Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

L. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaaan SPHP merupakan batas awal penghitungan jangka waktu pembahasan. Jangka waktu pengujian telah berakhir SPHP wajib disampaikan oleh Pemeriksaan Pajak. SPHP haya diberikan sekali saja kepada Wajib Pajak. Berdasarkan pasal 31 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pemeriksa Pajak wajib memyamaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan SPHP kepada Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan closing conference dalam batas waktu yang ditentukan. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam batas waktu yang ditentukan, hasil pemeriksaan ditindaklanjuti sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. SPHP dan temuan hasil Pemeriksaan disampaikan oleh Pemeriksa Pajak secara langsung atau melalui faksimili. Dalam hal SPHP disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak harus menandatangani surat penolakan menerima SPHP. Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani surat penolakan menerima SPHP, Pemeriksa Pajak membuat berita acara penolakan menerima SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. Wajib Pajak memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan daftar temuan hasil Pemeriksaan dalam bentuk : Universitas Sumatera Utara 1. Lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh hasil Pemeriksaan. 2. Surat sanggahan, dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil Pemeriksaan. Wajib Pajak diharapkan memberikan tanggapan. Jika setuju, sudah disediakan formulir persetujuan. Jika tidak setuju sebagian atau seluruhnya maka harus dijelaskan apa dan kenapa tidak setuju. Poin ketidaksetujuan inilah sebenarnya yang menjadi pokok pembahasan di closing conference.Sehingga jika Wajib Pajak menuangkan ketidaksetujuan secara tertulis, maka akan membantu pemeriksa pajak untuk membuat risalah pembahasan. Tanggapan tertulis harus disampaikan dalam jangka waktu paling lama 7 tujuh hari kerja sejak tanggal diterimanya SPHP oleh Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat melakukan perpanjangan waktu penyampaian tanggapan tertulis untuk jangka waktu paling lama 3 tiga hari kerja terhitung sejak jangka waktu berakhir. Tanggapan tertulis dan pemberitahuan tertulis disampaikan oleh Wajib Pajak secara langsung atau melalui faksimili. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP, Pemeriksa Pajak membuat berita acara tidak disampaikannya tanggapan tertulis atas SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. Dalam rangka melaksanakan pembahasan atas hasil Pemeriksaaan yang tercantum dalam SPHP dan daftar temuan hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak Universitas Sumatera Utara harus diberikan hak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.Hak hadir diberikan melalu penyampaian undangan secara tertulis kepada Wajib Pajak denggan mencantumkan hari dan tanggal dilaksanaknnya Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Pada tanggal sesuai tertera di undangan, Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan dengan mendasarkan pada lembar pernyataan persetujuan hasil Pemeriksaan dan membuat berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak jika Wajib Pajak tersebut hadir. Jika tidak hadir maka dibuatla berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak. Pembahasan tidak harus dilakukan sehari sesuai tanggal undangan. Jika memang belum selesai, maka pembahasan bisa dilakukan hari berikutnya sesuai yang disepakati oleh Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak asalkan dalam periode jangka waktu pembahasan 2 bulan. Jika Wajib Pajak sudah berniat mengajuka pembahasan ke Tim Quality Assurance Tim QA maka tidak perlu waktu yang lama dalam pembahasan dengan Wajjb Pajak. Diskusi atau pembahasan dengan Pemeriksa Pajak sebenarnya bias dilakukan pada periode jangka waktu pengujian. Sehingga ada waktu 6 atau 8 bulan diskusi masalah pemeriksaan antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance, Wajib Pajak menyampaikan surat permohonan kepada : 1. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dalam hal Pemeriksaan Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh Pemeriksa Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. 2. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, dalam hal Pemeriksaan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak pada Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan. Menurut Pasal 49 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17PMK.032013 Tim QA bertugas untuk : 1. Membahas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksaan Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. 2. Memberikan simpulan dan keputusan atas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak. 3. Membuat risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan yang berisi simpulan dan keputusan hasil pembahasan yang bersifat mengikat. Pembahasan dengan Tim QA bukan berarti pemeriksaan selesai. Proses closing conference baru berakhir jika telah dibuat berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengani ikhtisar hasil pembahasan akhir. Artinya setelah pembahasan dengan Tim QA , Wajib Pajak harus harus menandatangani risalah pembahasan Tim QA, dan berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Tetapi jika Wajib Pajak tidak memita pembahasan dengan Tim QA maka saat pembahasan dengan pemeriksa pajak, langsung saja dibuatkan berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri ikhtisar hasil pembahasan akhir. Universitas Sumatera Utara BAB 1V ANALISIS DAN EVALUASI Sistem self assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana Wajib Pajak WP diberikan kepercayaan dan tanggungjawab untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Sistem self assessment dibelakukan sampai sekarang karena sistem official assessment yang sebelumnya diberlakukan dinilai tidak efisien, dan menimbulkan kecenderungan Wajib Pajak kurang bertanggungjawab, dan sering terjadi perlawanan pajak dengan cara menghindar dari kewajiban perpajakannya. Dengan menyadari kelemahan- kelemahan tersebut maka sistem self assessment yang diberlakukan. Sistem self assessment memberikan konsekuensi bagi Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan yang dibebankan kepadanya. Secara otomatis, sanksi yang dijatuhkan apabila tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya sehingga akan dikenakan sanksi, yakni berupa denda atau bunga, ataupun kenaikan jumlah pajak yang terutang. Dalam beberapa hal, bahkan hukuman yang dikenakan akan sangat berat, sama seperti halnya sandera pajak gijzeling atapun pidana pajak. Oleh karena itu, sistem self assessment mewajibkan Wajib Pajak untuk lebih memahami dan menerapkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku agar Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan terhindar sanksi perpajakan. Universitas Sumatera Utara Sistem self assessment memberikan kepercayaan bagi Wajib Pajak untuk melakukan sendiri kewajiban perpajakannya khusus. Yang sering menjadi pertanyaan adalah seberapa besarkah Wajib Pajak dapat memahami seluruh aturan perpajakan yang berlaku untuk menghitung pajaknya sendiri. Karena tidak semua Wajib Pajak tentuya mengerti mengenai aturan perpajakan yang berlaku di Indonesia yang sering mengalami perubahan seturut perkembangan ekonomi. Dalam hal ini, fungsi Direktorat Jenderal Pajak melakukan pembinaan, pelayanan, pengadministrasian, dan pengawasan. Dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk mnenguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, atau tujuan lain dalam melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Selain itu, fiskus berkewajiban pula melaksanakan penegakan hukum dalam perpajakan tax law enforcement dalam rangka upaya untuk memelihara agar proses dan pelaksanaan self assessmentsystem dapat berjalan efektif dan tetap berada pada jalurnya. Salah satunya melalui pemeriksaan pajak yang merupakan instrument untuk menentukan tingkat kepatuhan formal dam material yang tujuan utamanya adalah untuk menguji dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka Perpajakan tax compliance. Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap berada pada ketentuan peraturan perundakang-undangan perpajakan. Universitas Sumatera Utara

A. Penyebab-penyebab Dilakukan Pemeriksaan Pajak Oleh Fiskus