DeskripsiDuduk Perkara HADHANAH ANAK KEPADA BAPAK DI PENGADILAN AGAMA

B. DeskripsiDuduk Perkara

Dalam surat gugatan duduk perkaraposita sangat penting eksistensinya, setiap surat gugatan memuat posita. Pada hakikatnya posita atau fundamentum petendi yaitu menguraikan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa. 21 Biasanya dalam praktik baik dalam putusan ataupun surat gugatan lebih dikenal atau lebih lazim disebut dengan tentang duduk perkara yang menjadi dasar yuridis gugatan atau menguraikan secara kronologis duduk perkaranya kemudian penguraian tentang hukumnya, tidak berarti harus menyebutkan peraturan-peraturan hukum yang dijadikan dasar tuntutan, melainkan cukup hak atau peristiwa yang harus dibuktikan dalam persidangan nanti sebagai dasar dari tuntutan. 22 Tentang posita atau duduk perkara dalam surat gugatan tertanggal 27 Februari 2009 yang terdaftar di kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Barat pada Nomor 228Pdt.G2009PAJB. Telah mengajukan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut: 1 Bahwa pada tanggal 15 Oktober 1997, Penggugat dengan Tergugat melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh PPN Kantor Urusan Agama Kec. Grogol Petamburan, Jakarta Barat sesuai dengan Kutipan Akta Nikah Nomor: 49749X1997 tanggal 15 Oktober 1997. 21 Faizal Kamil, Asas Hukum Acara Perdata, Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2005, h. 60 22 Fauzie Yusuf Hasibuan, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Yayasan Pustaka Hukum Indonesia, 2006, h. 9. 2 Bahwa, setelah pernikahan tersebut Penggugat dengan Tergugat bertempat tinggal di rumah orang tua penggugat di Tomang, Jakarta Barat. 3 Bahwa selama pernikahan tersebut Penggugat dengan Tergugat telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dan telah dikaruniai 4 orang anak yang bernama: 1. Rafli Syafaat, lahir tanggal 29 April 1998. 2. Zulkifli Saifunnuha, lahir tanggal 29 April 1998. 3. Febby Indana Zulva, lahir tanggal 14 Februari 2001. 4. Berliana Rizky Ramadhan, lahir tanggal 26 September 2008. 4 Bahwa kurang lebih sejak bulan Juni tahun 2000 ketentraman rumah tangga Penggugat dan Tergugat mulai goyah, setelah: 1. Tergugat mempunyai sifat dan sikap serta perilaku yang kasar kepada Penggugat dimana Tergugat ringan tangan dan suka memukul. 2. Tergugat telah menikah lagi dengan wanita lain bernama Heni tanpa sepengetahuan dan izin dari Penggugat selaku istri Tergugat. 3. Tergugat sering kali mengucapkan kata-kata cerai kepada Penggugat. 4. Tergugat sering pergi meninggalkan Penggugat dan keluarga tanpa alasan yang jelas. 5. Tergugat sering berbohong bahkan pada saat menikah dengan Pengugat, Tergugat mengaku bujangan padahal Tergugat sudah berkeluarga dan bahkan telah punya 5 orang anak. 6. Antara Penggugat dan Tergugat seringkali terjadi perselisihan paham yang tidak kunjung penyelesaiannya sehingga Penggugat pergi dai kediaman bersama dalam rangka menghindari keributan. 5 Bahwa puncak perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat tersebut terjadi kurang lebih pada bulan Februari tahun 2009 yang akibatnya antara Penggugat dan Tergugat telah pisah tempat tinggal. 6 Bahwa Penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan musyawarah namun tidak berhasil. 7 Bahwa 4 orang anak hasil perkawinan Penggugat dengan Tergugat saat ini masih kecil dan membutuhkan kasih sayang dari Penggugat sebagai ibu kandungnya, oleh karenanya mohon Penggugat ditunjuk sebagai pengasuh dan pemelihara atas anak tersebut. 8 Bahwa, apabila nantinya Penggugat ditunjuk menjadi pemelihara dan pengasuh terhadap anak tersebut, maka sudah barang tentu memerlukan biaya pemeliharaan terhadap anak-anak tersebut di atas mengingat bahwa Tergugat bekerja di pertambangan dengan gaji kurang lebih Rp 10.000.000,- sepuluh juta rupiah per bulan, maka Penggugat menuntut kepada Tergugat biaya pemeliharaan untuk empat orang anak sebesar Rp 5.000.000,- lima juta rupiah per bulan sampai keempat anak dewasa dan mandiri, di luar biaya kesehatan dan pendidikan. 23 23 Arsip Pengadilan Agama Jakarta Barat, Putusan No. 228Pdt.G2009PA.JB.

C. Profil dan Pihak Yang Terlibat