Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Balita (Studi Kasus Pada Posyandu Melati di Desa Sigapiton Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir)

(1)

Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Balita (Studi Kasus Pada Posyandu Melati di Desa Sigapiton Kecamatan Ajibata Kabupaten

Toba Samosir) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

OKTO PHILIPS GULTOM 090902025

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan sabagai salah satu parameter yang dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sebuah negara, karena dengan melalui pelayanan kesehatan dapat dilihat maju atau tidaknya suatu negara. Di indonesia masih menghadapi permasalahan gizi nasional. Dimana 5,4 persen anak balita mengalami prevalensi gizi buruk dan 13 persen gizi kurang. Agar penyebab gizi buruk dapat diatasi dan dampak gizi buruk tidak terjadi, pemerintah melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah mencanangkan program keluarga sadar gizi. Salah satu langka dalam menyukseskan program itu adalah dengan membawa bayi dan balita ke posyandu. Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari dan untuk masyarakat dengan dukungan terknis dari petugas dalam rangka mencapai Norma Keluarga Kecil Bagagia dan Sejahtera (NKKBS). Dengan kata lain partisipasi masyarakat sungguh sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan setiap program kegiatan posyandu. Pada kenyataannya, terdapat faktor yang mempengaruhi turut tidaknya partisipasi masyarakat dalam upaya pencapaian program. Penelitian ini bertujuan untuk melibat bagamana bentuk partitipasi masyarakat terhadap posyandu dalam upaya pelayanan kesehatan balita yang dilakukan posyandu melati dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai bagamana bentuk partisipasi dan faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam upaya pelayanan kesehatan balita yang dilakukan posyandu melati di desa sigapiton. Unit analisis dalam penelitian ini adalah 4 orang masayarakat yang turut berpartisipasi di posyand melati. Adapun teknik Pengumpulan data digunakan ialah studi kepustakaan, observasi dan wawancara langsung.

Hasil analisis data menunjukan bahwa bentuk partisipasi bahwa ada bentuk partisipasi masayakat dalam upaya pelayanan kesehatan balita di posyandu melati seperti partisipasi tenaga, partisipasi uang/materi, dan partisipasi keberlangsungan program. Hal itu di pengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal seperti pengetahuan, usia, pekerjaan, kebiasaan, kebutuhan, lokasi posyandu, serta manfaat yang telah dirasakan posyandu.


(3)

ABSTRACT

(This thesis consists of 6 Chapter, 110 page, and 60 Table)

Poverty is a problem phenomenal. Therefore, poverty is a topic that is very important and crucial to be completed. The phenomenon of poverty is most common in rural areas. The majority of Indonesian people living in rural areas are farmers. In addition to the lack of land for farming, other issues which are the cause of many poor farmers in Indonesia is the lack of capital and lack of knowledge of each farmer to develop his farm. Lack of capital and lack of knowledge in agriculture is a problem often faced by farmers. One of the efforts of the government to resolve this issue is launched Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) programs, which is integrated by Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri). The purpose of this study was to determine the effect Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) programs on the welfare of farmers in Dipar Hataran village Subdistrict Jorlanghataran Regency of Simalungun.

This study classified the type of explanative research using descriptive statistical analysis. The sample was 18 farmers who are members of the Gabungan Kelompok Tani Dipar Hataran village. Presentation of the data in this study using the system tables. Data collection techniques are performed literature studies, field studies, questionnaires, and interviews.

The results of the data analysis showed that the influence of Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) programs for the welfare of farmers in Dipar Hataran village is less influential. This is caused by a lack of financial aid received by each farmer and the lack of counseling for increasing knowledge in agriculture.

Keywords: Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan welfare, farmer


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan dan berkatNya sehingga penulis dapat memulai, mengerjakan, dan menyelesaikan masa perkuliahan di jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU, dan atas izinNya juga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Terahadap Kesejahteraan Petani Di Desa Dipar Hataran Kecamatan Jorlanghataran Kabupaten Simalungun”.

Pada kesempatan ini, secara khusus saya menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua saya, ayah P. Sidabutar dan ibu N. Sinaga yang penuh cinta kasih telah membesarkan dan setia memberikan dukungan, serta selalu berupaya mencukupi kebutuhan saya. Semoga apa yang saya berikan ini dapat menambah kebanggaan bagi orang tua. Kiranya Tuhan selalu memberkati ayah dan ibu.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu serta mendukung saya selama kuliah sampai penulisan skripsi ini. Saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

4. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan, dan membantu saya dalam hal administrasi selama perkuliahan.

5. Bapak Sejuk Sinaga, selaku Kepala Desa Dipar Hataran yang telah mengizinkan saya melaksanakan penelitian.

6. Abang-abang dan kakak-kakak saya yang tergabung dalam keluarga besar Sidabutar (Bang Heru, Bang Fen, Bang Lando, Bang Dovi, Kak Valen, Kak Vivi, dan Kak Katerine).

7. Adek-adekku yang ada di rumah (Astini, Afrina, dan Harta Maya), maaf apabila abang ada salah kepada kalian selama ini ya..

8. Spesial buat seseorang yang saya sayangi, Rini Rahayu Hutagaol, Maaf untuk kesalahan-kesalahan yang pernah abang perbuat selama ini ya dek.

9. Teman-teman seperjuangan Kesos 2009: Lae Okto, Lae Riski, Lae Surya, Lae Jo, Jones Keling, Bang Yando, Bang Obok, Cow Exo, Lae Mamen, M Diego, Bul Evan, Pal Budi, Pra Brems, Andi, dek Evi, Iban Odel, Om Franky FB, dan teman-teman lainnya yang tidak saya sebutkan.

10.Teman-teman seperjuangan Kesos 2010, 2011, 2012, 2013: Anton, Pakcik, Kapten Asu, Yan, Jojo, Jo Tuken, dedek Siska, dedek Ummi, dedek Juli, Mario, dedek Colomb, Simon kuadrat, dan teman-teman lainnya yang tidak saya sebutkan.

11.Teman-teman seperjuangan mantan pengurus Ikatan Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial (IMIKS) FISIP USU, terimakasih atas kerja sama dan kebersamaannya selama jadi pengurus. Tetap semangat IMIKS !

Terimakasih atas semua dukungan, bantuan, semangat yang selama ini penulis terima guna menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya


(6)

masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Februari 2014 Penulis


(7)

DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah...1

1.2Perumusan Masalah...6

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian...6

1.3.1 Tujuan Penelitian...6

1.3.2 Manfaat Penelitian...6

1.4 Sistematika Penulisan ...7

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi...8

2.1.1 Pengertian Partisipasi...9

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi...10

2.1.3 Bentuk-bentuk Partisipasi...15

2.2 Masyarakat...17

2.3 Posyandu...18

2.3.1 Tujuan Posyandu...19

2.2.2 Sasaran Posyandu...20

2.3.3 Fungsi Posyandu...20

2.3.4 Manfaat Posyandu...20

2.3.5 Lokasi Posyandu...22

2.3.6 Kedudukan Posyandu...22

2.3.7 Jenis Kegiatan Posyandu...23

2.3.8 Waktu dan Penyelenggaraan Kegiatan Posyandu...27

2.3.9 Kriteria Poyandu...28

2.5 Pelayanan Kesehatan...30

2.6 Balita...31

2.7 Kerangka Pemikiran...32

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional...35

2.8.1 Defenisi Konsep...35


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian...38

3.2 Lokasi Penelitian...38

3.3 Unit Analis dan Teknik Pemilihan Informan...39

3.3.1 Unit Analis...39

3.3.2 Teknik Pemilihan Informan...39

3.4 Teknik Pengempulan data...41

3.5 Teknik Analisis Data...42

BABA IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Sigapiton...43

4.1.1 Profil Desa Sigapiton...43

4.1.2 Batas Wilayah...43

4.1.3 Tinjauan Kependudukan...43

4.1.4 Sarana dan Prasarana...47

4.2 Posyandu Melati...50

4.2.1 Sejarah Posyandu Melati...50

4.2.2 Visi dan Misi Posyandu Melati...50

4.2.3 Kader Posyandu Melati...51

4.2.4 Sarana dan Prasarana Posyandu...51

BAB V ANALISA DATA 5.1 Hasil Penelitian...53

5.1.1 Informan I...53

5.1.2 Informan II...56

5.1.3 Informan III...59

5.1.4 Informan IV...61

5.2 Pembahasan ...65

5.2.1 Bentuk Partisipasi...65


(9)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan...76 6.2 Saran...78


(10)

ABSTRAK

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan sabagai salah satu parameter yang dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sebuah negara, karena dengan melalui pelayanan kesehatan dapat dilihat maju atau tidaknya suatu negara. Di indonesia masih menghadapi permasalahan gizi nasional. Dimana 5,4 persen anak balita mengalami prevalensi gizi buruk dan 13 persen gizi kurang. Agar penyebab gizi buruk dapat diatasi dan dampak gizi buruk tidak terjadi, pemerintah melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah mencanangkan program keluarga sadar gizi. Salah satu langka dalam menyukseskan program itu adalah dengan membawa bayi dan balita ke posyandu. Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari dan untuk masyarakat dengan dukungan terknis dari petugas dalam rangka mencapai Norma Keluarga Kecil Bagagia dan Sejahtera (NKKBS). Dengan kata lain partisipasi masyarakat sungguh sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan setiap program kegiatan posyandu. Pada kenyataannya, terdapat faktor yang mempengaruhi turut tidaknya partisipasi masyarakat dalam upaya pencapaian program. Penelitian ini bertujuan untuk melibat bagamana bentuk partitipasi masyarakat terhadap posyandu dalam upaya pelayanan kesehatan balita yang dilakukan posyandu melati dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai bagamana bentuk partisipasi dan faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam upaya pelayanan kesehatan balita yang dilakukan posyandu melati di desa sigapiton. Unit analisis dalam penelitian ini adalah 4 orang masayarakat yang turut berpartisipasi di posyand melati. Adapun teknik Pengumpulan data digunakan ialah studi kepustakaan, observasi dan wawancara langsung.

Hasil analisis data menunjukan bahwa bentuk partisipasi bahwa ada bentuk partisipasi masayakat dalam upaya pelayanan kesehatan balita di posyandu melati seperti partisipasi tenaga, partisipasi uang/materi, dan partisipasi keberlangsungan program. Hal itu di pengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal seperti pengetahuan, usia, pekerjaan, kebiasaan, kebutuhan, lokasi posyandu, serta manfaat yang telah dirasakan posyandu.


(11)

ABSTRACT

(This thesis consists of 6 Chapter, 110 page, and 60 Table)

Poverty is a problem phenomenal. Therefore, poverty is a topic that is very important and crucial to be completed. The phenomenon of poverty is most common in rural areas. The majority of Indonesian people living in rural areas are farmers. In addition to the lack of land for farming, other issues which are the cause of many poor farmers in Indonesia is the lack of capital and lack of knowledge of each farmer to develop his farm. Lack of capital and lack of knowledge in agriculture is a problem often faced by farmers. One of the efforts of the government to resolve this issue is launched Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) programs, which is integrated by Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri). The purpose of this study was to determine the effect Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) programs on the welfare of farmers in Dipar Hataran village Subdistrict Jorlanghataran Regency of Simalungun.

This study classified the type of explanative research using descriptive statistical analysis. The sample was 18 farmers who are members of the Gabungan Kelompok Tani Dipar Hataran village. Presentation of the data in this study using the system tables. Data collection techniques are performed literature studies, field studies, questionnaires, and interviews.

The results of the data analysis showed that the influence of Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) programs for the welfare of farmers in Dipar Hataran village is less influential. This is caused by a lack of financial aid received by each farmer and the lack of counseling for increasing knowledge in agriculture.

Keywords: Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan welfare, farmer


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan sebagai salah satu parameter yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebuah negara, karena dengan melalui pelayanan kesehatan dapat dilihat maju atau tidaknya suatu negara. Selain itu, kesehatan merupakan faktor yang penting bagi individu, karena tingkat kesehatan individu tersebut untuk mencapai sebuah kondisi yang sejahtera. Kesehatan sebagai salah satu bidang yang sangat berkaitan dengan pembangunan kesejahteraan sosial (Adi, 2002:127). Oleh karena itu, maka kesehatan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena salah satu faktor untuk mencapai kondisi sejahtera.

Kesehatan juga merupakan salah satu faktor dalam mencapai tingkat kesejahteraan sosial untuk masyarakat. Kesejahteraan sosial sebagai suatu bidang usaha manusia, dimana didalamnya berbagai macam badan dan usaha sosial yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial pada bidang-bidang kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial (Nurdin,1990:28). Dengan kata lain kesehatan merupakan bidang yang sangat penting dalam mencapai kondisi sejahtera.

Tujuan utama dari pembangunan nasional yaitu dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang berkelanjutan. Pembangunan dibidang kesehatan merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam upaya mensejahterahkan masyarakat. Trend yang sedang digalakkan saat ini adalah dengan membentuk masyarakat mandiri. Pemberdayaan


(13)

merupakan upaya untuk mencipakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kuakitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan khususnya dibidang kesehatan. Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan kualitas sumberdaya manusia bangsa indonesia agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri, sehingga perlu ditingkatkan pembinaannya (Ismawati,2010:1).

Untuk mengetahui tingkat kesehatan masayarakat dalam sebuah negara, maka digunakan Human Depelopment Index (HDI). Berdasarkan peringkat HDI tahun 2012 yang dikeluarkan oleh UNDP (United Nations Development Program), Indonesia menempati urutan ke 121 dari 187 negara atas 3 kategori: pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Peringkat yang tertinggi mengacu kepada keberhasilan suatu negara dalam membangun dan megembangkan ketiga bidang tersebut. Di bidang kesehatan, salah satu indikator keberhasilan adalah angka kematian bayi dan balita. Di negara maju seperti di Australia tingkat kematian bayi dan balita adalah 6 dari 1000 kelahiran, angka yang sama juga dimiliki oleh Malasya. Namun di Indonesia, angka kematian bayi dan balita adalah 72 per 1000 kelahiran . Dengan demikian peringkat HDI di Indonesia masih jauh dibandingkan dengan negara-negara maju tersebut

html).

Tingkat kematian bayi dan balita erat hubungannya dengan status gizi dan balita. Indonesia memang masih menghadapi permasalahan gizi nasional. Hasil survei 2007 menyatakan bahwa 5,4 persen anak balita mengalami prevalensi gizi buruk dan 13 persen gizi kurang. Apabila perkiraan jumlah balita Indonesia sekitar 20 juta, maka jumlah balita yang menderita gizi kurang sebesar 2,5 juta dan gizi buruk sekitar 1 jut Sungguh angka angka yang kecil jumlahnya. Pengertian gizi buruk atau busung lapar adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam


(14)

asupan makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Tanda-tanda klinis gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus, dimana keadaan gizi buruknya ditandai dengan tampak sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit keriput, atau pun kwashiorkor, di mana keadaan gizi buruknya ditandai dengan edema seluruh tubuh terutama di punggung kiri, wajah bulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil, pandangan mata sayu dan rambut tipis/kemerahan, atau marasmus kwashiorkor dimana tanda-tanda gizi buruknya merupakan gabungan marasmus dan kwashiorkor (RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001-2005, Jakarta, Agustus 2000).

Gizi buruk pada bayi dan balita terjadi dalam dua hal yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu kurangnya kualitas dan kuantitas asupan makanan pada makanan dan penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung yaitu peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan, pola pengsuhan anak yang kurang baik (soetjiningsh, 1998). Perkembangan otak sangat erat hubugannya dengan perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Jaringan otak anak yang tumbuh normal akan mencapai 80 persen berat otak orang dewasa sebelum berumur 3 tahun, sehingga dengan demikian apabila pada masa ini terjadi ganguan gizi kurang dapat menimbulkan kelainan-kelainan fisik maupun mental (Notoatmodjo,2007:247).

Agar penyebab gizi buruk dapat diatasi dan dampak gizi buruk tidak terjadi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah mencanangkan program keluarga sadar gizi. Salah satu langka dalam menyukseskan program itu adalah dengan membawa bayi dan balita ke posyandu. Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari dan untuk masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas dalam rangka mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (Dep.Kes : 1990). Dengan kata lain, partisipasi masyarakat sungguh sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan setiap program


(15)

kegiatan posyandu. Berdasarkan definisi tersebut dapat terlihat bahwa partisipasi masyarakat sungguh sangat dibutuhkan dalam upaya pencapaian suatu program. Pada kenyataannya, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi turut tidaknya partisipasi masyarakat dalam upaya pencapaian suatu program.

Salah satu fokus yang dikerjakan oleh posyandu dalam membantu mengurangi masalah kesehatan adalah mengenai gizi serta kesehatan ibu dan bayi/balita. Dengan membawa bayi adan balita tiap bulan ke posyandu, berat dan tinggi badan bayi atau balita dapat terpantau, para ibu juga mendapat penyuluhan tentang makanan bergizi, serta ada pula kegiatan pemberian makanan tambahan. Selain itu bayi dan balita yang datang ke posyandu dapat memperoleh imunisasi dasar yang penting untuk mencegah penyakit. Dengan berbagai kegiatan tersebut, diharapakan status gizi bayi dan balita dapat meningkat.

Satu unit posyandu, idealnya melayani sekitar 100 balita 120 kepala keluarga atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat. Posyandu KB-Kesehatan perlu dipadukan untuk memberi keuntungan bagi masyarakat dapat memperoleh pelayanan yang lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Setiap posyandu umumnya dibuka sebulan sekali dan dilaksanakan oleh kader posyandu yang terlatih dibidang KB dan kesehatan yang berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemuda secara sukarela dengan bimbingan tim pembina LKMD tingakat kecamatan.

Posyandu bertujuan untuk mempercepat penurunanan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran. Selanjutnya untuk mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dan agar masyarakat dapat mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Posyandu yang menjadi ujung tombak pebaikan gizi terkhususnya terhadap anak (Sari, 2011).


(16)

Desa sigapiton merupakan salah satu desa terpencil di kecamatan Ajibata. Dimana desa ini memliliki (1) posyandu yaitu posyandu melati. Posyandu melati merupakan satu satunya unit pelayanan kesehatan yang ada di desa sigapiton. Kemudian posyandu melati merupakan salah satu posyandu yang berhasil meningkatkan status gizi bayi dan balita. Pencapaian yang cukup baik Posyandu ini berhasil membantu menurunkan jumlah balita BMG (Bawah Garis Merah) dari 3 balita menjadi 1 balita dengan memantau dan memeberikan secara rutin Pemberian makanan Tambahan (PMT) pemulihan pada tahun 2012 dan berhasil mengatasi penyakit diare yang dialami balita. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dalam bentuk penelitian dan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “ Partisipasi masyarakat Terhadap Posyandu Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Balita (Studi Kasus Pada Posyandu Melati di Desa Sigapiton Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir) ”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah ini dapat dirumuskan dalam penelitiaan ini adalah Bagaimana Bentuk Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu Melati Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Balita di Desa Sigapiton Kabupaten Toba Samosir?.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian


(17)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan bagaimana bentuk partisipasi masyarakat terhadap Posyandu dalam upaya pelayanan kesehatan balita di Posyandu Melati Desa Sigapiton Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka:

1. Pengembangan konsep dan teori-teori yang berkenaan dengan kesehatan dan pelayanan kesehatan balita.

2. Pengembangan kebijakan dan model pelayanan kesehatan.

3. Memberikan masukan kepada posyandu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan balita di posyandu

1.4Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam 6 bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan secara teoritis variabel-variabel yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional


(18)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penetian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis mengadakan penelitian.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisanya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian sehubungan dengan penelitian yang dilakukan


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi

2.1.1 Pengertian Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat (Mikklesen 2003:64). Selain itu, partisipasi juga diartikan Mikkelsen sebagai keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan, dan diri mereka sendiri. Kemudian Adi menjelaskan lebih jauh mengenai partisipasi bahwa masyarakat terlibat dalam program pemberdayaan dimulai dari proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di dalam masyarakat, pemilihan dan pengembalian keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi (Adi 2007:27).

Melihat sisi lain dari partisipasi yaitu adanya kesediaan masyarakat untuk membantu berhasilnya setiap program yang dijalankan sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan sendiri sebagai suatu hal yang penting untuk diperhatikan (Mubyarto dalam Ndraha, 1990:102). Partisipasi harus berasal dari masyarakat dan dikelola oleh masyarakat itu sendiri karena ini adalah tujuan dari proses demokrasi. (Mikkelsen dalam adi, 2008:108)

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan para ibu yang terlibat aktif dalam pelayanan kesehatan balita di Posyandu Melati. Yang dimaksud dengan para ibu tersebut yakni ibu yang memiliki balita, ibu yang menjadi kader


(20)

posyandu serta ibu yang bukan kader aktif posyandu maupun yang sudah tidak memiliki balita.

2.1.2 Faktor-faktor Mempengaruhi Partisipasi

Terkait dengan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam menjalankan program-program pemberdayaan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterlibatan mereka, baik yang mendukung maupun yang menghambat. Dari faktor tersebut masih dapat dibagi lagi ke dalam dua bidang, faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari pribdi seseorang. Sedangkan yang termasuk faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar pribadi seseorang. Faktor internal maupun eksternal dapat dipakai sebagai faktor pendukung maupun faktor penghambat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pastisipasi antara lain:

a. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi seseorang dalam berpartisipasi. Partisipasi yang dilakukan oleh seseorang laki-laki akan berbeda dengan partisipasi yang dilakukan oleh perempuan. Hal ini disebabakan karena adanya sistem pelapisan sosial yangterbentuk dalam masyarakat yang membedakan kedudukan dan derajat laki-laki dan perempuan, sehinggga menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban. Pada umumnya, kaum laki-laki akan lebih berpartisipasi dibandingkan dengan perempuan.

b.Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi dalam berpartisipasi karena dengan latar belakang pendidikan yang diperoleh, seseorang akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar dan cepat tanggap duntuk berinovasi dan mempunyai pikiran yang kreatif. Hal ini juga


(21)

berkaitan dengan seberapa besar pengetahuan yang dimiliki seseorang dari latar belakang pendidikan yang dimilikinya.

c. Tingkat penghasilan

Tingkat penghasilan seseorang di dalam masyarakat biasanya akan mempengaruhi dirinya dalam berpartisipasi. Jika penghasilan seseorang dalam masyarakat itu besar, maka kemungkinan orang tersebut akan turut aktif berpartisipasi akan semakin besar pula. Tingkat pendapatan ini mempengaruhi kemampuan untuk melakukan investasi, sehingga bila pengahasilan seseorang dalam masyarakat tersebut rendah maka akan turut mempengaruhi peran sertanya dalam suatu kegiatan, atau dengan kata lain tingkat partisipasinya akan cenderung kecil.

d. Mata pencaharian/pekerjaan

Tingkat pengahasilan seseorang tentunya berkaitan erat dengan jenis dengan pekerjaan orang tersebut. Jenis pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap banyaknya waktu luang yang dimilikinya dalam turut serta dalam berbagai kegiatan di dalam masyarakat.

e. Usia

Usia juga mempengaruhi seseorang dalam berpartisipasi, hal ini terkait dengan perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas dalam masyarakat, sehingga memunculkan golongan tua dan golongan muda yang berbeda-beda dalam hal tertentu, misalnya menyaluran pendapat dan mengambil keputusan. Kecenderungan golongan usia yang lebih tua lebih banyak berpartisipasi dibandingkan dengan golonan usia yang lebih muda.


(22)

Faktor lama tinggal juga dianggap mempengaruhi seseorang dalam berpartisipasi, dimana seseorang yang lebih lama tinggal dalam suatu masyarakat akan memiliki perasaan yang lebih besar daripada yang tinggal untuk sementara waktu saja dalam lingkungan masyarakat tersebut (Slamet 1993:137-143).

Ife (2008) juga mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi patisipasi, antara lain:

a. Pengahargaan

Ife (2008) mengatakan bahwa berbagai bentuk pastisipasi harus diakui serta dihargai. Ini akan semakin membuat masyarakat untuk terdorong dalam berpartisipasi.

b. Dukungan struktur masyarakat

Ife (2008) juga menambahkan bahwa di dalam proses pastisipasi, sruktur masyarakat

Di lingkungan tersebut tidak mengucilkan setiap orang yang turut berpartisipasi. Lingkungan masyarakat tertentu harus mendukung kelemahan yang mungkin ada di dalam diri setiap warganya, seperti ketidakpercayaan diri, lemah dalam berpikir atau berkata-kata.

c. Dukungan sarana

Ife (2008) mengatakan bahwa seseorang dalam berpartisipasi harus juga didukung dalam partisipasinya, seperti adanya sarana transportasi. Kemudian kemudahan untuk mengakses lokasi atau tempat kegiatan harus diperhitungkan, begitu pula dengan waktu pelaksana kegiatannya.


(23)

Ife (2008) juga mengatakan bahwa orang-orang akan berpartisipasi dalam merasakan isu atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan merupakan hal yang penting. Masyarakat akan meras isu tersebut penting ketika sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya.

Selain faktor-faktor lain yang diungkapkan slamet dan ife diatas, faktor lain yang mempengaruhi partisipasi diantaranya adalah :

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan unsur penting dalam partisipasi. Dari pengetahuan yang dimiliki, maka akan menumbuhkan kesadaran dan pada akhirnya akan terwujud dalam perubahan sikap dan tingkah laku (Sastropoetro 1988:41).

b. Kebiasaan

Setiap individu pada umumnya akan bereaksi sesuai dengan kebiasaannya. Kebiasaan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi sikap. Dalam hal ini, kebiasaan dapat menjadi penghambat partisipasi ataupun pendorong partisipasi. Oleh karena itu dalam melibatkan partisipasi masyarakat, faktor kebiasaan mereka harus diperhatikan (Adi 2008:260).

c. Penerimaan orang luar

Terdapat sifat umum manusia, misalnya curiga maupun terganggu dengan asing. Padahal, seringkali yang memberikan program pemberdayaan itu orang luar sehingga tidak jarang masyarakat para pelaku perubahan sebagai orang asing. Oleh karena itu seringkali penolakan orang luar (rejection of outsider) menjadi penghambat partisipasi.


(24)

Apabila kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang sudah dikenal oleh masyarakat, dimana jika lembaga tersebut telah dikenal oelh masyarakat, maka masyarakat akan terdorong untuk berpartisipasi (Ndraha 1990:104).

e. Kemampuan beroarganisasi masyarakat

Kemampuan masyarakat berorganisasi akan mempengaruhi tingkat partisipasi. Warga masyarakat yang tidak mempunyai kecakapan serta pengalaman dalam organisasi umumnya tingkat partisipasinya rendah (Gaventa 2001:11).

f. Kebermanfaatan program

Semakin banyak manfaat program yang akam diperoleh suatu pihak dari pihak lain melalui kegiatan tertentu, maka keterlibatan mereka dalam kegiatan tersebut juga semakin besar (Ndraha 1990:105).

g. Keluarga

Terkait dengan partisipasi perempuan dalam program, keluarga menjadi salah satu faktor yang mempegaruhi partisipasi perempuan. Dalam keluarga kedudukan seorang istri bergantung pada suami, kedudukan anak perempuan bergantung pada ayah. Tidak mengherankan bila keikutsertaan perempuan dalam suatu kegiatan harus mendapapatkan ijin terlebih dahulu dari keluarganya, sehingga keluarga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi partisipasi perempuan dalam suatu program Muniarti (2004:103).

Dari beberapa faktor yang telah disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan dalam tabel berikut:


(25)

Faktor Yang Mempengaruhi

Internal Eksternal

Jenis kelamin Penghargaan Pendidikan Dukungan Struktur

Penghasilan Sarana

Pekerjaan Penerimaan Orang luar

Usia Kemampuan Organisasi

Lama tinggal Manfaat Program

Kebiasaan Keluarga

Pengetahuan Kebutuhan

2.1.3 Bentuk-bentuk Partisipasi

Terkait dengan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap program pemberdayaan, terdapat bentuk-bentuk partisipasi yang biasa diberikan Hamidjoyo (dalam Sastropoetro, 1986: 32) membedakan bentuk partisipasi dalam lima bentuk yaitu partisipasi buah pikiran, tenaga, keterampilan, materi dan harta benda dan partipasi sosial.

a. Partisipasi buah pikiran

Partisipasi ini diwujudkan untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang di ikutinya. Sumbangan pemikiran diarahkan kepada


(26)

panataan cara pelayanan dari lembaga atau badan yang ada, sehigga dapat berfungsi sosial secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan anggota masyarakat.

b. Partisipasi tenaga

Partisipasi jenis ini diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan dari suatu kegiatan.

c. Partisipasi keterampilan

Jenis keterampilan ini adalah memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat yang lain yang membutuhkan nya. Kegiatan ini biasanya diadakan dalam bentuk latihan bagi anggota masyarakat. Partisipasi ini pada umumnya bersifat membina masyarakat agar dapat memiliki kemampuan memenuhi kebutuhannya.

d. Partisipasi uang (materi) dan harta benda

Partispasi ini adalah memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. Selain uang, partisipan juga memeberikan alat-alat kerja yang berguna bagi kelangsungan program/kegiatan.

e. Partisipasi Sosial

Partisipasi ini biasanya dilakukan sebagai tanda perkumpulan atau peguyuban warga desa , seperti kegiatan arisan, menghadiri upacara kematian, dan lain-lain:

Sementara bentuk-bentuk partisipasi menurut Daryono dalam (Sastropoetro. 1988:21) diantaranya adalah:


(27)

a. Partisipasi dalam proses pengembilan keputusan dan/atau proses perencanaan. b. Partisipasi dalam pelaksanaan program

c. Partisipasi dalam proses monitoring dan evaluasi terhadap program.

2.2 Masyarakat

Kata masyarakat sendiri berakar dari bahasa Arab yaitu Musyarak. Lebih dari abstrraknya, sebah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang indpenden (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, isrilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu komunitas yang teratur (Narwoko dan Suryato,2004:123).

Dalam arti yang luas yang dimaksud dengan masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hungan dalam hidup besama dengan tidak dibatasi lingkungan, bahasa dan lain-lain. Atau keseluruhan dari semua hubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit, masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, umpamanya teroterial, bangsa, golongan dansebagainya. Maka ada masyarakat jawa, masyarakat sunda, dan lain-lain (Nasution, Ilham Saladin, Salmon Ginting, Pardamean Daulay, 2001:8).

Defenisi masyarakat yang lain dikemukakan oleh:

1. Linton (seorang ahli antropologi) mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup a\lam hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

2. M.J Heskovits menulis, bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan untuk mengikuti suatu cara hidup tertentu.


(28)

3. J.L Gillin J.P Gillin mengatakan, bahwa masyarkat itu adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan persatuan yang sama. Masyarakat itu juga meliputi pengelompokan-pengelompokan yang kecil.

4. Mac.Inver menyatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem daripada cara kerja dan prosedur, daripada otoritas dan saling bantu membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringan-jaringan relasi itulah yang dinamakan masyarakat (Hartomo dan Aziz, 2008:88).

Yang menjadi unsur masyarakat adalah:

1. Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia.

2. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah tertentu.

3. Adanya aturan atau (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk maju kepada satu cita-cita.

2.3Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh peyanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Selain itu, posyandu merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang sungguh membawa arti yang besar bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat (Pedoman Umum Pengelola Posyandu, DepKes RI,2006:2)


(29)

Tujuan umum posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sedangkan, tujuan khusus Posyandu adalah meningakatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatab mendasar (primary health care), meningkatkan peran lintas sektoral dalam penyelenggaraan posyandu, dan meningakatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan mendasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

2.3.1 Tujuan posyandu

Posyandu menjadi ujung tombak dalam pelayanan kesehatan mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Munurunkan angka kematian ibu dan anak

2. Mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) 3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan

dan peningkatan hidup sehat.

4. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

5. Meningkatakan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka ahli teknologi dan usaha kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005:15).

2.3.2 Sasaran Posyandu

Sasaran dari program Posyandu adalah seluruh masyarakat, terutama bayi, anak balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, dan Pasangan Usia Subur (PUS).


(30)

Fungsi utama Posyandu adalah sebagai berikut:

1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama dengan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

2.3.4 Manfaat Posyandu

Adaapun manfaat yang diperoleh dari posyandu adalah:

1. Bagi masyarakat

a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu dan bayi.

b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.

c. Efesiensi dalam mendapatkan pelayanan terapadu kesehatan dan sektor lain yang terkait.

2. Bagi kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat

a. Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan kesehatan terkait dengan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.


(31)

a. Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehaan strata pertama. b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan

sesuai kondisi setempat.

c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pelayanan terpadu.

4. Bagi sektor lain

a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi sesuai kondisi setempat.

b. Meningkatakan efesiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing sektor (Sari, 2011).

2.3.5 Lokasi Posyandu

Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun, atau sebutan lain yang sesuai.

2.3.6 Kedudukan Posyandu

1. Kedudukan Posyandu terhadap Pemerintahan Desa/Kelurahan

Pemerintahan desa/kelurahan adalah instansi pemerintahan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan di desa/kelurahan adalah sebagai wadah pemberdayaan masayarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintah desa/kelurahan.

2. Kedudukan Posyandu Pokja Posyandu

Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang dibentuk di desa/kelurahan, yang anggotanya terdiri dari aparat desa/kelurahan dan tokoh masyarakat yang bertanggung


(32)

jawab membina Posyandu. Kedudukan Posyandu terhadap Pokja adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek administratif, keuangan, dan program dari Pokja.

3. Kedudukan Posyandu Terhadap berbagai UKBM

UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, yang salah satu diantaranya adalah Posyandu. Kedudukan Posyandu terhadap UKBM dan berbagai lembaga kemasyarakatan / LSM desa/kelurahan yang bergerak di bidang kesehatan adalah sebagai mitra.

4. Kedudukan Posyandu terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan

Konsil Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat di kecamatan yang berfunsi menaungi dan mengkoordinir setiap Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Kududukan Posyandu Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan Kecamatan

5. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas

Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di kecamatan. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas (Sari, 2011)

2.3.7 Jenis Kegiatan Posyandu

Posyandu memiliki 5 kegiatan utama, yakni kegiatan Ibu dan Anak, Keluarga Berecana, imunisasi, gizi, dan pencegahan dan penanggulangan diare. Secara rinci, kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut :


(33)

1 .Kegiatan Ibu dan Anak (KIA)

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke puskesmas.

Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselengarakan Kelompok Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelompok Ibu Hamil, antara lain sebagai berikut:

1. Penyuluhan tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB, dan gizi.

2. Perawatan payudara dan pemberian ASI. 3. Peragaan pola makan ibu hamil.

4. Peragaan perawatan bayi baru lahir 5. Senam ibu hamil

b . Ibu nifas dan menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:

1. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir (vagina).

2. Pemberian vitamin A dan tablet besi. 3. Perawatan Payudara.


(34)

Jika ada tenaga kesehatan puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lonchia. Apabila ditemukan kelainan segera dirujuk ke puskesmas.

c. Bayi dan Anak Balita

Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong, melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan kader. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup.

1. Penimbangan berat badan. 2. Penentuan status pertumbuhan. 3. Penyuluhan.

Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas, dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke puskesmas.

2. Keluarga Berencana

Pelayanan KB di Posyandu yang diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan puskesmas dilakukan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan pemasangan IUD.


(35)

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan balita, maupun terhadap ibu hamil.

4. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi dan balita, dan Wanita Usia Subur (WUS). Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi gini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe.

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare.

Pencegahan diare di posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS). Penanggulangan diare di posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan, pemberian larutan gula garam dapat dibuat sendiri olh masyarakat dan pemberian oralit yang disediakan (Depkes RI, 2006:27-31)

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambahkan kegiatan posyandu dengan kegiatan baru di samping kegitan utama yang telah ditetapkan. Adapun rincian kegiatan tambahan yang dapat dilaksanakan oleh posyandu adalah sebagai berikut:

1. Bina Keluarga Balita (BKB)

2. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)

3. Penemuan dini dan pengamatan potensi Kejadian Luar Biasa (KLB), seperti diare, ISPA, BDB, gizi buruk, polio, campak, tetenus.

4. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)

5. Usaha Kegitaan Gizi Masyarakat Desa (UKMGD)


(36)

7. Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

8. Desa Siaga

9. Pos Malaria Desa (Posmaldes)

10.Kegiatan ekonom produktif, seperti usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam\

11.Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan masyarakat (Tabumas). (Depkes RI, 2006:31)

2.3.8 Waktu dan Penyelenggaraan Kegiatan Posyandu

Waktu dan penyelenggaraan posyandu pada hakikatnya dilaksanakan dalam satu bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu, maupun di luar hari buka Posyandu. Hari buka Posyandu sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan, dimana hari dan waktu dipilih sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan. Berkaitan dengan tempat penyelenggaraan Posyandu, sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat, contohnya seperti di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahahn, balai RW/RT/dusun, salah satu kios pasar, salah satu ruangan perkantoran atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat yang disebut dengan nama “Wisama Posyandu” atau sebutan lainnya (Depkes RI,2006:33).

Adapun kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh Kader Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas atau sektor lain terkait. Jumlah minimal kader untuk setiap Posyandu adalah lima orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan Posyandu, yakni mengacu pada sistem 5 meja, maka istilah 5 meja diganti menjadi 5 langkah pelayanan. Lima langkah pelayanan Posyadu secara sederhana dapat digamberkan sebagai berikut:


(37)

Tabel 2.2 Lima Langkah Pelayanan Posyandu

Langkah Pelayanan Pelayanan

Pertama Pendaftaran Kader

Kedua Penimbangan Kader

Ketiga Pengisian KMS Kader

Keempat Penyuluhan Kader

Kelima Pelayanan Kesehatan Petugas kesehatan dan sektor terkait bersama kader

2.3.9 Kriteria Posyandu

Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode atau alat telaah perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian Posyandu (Depkes RI,2006:54-55). Kriteria Posyandu secara umum dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Posyandu Pranata

Yaitu Posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin setiap bulan dan kader aktifnya masih terbatas. Posyandu pranata adalah posyandu yang memenuhi kriteria:

a. Frekuensi penimbangan kurang dari 8 kali pertahun

b. Rata-rata jumlah kader yang bertugas pada hari buka posyandu kurang dari 5 orang


(38)

Yaitu Posyandu yang sudah melaksanakan penimbangan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader yang bertugas pada hari buka Posyandu adalah 5 orang. Tapi cakupan program utamanya kurang dari 50%. Posyandu madya memiliki kriteria:

a. Frekuensi penimbangan 8 kali atau lebih pertahun

b. Rata-rata jumlah kader yang bertugas pada hari buka posyandu 5 orang atau lebih

c. Rata-rata cakupan D/S dan cakupan kumulatif KB, KIA, dan imunisasi kurang dari 50% pertahun.

3. Posyandu Purnama

Yaitu Posyandu yang sudah melaksanakan penimbangan lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas pada hari buka posyandu adalah 5 orang atau lebih. Cakupan program utamanya lebih dari 50% sudah ada program tambahan dan mungkin ada dana sehat yang sederhana. Jadi posyandu purnama memiliki kriteria;

a. Frekuensi penimbangan 8 kali atau lebih pertahun

b. Rata-rata jumlah kader yang bertugas pada hari buka posyandu 5 orang atau lebih

c. Rata-rata cakupan D/S dan cakupan kumulatif, KB, KIA dan imunisasi 50% atau lebih pertahun

d. Sudah ada program tambahan antara lain: pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Pemberantasan Penyakit Menular, pemberantasan sarang nyamuk, Dana Sehat, dll.


(39)

Yaitu posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan program bagus, ada program tambahan dan cakupan dana sehat telah menjangkau >50% KK. Jadi Posyandu Mandiri memiliki kriteria yaitu:

a. Frekuensi penimbangan 8 kali atau lebih pertahun

b. Rata-rata jumlah kader yang bertugas pada hari buka posyandu 5 orang atau lebih c. Rata-rata cakupan D/S dan cakupan KB, KIA, dan imunisasi 50% atau lebih pertahun d. Sudah ada program tambahan antara lain: pemberantasan penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut, Pemberantasan Penyakit Menular, Pemberantasan Sarang Nyamuk, Dana Sehat, dll.

e. Cakupan dana sehat >50% KK.

2.5 Pelayanan Kesehatan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dinyatakan pengertian pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Oleh karena itu pelayanan berfungsi sebagai sistem yang menyediakan apa yang disediakan oleh masyarakat.

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. (Depkes RI 2009)

Pengertian pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan menurut Levey dan Loomba (1973), Pelayanan Kesehatan Adalah upaya yang


(40)

diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.

tgl 30 juni).

2.6 Balita

Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih populer dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H,2006)

Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadipenentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering di sebut golden age atau usia emas. (www.

2.7 Kerangka Pemikiran

digilib.unimus.ac.id. Diakses tgl 30 juni 2013)

Posyandu merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan terkecil yang dekat dengan masyarakat. Posyandu, salah satu wujud peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan dengan mencipataan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat optimal.


(41)

Unit pelayanan kesehatan yang terdekat dengan masyarakat ini, perlu dikembangkan guna menciptakan generasi-generasi yang sehat, yang tidak berpenyakitan. Untuk itulah posyandu dengan berbagai kegiatan-kegiatan pokok diantaranaya adalah kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, pencegahan dan penganggulan diare di wujudkan untuk memonitoring kesehatan balita. Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan kualitas sumberdaya manusia bangsa Indonesia agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri, sehingga perlu ditingkatkan pembinaannya.

Posyandu merupakan wadah partisipasi masyarakat, karena Posyandu paling banyak menggunakan tenaga kader. Kader ini merupakan tenaga relawan murni, tanpa dibayar namun merupakan tenaga inti di Posyandu. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat. Selain itu, partisipasi juga diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan, dan diri mereka sendiri. Posyandu Melati di Desa Sigapiton merupakan salah satu wadah partisipasi masyarakat yang salah satu kegiatannya adalah memberikan pelayanan kesehatan bagi balita.

Untuk melihat lebih jelasnya alur pemikiran tersebut, Peneliti membuat bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut:


(42)

Bagan Alir Pemikiran Posyandu Melati Desa

Sigapiton

Pelayanan Kesehatan Balita

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

1. Internal - Usia - Pekerjaan - Kebiasaan - Kebutuhan - Lama tinggal 2. Eksternal

- Pengetahuan

- Penghargaan/apresiasi - Keluarga

- Kebermanfaatan program

- Dukungan struktural masyarakat

Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat

1. Partisipasi Buah pikiran 2. Partispasi Tenaga 3. Partisipasi Keterampilan 4. Partisipasi Uang/Materi ANASLISIS

(PENELITI)


(43)

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1 Defenisi Konsep

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal lain-lain yang sejenisnya. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama.

Dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena yang akan dikaji, para ahli menggunakan istilah khusus yang disebut konsep. Karena yang dikaji adalah fenomena sosial, maka konsep itu akan sangat luas cakupannya. Akibatnya, akan sangat sulit untuk merumuskan satu kalimat yang mampu menggambarkan secara sempurna keseluruhan makna yang terkandung didalam konsep itu. Guna untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang di jadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep yang akan diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan konsep dalam suatu penelitian itu disebut dengan defenisi konsep.

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang akan digunanakan sebagai berikut.

1. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat dan dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan, dan diri mereka sendiri.

2. Masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sendiri sebagai saru kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.


(44)

3. Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk memepercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi,

4. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

5. Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih populer dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun.

2.8.2 Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses dan langkah-langkah penelitian, bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjut dari perumusan defenisi konsep. Bila perumusan defenisi konsep ditinjau untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa atau fenomena yang akan diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep yang diteliti dapat di observasi. Dengan kata lain, operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula statis menjadi dinamis.

Variabel penelitian ini adalah “ Partisipasi masyarakat terhadap posyandu dalam upaya pelayanan kesehatan balita” dengan indikator sebagai berikut:

Bentuk-bentuk partisipasi:


(45)

2. Partisipasi tenaga. 3. Partisipasi keterampilan

4. Partisipasi uang (materi) dan harta benda

Faktor yang mempengaruhi partisipasi:

1. Faktor internal - Pekerjaan - Usia

- Lama tinggal - Jenis kelamin - Usia

- Kebiasaan

2. Faktor Eksternal - Pengetahuan - Lama tinggal

- Penghargaan/apresiasi

- Dukungan struktural masyarakat - Keluarga


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan subjek atau objek. Penelitian deskriptif dalam pelaksanaannya lebih terstruktur, sistematis, dan terkontrol, penelitian memulai dengan subjek yang tidak jelas dan mengadakan penelitian atas populasi dan sampel dari subjek tersebut untuk menggambarkannya secara akurat (Siagian, matias. 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk partisipasi masyarakat terhadap posyandu melati dalam upaya pelayanan kesehatan balita di Desa Sigapiton Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sigapiton Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir, yang merupakan wilayah dimana Posyandu Melati menjalankan pelayanan kesehatan balita. Alasan memilih lokasi ini sebagai lokasi penelitian ini adalah karena posyandu ini merupakan satu-satunya unit pelayanan kesehatan yang ada di desa sigapiton. Jarak desa yang sangat jauh dari rumah sakit menjadikan posyandu melati berperan penting dalam menjaga kesehatan masayarakat terutama anak balita melalui kegitan pelayanan kesehatan di posyandu melati. Posyandu melati pernah mendapat apresiasi atau penghargaaan dari kecamatan. Karena keberhasilan posyandu melati menurunkan jumlah balita (Bawah


(47)

Garis Merah) Dari 3 balita menjadi 1 balita dengan memantau dan memberikan secara rutin Pemberian Makan Tambahan (PMT) pemulihan Tahun 2011, dan posyandu ini juga berhasil mengatasi penyakit diare pada balita melalui penyuluhan dan pemberian obat kepada setiap ibu yang mempunyai anak balita. Melalui keberhasilan posyandu melati, tentunya tidak bisa di raih hanya melalui kader-kadernya saja, tertapi juga melibatkan peran serta dan partisipasi dari masyarakatnya.

3.3 Unit Analisis dan Teknik Pemilihan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berpartisipasi di Posyandu Melati di Desa Sigapiton sebanyak 4 orang informan kunci. Dimana informan ini merupakan yang dipilih oleh peneliti melalui kriteria-kriteria yang sudah ditentukan, sehingga pengumpulan data 4 orang masyarakat ini cukup menjawab permasahan yang ada didalam penelitian ini.

3.3.2 Teknik Pemilihan Informan

Penelitian ini menggunakan teknik pemilihan sampel probability sampling (pengambilan sampel tidak berdasarkan peluang). Non-probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugioyono, 2005:53). Penelitian ini menggunakan porpusive sampling (teknik penarikan sampel bertujuan) dimana peneliti menggunakan penilaian sendiri dalam memilih sampel. Porpusive sampling digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengunaan teknik penarikan sampel ini bertujuan menuntut pengenalan lebih luas atas populasi. Teknik ini dipilih atas dasar supaya data yang diperoleh adalah data yang akurat karena sampel merupakan sumber data informasi yang tepat yang


(48)

dibutuhkan oleh peneliti (Siagian, 2011:164). Penelitian ini memilih informan sebagai berikut:

a. Ibu yang memiliki balita dengan usia 1-5 tahun.

Ibu yang dipilih memiliki beberapa kriteria sebagai berikut: - Memiliki kartu anggota posyandu

- Memiliki balita usia 1-5 tahun

- Memiliki frekuensi kehadiran 75% selama bulan pelaksanaan posyandu, atau minimal 9 kali hadir selama satu tahun.

b. Kader Posyandu.

Kader yang dipilih memiliki kriteria sebagai berikut:

- Kader aktif posyandu yang memiliki frekuensi kehadiran 75% dalam setahun selama bulan pelaksanaan posyandu. Kader disini terdiri dari Ketua Posyandu Melati serta 2 anggota kader aktif.

- Pernah mengikuti pelatihan yang yang diadakan oleh puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir


(49)

Informasi yang dibutuhkan Informan Jumlah 1. Bentuk partisipasi masyarakat terhadap

posyandu Melati dalam upaya pelayanan kesehatan balita.

2. Faktor-faktor yang mendukung atau menghambat partisipasi masyarakat terhadap posyandu melati dalam pelayanan kesehatan balita.

- Kader Posyandu - Ibu Balita

- 2 orang

- 2 orang

Maka jumlah Informan dalam penelitian ini adalah 4 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Studi kepustakaan (Library Research), yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, surat kabar, dan majalah yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang di teliti, yaitu:

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Wawancara, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan, agar akar permasalahan dapat dibahas jauh lebih dalam dan data yang diperoleh pun bisa lebih di pertanggung jawabkan dan akurat.


(50)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analis data pada penelitian ini menggunakan motode kualitatif, yaitu dengan mengakaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahandata serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti (Moleong, 2006:247).

Selain itu data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tesebut.


(51)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Desa Sigapiton

4.1.1 Profil Desa Sigapiton

Desa sigapiton pertama kali terbentuk pada tahun 1950. Desa sigapiton merupakan salah satu desa berada di kecamatan ajibata. Desa ini terletak 20 km dari ibu kota kecamatan ke kantor kepala desa dan jarak tempuhnya dengan menggunakan kapal motor 2 jam. Penduduk di desa Sigapiton secara keseluruhan adalah etnis/suku batak toba. Bahasa yang digunakan penduduk setempat adalah bahasa batak toba. Luas wilayah 20 hektar dan mempunyai jumpah penduduk 422 jiwa.

4.1.2 Batas Wilayah

Secara letak geografis, Desa sigapiton memiliki batas wilayah:

1. Sebelah utara berbatasan dengan desa sirukungon 2. Sebelah selatan berbatasan dengan desa horsik 3. Sebelah barat dengan desa sibisa

4.1.3 Tinjauan Kependudukan

a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama/kepercayaan

Di desa sigapiton ini agama mayoritas yang dianut adalah agama Kristen Protestan. Namun ada juga yang menganut agama Kristen Katolik dan aliran kepercayaan, seperti yang tertera pada tabel berikut:


(52)

Tabel 4.1

Komposisi penduduk berdasarkan Agama/kepercayaan

No Agama Laki-laki Perempuan

1 Kristen Protestan 112 Orang 114 Orang

2 Kristen Katolik 91 Orang 104 Orang

3 Parmalim 1 Orang

Jumlah 203 orang 219 orang

Sumber Data: Profil Desa Sigapiton Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.1 di ketahui bahwa mayoritas agama yang dianut penduduk di desa sigapiton mayoritas agama yang dianut adalah kristen protestan sebanyak 226 orang, kristen katolik sebanayak 195 orang, dan agama parmalim 1 orang. Adanya perbedaan agama yang terjadi tidak menimbulkan perpecahan antar masyarakat.

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/suku bangsa

Adapun komposisi penduduk Desa Sigapiton berdasarkan Suku adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/suku Bangsa

No Etnis Laki-laki Perempuan

1 Batak Toba 203 219

Jumlah 203 219


(53)

Berdasarkan pada tabel 4.2 di ketahui bahwa suku bangsa yang ada di Desa Sigapiton adalah suku bangsa batak toba sebanyak 422.

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok

Dalam memenuhi kehidupan sehari-hari, maka mata pencaharian mereka pun bermacam-macam, hal ini dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok

No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

1 2 3 4 5 Petani Nelayan

Karyawan Perusahaan Swasta Pegawai Negeri Sipil

Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

114 orang 16 Orang 15 Orang 1 Orang 2 Orang 122 Orang 5 Orang 2 Orang 148 Orang 129 Orang Sumber data: Profil Desa Sigapiton Tahun 2013

Data yang disajikan pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di desa Sigapiton bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 191 orang, 16 orang sebagai nelayan, 15 orang karyawan di perusahan swasta, 6 orang pegawai negeri sipil, dan 4 orang pensiunan pegawai negeri sipil. Bermacam-macamnya mata pencaharian penduduk ini dikarenakan berbagai faktor yaitu: jenis pendidikan, keadaan ekonomi, kepemilikan lahan pertanian dan lain-lain.


(54)

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Jumlah penduduk Desa Sigapiton terdiri dari berbagai kelompok usia. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia No Kelompok Usia Jumlah (Orang)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 0-5 Tahun 6-10 Tahun 11-15 Tahun 16-20 Tahun 21-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun 36-40 Tahun 41-45 Tahun 46-50 Tahun 51-55 Tahun 56-60 Tahun

Lebih dari 60 Tahun

25 Orang 48 Orang 32 Orang 28 Orang 34 Orang 35 Orang 50 Orang 36 Orang 40 Orang 32 Orang 27 Orang 23 Orang 12 Orang

Jumlah 422 orang


(55)

Berdasarkan pada tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar adalah 31-35 tahun yaitu berjumlah 50 jiwa, di ikuti penduduk yang berusia 6-10 tahun sebanyak 48 jiwa, sedangakn jumlah penduduk terkecil yaitu pada usia lebih dari 60 tahun yaitu sebesar 12 orang.

4.1.4 Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang ada di desa sigapiton adalah sebgai berikut:

a. Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa

Adapun sarana dan prasarana pemerintahan di desa Sigapiton adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa

No Nama Status/Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gedung Kantor

Jumlah Ruangan Kerja Listrik Perangkat Desa Mesin Tik Meja Kursi Lemari Arsip Kendaraan Dinas Ada 2 ruangan Ada Ada Ada 2 Buah 5 Buah 1 Unit 1 Unit Sumber: Profil Desa Sigapiton Tahun 2013


(56)

Berdasarkan pada tabel 4.5 diketahui bahwa sarana dan prasarana pemerintahan desa ini sudah memadai untuk melakukan kegiatannya dalam melayani masyarakat setempat. Dan diharapkan pihak kelurahan bersikap baik dalam melayani masyarakat, agar masyarakat mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan desa.

b. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di desa Sigapiton adalah 1 unit gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri, dengan 5 orang tenaga pengajar dan 54 orang siswa.

c. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana dan Prasaran kesehatan yang di desa Sigapiton adalah 1 unit gedung Posyandu dan 1 orang bidan. Berdasarkan data yang di peroleh sarana dan prasarana kesehatan di desa sigapiton belum memadai dan masih diperlukan sarana dan prasarana kesehatan untuk melayani masayarakat.


(57)

Rr

4.2 Posyandu Melati

Kepala Desa J.EFENTUS GULTOM

Sekretaris

MULA HORAS NADAPDAP

Kaur Keuangan BENNI GULTOM Kaur Masyarakat

RICAD

MANURUNG Kaur Pemerintahan


(58)

4.2.1 Sejarah Posyandu Melati

Posyandu melati yang berada di Desa Sigapiton yang berdiri sejak tahun 1993. Dimana posyandu di gagas oleh seorang bidan yang di tugaskan di desa Sigapiton. Namun baru di resmikan pada tahun 2006 oleh bapak Camat Ajibata. Sebelum diresmikan Posyandu Melati Belum rutin melakukan kegiatannya. Namun setelah diresmikan Posyandu Melati sudah rutin melayani masarakat. Posyandu Melati melakukan kegitan nya sekali dalam satu bulan, yaitu minggu ketiga dalam satu bulan.

Posyandu Melati adalah posyandu mandiri. Dimana kegiatannya berjalan secara teratur dan mantap. Kegiatan Posyandu ini antara lain:

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2. Keluarga Berencana (KB) 3. Imunisasi

4. Pemantauan dan Peningkatan Gizi 5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

4.2.2 Visi dan Misi Posyandu Melati

Visi dan misi Posyandu Melati adalah:

a. Visi Posyandu

Mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. b. Misi Posyandu

Meningkatkan derajat kesehatan, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.


(59)

Untuk mencapai visi dan misi tersebut, diperlukan berbagai kegiatan diantaranya adalah menggerakkan masayarakat untuk memanfaatkan posyandu sebagai pelayanan kesehatan dasar yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.

4.2.3 Kader Posyandu

Adapun nama-nama kader di Posyandu Melati ini adalah

1. Tianna sebagai ketua 2. Roria sebagai sekretaris 3. Rosmaria sebagai bendahara 4. Tiurma sebagai anggota 5. Uli sebgai anggota

4.2.4 Sarana dan Prasarana Posyandu


(60)

Tabel 4.6

Sarana dan Prasaran Posyandu Melati

No Nama Status/ Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Gedung Posyandu Timbangan

Alat Ukur Tinggi Badan

Alat Ukur Panjang Badan (Bayi) Tempat Tidur Lemari Meja Bantal Kursi Mangkok Sendok Gelas Teko Ada Ada Ada Ada Ada 2 unit Ada Ada 10 Buah 50 buah 46 buah 46 buah 10 buah

Sumber data: Profil Posyandu Melati 2013

Data yang disajikan pada table 4.6 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana posyandu sudah cukup untuk dapat melaksanakan kegiatannya.


(61)

BAB V

BAB V ANALISA DATA

Pada bab ini akan dibahas mengenai data-data yang telah diperoleh dari penelitian yang dilakukan dilapangan melalui wawancara dengan informan. Peneliti berhasil mengumpulkan data dari 4 orang informan. Dalam hal ini, data yang diperoleh lansung dari masyarakat yang berpartisipasi di Posyandu Melati Desa Sigapiton.

Dari penelitian tersebut diperoleh data umum mengenai informan melalui nama, usia, pendidikan, pekerjaan, lama tinggal, jumlah anak, pekerjaan suami. Setelah melakukan observasi dan wawancara dengan informan, diperoleh juga berbagai data yang akan diananilisis melalui pendekatan kualitatif . Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai data-data yang sudah terkumpul, penulis mencoba menguraikan petikan wawancara dengan informan secara narasi penulis tentang data-data tersebut.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Informan 1.

Informan yang pertama yang bernama Tianna Gultom. Beliau sekarang berusia 42 tahun. Pendidikan terakhirnya adalah tamatan SMA dan beliau adalah seorang petani. Ibu Tianna sudah tinggal selama 42 tahun di desa sigapiton, dan mempunyai 6 orang anak. Pekerjaan suami ibu tianna adalah sebagai wiraswasta.

Ibu tianna sudah menjadi kader sejak posyandu melati tahun 2002 dan beliau menjabat sebagai ketua posyandu. Beliau memikili pengetahuan yang baik tentang kesehatan, terutama tentang kesehatan bayi dan balita. Kesehatan adalah sehat jasmani rohani dimana kebutuhan jasmani dan rohani harus terpenuhi. Kemudian pola makan atau hidupnya,


(62)

kesehatan itu penting dan harus di jaga kata beliau. Kesehatan balita merupakan hal yang sangat penting. Dimana orang tua balita harus pintar dalam merawat, mengatur pola makanan yaitu memberikan makanan yang sehat dan bergizi, dan menjaga kebersihan anak tersebut, kata beliau.

Bentuk pelayanan kesehatan balita di posyandu melati yang di lakukakan adalah mulai dari menimbang anak dan pengawasan berat badan balita, dimana berat badan harus sesuai dengan usia balita tersebut. Jangan sampai ada pada BGM (bawah garis merah), apabila ada balita yang BGM (bawah garis merah) akan dilaporkan ke puskesmas. Ada juga pemberian makanan tambahan, imunisasi, dan penanggulangan diare. Penanggulangan diare dulunya tidak rutin dilakukan, namun setelah ada kasus pada tahun 2009, ada sekitar 6 orang anak mengalami diare maka kegitan itu rutin dilakukan. Pelayanan kesehatan balita sangat penting seperti kegiatan yang ada di posyandu ini, yaitu dengan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan. Dengan adanya kegiatan itu, maka masayarakat yang tingkat pendidikan nya rendah mendapat penyuluhan tentang kesehatan balita begitu kata beliau.

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu berupa tenaga, yaitu dalam kegiatan pemberian makanan tambahan kepada balita. Dimana masyarakat ikut memasak bubur kacang hijau dan membagikan biskuit kepada balita. Ada juga dalam bentuk dana, yaitu untuk dana sosial dan dana kematian yang di pungut dari masyarakat. Awalnya masayarakat masih kurang perhatian tentang kegiatan posyandu. Ini disebabkan tingkat pendidikan masyarakat di desa ini masih rendah. Mereka ikut berpartisipasi karena memiliki balita, bagitu kata beliau.

Alasan ibu tianna menjadi kader posyandu adalah karena “dulunya saya adalah ketua pkk di desa ini dan otomatis saya yang menjadi ketua posyandu, dan tugas saya adalah mengenalkan dan mengajak warga ikut ke posyandu. Sebelum saya menjadi kader di desa ini


(63)

saya sudah mengenal posyandu karena sering membawa anak saya ke posyandu. Saya sudah menjadi kader posyandu selama 12 tahun, namun saya tidak merasa bosan ikut berpartisipasi di posyandu ini. Dengan umur saya sekarang, saya tidak merasa terganggu ikut berpartisipasi di posyandu. Kalau saya dapat umur yang panjang maka saya akan terus memebantu kegiatan posyandu ini” demikian penuturan beliau.

Ibu tianna adalah seorang petani. Dengan ikut berpartisipasi di posyandu ini ibu tianna tidak merasa terganggu dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari, karena pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan satu kali dalam sebulan. Selanjutnya, keluarga dan suami beliau juga sangat mendukung beliau untuk ikut berpartisipasi dalam kegitan posyandu, “selagi tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari dan mengurus keluarga suami saya tidak keberatan” begitu penuturan beliau.

Berbicara mengenai letak posyandu tidak menjadi masalah buat ibu tianna untuk melakukan kegiatan posyandu, “karena kalau sudah ada niat dan menurut saya sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai ketua posyandu walaupun letak posyandu jauh dari rumah saya” kata beliau. Selama menjadi kader posyandu ibu tianna mendapatkan seragam dan honor setiap bulan dari pemerintah kabupaten, dan mendapatkan uang transport selama mengikuti kegitan pembinaan di kecamatan.

Menurut ibu tianna kegiatan posyandu sangat bermanfat bagi beliau. Karena anak ke lima dan ke enam selalu di bawa ke posyandu, dan beliau dapat memantau kesehatan anak-anaknya dengan menimbang berat, mengukur tinggi badan. Kemudian tentang pihak lain yang mengingatkan untuk melakukan tugas sebagai kader posyandu adalah petugas posyandu, dimana beliau diingatkan untuk melakukan pendataan tentang balita yang ada di desa sigapiton. Selama menjadi kader beliau pernah mendapat penghargaan yaitu berupa


(1)

rendah. Justru para informan tetap mau aktif dalam kegiatan posyandu meskipun mereka belm mempunyai pengalaman dalam suatu pengurusan dalam suatu organisasi.

d. Penghargaan/Apresiasi

salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi seseorang berpartisipasi adalah dengan adanya apresiasi atau penghargaan. Secara umum, para informan, terkhususnya para ibu yang memanfaatkan pelayanan posyandu, mengaku bahwa mereka tidak pernah mendapatka apresiasi atau penghargaan selam mereka memanfaatkan pelayanan kesehatan balita di posyandu. Lain halnya dengan para informan yang menjadi kader posyandu, seperti ibu tiannna dan ibu rosmaria. Mereka mengaku bahwa selama menjadi kader bentuk apresiasi diberikan dengan seragam bagi semua para kader dan mendapat honor dari pemerintah kabupaten. Selain itu mereka mengaku pernah mendapat uang transportasi untuk mengikuti pelatihan di kecamatan. Kemudian ibu tianna mengaku pernah mendapat apresiasi berupa piagam penghargaan untuk posyandu melati, atas keberhasilan posyandu menangani masalah diare yang dialami para balita di desa sigapiton.

Hal ini agak berbeda dengan berdeda dengan yang dinyatakan ife bahwa berbagai bentuk partisipasi harus diakui serta dihargai. Ini akan semakin membuat masyarakat untuk terdorong dalam berpartisipasi. Meskipun para ibu rutin membawa anak mereka ke posyandu tidak mendapatkan penghargaan, namun merek tetap membawa anak mereka ke posyandu. d. Kebermanfaatan Program

Secara umum, para informan mengaku pernah merakan langsung manfaat dari keberadaan posyandu, seperti yang diutarakan oleh ibu tianna dan ibu rosmawati. Mereka mengaku bahwa pernah merasakan manfaat posyandu ketika membawa anak nya ketika masih balita. Sama halnya denga ibu resti dan ibu ramawana yang senantiasa mendapatkan


(2)

manfaat langsung dari posyandu. Mereka mengaku tahu bangaman perkembangan anak mereka, mulai dari tinggi badan, berat badan, serta status gizi anak mereka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para informan mau ikut berpartisipasi aktif dalam pelaynaan kesehata balita salah satunya karena telah memandapatkan manfaat dari pelayanan kesehatan balita di posyandu.

f. Dukungan Struktural Masyarakat

Dukungan sktuktur masayarakat turut mempengaruhi dalam proses partisiapsi. Para ibu yang menjadi informan mengaku bahwa diri mereka percaya diri ketika berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Seperti ibu resti dan ibu ramawana yang mengaku percaya diri membawa anak mereka ke posyandu. Karena anak mereka sehat. Begitu pulak ibu yang menjadi kader posyandu, seperti ibu tianna dan ibu rosmawati. Mereka senang dan percaya diri menjalankan tugas sebagai kader posyandu. hal ini sesuai dengan yang dikatakan ife, dimana lingkungan masyarakat sekitar mendukung para warganya untuk turut berpartisipasi.


(3)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan memberi kesimpulan dan saran mengenai partisipasi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di posyandu. Dari hasil penelitian disimpulkan:

1. Partisipasi yang dilakukan oleh masayarakat, dalam hal ini khususnya para ibu, baik yang menjadi kader dan ibu yang mempunyai balita, dapat di bagi menjadi tiga, yakni partisipasi dalam bentuk tenaga, uang/harta serta ikut dalam pelaksanaan program. 2. Adanya faktor pendukung para ibu untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan

balita di posyandu adalah kepada lebih faktor internal. Hal ini terlihat dari adanya pengetahuan yang cukup kuat dalam diri ibu mengenai pentingnya menjaga kesehatan, khususnya kesehatan balita dengan cara berpartisipasi hadir setiap bulannya pada jam buka posyandu, maupun ibu yang memberi dirinya menjadi kader posyandu. kemudian faktor yang cukup kuat mendorong para ibu untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita ialah kebiasaan ibu membawa anaknya ke posyandu, dan faktor untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan balita tidak dapat diabaikan begitu saja, seperti halnya dengan faktor usia, dimana para ibu kader masi mau berpartisipasi selama usianya masih meemungkinkan. Kemudian faktor eksternal juga tidak bisa diabaikan begitu saja, seperti dukungan keluarga, dalam hal ini suami yang memberikan izin para ibu untuk berpartisipasi. Selain itu juga letak posyandu yang relatif jauh tidak menjadi halangan untuk para ibu untuk ikut berpartisipasi. Faktor eksternal yang cukup mempemgaruhi yakni para ibu telah


(4)

merasakan manfaat dari keberadaan posyandu, meskipun kurangnya apresiasi dan pengalaman berorganisasi ibu-ibu tersebut.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan balita di posyandu melati adalah sebagai berikut:

1. Pelu diadakannya apresiasi bagi para ibu yang rutin hadir dalam jam buka posyandu. apresiasi ini dapat diberikan berupa perlengkapan balita ayau pengahargaan pemenang balita sehat setiap bulan atau setiap tahun. Hal ini akan menambah rasa semangat para ibu untuk membawa anak-anaknya ke posyandu. Begitu pula para kader yang cakap dalam memberikan pelayanan kesehatan balita, yang dapat berupa perlengkapan rumah tangga.

2. Mengajak para ibu yang bukan kader aktif posyandu, seperti remaja putri, pasangan usia subur atau ibu-ibu yang belum aktif untuk terlibat dalam pelayanan kesehatan balita. Hal ini diperlukan supaya adanya regenerasi kader. Disamping itu dengan adanya regenerasi kader, maka akan terjadi transfer ilmu dari kader yang lama kepada kader yang baru.

3. Perlu dipikirkan upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran warga akan pentingnya kesehatan. Hal itu dapat dilakukan dengan cara membuat seminar atau pelatihan kesehatan yang tidak hanaya melibatkan kader posyandu, tetapi melibatkan langsung warga masyarakat, sebagai trnsfer pengetahuan dari petugas kesehatan dapat langsung terserap warga, tidak terhambat melalui kader posyandu.


(5)

Daftar Pustaka

Adi, Isdandi Rukminto. (2002). Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Ksesjahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.

Adi, Isbandi Rukminto. (2007). Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdaaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pres.

Dapartemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Gaventa, John & Camilo Valderama. (2001). Mewujudkan Partisipasi: 21 Teknik Mewujudkan Partisipasi Masyarakat Untuk Abad 21. Jakarta: The British Council. Ife, Jim & Frank Tesoriero. (2008). Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu. Jakarta: kementerian Kesehatan RI.

Mikkelsen, Britha. (2003). Metode Penelitian Parsipatoris Dan Upaya-Upaya

Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muniarti, Nunuk P. (2004). Getar Gender: Perempuan Indonesia Dalam Persfektif Agama, Budaya, Dan Keluarga. Magelang: Indonesiatera.

Ndraha, Talizihudu. (1990). Pembangunan Masyarkat: Memepersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta

Sastropoetro, Santoso. (1988). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Penerbit Alumni.


(6)

Slamet Y. (1993). Pembangunan masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Penerbit Sebelas Maret University Press.

Soeharto, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Suatu Teknik Penelian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grasindo Monoratama Sugiono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfaberta

Suharjo. 1996. Gizi dan Pangan. Yogyakarta: Kanisius

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian status Gizi. Jakarta: EGC Sember-sumber lain:

html).