62 diperkuat melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti, dkk 2005
menggunakan zeolit alam Lampung yang dikemas dalam bentuk membran kolom dan hasilnya mampu menurunkan konsentrasi ion Mg
2+
hingga mencapai 50,5 dari 1240 mgl larutan umpannya. Sehingga jika
dibandingkan dengan penelitian ini, yang menggunakan konsentrat umpan ion Mg
2+
sebesar 20 mgl, hasilnya menunjukan nilai efisiensi yang lebih besar. Hasil pengukuran konsentrasi Mg
2+
didalam filtrat adalah 6,13 mgl, 2,76 mgl dan 5,26 mgl masing-masing untuk tipe membran Z
1
S, Z
2
S dan Z
3
S. Sehingga kuat diduga bahwa kehadiran logam Mg
2+
didalam filtrat diakibatkan oleh terlarutnya bahan pembentuk campuran semen.
Sebagai catatan bahwa komposisi senyawa Mg dalam semen tipe I adalah sebesar 5 SNI 15-2049, 2004. Dan seperti halnya pada senyawa
Fe
2
O
3
,senyawa MgO juga ditambahkan guna menurunkan suhu pembakaran saat proses pembentukan klinker semen Austin, 1985. Selanjutnya pada saat
penggunaan semen hingga set pengerasan semen hardening, senyawa MgO terhidrasi menjadi senyawa MgOH
2
. Sehingga diduga Mg
2+
berasal dari bagian bawah membran yang tidak mengalami kontak langsung dengan
umpan, namun ikut terbawa air pada bagian belakang membran yang berhadapan langsung dengan filtrat.
4.2.4. Pemisahan ion Ca
2+
Berdasarkan hasil pengukuran pemisahan ion logam terhadap ketiga tipe membran, diketahui hasilnya menunjukkan persen pemisahan yang
negatif seperti terlihat pada Tabel 13. Artinya terjadi kegagalan pemisahan
63 ion Ca
2+
atau telah terjadi pelarutan bahan semen Portland putih leackage, sehingga menaikkan konsentrasi filtrat yang terbentuk. Dapat pula diduga
bahwa penyebab utamanya, karena belum sempurnanya reaksi hidrasi semen. Oleh karena itu, pemisahan terhadap ion Ca
2+
dapat dikatakan tidak sesuai dengan karakter membran zeolit yang terbentuk. Persentase pemisahannya
adalah -145,7 , -188,6 dan -164,5 untuk masing-masing tipe membran Z
1
S, Z
2
S dan Z
3
S. Tabel 13. Pengaruh persen berat zeolit terhadap pemisahan ion Ca
2+
Tipe sampel
Konsentrasi Umpan
mgl Konsentrasi filtrat mgl
efisiensi Pemisahan
membran hasil pengukuran
Perhitungan 12x
1
+ x
2
R
2
Z
1
S 20
X1 35,82
49,54 -145,7
X2 64,26
Z
2
S 20
X1 48,63
57,73 -188,6
X2 67,99
Z
3
S 20
X1 57,55
52,91 -164,5
X2 49,33
Koefisien linear R
2
: 0,9900 Terjadinya penambahan konsentrasi Ca
2+
diduga, pertama karena belum sempurnanya proses hidrasi semen dalam campuran membran,
disebabkan karena air telah terlebih dahulu menguap melalui proses pemanasan dari luar. Dimana seharusnya pengujian produk semen dilakukan
setelah 28 hari, tanpa pemanasan dari luar. Sehingga sejumlah bahan semen seperti 3CaO.SiO
2
dan 2CaO.SiO
2
, belum seluruhnya membentuk gel tobermorite
3CaO.2SiO
2
.3H
2
O.
Kedua,bereaksinya kembali senyawa gypsum
64 dengan air setelah terjadi pengerasan. Sehingga gipsum CaO.SO
4
.H
2
O akan kembali bereaksi menghasilkan senyawa CaOH
2
yang larut air. Sehingga konsentrasi ion Ca
2+
meningkat. Hal yang sama terjadi pula pada Razzak dkk 2009 ketika melakukan
pemisahan logam Ca
2+
menggunakan zeolit alam Lampung tidak teraktivasi dan nilai pemisahan didapatkan sebesar negatif sembilan persen -9. Untuk
penggunaan semen Portland putih diduga kuat lebih banyak memberikan penambahan konsentrasi ion Ca
2+
didalam filtrat. Karena seperti diketahui bahwa semen portland putih mengandung persenyawaan Ca
2+
, antara lain adalah 3CaO.SiO
2
; 2CaO.SiO
2
; 3CaO.Al
2
O
3
; 4CaO.Al
2
O
3
.Fe
2
O
3
sebesar 64 –
68 dan menempati bagian terbesar diantara senyawa lainnya Mursito, 2004. Selain itu bahan semen sengaja ditambahkan gipsum CaSO
4
.2H
2
O guna memperlambat terjadinya set pengerasan semen dan dilepasakan
kembali dalam bentuk senyawa CaSO
4
setelah campuran mengeras Austin, 1985. Saat proses filtrasi berlangsung, sejumlah air bereaksi dengan CaO dan
membentuk kapur CaOH
2
dan gipsum CaSO
4
yang terbawa air melalui bagian bawah membran tidak kontak langsung dengan umpan. Kedua
senyawa tersebut terlarut dengan baik didalam filtrat membran dan tentu saja akan menambah konsentrasi ion Ca
2+
didalam filtrat.
4.2.5. Pemisahan ion Na