learningdevicerefersElementary School 2013 Curriculum.This study aimed(1) todescribethe

procedurerefers

tothe

development

oflearningtoolsElementary

School

2013

CurriculumSubtheme

“Bencana Alam”

forthe firstgradeelementary schoolstudents, and(2) to

describethe quality ofthe productdevelopmentof learningtools.

This

type

of

researchis

thedevelopmentof

research.

This

study

used

amodifiedproceduredevelopmentKempstepsby

stepsBorgandGall.

The

procedureof

thisstudyconsistsof5steps, namely, (1) the potentialandproblems, (2) data collection, (3) the

design ofthe product, (4) design validation, (5) revisionof design, to producethe finalproduct

designin the formof learningdevicerefersElementary School 2013 CurriculumSubtheme

“Bencana

Alam”

forthe

firstgradeelementary

schoolstudents.

Interviews

were

conductedto

theclassroomteacherI SDMuhammadiyahDemanganin April2014.Interviewsare usedto determine

theneed forteachersto bethebeginning oflearningandquestionnairesare usedtovalidatethequality

oflearningbycurriculum

specialistsand

teachers

ofelementary

schoolclass

Ihaveto

implementElementary School 2013 Curriculum.

The

results

ofthis

studyis

the

result

oftwoexpertvalidationof

curriculum,

classroomteacherfirsttwoelementaryandtwocolleagues.

Scoreswereobtainedfromtwocurriculum

specialistsare4.48and4.44, firstgrade teacherwas4.37and4.71, andfrompeersis4.62and4.62. Based

onthescoresobtainedan average score of4.54withthe category of"very good" in terms of

aspects(1) identity of the lesson plan, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning

objective, (4) teaching material, (5) selection of learning resources, (6) Selection of Media Study,

(7) Learning Method, (8) Scenario learning, (9) Assesment, (10) Student Work Sheet, (11)

Languages. Thus thelearningdevicesuitable for use inteachingelementary schoolstudents in grade

Irefer toElementary School 2013 Curriculum.


(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM SD 2013

SUBTEMA BENCANA ALAM

UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Veronica Oky Armania 111134277

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

!

"

#

$

$

%

& '(

%

#

%

%

#

%

%

%

() * +

+

#

% %

!

)

&

*

!

+

%

*

%

%

,

*

&

&

+


(5)

!

" #

$

"


(6)

(7)

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Veronica Oky Armania

NIM : 111134277

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 6 Januari 2015 Penulis

Veronica Oky Armania NIM. 111134277


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Veronica Oky Armania

No Mahasiswa : 111134277

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberitahukan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BENCANA ALAM UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

Beserta perngakat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 6 Januari 2015 Yang menyatakan,

Veronica Oky Armania


(10)

ABSTRAK

Armania, Veronica Oky. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: Kurikulum SD 2013 dan Perangakat pembelajaran

Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Benca Alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar, dan (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk pengembangan perangkat pembelajaran.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan hasil modifikasi langkah-langkah Kemp dengan langkah-langkah Borg dan Gall. Prosedur penelitian ini terdiri dari 5 langkah yaitu, (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, sehingga, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Wawancara dilaksanakan kepada guru kelas I SD Muhammadiyah Demangan pada bulan April 2014. Wawancara digunakan untuk mengetahui kebutuhan awal guru akan perangkat pembelajaran dan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh pakar kurikulum dan guru kelas I Sekolah Dasar yang telah melaksanakan Kurikulum SD 2013.

Hasil penelitian ini merupakan hasil validasi dua pakar kurikulum, dua guru kelas I SD dan dua teman sejawat. Skor yang didapat dari dua pakar kurikulum adalah 4,48 dan 4,44, Guru kelas I adalah 4,37 dan 4,71, dan dari teman sejawat adalah 4,62 dan 4,62. Berdasarkan skor tersebut diperoleh skor rata-rata 4,54 dengan kategori “sangat baik” ditinjau dari aspek (1) identitas RPP, (2) perumusan indikator, (3) perumusan tujuan pembelajaran, (4) pemilihan materi ajar, (5) pemilihan sumber belajar, (6) pemilihan media belajar, (7) metode pembelajaran, (8) scenario pembelajaran, (9) penilaian, (10) Lembar Kerja Siswa (LKS), dan (11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran layak digunakan untuk pembelajaran siswa kelas I Sekolah Dasar mengacu Kurikulum SD 2013.


(11)

ABSTRACT

Armania, Veronica Oky. (2015). The Development Based Learning Elementary School 2013 Curriculum “Subtheme Bencana Alam“ for Elementary School Students Class I. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Program. Sanata Dharma University.

Keywords: Elementary School 2013 Curriculum and Learning instruments

This study originated from the need for teachers to be the availability of the learning device refers Elementary School 2013 Curriculum. This study aimed (1) to describe the procedure refers to the development of learning tools Elementary School 2013 Curriculum Subtheme “Bencana Alam” for the first grade elementary school students, and (2) to describe the quality of the product development of learning tools.

This type of research is the development of research. This study used a modified procedure development Kemp steps by steps Borg and Gall. The procedure of this study consists of 5 steps, namely, (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4) design validation, (5) revision of design, to produce the final product design in the form of learning device refers Elementary School 2013 Curriculum Subtheme “Bencana Alam” for the first grade elementary school students. Interviews were conducted to the classroom teacher I SD Muhammadiyah Demangan in April 2014. Interviews are used to determine the need for teachers to be the beginning of learning and questionnaires are used to validate the quality of learning by curriculum specialists and teachers of elementary school class I have to implement Elementary School 2013 Curriculum.

The results of this study is the result of two expert validation of curriculum, classroom teacher first two elementary and two colleagues. Scores were obtained from two curriculum specialists are 4.48 and 4.44, first grade teacher was 4.37 and 4.71, and from peers is 4.62 and 4.62. Based on the scores obtained an average score of 4.54 with the category of "very good" in terms of aspects (1) identity of the lesson plan, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) teaching material, (5) selection of learning resources, (6) Selection of Media Study, (7) Learning Method, (8) Scenario learning, (9) Assesment, (10) Student Work Sheet, (11) Languages. Thus the learning device suitable for use in teaching elementary school students in grade I refer to Elementary School 2013 Curriculum.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pemilik alam semesta. Syukur atas segala nikmat dan karuniaNya, karena dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi engan judul “PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BENCANA ALAM UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya setulus hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat,

1. Bapak Drs. Rohandi., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., MA., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan dorongan, motivasi, dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah dengan sabar meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen dan staff PGSD, terima kasih atas bantuan dan saran yang telah diberikan.;

6. Ibu Desiana Maya, S.Pd., M.Pd dosen Universitas Sanata Dharma dan, Bapak Achmad Nur Triatmo, M.Pd dosen Universitas Negeri Tidar Magelang sebagai validator pakar kurikulum dalam penelitian.


(13)

7. Ibu Itah Sensualita, S.Pd Sd dan Ibu Esti Aprilia Fatma, S.Pd SD sebagai validator dari Sekolah Dasar selaku Guru.

8. Orang tua yang terkasih Bapak Ignasius Sutarman dan Ibu Maria Magdalena Rina Ariyani, adikku Reinardus Devo Arkadia dan Stanislaus Michel Saputra yang telah memberikan dukungan, kepercayaan dan kasih sayang.

9. Mas Rofy Fajar Sanjaya, terima kasih atas sayang, cinta, dukungan, perhatian, dan semangat yang selalu diberikan.

10. Sahabat-sahabatku Rifka, Dian, Anisa Ayu, Anisa, dek Bene, dek Lusy dan Fatimah.

11.Teman-teman seperjuangan Payung dan kelas F Abil, Palupi, Satria, Suster, Sekar, Christin, Fika, Dika, Diana, Aya, Anjar, Liena dan semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

12.Semua pihak yang membantu tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu proses penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini hingga akhir.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Akhir kata, penulis berharap penulisan Tugas Akhir Skripsi ini dapat memberi manfaat.

Yogyakarta, 6 Januari 2015 Penulis

Veronica Oky Armania


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..……….... HALAMAN PERSEMBAHAN………. HALAMAN MOTTO………. LEMBAR PENGESAHAN I……….. LEMBAR PENGESAHAN II………. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….……… LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……… ABSTRAK……….. ABSTRACT ………... KATA PENGANTAR……… DAFTAR ISI………...

BAB I PENDAHULUAN………..

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH………. 1.2. RUMUSAN MASALAH………. 1.3. TUJUAN PENELITIAN……….. 1.4. MANFAAT PENELITIAN……….. 1.5. BATASAN ISTILAH……….. 1.6. SPESIFIKASI PRODUK YANG DIKEMBANGKAN………..

BAB II LANDASAN TEORI………...

2.1. KAJIAN TEORI………... 2.1.1. KURIKULUM SD 2013………... 2.1.1.1. PENGERTIAN KURIKULUM……… 2.1.1.2. FAKTOR-FAKTOR PENGEMBANGAN

KURIKULUM SD 2013……… 2.1.1.3. KARAKTERISTIK KURIKULUM SD 2013………….. 2.1.1.4. TUJUAN KURIKULUM SD 2013………...

i ii iii iv v vi vii viii ix x xii 1 1 6 7 7 8 9 10 10 10 10 11 13 14 xii


(15)

2.1.2. PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF……… 2.1.2.1. KARAKTERISTIK PENDEKATAN TEMATIK

INTEGRATIF………...

2.1.2.2. FUNGSI DAN TUJUAN PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF………... 2.1.2.3. MODEL-MODEL PENDEKATAN INTEGRATIF……. 2.1.2.4. TAHAP PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF….. 2.1.3. PENDEKATAN SAINTIFIK………...

2.1.3.1. KRITERIA PEMBELAJARAN DENGAN

PENDEKATAN SAINTIFIK……… 2.1.3.2. PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM

PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF………… 2.1.4. PENILAIAN OTENTIK………... 2.1.4.1. HAKIKAT PENILAIAN OTENTIK……… 2.1.4.2. KARAKTERISTIK PENILAIAN OTENTIK………….. 2.1.4.3. MACAM-MACAM PENILAIAN OTENTIK………….. 2.1.5 PENDEKATAN KARAKTER……….. 2.1.5.1. HAKIKAT PENDIDIKAN KARAKTER……… 2.1.5.2. PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR… 2.1.6. MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT

PEMBELAJARAN………... 2.2. PENELITIAN YANG RELEVAN……….. 2.3. KERANGKA BERPIKIR……… 2.4. PERTANYAAN PENELITI………

BAB III METODE PENELITIAN……….. 3.1.JENIS PENELITIAN……….

3.2.PROSEDUR PENGEMBANGAN………..

3.2.1. POTENSI DAN MASALAH……….

3.2.2. PENGUMPULAN DATA………..

14 15 17 18 20 21 21 22 25 25 26 27 28 28 30 32 37 40 42 43 43 43 45 46 xiii


(16)

3.2.3. DESAIN PRODUK………

3.2.4. VALIDASI PRODUK………

3.2.5. REVISI DESAIN………

3.2.6. REVISI DESAIN PRODUK………..

3.3. INSTRUMEN PENELITIAN…………...………... 3.3.1 JENIS DATA UJI COBA……….. 3.3.2 INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA…………... 3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA………... 3.5. TEKNIK ANALISIS DATA………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………

4.1. HASIL PENELITIAN……….. 4.1.1. DATA ANALISIS KEBUTUHAN……….. 4.1.2. DESKRIPSI PRODUK AWAL………... 4.1.2.1. SILABUS………..……… 4.1.2.2. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) ………...

4.1.2.3. KERANGKA PERANGKAT PEMBELAJARAN... 4.1.2.4. PERANGKAT PEMBELAJARAN……….. 4.1.3. DATA UJI COBA DAN REVISI PRODUK………...

4.1.3.1. DATA VALIDASI TEMAN SEJAWAT DAN REVISI PRODUK……… 4.1.3.2. DATA VALIDASI PAKAR KURIKULUM DAN REVISI PRODUK………...……….

4.1.3.3. DATA VALIDASI GURU SD KELAS I DAN REVISI PRODUK………...…………. 4.1.4. KAJIAN PRODUK AKHIR……… 4.2. PEMBAHASAN……….. 46 47 47 48 48 48 48 49 50 53 53 53 57 58 58 60 60 63 65 66 68 70 70 77 77 xiv


(17)

BAB V PENUTUP……….

5.1. KESIMPULAN……… 5.2. KETERBATASAN PENELITIAN……….. 5.3. SARAN………

DAFTAR PUSTAKA……… LAMPIRAN………...

78 79

80


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam suatu pendidikan bertujuan membentuk kepribadian peserta didik. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam setiap pendidikan untuk menjadikan peserta didiknya sebagai manusia yang siap menghadapi tantangan dalam perubahan jaman. Pendidikan mampu menjadikan manusia yang berkualitas melalui media pembelajaran, kualitas pengajar, Perangkat pembelajaran, fasilitas belajar yang ada disekolah, serta di lingkungan sekolah. Selain itu peserta didik dapat belajar berbagai macam ilmu pengetahuan dan membentuk sebuah karakter kepribadian. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beriman, berakhlak mulia, berilmu, sehat, cakap, mandiri, kreatif dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003).

Berkaitan kondisi saat ini dengan kualitas pendidikan, jelas terlihat sangat rendahnya sumber daya manusia. Terlihat pada moral manusia dan perilaku memprihatinkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pola pikir yaitu media internet. Contohnya antara lain adalah game online, pornografi yang dapat diakses oleh berbagai kalangan. Kondisi seperti ini hendaknya diperbaiki melalui peningkatan kualitas pendidikan nasional di setiap satuan pendidikan. Supaya pendidikan dapat diselenggarakan sebagai kegiatan pembelajaran dengan baik dan


(19)

sesuai dengan tujuan pendidikan, maka dibutuhkan suatu kurikulum. Pengertian kurikulum dijabarkan dalam UU No.20 Tahun 2003, kurikulum merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan pengertian kurikulum diatas (Sukmadinata, 2011 ; UU No.20 Tahun 2003), maka dengan adanya kurikulum sekolah mampu menjadi sarana belajar bagi peserta didik supaya memiliki kualitas pendidikan yang baik.

Telah beberapa kali dilakukan pergantian kurikulum sejak Indonesia merdeka. Mulai dari kurikulum 1947 sampai dengan 2006. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pendidikan di Indonesia belum mampu mengatasi masalah pendidikan dalam mengikuti kompetensi regional maupun global (Abdullah, 2007). Mulai tahun pelajaran 2013/2014 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan implementasi Kurikulum SD 2013 walaupun banyak pro dan kontra muncul terhadap kurikulum ini, namun Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, Muhammad Nuh menyimpulkan bahwa orang-orang

mempertanyakan Kurikulum SD 2013 karena adanya perbedaan sudut pandang atau mungkin belum memahami konsep dalam kurikulum berbasis kompetensi yang menjadi dasar Kurikulum SD 2013 (Suara Merdeka, 5 Mei 2013). Pengembangan Kurikulum SD 2013 bertujuan agar menghasilkan peserta didik Indonesia yang kreatif, inovatif, produktif dan efektif melalui ketrampilan, sikap dan pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa, 2013 : 65). Perlunya pengembangan Kurikulum SD 2013 disebabkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kompetensi


(20)

Abad 21, dimana sumber daya manusia di Indonesia yang memasuki usia produktif melimpah. Melalui pendidikan, masyarakat dapat mengambil suatu langkah yang rasional dalam bertindak dan mengambil keputusan (Atmananti, 2005).

Peneliti melakukan wawancara kepada salah satu guru kelas I Sekolah Dasar yang telah melaksanakan Kurikulum SD 2013. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai sejauh mana pemahaman guru dan pelaksanaan Kurikulum SD 2013. Hasil wawancara dengan guru kelas I SD Muhammadiyah I Demangan Yogyakarta pada hari Sabtu, diperoleh informasi bahwa Kurikulum SD 2013 adalah kurikulum yang baik. Perangkat pembelajaran yang tersedia masih perlu dikembangkan. Informasi lain yang diperoleh adalah materi yang terdapat pada Perangkat pembelajaran masih perlu pengembangan Perangkat pembelajaran lain seperti media pembelajaran agar lebih mempermudah menyampaikan pembelajaran. Guru kelas I mengatakan bahwa sudah mampu mengembangkan Perangkat pembelajaran secara mandiri namun tetap menggunakan pedoman buku panduan Kurikulum SD 2013. Perangkat pembelajaran yang tersedia sudah cukup baik namun guru sebenarnya masih kesulitan dalam penilaian. Sejauh ini siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik dan semangat namun guru masih kesulitan memberikan penilai yang terperinci untuk siswa. Pemahaman guru terhadap Kurikulum SD 2013 adalah pembelajaran yang tematik, dimana muatan pelajaran tidak terpisah-pisah karena anak-anak belum akan mengkonsep dirinya pada satu muatan pelajaran. Pemahaman guru terhadap Kurikulum SD 2013 adalah kurikulum yang


(21)

menggunakan pendekatan saintifik, pendidikan karakter dan penilaian otentik. Menurut guru kelas I penilaian dalam Kurikulum SD 2013 baik karena mengutamakan proses pembelajaran, namun banyaknya penelitian yang harus dilaksanakan , guru membutuhkan waktu lebih banyak untuk menilai masing-masing siswa. Saran yang disampaikan beliau pada Perangkat pembelajaran yang sudah ada adalah perbaikan pada beberapa pengetikan atau penulisan yang salah pada Perangkat pembelajaran. Guru membutuhkan media pembelajaran untuk mendukung kelengkapan materi disetiap muatan pelajarannya. Guru memanfaatkan media internet untuk melengkapi materi-materi yang ada di dalam Perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran merupakan sebuah media baik informasi, alat, maupun teks yang disusun secara sistematis yang dapat menampilkan kompetensi siswa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2013:298). Pada implementasi Kurikulum SD 2013 guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan buku panduan guru dan buku paduan siswa yang telah disiapkan oleh tim pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2013:80). Buku pedoman siswa yang banyak dikenal sebagai buku siswa atau Perangkat pembelajaran, berisi jabaran usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diarapkan (Kemendikbud, 2013). Buku panduan siswa tersebut masih harus dikembangkan oleh guru sesuai dengan konteks atau lingkungan sekolah. Oleh sebab itu guru harus dapat memperkaya Perangkat pembelajaran dengan kreasi


(22)

dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dengan bersumber pada lingkungan social dan alam (Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan beberapa hal mengenai Perangkat pembelajaran dalam Kurikulum SD 2013 serta hasil wawancara dengan guru kelas I SD pelaksanaan Kurikulum SD 2013, peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran dalam sebuah Perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. Pengembangan Perangkat pembelajaran ini terbatas pada Subtema Bencana Alam untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam satu Subtema terdiri dari 6 pembelajaran selama satu minggu.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi Guru terletak pada pembuatan rubrik penilaian, beliau mengaku kurang paham dalam pembuatan rubrik penilaian karena terlalu rumit, didalam penelitian tersebut tidak menilai permuatan tetapi per KD dalam muatan tersebut sehingga harus membuat rubrik penilaian yang cukup banyak dan memakan waktu yang lama. Selama masa penelitian lebih banyak melakukan analisis buku Guru dan Siswa sehingga Guru mempelajari sendiri cara membuat rubrik penilaian dari buku panduan yang ada.

Guru membutuhkan contoh-contoh perangakat pembelajaran karena perangkat pembelajaran yang ada disekolah masih kurang lengkap, misalnya saja guru belum mengetahui format silabus, prosem, dan prota sama dengan KTSP atau berbeda. Contoh perangkat pembelajaran tersebut sangat penting bagi guru supaya semua guru mempunyai persepsi yang sama jadi dapat berlaku di semua sekolah. Beliau juga meminta supaya diberikan sosialisasi kembali sehingga dapat


(23)

lebih menguasai Kurikulum SD 2013 dan menerapkan kurikulum sesuai dengan prosedurnya.

Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa guru masih membutuhkan contoh perangkat pembelajaran dan peneliti akan membantu memberikan solusi berupa pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 Subtema Bencana Alam untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi RPPTH, materi ajar, instrument, penilaian dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Dengan perangkat pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dalam proses mengajar di kelas.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pengembangan produk yang berupa perangkat pembelajaran Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar ?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk pengembangan perangkat pembelajaran Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.


(24)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk menjabarkan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

1.3.2 Untuk menghasilkan kualitas produk pengembangan perangkat pembelajaran Sekolah Dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa sebagai calon guru dapat semakin terampil dalam mengolah dan mengembangkan perangkat pembelajaran Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

1.4.2 Bagi Guru

Guru sekolah dasar memperoleh dan dapat menggunakan perangkat pembelajaran Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar yang telah dikembangkan oleh mahasiswa.

1.4.3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat memperoleh perangkat pembelajaran Subtema Bencana Alam mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar yang telah dikembangkan oleh mahasiswa.

1.4.4 Bagi Prodi PGSD


(25)

1.5 Batasan Istilah

1.5.1 Perangkat pembelajaran adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap tema dan subtema yang terdiri dari unsur: tema, subtema, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran,uraian materi, kegiatan pembelajaran, refleksi, aksi atau tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian , tindak lanjut, daftar kata penting , serta daftar pustaka.

1.5.2 Pendekatan Tematik Integratif adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum SD 2013, dimana muatan pembelajaran menjadi satu dalam kegiatan aktif dan memberi pengalaman langsung kepada anak yang sudah direncanakan berdasarkan tema/subtema sehingga materi pembelajaran saling terkait.

1.5.3 Pendekatan Saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum SD 2013 yang terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya/menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan/mencoba dan mengkomunikasikan.

1.5.4 Pendidikan Karakter adalah proses pembelajaran nilai-nilai moral kehidupan yang ada dalam diri seseorang.

1.5.5 Penilaian Otentik adalah penilaian terhadap aspek sikap spiritual, sikap social, ketrampilan dan pengetahuan yang digukana dalam Kurikulum SD 2013.


(26)

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut:

1.6.1 Perangkat Pembelajaran disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (karakter, ketrampilan dan intelektual) yang Nampak dalam rumrusan indikator dan tujuan pembelajaran.

1.6.2 Perangkat pembelajaran disusun dengan pendekatan tematik integratif. 1.6.3 Perangkat pembelajaran disusun berbasis aktivitas siswa dengan

menerapkan pendekatan Saintifik.

1.6.4 Perangkat pembelajaran berbasis budaya lokal.

1.6.5 Penilaian dalam perangkat pembelajaran menggunakan penilaian otentik. 1.6.6 Perangkat pembelajaran disusun sesuai dengan ketentuan EYD.


(27)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kurikulum SD 2013 2.1.1.1 Pengertian Kurikulum

Sekolah merupakan sarana bagi peserta didik untuk melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dan demokratis (Mulyasa, 2013: 6). Dalam lingkup sekolah yang tepat dibutuhkan pula sebuah kurikulum yang tepat. Konsep dalam sebuah kurikulum sebagai substansi, kurikulum dipandang sebagai suatu system rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai (Sukmadinata, 2011: 27). Kurikulum adalah perangkat rencana dan konsep mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No.20 Tahun 2003). Berdasarkan pengertian kurikulum (Sukmadinata, 2011; UU No.20 Tahun 2003) yang telah dijabarkan, diharapkan dapat menjadi suatu substansi, system dalam sekolah dan suatu bidang study yang tepat bagi peserta didik.

Mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah diberlakukan Kurikulum SD 2013. Kurikulum ini diberlakukan untuk memenuhi standar mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran (Kemendikbud, 2013). Kesuksesan pelaksanaan Kurikulum SD 2013 ini dibutuhkan koordinasi kerjasama dan komunikasi berbagai pihak. Yang dimaksud adalah pihak sekolah,


(28)

orangtua masyarakat dan pemerintah, baik di dalam merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi serta pengawasan yang diharapkan dapat saling terkait (Mulyasa, 2013: 12).

2.1.1.2 Faktor-Faktor Pengembangan Kurikulum SD 2013

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengembangan Kurikulum SD 2013. Berikut ini faktor-faktor pengembangan Kurikulum SD 2013 seperti yang dijabarkan Kemendikbud (2013: 1-3):

1. Tantangan Internal

Tantangan Internal adalah kondisi pendidikan dan perkembangan penduduk Indonesia. Kondisi pendidikan dikaitkan dengan adanya Standar Nasional Pendidikan yang terdiri dari (1) standar isi (2) standar proses (3) standar kompetensi lulusan (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan (5) standar sarana dan prasarana (6) standar pengelolaan (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Perkembangan penduduk berkaitan dengan melimpahnya Sumber Daya Manusia. Tantangannya adalah bagaimana mengupayakan sumber daya manusia yang produktif menjadi manusia yang memiliki kompetensi dan ketrampilan melalui pendidikan.

2. Tantangan Eksternal

Tantangan Eksternal dapat mempengaruhi perubahan dan pengembangan kurikulum adalah antara lain globalisasi dan berbagai masalah terkait lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, industry dan budaya, serta perkembangan pendidikan di tingkat internasional.


(29)

3. Penyempurnaan Pola Pikir

Ada beberapa pola pikir yang disempurnakan dalam Kurikulum SD 2013 ini yaitu: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru diubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama. (2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam-sumber/media lain). (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran serta jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan darimana saja yang dapat dihubungi dan diperoleh melalui internet). (4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif (pembelajaran siswa aktif semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains. (5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok ( berbasis tim). (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia. (7) pola pembelajaran berbasis masal menjadi kebutuhan pelanggan (user) dengan memperkuat perkembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik. (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (mono discipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak diganti (multi discipline). (9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Kurikulum SD 2013 dilakukan penguatan tata kelola yang sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Penguatan tata kelola yang dilakukan adalah (1) tata kerja guru yang bersifat individual menjadi tata kerja yang kolaboratif. (2)


(30)

penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajeman kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (education leader). (3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

5. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan memperdalam materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Bisa dengan pembelajaran yang menyenangkan menggunakan media pembelajaran dengan menggunakan benda kongkrit atau benda disekitar.

2.1.1.3 Karakteristik Kurikulum SD 2013

Kemendikbud (2013 : 3-4) menerangkan karakteristik Kurikulum SD 2013, berikut diantaranya: (1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreatifitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psiko motor. (2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari disekolah kemasyarakatan dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. (3) mengembangkan sikap, pengetahuan dan ketrampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. (4) memberi waktu yang cukup banyak untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. (5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar muatan pembelajaran. (6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing element) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi


(31)

dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. (7) kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan prinsip akumulatif, saling memperkuat, dan memperkaya antar muatan pembelajaran dan jenjang pendidikan.

2.1.1.4 Tujuan Kurikulum SD 2013

Kurikulum SD 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, reproduktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013 : 4).

2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan, diharap agar peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan peserta didik dimana terdapat dimensi ke-Tuhanan, individual, sosial dan moral. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integrative pemersatunya adalah tema. Kurikulum SD 2013 menggunakan pendekatan Tematik Terpadu, dimana pembelajaran dirangkai dan dipadukan menggunakan tema (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan istilah tematik integratif yang sama artinya dengan Tematik Terpadu.


(32)

2.1.2.1 Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif

Dalam menerapkan pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integratif, guru perlu menampilkan karakteristik tematik integratif untuk membedakan dengan pembelajaran lain. Hajar, (2013 : 43-56), menerangkan bahwa karakteristik pendekatan Tematik Integratif adalah : (1) pembelajaran berpusat pada peserta didik. (2) kegiatan pembelajaran memberikan pengalaman langsung pada peserta didik. (3) guru memisahkan antara muatan pembelajaran secara jelas. (4) menyajikan konsep-konsep dari berbagai materi pelajaran dengan tujuan supaya pemahaman para peserta didik terhadap materi pelajaran tidak sepotong-potong. (5) fleksibel, yang berarti ada keterkaitan antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya. (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, dimana guru harus memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik. (7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. (8) mengembangkan komunikasi peserta didik. (9) mengembangkan kemampuan metakognitif peserta didik. (10) dan lebih menekankan proses daripada hasil.

Trianto, (2007: 13-15) juga menerangkan bahwa dalam pembelajaran tematik integrative sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut yaitu: (1) holistik, yang berarti bahwa pembelajaran terintegrasi memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. (2) bermakna, terbentuknya jalinan antar konsep, yang dapat peserta didik manfaatkan untuk menyelesaikan berbagai masalah. (3) otentik, berarti siswa memahami suatu hal dari kegiatan atau pengalaman yang dialami sendiri.


(33)

(4) dan aktif, pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional supaya pembelajaran optimal. Trianto, (2007: 11) juga menerangkan bahwa tahap perkembangan anak adalah dunia nyata sehingga selalu dimulai dari hal nyata, yang dapat guru kemas dalam sebuah tema pembelajaran.

Selain kedua tokoh diatas (Hajar, 2013 & Trianto, 2007), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) menjelaskan beberapa karakteristik pendekatan Tematik Integratif yang diterapkan dalam Kurikulum SD 2013, yaitu: pembelajaran berpusat pada peserta didik, pemisahan antara muatan pembelajaran tidak begitu jelas atau menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan, menyajikan konsep dari berbagai muatan pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat luwes atau adanya keterpaduan antar muatan pembelajaran, serta hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak melalui penilaian proses dan hasil belajarnya.

Dari ketiga karakteristik yang telah dijelaskan oleh tokoh diatas (Hajar, 2013, Trianto, 2007 & Kemendikbud, 2013) dapat disimpulkan bahwa karakteristik pendekatan tematik integrative antara lain: (1) pelajaran berpusat pada peserta didik. (2) pembelajaran memberikan pengalaman langsung pada peserta didik sehingga materi yang diterima otentik dari lingkungan yang nyata, dan bersifat holistik, karena peserta didik memahami suatu hal secara menyeluruh. (3) pemisahan antar muatan pembelajaran tidak begitu nampak jelas, dimana materi-materi pelajaran menyatu dalam kegiatan yang dirancang oleh guru. (4) pembelajaran yang satu dengan yang lain saling terkait melalui konsep-konsep yang sesuai. (5) bersifat fleksibel, dimana kegiatan pembelajaran yang dirancang


(34)

oleh guru tidak kaku. (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik melalui kegiatan belajar sambil bermain, serta (8) pembelajaran yang dirancang sebaiknya mengembangkan komunikasi dan kemampuan metakognitif peserta didik.

2.1.2.2 Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran tematik integrative dalam Kurikulum SD 2013 berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar peserta didik, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang kontekstual dan bermakna bagi peserta didik (Kemendikbud, 2013). Selain fungsi pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integrative, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 8) menjelaskan tujuan pembelajaran tematik integrative. Tujuan dari pendekatan tematik integrative adalah:

1. Mudah memutuskan perhatian pada satu tema atau topic tertentu.

2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pembelajaran dalam tema yang sama.

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai muatan pembelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.


(35)

5. Lebih bersemangat belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran lain.

6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.

7. Guru dapat menghemat waktu, karena muatan pembelajaran yang disajikan secara terintegrasi dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 sampai 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan menggunakan sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.1.2.3 Model-Model Pendekatan Integratif

Dilihat dari cara memadukan konsep, ketrampilan, topik dan unit tematiknya, menurut Forgarty (1991) dalam Hernawan, Resmini, dan Andayani (2007) dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) terdapat sepuluh model dalam merencanakan pembelajaran. Kesepuluh model tersebut adalah model penggalan, model keterhubungan, model sarang, model urutan, model bagiran, model jaring laba-laba, model galur, model terpadu, model celupan, dan model jaringan. Model yang pertama adalah model penggalan (Fragmented), model ini ditandai oleh ciri pemanduan yang hanya terbatas pada satu muatan pembelajaran saja. Dalam pembelajaran butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada waktu yang berbeda-beda. Kedua, model keterhubungan (connected), model ini dilandasi atas anggapan bahwa butir-butir


(36)

pembelajaran dapat dipayungkan pada induk muatan pembelajaran tertentu. Ketiga, model sarang (nested), ini merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Keempat, model urutan (sequenced), merupakan model pemanduan topik-topik antar muatan pembelajaran yang berbeda secara paralel. Topic-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi waktu yang sama. Kelima, model bagian (shared), merupakan model pemanduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua muatan pembelajaran atau lebih. Keenam, model jarring laba-laba (webbed), model ini paling popular dan paling banyak digunakan. Model ini bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema dapat mengaitkan kegiatan pembelajaran baik dalam muatan pembelajaran maupun lintas muatan pembelajaran. Ketujuh, model galur (threaded) ini merupakan modal pemaduan bentuk ketrampilan. Bentuk ini berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum. Kedelapan, model terpadu (integrated), merupakan pemaduan sejumlah topic dari muatan pembelajaran yang berbeda, tetapi essensinya sama dalam sebuah topic tertentu. Kesembilan, model celupan (immersed), ini dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan situasi pemakaiannya. Kesepuluh, model jaringan (networked), ini merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsep maupun bentuk ketrampilan baru.

Perangkat pembelajaran sebagai produk pengembangan dalam penelitian yang mengacu Kurikulum SD 2013 ini menggunakan model webbed dimana


(37)

muatan pembelajaran disatukan oleh tema yang dibentuk seperti jaring laba-laba. Indikator masing-masing muatan pembelajaran disatukan dalam sebuah tema. Di dalam Kurikulum SD 2013, kelas I dari delapan tema yang terbagi dua semester.

2.1.2.4 Tahap Pendekatan Tematik Integratif

Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan tematik integrative, perlu mengetahui bagaimana tahap-tahap merancang pembelajaran dengan pendekatan tematik integrative. Rencana kegiatan pembelajaran yang akan dibuat harus benar-benar matang karena dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Menurut Hajar (2013: 59-80), ada beberapa tahap yang sebaiknya diperhatikan dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan tematik integrative, diantaranya adalah memilih tema pelajaran, mengorganisasikan tema berdasarkan jarring-jaring tema, mengumpulkan bahan atau sumber belajar, mendesain kegiatan pembelajaran, kemudian implementasi pembelajaran.

Tema sudah ditentukan oleh pembuat kebijakan, guru atau ditetapkan bersama oleh guru dan peserta didik (Kemendikbud, 2013). Memilih tema pelajaran tidak sembarangan sebaiknya memperhatikan tema-tema pembelajaran dalam kurikulum, isu-isu faktual yang menarik bagi peserta didik, berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus yang diadakan di sekolah, serta minat atau kesukaan peserta didik ( Hajar, 2013: 58-60). Dalam Kurikulum SD 2013, tema telah ditentukan oleh Tim Penyusun Kurikulum Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Tema untuk masing-masing kelas berbeda-beda.


(38)

Sumber belajar yang akan digunakan guru dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integrative berbeda dengan pembelajaran lain yang hanya menggunakan buku paket sebagai perangkat pembelajaran. Sumber yang dapat guru pergunakan antara lain media cetak, sumber visual, literature, atau artefak (Hajar, 2013: 74-75). Sumber-sumber tersebut bisa yang sudah dikenal oleh peserta didik maupun yang belum. Dari penggunaan sumber belajar yang beraneka ragam, pengetahuan dan pengalaman peserta didik akan lebih kaya.

2.1.3 Pendekatan Saintifik

Pembelajaran yang terjadi di kelas, menekankan pada perkembangan sikap, ketrampilan dan pengetahuan peserta didik. Para ilmuwan, lebih mengedepankan penalaran induktif daripada penalaran deduktif. Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik kesimpulan secara menyeluruh. Sedangkan penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan memandang fenomena atau situasi yang umum yang kemudian menarik kesimpulan yang lebih spesifik. Proses pembelajaran dalam Kurikulum SD 2013 menitik beratkan pada esensi pendekatan saintifik (Kemendikbud, 2013)

2.1.3.1 Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik, perlu memiliki kriteria yang membedakan dengan pembelajaran lain. Ada beberapa kriteria yang ada pada pendekatan saintifik, antara lain: muatan pembelajaran berbasis pada


(39)

fenomena nyata yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran, penjelasan guru , respon, peserta didik dan interaksi antara guru dan peserta didik terbebas dari pemikiran subjektif, mendorong peserta didik untuk berfikir kritis. Kriteria selanjutnya yakni, mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk berfikir hipoteknik, mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk memahami, menerapkan dan mengembangkan pola pikir rasional serta objektif, pembelajaran berdasarkan pada konsep teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan, dan yang terakhir yakni tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas dan system penyajiannya menarik (Kemendikbud, 2013).

2.1.3.2 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran pendekatan saintifik memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Muatan pembelajaran dalam pembelajaran yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Oleh sebab itu langkah tersebut tidak selalu harus ada pada setiap pembelajaran. Berikut ulasan mengenai kelima langkah pembelajaran tematik integrative dengan pendekatan saintifik (Kemendikbud, 2013).

1. Mengamati

Kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebaiknya memberi makna bagi peserta didik. Metode mengamati memiliki keunggulan tertentu bagi peserta didik, seperti menyajikan media objek secara nyata sehingga peserta didik senang dan tertantang. Oleh karena itu rasa ingin tahu pada masing-masing


(40)

peserta didik dapat terjawab. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dalam beberapa langkah. Langkah tersebut adalah (1) menentukan objek yang akan diamati, (2) membuat pedoman pengamatan sesuai dengan obyek yang akan diamati, (3) menentukan secara jelas data-data yang perlu diamati, (4) menentukan tempat pelaksanaan pengamatan, (5) menentukan cara yang sesuai dalam pengamatan, (6) menentukan cara yang digunakan untuk mencatat data pengamatan.

Kegiatan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran pasti melibatkan siswa. Selain langkah pengamatan, guru perlu menentukan bentuk pengamatan yang akan digunakan dalam pelajaran. Ada tiga bentuk keterlibatan peserta didik dalam melakukan pengamatan. Pertama, pengamatan biasa. Pada umumnya pengamatan ini peserta didik sebagai subjek pengamatan, dimana peserta didik tidak melibatkan diri dengan objek pengamatan. Kedua, pengamatan terkendali. Sama seperti pengamatan biasa namun dalam pengamatan ini objek pengamatan ditempatkan pada ruangan khusus yang telah dikendalikan, sehingga termuat nilai-nilai percobaan. Ketiga, pengamatan partisipatif. Pada pengamatan ini peserta didik terlibat secara langsung dengan objek yang diamati (Kemendikbud, 2013).

2. Menanya atau Bertanya

Pembelajaran di kelas maupun luar kelas tidak lepas dari kegiatan bertanya. Kemendikbud (2013), menerangkan ada beberapa fungsi bertanya. Fungsi bertanya antara lain, membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian peserta didik terhadap suatu pembelajaran, mendorong dan menginspirasi peserta


(41)

didik untuk belajar mengembangkan pertanyaan yang dibuat dari dan untuk dirinya sendiri, mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, membangkitkan ketrampilan peserta didik dalam bidang komunikasi, mendorong partisipasi peserta didik dalam kegiatan kelompok, mendorong sikap keterbukaan serta saling kerjasama untuk menerima dan memberi masukan atau gagasan pada orang lain, dan melatih kesantunan dalam berbicara.

Kegiatan bertanya di dalam pembelajaran, harus memiliki tujuan yang jelas dan tepat untuk suatu pembelajaran yang dilaksanakan. Ada beberapa kriteria pertanyaan yang baik, diantaranya adalah pertanyaan harus singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki focus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, dan merangsang proses interaksi (Kemendikbud, 2013).

3. Mengumpulkan Informasi

Dalam mengumpulkan informasi merupakan salah satu tindak lanjut dari kegiatan bertanya untuk mendapatkan suatu tindak lanjut atau jawaban hasil dari bertanya. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai cara. Melalui kegiatan ini peserta didik dilatih untuk menghubungkan antara informasi yang satu dengan yang lainnya. Setelah peserta didik dapat menghubungkan informasi yang satu dengan yang lainnya diharapkan peserta didik mampu membuat kesimpulan dari hal yang diamati (Kemendikbud, 2013).


(42)

4. Mengkomunikasikan

Banyak hal yang telah peserta didik peroleh dari kegiatan mengamati, bertanya, mencari informasi dan mengolah informasi yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut sebaiknya diceritakan atau ditulis sebagai bentuk komunikasi. Peserta didik dibiasakan mengemukakan pendapat atau mengkomunikasikan hasil belajarnya (Kemendikbud, 2013).

5. Mengasosiasikan / Mencoba

Yang dimaksud dari mengasosiasikan dapat diartikan dengan mengolah informasi. Informasi yang telah peserta didik temukan selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan kesimpulan. Pada pengertian lain, mengasosiasikan adalah menautkan sesuatu pada barang lain atau orang (KBBI, 2008: 94). Pengolahan informasi dapat berupa menambah sampai mengolah informasi yang bersifat pencarian solusi yang berdasarkan sumber-sumber yang ada (Kemendikbud, 2013). Dari pengertian mengasosiasikan tersebut (KBBI, 2008 & Kemendikbud, 2013) dapat disimpulkan bahwa mengasosiasikan merupakan kegiatan mengolah dan mengaplikasikan suatu materi pelajaran terhadap suatu permasalahan.

2.1.4 Penilaian Otentik

2.1.4.1 Hakikat Penilaian Otentik

Di dalam dunia pendidikan, kita sering mendengar istilah penilaian menurut Arikunto (2012: 3), penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Kegiatan


(43)

penilaian dilakukan setelah dilakukan pengukuran. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran (Arikunto, 2012: 3).

Penilaian otentik digunakan untuk mengetahui proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian otentik menitik beratkan pada kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna (Nurgiyantoro, 2011: 23). Penilaian tidak hanya menekankan pada pengetahuan yang dimiliki peserta didik, namun juga untuk mengetahui bagaimana kinerja serta sikap dari masing-masing peserta didik.

2.1.4.2 Karakteristik Penilaian Otentik

Dilaksanakannya implementasi Kurikulum SD 2013, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) menyusun panduan teknis penilaian di sekolah dasar. Penilaian dalam Kurikulum SD 2013 memiliki beberapa karakteristik (Kemendikbud, 2013: 5). Pertama, belajar tuntas atau masi perlu perbaikan. Pandangan yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat mencapai kompetensi yang ditentukan, jika peserta didik mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai kebutuhan.

Kedua, otentik. Penilaian otentik mencerminkan masalah dunia nyata atau kehidupan sehari-hari yang siswa ketahui, bukan dunia sekolah. Penilaian menggunakan berbagai cara dan kriteria yang menyeluruh agar penilaian dapat sesuai dengan hasil dari jawaban yang akan dinilai. Di dalam penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui peserta didik namun lebih mengutamakan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Ketiga,


(44)

berkesinambungan. Yang dimaksud dengan penilaian berkesinambungan adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung.

Keempat, menggunakan teknik penilaian yang bervariasi. Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek, pengamatan, maupun penilaian diri. Kelima, berdasarkan acuan kriteria. Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan kelompoknya atau siswa lain di dalam kelasnya namun dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria tersebut misalnya KKM. Dengan adanya kriteria, guru dapat segera mengetahui peserta didik mana yang belum dapat menguasai materi atau kemampuan tertentu.

2.1.4.3 Macam-Macam Penilaian Otentik

Ada banyak tugas dan kegiatan penilaian yang dapat dikelompokkan ke dalam penilaian otentik. Menurut Nugiyantoro (2011: 34-48) ada enam jenis penilaian otentik. (1) Penilaian Kinerja. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menguji kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan sebagaimana ditemukan dalam situasi nyata dan dalam konteks tertentu. (2) Wawancara Lisan. Dalam penilaian ini terjadi Tanya jawab antara pihak yang diwawancarai yakni peserta didik dengan pewawancara atau guru. Di dalam penilaian ini, ketepatan atau kejelasan informasi yang disampaikan.


(45)

(3) Pertanyaan terbuka. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan atau tugas pada peserta didik. Pertanyaan yang diberikan pada peserta didik harus dibatasi supaya jawaban yang dilontarkan peserta didik sesuai dengan pertanyaan. (4) Menceritakan kembali teks atau cerita. Penilaian ini tidak untuk mengukur pemahaman wacana yang didengar atau dibaca oleh peserta didik. (5) Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan karya peserta didik yang dikumpulkan secara sengaja, terencana, dan sistematik yang kemudian dianalisis secara cermat untuk menunjukkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik setiap waktu. (6) Proyek. Proyek merupakan bentuk penugasan yang menghasilkan karya tertentu yang dilakukan secara berkelompok dalam kaitannya dengan penilaian hasil pembelajaran. Hasil kerja akhir suatu proyek dapat berupa laporan.

2.1.5 Pendidikan Karakter

2.1.5.1 Hakikat Pendidikan Karakter

1. Pendidikan

Sudah banyak persoalan yang ditemui pada dibidang Pendidikan. Dalam bagian ini akan digali mengenai hakikat pendidikan dan tujuan pendidikan, dimana akan menjadi dasar dari pendidikan karakter. Dari asal usul kata pendidikan diartikan sebagai sebuah proses menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan dan menata diri seseorang seperti yang disimpulkan oleh Koesoema (2007: 53). Selain itu dalam pendidikan juga merupakan proses pengembangan potensi dan pengembangan diri seseorang (Koesoema, 2007: 53).


(46)

Sama seperti yang diutarakan Koesoema (2007) pendidikan dalam UU No. 20 tahun 2003 merupakan usaha membimbing diri seseorang supaya tertata dan berkembang menjadi individu yang berkompeten dan berakhlak.

Berbagai usaha telah ditempuh pada setiap satuan pendidikan untuk mencerdaskan siswanya baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Pendidikan agama yang cukup diberikan pada siswa dalam keluarga kini diupayakan pemerintah untuk dapat dipelajari di sekolah supaya tujuan system pendidikan nasional seperti tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 mengenai fungsi pendidikan nasional yang mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional juga bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 2003 pasal 3), jadi tujuan akhir dari pendidikan bukan hanya sekedar gelar pendidikan atau keahlian para peserta didik akan tetapi nilai hati nurani yang ter asah baik.

2. Karakter

Sering kita mendengar kata karakter dalam dunia pendidikan dan kehidupan bermasyarakat. Karakter dipahami sebagai nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan, berdasarkan norma


(47)

agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat (Suryadi, 2012: 81) karakter merupakan nilai dalam tindakan seseorang. Nilai atau tindakan yang ada pada diri seseorang tersebut biasa baik atau buruk.

Baik buruknya tindakan seseorang bisa saja dikatakan sebagai bawaan lahir yang sudah melekat sejak awal. Tindakan baik yang sudah melekat pada diri seseorang memang tidak perlu dipermasalahkan lagi akan tetapi tindakan yang dianggap buruk yang sebaiknya diperbaiki. Usaha-usaha yang ditempuh pemerintah dalam dunia pendidikan banyak, salah satunya memasukkan karakter dalam proses pembelajaran di sekolah sehingga diharapkan siswa memiliki kepribadian yang baik, sesuai dengan ungkapan Koesoema (2007: 80) bahwa karakter erat kaitannya dengan kepribadian seseorang.

2.1.5.2 Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukan dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013:6) Tujuan pendidikan karakter adalah terwujudnya kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap/nilai hidup yang dimilikinya. Jadi pendidikan karakter dapat dilakukan dengan pendidikan nilai (Adi Susilo, 2012:78).

Banyak permasalahan siswa yang terjadi di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sekolah harus pintar membuat suatu perubahan. Lickona (2012:55) sekolah harus bekerja lebih keras dalam menyikapi perubahan yang terjadi di dalam keluarga yang mempengaruhi beban sekolah sebagai media pendidik moral.


(48)

Keluarga dan sekolah harus mau bekerjasama dalam hal ini. Akan lebih baik jika siswa selalu mendapatkan pendidikan karakter di keluarga saat mereka ada di rumah bersama orang tua, dan di sekolah saat mereka ada di sekolah. Ketika di rumah siswa pun harus mendapat teladan dari orang tua bagaimana mereka sebaiknya bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat di sekitar rumah, dengan tetangga dan teman di rumah misalnya. Jika hanya mendapat pendidikan karakter dari sekolah, maka perilaku dan sikap baik yang telah dimiliki akan luntur karena tidak mendapat dukungan dari keluarga yang pada dasarnya sebagai tumpuan siswa berkembang. Pendidikan karakter bisa dikatakan penting. Pendidikan karakter penting, karena memiliki empat alasan (Maksudin, 2013: 52). Pertama karakter adalah bagian esensial manusia, oleh karena itu harus didikan. Kedua saat ini karakter generasi muda bahkan juga orang tua merosot keberadaannya. Ketiga terjadi detailisasi kehidupan yang diukur dengan uang. Keempat, karakter merupakan salah satu bagian manusia yang menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan bangsa.

Lalu bagaimana kaitannya antara pendidikan karakter di sekolah dengan moral, nilai, agama, dan kewarganegaraan yang ada di sekolah? Dalam hal ini Koesoema (2012:205) menyimpulkan bahwa pendidikan karakter yang ada di sekolah mensyaratkan adanya pendidikan moral, pendidikan agama dan kesadaran akan nilai-nilai religius. Nilai-nilai moral yang ada dalam pendidikan agama sebaiknya tumbuh bersamaan dengan nilai-nilai kebangsaan sehingga terjalin kesatuan masyarakat yang dapat mendukung perkembangan individu dalam mengembangkan kehidupan sosial. Upaya pemerintah dalam menerapkan


(49)

pembelajaran pendidikan karakter di sekolah sudah ada, hal tersebut nampak pada UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan "pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,..." Kata watak yang ada dalam undang-undang tersebut didukung dengan adanya komponen pengembangan diri dalam struktur kurikulum yang biasanya terdapat pembiasaan diri siswa di sekolah (Kurikulum, 2006).

2.1.6 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pembuatan perangkat pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, oleh karena itu dalam menyusun suatu perangkat pembelajaran dibutuhkan suatu model pengembangan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan langkah-langkah penyusunannya. Model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Jerrold E. Kemp yang telah direvisi, merupakan pengembangan yang kontinum (Trianto, 2009: 179). Tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi dimana pengembangan perangkat dapat dimulai dan titik manapun dalam siklus. Berikut ini model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini:


(50)

Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Perangkat pembelajaran milik Jerrold E. Kemp

(Trianto, 2009: 179)

1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructoinal Problems)

Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan antara tujuan kurikulum dengan fakta yang berlaku di lapangan saat ini baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan guru untuk mencapai pembelajaran (Trianto, 2009: 180). Indikasi adanya sebuah masalah yakni adanya kesenjangan di lapangan.

2. Analisis Siswa (Learner Characteristic)

Analisis ini diperlukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu


(51)

maupun kelompok. Karakteristik siswa dianalisis dengan melihat kemampuan akademik, usia, dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap muatan pembelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor, kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial, dan sebagainya (Trianto, 2009: 181).

3. Analisis Tugas (Task Analysis)

Kemp menjelaskan analisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk menentukan isi dan suatu pengajaran (Trianto, 2009: 181). Analisis tugas adalah kegiatan untuk mengetahui keterkaitan tugas yang diberikan oleh guru dengan kurikulum, pokok bahasan yang diajarkan dan tujuan dari dilaksanakannya pembelajaran tersebut. Komponen-komponen dalam analisis tugas adalah (1) analisis isi pelajaran, (2) analisis konsep, (3) analisis pemrosesan, dan (4) analisis prosedur.

4. Merumuskan Indikator (Instructional Objectives)

Perumusan indikator bertujuan untuk mengarahkan aktivitas pembelajaran sesuai dengan indikator yang telah disusun. Perumusan indikator berdasarkan hasil analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa. Tujuan dari perumusan indikator ini adalah (1) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, (2) kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi hasil belajar siswa dan (3) panduan siswa dalam belajar (Trianto, 2009: 182).

5. Penyusunan Instrumen Evaluasi (Evaluation Instrument)

Penyusunan instrumen evaluasi merupakan penyusunan suatu alat ukur ketercapaian indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Ketercapaian itu


(52)

dilihat dari hasil belajar atau nilai evaluasi yang diperoleh siswa. Soal evaluasi dengan tujuan pembelajaran harus saling berhubungan.

6. Strategi Pembelajaran (Instructional Starategic)

Strategi pembelajaran ditentukan pada tahap ini. Kegiatan ini terdiri dari pemilihan metode, pendekatan atau model pembelajaran, dan pemilihan format penulisan perangkat pembelajaran. Strategi yang digunakan merupakan strategi yang dipandang baik, dimana dapat memberi pengalaman yang bermakna bagi siswa, serta dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

7. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran (Instructional Resources)

Pemilihan media atau sumber belajar dalam pembelajaran disesuaikan dengan rumusan tujuan pembelajaran. Pemilihan media dan sumber belajar mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran, oleh karena itu media harus disiapkan dengan hati-hati. Media yang tepat dapat memotivasi siswa dengan cara yang menarik dan menstimulasi perhatian pada materi pelajaran, melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan dan menggambarkan isi materi dan keterampilan-keterampilan kinerja, membantu pengembangan rasa menghargai atau apresiasi, serta memberi kesempatan menganalisis sendiri kinerja individual (Trianto, 2009: 185).

8. Pelayanan Pendukung (Support Services)

Layanan pendukung adalah seluruh layanan yang dibutuhkan dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Layanan tersebut adalah kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, dan tenaga-tenaga terkait serta layanan perpustakaan.


(53)

9. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)

Evaluasi formatif merupakan penilaian yang berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengembang seberapa baik program telah berfungsi dalam mencapai tujuan. (Trianto, 2009: 186). Penilaian formatif dilakukan selama proses pengembangan dan uji coba desain produk. Melalui penilaian formatif, peneliti dapat mengetahui kelemahan dari produk yang dikembangkan yang nantinya dapat dilakukan perbaikan.

10.Evaluasi Sumatif (Sumative Evaluation)

Evaluasi sumatif digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan utama pada akhir pembelajaran. Sumber utama penilaian ini adalah hasil post tes dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi hasil ujian akhir unit, atau hasil uji akhir untuk muatan pembelajaran tertentu (Trianto, 2009: 186).

Model pengembangan diatas, semua langkah yang terdapat dalam lingkaran saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan seluruh langkah yang ada, tidak akan terlepas dari kegiatan revisi. Kegiatan revisi dilakukan secara terus menerus pada setiap langkah pengembangan. Setiap langkah rancangan pembelajaran selalu berhubungan dengan kegiatan revisi. Kegiatan revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang telah dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dan penilaian yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sumatif, evaluasi formatif, dan pelayanan pendukung di lingkungan tempat pengembangan. Revisi pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan berdasarkan karakteristik perangkat pembelajaran yang dijelaskan oleh (Cunningswoth (1995:3) yaitu adanya (1) aims and approaches atau tujuan dan


(54)

pendekatan. (2) design and organization atau desain dan pengorganisasian, (3) content atau isi, (4) topic atau topik, dan (5) methodology atau metodologi.

2.2 Penelitian yang Relevan

Sebuah penelitian baik jika didukung oleh penelitian lain yang relevan. Ada lima penelitian, yang peneliti anggap relevan dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar penelitian. Berikut ini penjabaran mengenai penelitian relevan yang dipilih peneliti.

Penelitian Meina Febriani (2012) berjudul "Pengembangan Perangkat pembelajaran Apresiasi Dongeng Banyumas Bagi Siswa SD Kelas Rendah". Penelitian ini menghasilkan produk perangkat pembelajaran apresiasi dongeng Banyumas bagi siswa SD kelas rendah yakni kelas II. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Research and Development (R&D) (Febriani, 2012) Hasil penelitian Febriani (2012) yaitu (1) perangkat pembelajaran "Dongeng Banyumas" yang diinginkan oleh guru dan siswa adalah perangkat pembelajaran dongeng Banyumas yang di desain dengan/tampilan yang menarik, sesuai dengan pemahaman siswa, mengajarkan nilai-nilai positif, dan memberikan pengetahuan budaya Banyumas. (2) penilaian yang diberikan oleh guru dan ahli pada dimensi sampul buku diperoleh nilai rata-rata 83,33 dengan kategori baik, pada dimensi anatomi buku diperoleh nilai rata-rata 82,5 dengan kategori baik, dan pada dimensi isi buku, diperoleh nilai rata-rata 81,25 dengan kategori baik. (3) berdasarkan hasil penelitian, perbaikan yang dilakukan terhadap perangkat pembelajaran adalah perbaikan desain sampul, peniadaan materi mengapresiasi


(55)

dongeng, pembatasan cakupan dongeng, perbaikan gaya bahasa, dan penyesuaian pertanyaan tentang apresiasi dan muatan budaya Banyumas yang dihubungkan dengan nilai yang terkandung dalam dongeng.

“Pengembangan Perangkat pembelajaran Membaca dan Menulis Teks Percakapan untuk Siswa Kelas V SD” adalah judul penelitian Nur hasanah, Dawud, & Nurhadi (2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan isi, penyajian, bahasa dan tampilan perangkat pembelajaran membaca dan menulis teks percakapan untuk kelas lima Sekolah Dasar. Perangkat pembelajaran yang telah dibuat, diuji cobakan kepada ahli, praktisi, dan siswa. Hasil uji coba perangkat pembelajaran membaca dan menulis teks percakapan layak digunakan sebagai penunjang pembelajaran membaca dan menulis teks percakapan.

Judul penelitian Sary (2013) adalah “Pengembangan Perangkat pembelajaran yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Membaca pada Muatan pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas I Semester Gasal”. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Tujuan utama dan penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca muatan pembelajaran Bahasa Indonesia SD kelas Isemester gasal. Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan hasil modifikasi dari model pengembangan perangkat pembelajaran milik Jarrold E. Kemp dan metode penelitian R&D milik Borg and Gall. Hasil penelitian ini merupakan hasil validasi para pakar dan uji coba lapangan di SDN Adisucipto 1 Yogyakarta. Berdasarkan hasil validasi pakar pendidikan karakter, guru Bahasa Indonesia, uji coba kepada


(56)

10 siswa kelas ISD skor rata-rata yang diperoleh adalah 4,24. Hasil penelitian termasuk dalam kategori "sangat baik", dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan membaca kelas Isemester gasal.

Penelitian pengembangan Wijayanti (2013) berjudul “Pengembangan Perangkat pembelajaran yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Menulis pada Muatan pembelajaran Bahasa Indonesia SD kelas ISemester Gasal”. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan perangkat pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada muatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas ISD semester gasal. Berdasarkan hasil validasi oleh pakar pendidikan karakter, pakar bahasa Indonesia, dua orang guru dan siswa kelas ISDN Jolosutro Piyungan, perangkat pembelajaran memperoleh skor rata-rata 4,15 dengan kategori "baik" sehingga perangkat pembelajaran layak digunakan untuk pembelajaran.

Keempat penelitian (Febriani, 2012; Nur hasanah, Dawud & Nurhadi, 2012; Sary, 2013; Wijayanti, 2013) sama-sama mengembangkan perangkat pembelajaran bagi pembelajaran siswa Sekolah Dasar. Metode penelitian yang digunakan merupakan modifikasi dari metode Research and Development (R&D). Pengembangan perangkat pembelajaran berdasarkan kebutuhan yang diperoleh dari hasil survei kebutuhan. Penelitian Sary (2013) dan Wijayanti (2013) sama-sama mengintegrasikan pendidikan karakter dalam perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Implementasi pendidikan karakter pada perangkat pembelajaran belum dikembangkan lagi dengan cara mengkolaborasikan pendekatan


(57)

pembelajaran. Tuntutan kurikulum baru yakni Kurikulum SD 2013 adalah pengintegrasian muatan pembelajaran dalam sebuah tema/subtema dengan pendekatan saintifik, adanya pendidikan karakter serta penilaian otentik yang digunakan. Ketersediaan perangkat pembelajaran Kurikulum SD 2013 perlu dikembangkan lagi. Hasil survei kebutuhan yang dilakukan peneliti melalui wawancara kepada Guru kelas I SD Muhammadiyah Demangan diperoleh informasi bahwa perangkat pembelajaran yang tersedia perlu dikembangkan lagi. Melalui dukungan empat penelitian (Febriani, 2012; Nur hasanah, Dawud & Nurhadi, 2012 ; Sary, 2013; Wijayanti, 2013) relevan, dan tuntutan Kurikulum SD 2013, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 dengan Subtema Pekerjaan Orang Tuaku, dengan mengintegrasikan materi muatan pembelajaran ke dalam subtema, menggunakan pendekatan saintifik, penilaian otentik serta pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan pemaparan diatas maka disusun kerangka berpikir tentang pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa sekolah dasar kelas I. Kurikulum SD 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan di Indonesia, dan kegiatan pembelajaran beserta perangkatnya mempunyai banyak perbedaan dengan kurikulum sebelumnya. Kurikulum SD 2013 dirancang dengan memiliki berbagai karakteristik, seperti menggunakan pendekatan tematik intregratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter, dan penilaian otentik. Rasional dalam Kurikulum SD 2013 dilandasi dari beberapa


(1)

yang digunakan berupa rubrik penilaian. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam lampiran RPPTH pembelajaran 1 halaman 28 - 42.

Keenam, RPPTH disusun sesuai dengan ketentuan EYD, namun dalam beberapa hal terdapat tanda baca yang kurang sesuai sehingga masih butuh perbaikan dalam hal EYD.


(2)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.1.1 Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013 Subtema Bencana Alam berdasarkan analisis kebutuhan di SD Muhammadiyah Demangan Yogyakarta, yang menyatakan perlu adanya pengembangan perangkat pembelajaran baru. Peneliti menggunakan langkah-langkah yang dimodifikasi dengan langkah-langkah R&D milik Borg dan Gall. Prosedur pengembangan dalam penelitian ini melalui tujuh langkah. Langkah-langkah tersebut adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, sampai menghasilkan desain produk final dengan pembelajaran tematik menggunakan pendekatan saintifik, yang diintegrasikan dengan pendidikan karakter dan menggunakan penilaian otentik.

5.1.2 Perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013 Subtema Bencana Alam untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar yang dikembangkan memiliki kualitas sangat baik dan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 berdasarkan hasil validasi pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas I SD dan siswa kelas I SDN Jambusari 02, hal tersebut ditunjukkan dengan skor rata-rata 4,48 dan termasuk kategori "sangat baik" ditinjau dari


(3)

aspek (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Produk yang dikembangkan ini mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain sebagai berikut.

5.2.1 Wawancara untuk survei kebutuhan hanya dilakukan dengan seorang guru kelas I SD, karena adalah sebagai pelaksana kurikulum, maka guru harus mampu membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Namun karena wawancara hanya dilakukan oleh guru kelas I SD, maka data yang diperoleh kurang bervariasi.

5.2.2 Peneliti berhenti pada langkah ke lima dari sepuluh langkah yang berakhir pada revisi design pada langkah pengembangan Borg n Gall. Adapun alasan peneliti hanya sampai langkah ke lima karena perangkat ini dibuat untuk pegangan guru jadi cukup divalidasi oleh dua pakar Kurikulum SD 2013 dan dua guru SD kelas I yang telah melaksanakan kurikulum SD 2013. Selain itu Borg n Gall memperbolehkan untuk membatasi penelitian dan pengembangan.


(4)

5.3 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya yang akan mengembangkan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013, sebagai berikut:

5.3.1 Wawancara sebaiknya dilakukan kepada beberapa guru kelas I SD untuk survei kebutuhan.

5.3.2 Pelaksanaan ujicoba akan lebih baik lagi apabila diteruskan sampai langkah ke sepuluh.

5.3.3 Validasi pakar kurikulum dan guru kelas I SD sebaiknya tidak hanya dilakukan satu kali supaya perangkat pembelajaran yang dibuat memang mempunyai kualitas yang sangat baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2007). Kurikulum Pendidikan di Indonesia Sepanjang Sejarah. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, No.066.

Adisusilo. (2012). Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali Pers. Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi

Aksara.

Cunningsworth, A. (1995). Choosing Your Coursebook Oxford: Macmillan Publishers Limited.

Febriani, M. (2012). Pengembangan Perangkat pembelajaran Apresiasi Dongeng Banyumas bagi Siswa SD Kelas Rendah. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1 (1).

Hajar. (2013). Panduan Lengkap Kurikulum Tematik untuk SD/ MI. Yogyakarta: Diva Press.

Hernawan, N. R. (2007). Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Kebudayaan, K. P. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kebudayaan, K. P. (2013). Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Panduan Teknis Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Koesoema. (2007). Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.

________. (2012). Pendidikan Karakter; edisi revisi. Jakarta: Grasindo.


(6)

Kurikulum. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun 2006; tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar. Jakarta: Catur Tamajaya.

Lickona, T. (2012). Educating for Character: Mendidik untuk membentuk karakter bagian sekolah dapat memberikan pendidikan tentang sikap hormat & tanggungjawab. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro. (2011). Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurhasanah, D. &. (2012). Pengembangan Perangkat pembelajaran Membaca dan Menulis Teks Percakapan untuk Siswa Kelas V SD.

Prastowo. (2013). Pengembangan perangkat pembelajaran tematik panduan lengkap aplikatif. Yogyakarta: Diva Press.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukardjo. (2008). Kumpulan materi evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Prodi Teknologi Pembelajaran, Pps UNY.

Sukmadinata. (2011). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suyadi. (2013). Strategi pembelajaran pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka

___________. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Penada Media Group.

http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/07/20225129/Kurikulum.2013.Hasilkan. Generasi. Kreatif. Diakses pada Minggu, 12 Januari 2014, pukul 15.44 WIB.