Perkembangan Kognitif Remaja Remaja

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja ialah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.

2. Batasan Usia

Menurut Santrock 2003 fase remaja dimulai sekitar usia 10 tahun hingga 13 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Ia juga membagi fase remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal menunjuk kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencangkup kebanyakan perubahan pubertas, dan masa remaja akhir menunjuk kira- kira setelah usia 15 tahun. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa batasan usia remaja ialah mereka yang berusia 10 tahun hingga 13 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil batasan usia remaja dari usia 11 hingga 15 tahun.

3. Perkembangan Kognitif Remaja

Menurut Piaget dalam Berk, 2007 di sekitar usia 11 tahun remaja memasuki tahap operasional formal, sebuah tahap di mana mereka mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, sistematis, dan ilmiah. Papalia 2008 mengatakan bahwa perkembangan ini memberikan cara baru yang lebih fleksibel kepada mereka untuk mengolah informasi. Mereka dapat menggunakan simbol untuk menyimbol, mereka dapat menghargai lebih baik metafora dan alegori sehingga bisa menemukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI makna yang lebih dalam. Mereka dapat berpikir dalam rangka apa yang mungkin akan terjadi, bukan hanya apa yang terjadi. Mereka dapat membayangkan kemungkinan dan dapat meyusun dan menguji hipotesis. Selain itu, mereka juga dapat mengintegerasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan di masa mendatang dan membuat rencana untuk masa datang. Piaget dalam Berk, 2007 percaya bahwa di masa remaja, anak muda pertama-tama mampu melakukan penalaran hipotetis-deduktif. Ketika dihadapkan pada masalah, mereka mulai membuat hipotesis atau prediksi tentang variabel-variabel yang mungkin mempengaruhi sebuah hasil yang kemudian menjadi dasar mereka menarik kesimpulan logis dan teruji. Selanjutnya, mereka secara sistematis akan memisahkan dan menggabungkan variabel-variabel untuk melihat kesimpulan. Perkembangan kognitif remaja ditandai dengan pemikirannya yang lebih abstrak, idealistis, dan logis daripada saat masih anak-anak. Piaget meyakini munculnya suatu bentuk egosentrisme baru di mana remaja sulit membedakan antara perspektif sendiri dan perspektif orang lain. Piaget mengatakan bahwa di sini muncul dua citra keliru tentang hubungan antara diri dan orang lain Berk, 2007. Egosentrisme remaja menggambarkan meningkatnya kesadaran diri remaja yang terwujud pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian amat besar, sebesar perhatian mereka terhadap diri mereka dan terhadap perasaan akan keunikan pribadi mereka Santrock, 2003. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI David Elkind, 1978 dalam Santrock, 2003 yakin bahwa egosentrisme remaja dapat dibagi mejadi atas dua jenis berpikir sosial, yaitu penonton imajiner imaginary audience dan dongeng pribadi personal fable . Penonton imajiner menggambarkan peningkatan kesadaran remaja yang tampil pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian yang amat besar terhadap diri mereka, sebesar perhatian mereka sendiri. Gejala penonton imajiner mencakup berbagai perilaku untuk mendapatkan perhatian, keinginan agar kehadirannya diperhatikan, disadari oleh orang lain, dan menjadi pusat perhatian. Remaja ingin menghindari perilaku yang “salah” di mata orang lain, terutama teman-temannya. Sehingga membuat mereka berperilaku berlebihan agar diterima oleh teman-temannya baik cara berbicara, berpakaian, dan berperilaku. Apabila remaja berada di tempat yang “salah”, memiliki teman kelompok yang “nakal” maka ia cenderung berbuat sesuai dengan ideologi kelompoknya tersebut tanpa merasa bahwa ia akan mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya sendiri. Dongeng pribadi memunculkan adanya anggapan kalau dirinya mempunyai kebebalan terhadap hal-hal yang bersifat negatif dan cenderung merugikan. Sedangkan dongeng pribadi adalah bagian egosentrisme remaja berkenaan dengan perasaan keunikan pribadi yang dimilikinya. Bahwa segala peristiwa, kejadian atau pengalaman buruk mungkin terjadi pada orang lain, tetapi hal itu tidak mungkin terjadi pada dirinya. Remaja menjalankan tugas-tugas kognitif secara lebih efektif daripada sebelumnya. Akan tetapi dalam pengambilan keputusan sehari- hari, mereka kerap kali berpikir tidak rasional. Remaja tidak mengidentifikasi pro dan kontra mengenai setiap alternatif, menilai kemungkinan berbagi hasil, mengevalusai pilihan mereka berdasarkan pertimbangan apakah tujuan mereka terpenuhi dan jika tidak, belajar dari kesalahan dan mengambil keputusan yang lebih baik di masa depan Berk, 2007. Selain itu, Jacobs Klaczynski 2002, dalam Berk, 2007 mengemukakan bahwa dalam mengambil keputusan, remaja lebih sering daripada orang dewasa yang juga mengalami kesulitan beralih pada putusan intuitif. Hal itu dikarenakan dalam banyak jenis pengalaman, mereka belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk memprediksi hasil-hasil yang mungkin muncul. Mereka juga menghadapi banyak situasi kompleks yang melibatkan tujuan-tujuan yang saling bersaing. Di samping itu, remaja jugaa sering merasa kewalahan ketika dihadapkan dengan banyak sekali pilihan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja akan mengalami perkembangan kognitif, yaitu muncul suatu bentuk egosentrisme baru di mana remaja sulit membedakan antara perspektif sendiri dan perspektif orang lain. Elkind membagi menjadi dua jenis berpikir sosial, yaitu penonton imajiner imaginary audience dan dongeng pribadi personal fable . Dalam hal ini remaja memiliki kencederungan untuk ingin diperhatikan oleh orang lain dan menjadi pusat perhatian. Selain itu, remaja juga memiliki anggapan kalau dirinya mempunyai kekebalan terhadap hal-hal yang bersifat negatif. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teori Elkind.

4. Perkembangan Sosial dan Emosional Remaja