Yeni Mardhia : Pengaruh Jumlah Penambahan Air Imbibisi Pada Stasiun Gilingan Terhadap Kehilangan Gula Dalam
Ampas Di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II, 2008. USU Repository © 2009
2. Terjadi penguapan sehingga mempersulit pengawasan 3. Dalam jumlah besar akan mempersulit penguapan pada evaporator.
2.6 Pengeluaran Nira
Tidak ada artinya menekan dengan derajat kompresi yang tinggi bila niranya sukar keluar. Kemudahan terhadap keluarnya nira dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kecepatan Rol
Keluarnya nira dengan arah berlawanan dengan gerakan rol berarti semakin cepat gerakan rol akan semakin sukar niranya akan keluar. Kecepatan rol yang
maksimal yaitu sekitar 5 – 6 rpm berkaitan dengan efisiensi keluarnya nira. 2.
Ketebalan Lapisan Ampas .
Menjaga kelancaran giling pada kapasitas yang optimal merupakan keharusan dalam menjaga agar kehilangan gula di pabrik tidak besar
.
Semakin tebal lapisan ampas yang masuk dalam jepitan rol akan semakin sukar keluarnya
nira. Ketebalan lapisan ampas sendiri dipengaruhi oleh kapasitas penggilingan. Jika ketebalan lapisan ampas ditingkatkan maka kapasitas juga akan
meningkat. 3.
Alur Pengaliran Nira Alur pengaliran nira mempermudah pengaliran nira dari daerah tekanan tinggi
diantara rol gilingan. 4.
Stelan plat ampas Stelan Plat ampas berpengaruh pada pengaliran nira pada rol belakang.
Penyetelan jarak plat ampas denga rol belakang yang terlalu kecil dapat menaikkan tekanannya.
Yeni Mardhia : Pengaruh Jumlah Penambahan Air Imbibisi Pada Stasiun Gilingan Terhadap Kehilangan Gula Dalam
Ampas Di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II, 2008. USU Repository © 2009
Nira dari gilingan 1 dan 2 ditampung pada bak penampung I untuk kemudian disaring dan ditampung dalam satu tangki tempat nira mentah. Sementara itu nira dari
gilingan 3, 4 dan 5 bersama air imbibisi disirkulasian kembali dalam unit operasi perahan atau gilingan. Nira mentah mengandung gula dan zat bukan gula. Adapun
susunan kandungan rata-rata nira mentah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Komponen nira mentah
No Komponen nira mentah
Konsentrasi 1
2 3
4 5
6 7
Gula –sukrosa Gula mereduksi
Zat anorganik Zat organik
Sabut Zat warna, lilin, gom
Air 11 - 14 tebu
0,5 – 2,0 0,5 – 2,5
0,15 – 0,20 10,0 – 15,0
7,5 – 15,0 60,0 – 80,0
Sumber: Moerdokusumo 1993
2.7 Angka dalam Pengawasan Gilingan
Untuk mengetahui prestasi unit gilingan, diperlukan analisa dan contoh, terutama pol dan briks dari nira dan ampas pada unit gilingan. Sistem pengawasan ini dikenal
dengan istilah sistem pengawasan gilingan. Angka prestasi baterai gilingan dipengaruhi kandungan sabut tebu, yang berpengaruh pada bukaan-gilingan belakang,
yang diikuti proses penyayatan sabut, yang dapat meningkatkan efek imbibisi. Dengan berubahnya kondisi teknis baterai gilingan akan berubah pula prestasi baterai gilingan.
Yeni Mardhia : Pengaruh Jumlah Penambahan Air Imbibisi Pada Stasiun Gilingan Terhadap Kehilangan Gula Dalam
Ampas Di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II, 2008. USU Repository © 2009
Maka sangatlah penting mempertahankan kondisi teknis baterai gilingan yang optimum lewat pengawasan gilingan yang terpadu.
Untuk meningkatkan efek imbibisi yang maksimal, sebelum pemberian imbibisi diupayakan sebanyak mungkin sel – sel batang tebu sudah terbuka agar gula
yang masih menempel pada sabut lebih mudah terekstraksi. Jumlah sel – sel batang tebu yang terbuka dipengaruhi hasil kerja stasiun gilingan yaitu proses pencacahan
dan pemerahan tebu. Dengan memperhitungkan kehilangan pol dalam ampas, neraca polarisasi
dapat disusun berdasarkan pol dalam tebu. Hasil analisa pol ampas akan berubah dengan berubahnya jumlah air imbibisi yang digunakan. Kesulitan timbul pada
penyusunan neraca polarisasi berdasarkan pol dalam tebu, karena tidak dapat
diketahui langsung , tapi harus melalui terobosan perhitungan berikut :
Pol dalam tebu = Pol dalam nm + Pol dalam ampas
Perbandingan pol dalam nira mentah dan pol dalam tebu dinamakan kuosien ekstraksi gula atau hasil bagi perahan gula, disingkat HPG.
Di pabrik gula angka pengawasan gilingan untuk menyatakan hasil ekstraksi di stasiun gilingan adalah
angka HPG Hasil Pemerahan Gula. HPG merupakan angka yang menunjukkan
efisiensi stasiun gilingan ditinjau dari segi finansial. Ekstraksi atau HPG dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain jenis tebu, kadar sabut, umur tebu, kandungan kotoran tebu, tipe atau jenis pencacahan awal, susunan gilingan, putaran rol, bentuk alur rol,
setelan gilingan, stabilitas kapasitas giling, tekanan, sanitasi gilingan, kadar gula atau pol tebu dan imbibisi.
Kandungan sukrosa gula dalam nira tebu diukur dalam satuan pol yang nilainya ditentukan lewat pengukuran polarisasi tunggal larutan nira tebu.
Yeni Mardhia : Pengaruh Jumlah Penambahan Air Imbibisi Pada Stasiun Gilingan Terhadap Kehilangan Gula Dalam
Ampas Di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II, 2008. USU Repository © 2009
Nilai pol ampas gilingan akhir dapat diketahui langsung dari analisa yang cermat dengan pengambilan contoh yang representatif. Sebagai kontrol atas kebenaran
analisa, nilai ini dikaitkan dengan angka kriteria lain, yaitu faktor campurvf = fermengings factor
. Nilai faktor campur menjadi kecil bila imbibisi tebu meningkat. Dalam pabrik gula di Indonesia, nilai vf rata-rata mencapai 50.
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Metodologi