2. Keterasingan loneliness, merasa tersisih dari masyarakat.
3. Masalah penyakit, misalnya diabetes melitus, hipertensi, penyakit infeksi,
bronkopneumonia, penyakit paru obstruksi menahun, fraktur, dan lain-lain. 4.
Post power syndrome. 5.
Masalah ekonomi Makara,2006.
2.2. Puskesmas
Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan terdepan yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan di wilayah kerjanya agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi- tingginya Depkes RI, 2004.
Upaya kesehatan untuk tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dikelompokkan menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya
perbaikan gizi masyarakat dan upaya pengobatan Dinkes Provinsi Sumut,2004. Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat dan disesuaikan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok yang telah ada yakni : upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olahraga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi
dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan upaya pembinaan pengobatan tradisional. Dinkes Provinsi Sumut,2004.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Posyandu Usila 2.3.1. Pengertian Posyandu Usila
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya masyarakat UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dengan menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif. Pemberdayaan masyarakat dalam
menumbuhkembangkan posyandu usila merupakan upaya fasilitas agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi kebutuhan setempat Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2007
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembentukan posyandu usila, misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang telah ada seperti
kelompok arisan usila, kelompok pengajian, kelompok jemat gereja, kelompok senam usila dan lain-lain Depkes RI,2004.
2.3.2 Tujuan dan Sasaran Posyandu Usila 2.3.2.1. Tujuan Umum Posyandu Usila
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usila untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
2.3.2.3. Sasaran Pembinaan Posyandu Usila
Pembinaan kesehatan usila meliputi beberapa kelompok sasaran yaitu: 1. Sasaran langsung
a. Kelompok pra usila 45-59 tahun.
Universitas Sumatera Utara
b. Kelompok usila 60-69 tahun.
c. Kelompok usila risiko tinggi yaitu usila lebih dari 70 tahun atau usila
berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. 2. Sasaran tidak langsung
a. Keluarga di mana usila berada.
b. Masyarakat di lingkungan usila berada.
c. Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan usila.
d. Petugas kesehatan yang melayani kesehatan.
e. Masyarakat luas Depkes RI, 2005.
2.3.4. Pengorganisasian Posyandu Usila 2.3.4.1. Struktur organisasi
Direkomendasikan struktur organisasi posyandu usila sedikitnya terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, dan beberapa seksi dan kader. Struktur organisasi di
setiap posyandu usila sepenuhnya ditentukan oleh posyandu usila itu sendiri, sesuai dengan aspirasi yang berkembang di posyandu usila Depkes RI, 2005.
2.3.4.2. Kader Posyandu Usila
Kader posyandu dipilih oleh pengurus posyandu usila dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan
kegiatan posyandu usila atau bilamana sulit mencari kader dari anggota posyandu usila dapat diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader.
Persyaratan untuk menjadi kader antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi
setempat. 2.
Mau dan mampu bekerja secara sukarela. 3.
Bisa membaca dan menulis huruf latin. 4.
Sabar dan memahami usila. Peran kader usila antara lain :
Pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat. 1.
Melakukan Survey Mawas Diri SMD bersama petugas untuk menelaah pendataan sasaran, pemetaan, mengenal masalah dan potensi.
2. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat untuk membahas hasil SMD,
menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas dan jadwal kegiatan. 3.
Menggerakkan masyarakat yaitu dengan cara mengajak usila untuk hadir dan berpartisipasi di posyandu usila, memberikan penyebarluasanpenyuluhan
informasi kesehatan, menggali dan menggalang sumber daya termasuk pendanan yang bersumber dari masyarakat.
4. Melaksanakan kegiatan di posyandu usila yaitu menyiapkan tempat, alat-alat
dan bahan serta memberikan pelayanan usila. 5.
Melakukan pencatatan Depkes RI,2005.
2.3.4.3. Anggota Posyandu Usila Berdasarkan pengalaman posyandu usila di berbagai daerah, jumlah anggota
posyandu usila berkisar antara 50-100 orang. Perlu dipertimbangkan jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam penentuan jumlah anggota, sehingga apabila
Universitas Sumatera Utara
terpaksa tidak tertutup kemungkinan anggota suatu posyandu usila kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang Depkes Provinsi Sumatera Utara,2007.
2.3.4.4. Pembentukan posyandu usila
Pembentukan posyandu usila di tiap daerah bervariasi, namun pada prinsipnya didasarkan atas kebutuhan masyarakat khususnya usila, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan Depkes RI, 2003
2.3.5. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Posyandu Usila
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan usila secara umum mencakup kegiatan pelayanan yang berbentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
termasuk rujukannya.
2.3.5.1. Kegiatan Promotif
Dalam kegiatan ini berperan upaya penyuluhan mengenai perilaku hidup sehat, pengetahuan tentang proses degeneratif yang akan terjadi pada usila, upaya
meningkatkan kesegaran jasmani serta upaya lain serta produktivitas usila.
2.3.5.2. Kegiatan Preventif
Kegiatan yang dilakukan berupa deteksi dini kesehatan usila yang bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya komplikasi yang diakibatkan oleh proses
degeneratif.
2.3.5.3. Kegiatan Kuratif
Universitas Sumatera Utara
Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan bagi usila yang sakit dan dapat dilakukan melalui fasilitas pelayanan seperti puskesmas pembantu,
puskesmas dan dokter praktek swasta.
2.3.5.4. Kegiatan Rehabilitatif
Upaya yang dilakukan bersifat medik, psikososial, edukatif dan pengembangan keterampilan atau hobi untuk mengembalikan semaksimal mungkin
kemampuan fungsional dan kepercayaan diri pada usila.
2.3.5.5. Kegiatan Rujukan
Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Upaya dapat dilakukan secara
vertikal dari tingkat pelayanan dasar ke tingkat pelayanan spesialistik di rumah sakit secara horizontal ke sesama tingkat pelayanan yang mempunyai sarana yang lebih
lengkap Depkes RI, 2003.
2.3.5.6. Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan dan Kegiatan Lainnya yang Dapat
Dilaksanakan dalam Posyandu Usila :
1. Pemeriksaan kesehatan menggunakan KMS kartu menuju sehat usila yaitu :
a. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari yang meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan makan, minum, berjalan, mandi, berpakaian, naikturun, tempat tidur, buang air besarkecil dan lain-lain.
b. Pemeriksaan status mental, yang berhubungan dengan mental
emosional, dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu kader.
Universitas Sumatera Utara
c. Pemeriksaan status gizi, melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan, yang dicatat dicocokan pada grafik IMT Indeks Massa Tubuh pada KMS usila untuk dapat mengetahui berat
badan usila lebih atau kurang atau normal. d.
Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stestokop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit yang
dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu kader. e.
Pemeriksaan darah butir darah merah = hb = haemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat yang dilakukan oleh
petugas kesehatan dibantu oleh kader. f.
Pemeriksaan adanya zat putih telur protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal yang dilakukan oleh petugas
kesehatan dan dibantu oleh kader. 2.
Penyuluhan kesehatan, disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan serta kondisi masing-masing.
3. Konseling, apabila diperlukan dilakukan petugas kesehatan.
4. Rujukan, dilakukan oleh kader kepada petugas kesehatan di puskesmas atau
ke rumah sakit setempat. 5.
Kunjungan rumah, dilakukan oleh kader atau disertai petugas kesehatan, kepada usila yang tidak hadir dalam kegiatan posyandu usila untuk memantau
keadaan kesehatannya.
Universitas Sumatera Utara
6. Kegiatan lain-lain, seperti :
a. Kegiatan olahraga dilakukan untuk meningkatkan kebugaran jasmaninya,
berupa : senam usila, gerak jalan santai, dll. b.
Pemberian makanan tambahan memberikan contoh menu makanan bagi usila yang memperhatikan aspek kesehatan dan gizi dengan menggunakan bahan
setempat. c.
Rekreasi d.
Kerohanian e.
Arisan f.
Forum diskusi g.
Penyaluran dan pengembangan hobi h.
Kegiatan yang bersifat produktif seperti peningkatan pendapatanekonomi bagi usila.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat Depkes RI, 2003.
2.3.6. Penyelenggaraan Posyandu Usila 2.3.6.1. Waktu Penyelengaraan
Penyelenggaraan posyandu usila pada hakikatnya dilaksanakan dalam 1 satu bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu maupun di luar hari buka posyandu
sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka posyandu dapat lebih dari
satu kali dalam sebulan Depkes Provinsi Sumatera Utara,2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6.2 Tempat Penyelengaraan
Tempat penyelengaran kegiatan posyandu usila sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelengaraan tersebut dapat di
salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desakelurahan, balai RWRTdusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran atau tempat khusus yang
dibangun secara swadaya oleh masyarakat yang dapat disebut dengan nama “Wisma Posyandu” atau sebutan lainnya Depkes Provinsi Sumatera Utara,2007.
2.3.7. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Usila
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usila, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan
5 meja sebagai berikut : 1.
Tahap pertama : pendaftaran anggota posyandu usila sebelum pelaksanaan pelayanan.
2. Tahap kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. 3.
Tahap ketiga : pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental.
4. Tahap keempat : pemeriksaan air seni dan kadar darah laboratorium
sederhana 5.
Tahap kelima : pemberian penyuluhan dan konseling Depkes RI, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.3.8. Sarana dan Prasarana
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan posyandu usila, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang antara lain :
1. Tempat kegiatan gedung, ruangan atau tempat terbuka
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatat kegiatan buku register bantu
5. Kit usila, yang berisi : timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan,
stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer. 6.
KMS kartu menuju sehat usila. 7.
Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan BPPK usila Depkes RI, 2003.
2.3.9. Tingkat Perkembangan Posyandu Usila
Tingkat perkembangan kegiatan posyandu usila dapat digolongkan menjadi 4 empat tingkatan yaitu :
1. Posyandu usila pratama adalah posyandu yang belum mantap, kegiatan yang
terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi 8 kali. Jumlah kader aktif terbatas serta masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah.
2. Posyandu usila madya adalah posyandu yang telah berkembang dan
melaksanakan kegiatan hampir setiap bulan paling sedikit 8 kali setahun jumlah kader aktif lebih dari 3 dengan cakupan program 50 serta masih
memerlukan dukungan dana dari pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
3. Posyandu usila purnama adalah posyandu yang sudah mantap melaksanakan
kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 kali setahun, dengan beberapa kegiatan tambahan di luar kesehatan dan cakupan yang lebih tinggi 60 .
4. Posyandu usila mandiri adalah Posyandu purnama dengan kegiatan tambahan
yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan dana sendiri Depkes RI,2003.
2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Menurut Department of health education and welfare, dalam Azhari 2002 fakor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah :
1. Faktor sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu tipe organisasi,
kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga kesehatan dengan masyarakat dan adanya asuransi kesehatan serta faktor adanya fasilitas
kesehatan lainnya. 2.
Faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosio demografi meliputi umur, jenis kelamin, status kesehatan, besar
keluarga dan lain sebagainya, faktor sosio psikologis meliputi : sikappersepsi tehadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan
sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksanaan kesehatan sebelumnya, faktor status ekonomi meliputi : pendidikan,
pekerjaan dan pendapatanpenghasilan, dapat digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antar rumah dengan tempat pelayanan kesehatan, variabel
Universitas Sumatera Utara
yang mencakup kebutuhan mobilitas, gejala penyakit yang dirasakan oleh yang bersangkutan dan lain sebagainya.
Menurut Green dalam Notoatmojo 2003, perilaku masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni : faktor
predisposing meliputi : pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan sebagainya; faktor enabling mencakup ketersediaan sarana dan prasarana; faktor reinforcing
meliputi : sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan petugas kesehatan. Anderson dalam Notoatmojo 2003, mengungkapkan bahwa faktor
predisposing dan faktor enabling dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung
untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan need disini dibagi menjadi 2 kategori, dirasa atau perceived
subject assessment dan evaluated clinical diagnosis.
2.5.Persepsi
2.5.1. Definisi persepsi
Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu- individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera agar memberi makna
kepada lingkungan, apa yang dipersepsikan orang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Persepsi menjadi penting dikarenakan perilaku orang-orang di dalam
organisasi didasarkan kepada persepsi mereka mengenai apa yang realitas itu, bukan mengenai realitas itu sendiri Sunarto,2004.
Universitas Sumatera Utara
Persepsi pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, perasaan, maupun penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penaksiran yang unik terhadap
situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi Thoha, 2008 .
2.5.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Seseorang
Salah satu alasan mengapa persepsi demikian penting dalam hal menafsirkan dunia sekeliling kita adalah bahwa kita masing-masing membentuk persepsi, tetapi
menghasilkan secara berbeda-beda apa yang dimaksud dengan sebuah situasi ideal. Winardi, 2003.
Thoha 2008, mengatakan pembentukan persepsi tergantung pada berbagai faktor yang memengaruhinya, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan
proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, maupun faktor external, seperti lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik dan
hayati seseorang itu bertempat tinggal. Proses pembentukkan persepsi antar individu dengan individu lain berbeda-
beda. Menurut Robbins 1991, faktor-faktor ini dapat terletak pada pelaku persepsi, objektarget persepsi dan dalam konteks situasi di mana persepsi itu dibuat.
1. Pelaku persepsi
Jika sesorang melihat sebuah target dan mencoba untuk memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, interpretasi tersebut sangat
Universitas Sumatera Utara
tergantung oleh karakterisitik pribadinya, diantaranya adalah sikap, motif, minat, pengalaman dan harapannya.
2. Target persepsi
Persepsi seseorang akan tergantung pada sasaran yang dilihat oleh orang tersebut. Target dapat berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran
tersebut biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihat. 3.
Situasi persepsi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana
persepsi itu perlu pula memperoleh perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan serta dalam pertumbuhan persepsi seseorang.
2.6. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan pengaruh persepsi tentang posyandu usila variabel bebas terhadap tingkat pemanfaatan posyandu usila
variabel terikat. Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 2.1. Kerangka konsep
Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila
Persepsi tentang Posyandu Usila
•
Kegiatan posyandu usila
•
Penampilan kerja performance kader posyandu usila
•
Fasilitas posyandu usila
•
Lokasi posyandu usila
•
Dukungan Lurah
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas, dapat dijelaskan definisi dari konsep yaitu :
1 Persepsi sebagai variabel bebas independent adalah pandangan atau
penilaian usila tentang posyandu usila yang meliputi kegiatan posyandu, penampilan kerja performance kader posyandu, fasilitas posyandu, lokasi
posyandu dan dukungan lurah. 2
Tingkat pemanfaatan posyandu usila sebagai variabel terikat dependent adalah jumlah kunjungan usila ke posyandu usila dalam satu tahun terakhir.
2.7. Hipotesis Penelitian