Yeni Mardhia : Pengaruh Jumlah Penambahan Air Imbibisi Pada Stasiun Gilingan Terhadap Kehilangan Gula Dalam
Ampas Di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II, 2008. USU Repository © 2009
Stasiun Gilingan terhadap Kehilangan Gula dalam Ampas dipabrik gula kwala madu PTPN II”.
1.2 Permasalahan
Dalam proses pengambilan nira gula dalam batang tebu, sabut yang diperas untuk diambil niranya ternyata pada kadar cairan antara 45 – 50 sudah sukar dikeluarkan
sehingga bila batang tebu terus diperas tanpa penambahan air imbibisi pada ampasnya, maka nira yang tertinggal dalam ampas gilingan pertama sekitar 60 dan samapai
gilingan akhir gilingan ke lima mungkin tidak ada nira yang dapat dikeluarkan lagi sehingga masih banyak nira gula yang tertinggal pada ampasnya.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui besarnya kehilangan gula dalam ampas dan hasil ekstraksi dapat diketahui dengan menentukan kadar pol ampas gilingan akhir dan HPG Hasil
Perahan Gula.
1.4 Manfaat
Dengan mengurangi kehilangan gula dalam ampas sebanyak–banyaknya berarti semakin banyak jumlah nira yang dihasilkan untuk selanjutnya dibuat menjadi kristal
gula.
Yeni Mardhia : Pengaruh Jumlah Penambahan Air Imbibisi Pada Stasiun Gilingan Terhadap Kehilangan Gula Dalam
Ampas Di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II, 2008. USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kimia Gula
Komposisi kimia dari gula adalah satu satuan fruktosa yang digabung dengan satu satuan glukosa. Di dalam sukrosa baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus
hemiasetal. Oleh karena itu sukrosa di dalam air tidak berada dalam kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehid atau keton. Sukrosa tidak menunjukkan mutarotasi dan
bukanlah gula pereduksi. Gula inversi adalah campuran D-glukosa dan D-fruktosa yang diperoleh dengan hidrolisis asam atau enzimatik dari sukrosa. Enzim yang
mengkatalisis hidrolisis sukrosa disebut invertase. Karena adanya fruktosa bebas gula termanis, gula inversi lebih manis dari pada sukrosa. Nama gula inversi diturunkan
dari inversi pembalikan tanda rotasi jenis bila sukrosa dihidrolisis. Sukrosa mempunyai rotasi jenis ± 66,5
o
, suatu rotasi positif.
Sukrosa atau gula secara kimia termasuk dalam golongan karbohidrat, dengan rumus C
12
H
22
O
11
. Rumus bangun dari sukrosa terdiri atas satu molekul glukosa C
6
H
12
Yeni Mardhia : Pengaruh Jumlah Penambahan Air Imbibisi Pada Stasiun Gilingan Terhadap Kehilangan Gula Dalam
Ampas Di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II, 2008. USU Repository © 2009
O
6
yang berikatan dengan satu molekul fruktosa C
6
H
12
O
6
. Kedua jenis gula sederhana ini juga terdapat dalam bentuk molekul bebas di dalam batang tanaman
tebu, tetapi tidak di dalam umbi bit gula. Rumus sukrosa tidak memperlihatkan adanya gugus formil atau karbonil bebas. Karena itu sukrosa tidak memperlihatkan sifat
mereduksi, misalnya dengan larutan Fehling. Campuran glukosa dan fruktosa disebut gula invert.
Gambar 2.1: Struktur Sukrosa
Tebu selain mengandung sukrosa dan berbagai zat gula yang mereduksi, juga mengandung serat sabut, zat bukan gula, dan air. Dalam proses pembuatan gula
putih dari tebu, sukrosa harus dipisahkan dari zat dan ikatan bukan gula. Berikut skema persentase kandungan tebu, ampas dan nira mentah
Terdiri dari : sabut : 13,7
gula : 14,6 non-gula : 2,39
air : 69,4 Terdiri dari :
100,0 sabut : 13,7
gula : 0,7
Ampas non-gula : 0,2
air : 12,0 Terdiri dari :
26,6 gula : 13,9
Nira mentah non-gula : 2,1
air : 76,6 92,6
Bahan ba
k
u tebu 100
Baterai gi
l
ingan unit operasi
Yeni Mardhia : Pengaruh Jumlah Penambahan Air Imbibisi Pada Stasiun Gilingan Terhadap Kehilangan Gula Dalam
Ampas Di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II, 2008. USU Repository © 2009
Gambar 2.2: Skema persentasi kandungan tebu, ampas dan nira mentah
Sukrosa sebagai komponen batang tebu merupakan suatu bahan yang hanya dapat dibuat secara mudah oleh proses sintesis yang dilakukan oleh hijau daun.
Sukrosa yang sudah tersimpan dalam batang tebu harus diusahakan agar tidak mengalami perusakan baik selama dikebun maupun selama proses dipabrik. Setelah
ditebang, fungsi kehidupan batang tebu secara menyeluruh terhenti, tetapi masing- masing bagian dari batang seperti sel-sel tebu masih tetap hidup. Akibat gangguan
fisis dari luar, seperti terkena sinar matahari langsung, maka sel-sel tersebut dapat mati dan sel itu akan bersifat asam. Cairan dalam sel tebu tidak stabil dalam suasana
asam karena akan terjadi hidrolisa, hal ini dapat dapat digambarkan dengan rekasi berikut:
C
12
H
22
O
11
+ H
2
O
asam
C
6
H
12
O
6
+ C
6
H
12
O
6 glukosa
fruktosa
Jumlah sukrosa yang terpecahkan karena proses hidrolisa diatas tergantung dari keasaman dan lamanya gangguan fisis.
2.2 Penggilingan Tebu