Pemeriksaan Pajak Sebagai Tindakan Pengawasan Atas Pelaksanaaan Sistem Self Assesment Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

(1)

LAPORAN

TUGAS AKHIR

PEMERIKSAAN PAJAK SEBAGAI TINDAKAN PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAAN SISTEM SELF ASSEMENT PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

DISUSUN OLEH

WINDA APRILIA SARAGIH

102600040

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POITIK

UNIVERSITAS SUMATERA


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :

Nama : Winda Aprilia Saragih NIM : 102600040

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan Judul :Pemeriksaan Pajak Sebagai Tindakan

Pengawasan Atas Pelaksanaaan Sistem

Self Assesment Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan Kepala Seksi Pemeriksaan

Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Drs. Cyrus Sihaloho Daniel Zebua SE, M.Si

NIP. 195608311986011001 NIP. 06001223 NIP. 196807311987031001

Dekan

Prof. Dr.Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini dipresentasikan di depan Panitia Penguji

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

Pada Hari : Tanggal : Pukul :

TIM MAJELIS PENGUJI

1. Ketua : ( )


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segenap kerendahan hati penulis mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan penyertaanNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “PEMERIKSAAN PAJAK SEBAGAI TINDAKAN PENGAWASAN ATAS SISTEM SELF ASSESMENT PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM”.

Menyusun Tugas Akhir merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Muda Jurusan Administrasi Perpajakan. Seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak. Dalam penulisan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengalaman penulis.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun penulisan Tugas Akhir yang lebih baik lagi. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaaat bagi kita semua sebagai wacana untuk memperluas ilmu pengetahuan.


(5)

Tugas akhir ini dibuat oleh penulis berdasarkan riset Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dan tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan tulus kepada :

1. Kepada kedua Orang Tua saya. Ayahanda L. Saragih dan Ibunda E. Gurning yang selama ini mencurahkan kasih dan sayangnya dan telah membiayai pendidikan saya dan memberikan dorongan semangat serta doa, baik selama perkuliahan maupun dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

2. Bapak Drs. Cyrus Sihaloho selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak membantu , membimbing, serta berkenan meluangkan waktu hingga Tugas Akhir ini selesai.

3. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Drs. Alwi Hasim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengembangan wawasan berpikir penulis selama perkuliahan.

6. Ibu Eulis, selaku Kepala Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratam Lubuk Pakam yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

7. Bapak Daniel Zebua, selaku Kepala Seksi Pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, Mas Yogi staf seksi pemeriksaan dan bg Jems pada sub bagian umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang telah banyak membantu selama melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

8. Buat teman-teman Administrasi Perpajakan FISIP USU yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis, makasih buat kebersamaan kita selama 3 tahun ini ya.


(7)

9. Buat sahabat-sahabatku elfrida, grace, semoga persahabatan kita mulai SMA tetap terjalin ya. Kita satu didalam doa pastinya.

10. Buat tiodora (nande ribu), meime (nande bolon), muel (pria teseksi se FISIP), makasih buat hal-hal indah kita selama ini ya. Sukses buat kita semua.

11. Buat teman-teman kost bahagia, Pue, Ponti, ka Tarjok, saninaku Maria serta edakku Sabet makasih buat semangatnya.

12. Buat Alfredo, makasih buat waktu dan semangatnya selama ini.

Medan, Juli 2013

Penulis

Winda Aprilia Saragih


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 4

1.2.1 Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 4

1.2.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 5

1.3 Uraian Teoritis... 6

1.4 Ruang Lingkup... 9

1.5 Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 9

1.6 Metode Pengumpulan Data... 11

1.7 Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 11

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA LUBUK PAKAM 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Lubuk Pakam... 13

2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam... 16


(9)

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

3.1 Ketentuan Pemeriksaan Pajak... 21

3.2 Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak... 21

3.3 Pengertian Pemeriksaan Pajak... 23

3.4 Tujuan Pemeriksaan Pajak... 24

3.5 Jangka Waktu Pemeriksaan... 25

3.6 Pelaksanaan Pemeriksaan... 26

3.7 Standar Pemeriksaan... 28

3.7.1 Standar Umum Pemeriksaan (pasal 7)... 28

3.7.2 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan (pasal 8)... 29

3.7.3 Kertas Kerja Pemeriksaan... 30

3.7.4 Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan... 31

3.8 Norma Pemeriksaan Pajak... 32

3.9 Laporan Hasil Pemeriksaan... 32

vi 3.10 Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan... 33


(10)

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

4.1 Prosedur dan Tata Cara Pemeriksaan Pajak... 41

4.2 Penyebab-Penyebab Dilakukannya Pemeriksaan Pajak Oleh Fiskus... 42

4.3 Usaha-Usaha Untuk Menanggulangi Masalah Wajib Pajak yang Kurang Atau Tidak Patuh... 43

4.4 Upaya-Upaya Untuk Menanggulangi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaksanaan Tindak Pemeriksaan... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 47

5.2 Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :

Nama : Winda Aprilia Saragih

NIM : 102600040

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : Pemeriksaan Pajak Sebagai Tindakan Pengawasan Atas Pelaksanaaan Sistem Self Assesment Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan

Administrasi Perpajakan Kepala Seksi Waskon II

Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Drs. Cyrus Sihaloho Daniel Zebua SE, M.Si NIP. 195608311986011001 NIP. 060012235 NIP.

196807311987031001

Dekan


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini dipresentasikan di depan Panitia Penguji

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

Pada Hari : Tanggal : Pukul :

TIM MAJELIS PENGUJI

1. Ketua : ( )


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Sebagai negara yang berkembang Negara Republik Indonesia tengah menggalakkan pembangunan disegala aspek kehidupan masyarakat, yaitu aspek ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan lain-lain. Pembangunan tersebut bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia secara adil dan makmur.

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual (Waluyo,2002:1). Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa yaitu dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak sehingga jumlah penerimaan pajak selalu diupayakan untuk meningkat setiap tahunnya. sistem perpajakan mengalami perubahan dari masa kemasa sesuai perkembangan masyarakat dan negara. Pemungutan pajak merupakan suatu kewajiban Warga Negara selaku Wajib Pajak serta peran aktif untuk membiayai keperluan Negara. Sejak berlakunya reformasi perpajakan pada tahun 1983, maka sistem perpajakan yang sebelumnya official assesment yaitu suatu sistem pemungutan


(14)

pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak menjadi sistem self assesment.

Self Asssesment System adalah sebuah sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada masyrakat sebagai wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (Pasal 1 ayat 24 KUP). Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penetapan besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada wajib pajak sendiri dan melaporkannya secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Namun hal ini tidak efektif bila tidak dilakukan pengontrolan secara teratur oleh aparat pajak dengan cara melakukan secara langsung terhadap wajib pajak. Dengan kata lain wajib pajak berperan aktif dalam menentukan keberhasilan sistem perpajakan.

Pengawasan merupakan aktivitas paling penting dalam manajemen pemerintahan. Pengawasan buan dimaksudkan sebagai tindakan untuk mencari kesalahan, tetapi untuk menemukan penyimpangan atas pelaksanaan suatu pekerjaan, sehingga bisa dilakukan tindakan korektif, maka pekerjaan yang dilakukan akan sesuai rencana.

Didalam sistem self assesment tidak semua Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilakukan pemeriksaan pajak, kriteria SPT yang dilakukan pemeriksaan pajak adalah SPT lebih bayar. Dalam pasal 17 C Undang-undang


(15)

Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum Perpajakan, pemeriksaan terhadap wajib pajak yang surat pemberitahuannya menyatakan lebih bayar akan dikurangi jumlahnya, sehingga pemeriksaan dapat lebih diarahkan kepada wajib pajak yang tingkat kepatuhannya rendah tersebut atau menjadi wajib pajak yang memenuhi kriteria tertentu.

Kriteria pemeriksaan pajak merupakan kebijakan Direktorat Jendral Pajak, seperti yang dituangkan dalam surat edaran Direktorat Jendral Pajak SE-85/PJ/2011, kriteria pemeriksaan adalah

Pemeriksaan Rutin dapat dilakukan dalam hal :

a. Wajib Pajak orang pribadi atau badan yang menyatakan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan/Masa yang menyatakan lebih bayar.

b. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak menyatakan rugi tidak lebih bayar.

c. Wajib Pajak orang pribadi atau badan tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahuna/Masa dalam jangka waktu yang telah ditentukan setelah ditegur secara tertulis tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

d. Wajib Pajak orang pribadi atau badan melakukan kegiatan membangun sendiri yang pemenuhan kewajiban PPN (Pajak


(16)

Pertambahan Nilai) atas kegiatan tersebut patut diduga tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Pemeriksaan Kriteria Seleksi terdiri dari :

a. Kriteria seleksi dilaksanakan apabila Surat Pemeritahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) wajib pajak Orang Pribadi atau Badan terpilih untu diperiksa berdasarkan kriteria seleksi. b. Kriteria seleksi lainnya dilaksanakan apabila Surat

Pemberitahuan Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan terpilih untuk diperiksa secara komputerisasi.

Pemeriksaan Khusus dapat dilakukan dalam ha :

a. Adanya dugaan melakukan tindak pidana

b. Pengaduan masyarakat, termasuk melalui pos 5000

c. Terdapat data baru atau data semula yang belum terungkap yang dilakukan melalui pemeriksaan ulang Direktorat Jendrl Pajak. d. Permintaan wajib pajak

e. Pertimbangan Direktorat Jendral Pajak

f. Untuk memperoleh informasi atau data tertentu dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(17)

Pemeriksaan Bukti Permulaan dapat dilakukan apabila ditemukan adanya indikasi tindak pidana dibidang perpajakan berdasarkanhasil analisis data, informasi, laporan, pengaduan, laporan pengamatan, dan laporan pemeriksaan pajak.

Dari permasalahan diatas tersebut, penulis tertarik untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan mengangkat judul “PEMERIKSAAN PAJAK SEBAGAI TINDAKAN PENGAWASAN ATAS SISTEM SELF ASSESMENT PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM”.

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1.2.1 Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

a. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem selfassesment

b. Untuk mengetahui Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

c. Untuk mengetahui sebab-sebab tindakan pemeriksaan oleh fiskus terhadap wajib pajak.

d. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam tindakan pemeriksaan oleh fiskus.


(18)

e. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakpatuhan wajib pajak serta untuk menanggulangi masalah wajib pajak yang tidak atau kurang patuh.

1.2.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Bagi Mahasiswa

a. Melihat aplikasi teori administrasi perpajakan kedalam permasalahan yang timbul selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

b. Mempelajari prilaku dan keahlian baru serta mempelajari bentuk tim dan kerja sama.

c. Meningkatkan kemampuan komunkasi dalam dunia kerja d. Mendorong semangat belajar untuk mempertinggi

prestasi.

e. Menyiapkan mahasiswa sebagai tenaga baru yang terampil dan

profesional dalam menghadapi dunia kerja.

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam a. Memperoleh kritikan yang bersifat membangun


(19)

b. Menjalin hubungan yang baik dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. c. Sarana mempromosikan citra Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Lubuk Pakam yang baik kepada masyarakat, khususnya sifitas Akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang disampaikan.

b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universita Sumatera Utara dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).

d. Mempromosikan sumber daya manusia yang terdapat di Program Studi Diploma III Administrasi


(20)

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.3 Uraian Teoritis 1. Defenisi Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besrnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H, Pajak adalah iuran rakyat ke kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo,2008:1)

2. Fungsi Pajak

a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pembangunan. Contoh :Dana yang dikumpukan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan. (Mardiasmo,2008:1)


(21)

b. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Contoh :pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup mewah, tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, tarif ekspor adalah 0 %. (Mardiasmo,2008:2)

3. Sistem Pemungutan Pajak

a) Official Assesment System

Official Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. (Mardiasmo,2008:7)

b) Self Assesment System

Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. (Mardiasmo,2008:8)

c) With Holding Assesment System

With Holding Assesment adalah suatu sistem pemungutan pajak yang 6 memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. (Mardiasmo,2008:8)


(22)

4. Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak)

5. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 62.

6. Tujuan Pemeriksaan Pajak

Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berupa : a. Surat Pemberitahuan (SPT) lebih bayar atau rugi.

b. Surat Pemberitahuab (SPT) tidak atau terlambat disampaikan.

c. Surat Pemberiahuan (SPT) memenuhi kriteria yang ditentukan Direktorat Jendral Pajak.

d. Adanya Indikasi tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban lainnya.


(23)

8. Wewenanang Pemeriksa Pajak

Berdasakan pasal 29 ayat 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009, Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.4 Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

a. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan

b. Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

c. Faktor-faktor yang menyebabkan tindakan pemeriksaan pajak.

1.5 Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

a. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mulai dari pengajuan judul, penentuan tempat praktik kerja lapangan mandiri, mencari bahan untuk membuat proposal, seminar proposal, penentuan dosen pembimbing dan konsultasi dengan dosen pembimbing.


(24)

b. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti :buku perpajakan, Undang-undang perpajakan, artikel ilmiah maupuan literatur yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

c. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan dan meninjau secara langsung kondisi serta keadaan objek pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

d. Pengumpulan Data

Yaitu dengan mencari serta mengumpulkan data mengenai topik yang akan dibahas yang tersedia pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer dan data sekunder.

e. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatip yang kemudian akan dipersentasikan secara objektif, jelas dan sistematis


(25)

1.6 Metode Pengumpulan Data a. Wawancara

Yaitu dengan mengadakan pembicaraan langsung kepada pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

b. Observasi

Yaitu dilakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

c. Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan teori-teori , data-data mengenai pemeriksaan yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri , Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(26)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK ATAU LOKASI PKLM

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, Struktur Organisasi, Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratam Lubuk Pakam, Deskripsi Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai gambaran ketentuan pemeriksaan pajak secara umum beserta dasar hukum, pengertian pemeriksaan pajak, tujuan pemeriksaan pajak, jangka waktu, standar pemeriksaan, norma pemeriksaan, dan pemberitahuan hasil pemeriksaan.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini membahas tentang penyebab-penyebab dilakukannya tindakan pemeriksaan pajak oleh fiskus, Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak, usaha-usaha


(27)

yang dilakukan untuk menanggulangi masalah wajib pajak yang tidak atau kurang patuh, dan upaya-upaya mengoptimalkan kepatuhan wajib pajak dalam tindakan pemeriksaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran selama melaksanakan praktik

DAFTAR PUSTAKA


(28)

BAB II

GAMBARAN LOKASI UMUM PKLM

2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan Wajib Pajak, ketiga jenis kantor pajak yang ada, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), serta Kantor

Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka). Dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demikian Wajib Pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya. Struktur berbasis fungsi diterapkan kepada KPP dengan sistem administrasi modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap Wajib Pajak secara lebih sistematis analisis resiko. Unit vertikal DJP dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar (LTO-Large TaxPayers Office), KPP Madya (MTO-Medium Taxpayers Office), KPP Pratama (STO-Small Taxpayers Office). Dengan pembagian seperti ini, diharapkan strategi dan pendekatan terhadap wajib pajak


(29)

pun dapat disesuaikan dengan karakteristik wajib pajak yang ditangani, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih optimal.

Pada tahap pertama, dibentuk Kantor Wilayah (Kanwil) dan 2 KPP WP besar pada bulan Juli 2002 untuk mengadministrasikan 300 Wajib Pajak Badan terbesar di seluruh Indonesia sebagai pilot project. Karena program modernisasi yang diterapkan pada KPP WP besar dianggap cukup berhasil, maka konsep yamg kurang lebih sama dicoba untuk diterapkan pada KPP lain secara bertahap, dimana sampai dengan akhir 2007, 22 Kanwil dan 202 KPP (3 KPP WP Besar, 28 KPP Madya, dan 171 KPP Pratama) telah berhasil di modernisasi. Pada akhir 2006, struktur organisasi KPP DJP disempurnakan bersamaan dengan penerapan administrasi modern. Pada tahun 2008, seluruh Kantor di luar Jawa dan Bali akan di modernisasi dengan dibentuknya 128 KPP Pratama untuk menggantikan seluruh Kantor Pajak yang ada di daerah tersebut. Perbedaan utama antara KPP STO dengan KPP LTO maupun MPO antara lain adalah dengan adanya seksi Ekstensifikasi pada KPP STO. Sehingga dapat dikatakan pula KPP STO merupakaan ujung tombak bagi DJP untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.

Letak Geografis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Penentuan lokasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam merupakan salah satu faktor terpenting dalam memberikan kemudahan pelayanan kepada Wajib Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terletak di Jl. P. Diponegoro No. 42-44. Kantor Pemerintah ini disesuaikan


(30)

dengan rencana tata ruang wilayah (RT/RW) kedekatan dengan lokasi Wajib Pajak, kedekatan dengan kantor pemerintahan, kedekatan dengan kantor bank. Karena kantor pemerintah ini juga memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam membayar pajak. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam didirikan pada tahun 2008 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Wilayah kerja KPP Pratama Lubuk Pakam adalah Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari 22 kecamatan. Sebelumnya wilayah kerja KPP Pratama Lubuk Pakam merupakan bagian wilayah kerja KPP Pratama Tebing Tinggi dan KPP Pratama Binjai. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada Wajib Pajak. Dengan berdirinya KPP Pratama Lubuk Pakam diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan bagi wajib pajak yang berdomisili atau berlokasi di Kabupaten Deli Serdang.

Wilayah-wilayah Kerja KPP Pratama Lubuk Pakam 1. Sunggal

2. Labuhan Deli 3. Pancur Batu 4. Deli Tua 5. Beringin 6. Lubuk Pakam 7. Gunung Meriah 8. Percut Sei Tuan


(31)

9. STM Hulu 10.Galang 11.Bangun Purba 12.Kutalimbaru 13.Namorambe 14.Batang Kuis 15.Tanjung Morawa 16.Pagar merbau 17.Hamparan Perak 18.Patumbak 19.Sibolangit 20.Sibiru-biru 21.Pantai Labu 22.STM Hilir

2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerjasama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi menyediakan pengadaan personil akan memegang jabatan tertentu dimana, masing-masing diberi tugas, wewenang dan tanggungjawab sesuai jabatannya. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari


(32)

orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan antar bagian berdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun horizontal.

2.3 Uraian Tugas dan Fungsi Setiap Seksi di KPP Pratama Lubuk Pakam

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor 14/PJ/2008, tanggal 13 Maret 2008, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum terdiri dari Tata Usaha dan Kepegawaian, Koordinator Keuangan dan Koordinator Rumah Tangga.

Tugas dan fungsinya adalah :

a. Tata Cara Penerimaan Dokumen di KPP

b. Tata Cara Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Subbagian Umum


(33)

c. Cara Penyampaian Dokumen di KPP

d. Tata Cara Permintaan Pengujian Kesehatan Pegawai

e. Tata Cara Pelaksanaan Pelantikan, Sumpah dan Serah Terima Jabatan serta Pengambilan Sumpah Pegawai Negeri Sipil

f. Tata Cara Pembuatan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Tugas dan fungsinya adalah :

a. Tata Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi PDI

b. Tata Cara Penatausahaan Alat Keterangan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan Ekonomi dan Keuangan

c. Tata Cara Pembentukan Bank Data d. Tata Cara Pemanfaatan Bank Data

e. Tata Cara Pembuatan dan Penyampaian Surat Perhitungan (SPH) Kirim ke Kantor Pelayanan Pajak Lain

f. Tata Cara Peminjaman Berkas Data/Alat Keterangan oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi Kepada Seksi Terkait

g. Melakukan Urusan Penerimaan, Pengecekan, dan Perekaman Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan.


(34)

3. Seksi Pelayanan

Tugas dan fungsinya adalah :

a. Tata Cara Penatausahaan Surat, Dokumen, dan Laporan Wajib Pajak Pada

Tempat Pelayanan Terpadu

b. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

c. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

d. Tata Cara Perubahan Identitas Wajib Pajak

e. Tata Cara Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Lama

f. Tata Cara Penyelesaian Pemindahan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Lama

g. Tata Cara Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Baru

4. Seksi Penagihan

Tugas dan fungsinya adalah :

a. Tata Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Penagihan

b. Tata Cara Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak Beserta Bukti Pembayarannya


(35)

c. Tata Cara Penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan/Keberatan/Putusan Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pada Seksi Penagihan d. Tata Cara Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak e. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Penundaan Pembayaran

Pajak

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi pemeriksaan bekerjasama dengan fungsional dalam melakukan pemeriksaan pajak baik Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan.

Tugas dan fungsinya adalah :

a. Tata Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pemeriksaan

b. Tata Cara Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar

c. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengambilan Kelebihan Pembayaran Pajak Penjualan ata Barang Mewah

d. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengambilan Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Untuk Selain Wajib Pajak Patuh


(36)

6. Seksi Ekstensifikasi

Tugas dan fungsinya adalah :

a. Tata Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

b. Tata Cara Pendaftaran Objek Pajak Baru Dengan Penelitian Kantor

c. Tata Cara Pendaftaran Objek Pajak Baru Dengan Penelitian Lapangan

d. Taat Cara Penerbitan Surat Himbauan Untuk Ber-NPWP e. Tata Cara Pencarian Data dari Pihak Ketig Dalam Rangka

7. Pengawasan dan Konsultasi Tugas dan fungsinya :

a. Cara Pemroresan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pengawasan dan Konsultasi

b. Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP)

c. Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)

d. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Penggunaan Nilai Buku Dalam


(37)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional ini mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tugas dan fungsinya adalah Melakukan Pemeriksaan kewajiban pajak terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan sesuai dengan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) yang dikeluarkan.


(38)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

3.1 Ketentuan Pemeriksaan Pajak

Di dalam melakukan pemeriksaan pajak , pemeriksa pajak harus berdasarkan ketentuan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku yang berlaku yang terdiri dari ketentuan formal dan ketentuan material. Ketentuan formal pemeriksaan pajak berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan , sedangkan ketentuan material berdasarkan Undang – Undang Pajak Penghasilan dan Undang –Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3.2 Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak

a. Undang – Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 ( Lembaran Negara Republik Indonesi tahun 2009 Nomor 62 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999 ) b. Peraturan Menteri Keuangan No. 199/PMK.03/2007, tentang Tata

Cara Pemeriksaan Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011


(39)

Dengan adanya peraturan dan Undang – Undang yang menjadi landasan hukum pemeriksaan pajak di Indonesia , maka pajak yang dipungut oleh pemerintah sudah mempunyai suatu pondasi yang kuat dan tegas.

3.3 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya yang menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. (Pasal 1 Angka 25 Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)

Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jendral Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pajak, yang diberi tugas , wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan. ( Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82./PMK.O3/2011, tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak )

Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak – hak dan memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. ( pasal 1 angka 28 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ).


(40)

Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha, atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jendral pajak. ( Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82./PMK.03/2011, tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jendral Pajak. ( Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82./PMK.03/2011, tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak ).

Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana dibidang perpajakan. ( Peraturan Menteri Keuangan Nomor. 82/PMK.03/2011. Tentang Tata cara Pemeriksaan Pajak ).

Pemeriksaan Ulang adalah pemeriksaan yang dilakukan trhadap wajib pajak untuk jenis pajak dan masa/tahun pajak yang telah diperiksa pada pemeriksaan sebelumnya. (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor . 82/PMK.03/2011, tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan yang bersifat rutin dilakuan terhadap wajib pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban wajib perpajakannya. (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaaan Pajak).

Pemeriksaan Kriteria Seleksi adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak yang dipilih berdasarkan resiko kepatuhan secara


(41)

komputerisasi. (Surat Edaran No SE-85/PJ/2011 Tentang Kebijaksanaan Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak sehubungan dengan adanya informasi, data, laporan, atau pengaduan yang berkaitan dengannya serta untuk memperoleh informasi atau data untuk tujuan tertentu. (Surat Edaran SE-85/PJ/2011).

Surat Perintah Pemeriksaan Pajak adalah surat perintah melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Perturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang diselenggarakan oleh pemeriksa pajak mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuh kemudian, bukti dari keterangan yang dikumpulkan dan kesimpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan. (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor.82/PMK.03/2011, tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaaan dan hasil pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan. (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor.82/PMK.03/2011, tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).


(42)

3.4 Tujuan Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pemeriksaan dilakukan oleh pejabat pajak terhadap wajib pajak yang diperiksa pada hakikatnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Pejabat pajak dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhanan kewajiban perpajakan, berwenang melakukan pemeriksaan untuk:

1. Menguji Kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib pajak.

2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan kepatuhan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib pajak dapat dilakukan dalam hal :

a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi. c. Tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan

tetapi melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran.

d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.


(43)

e. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko ( risk based selection )

mengindikasi adanya kewajiban perpajakan wajib pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuaan perundang-undangan perpajakan.

3.5 Jangka Waktu Pemeriksaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor. 82/PMK.03/2011 jangka waktu pemeriksaan terdiri dari :

1. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 bulan yang dihitung sejak tanggal wajib pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

2. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang paling lama (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaaan sampai tanggal Laporan hasil Pemeriksaan. 3. Apabila dalam pemeriksaan lapangan ditemukan indikasi

transaksi yang terkait dengan transfer pricing dan/atau transaksi lain yang terindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan yang memerlukan pengujian yang lebih mendalam serta memerlukan waktu yang lebih lama, pemeriksaan


(44)

lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun.

4. Dalam hal pemeriksaan dilakukan atas Surat Pemberitahuan Lebih Bayar. Jangka waktu pemeriksaan tersebut harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian pembayaran pajak.

3.6 Pelaksanaan Pemeriksaan

Dalam rangka memperlancar pemeriksaan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat , pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan mengatur wewenang dan kewajiban pemeriksa pajak.

1. Wewenang Pemeriksa Pajak dalam Pemeriksaan Lapangan Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, pemeriksa pajak berwenang :

a. Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan , dan dokumen yang berhubungan dengan penghasilan yang diterima.

b. Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik.

c. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga digunakan


(45)

untuk menyimpan buku atau catatan yang dapat memberi petentang penghasilan yang diperoleh.

d. Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan antara lain berupa:

1. Menyediakan tenaga/dan atau peralatan atas biaya wajib pajak apabila dalam mengakses daa yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus. 2. Memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak untuk

membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak.

3. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya pemeriksaan lapangan dalam hal jumlah buku, catatan , dan yang sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa kekantor Direktorat Jendral Pajak.

e. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak.

f. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari wajib pajak. g. Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari

pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksanaan pemeriksaan. 2. Wewenang Pemeriksa Pajak dalam Pemeriksaan Kantor a. Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

perpajakan dilaksanakan dengan jenis pemeriksaan kantor, pemeriksa pajak berwenang memanggil wajib pajak untuk


(46)

datang ke kantor Direktorat Jendral Pajak dengan menggunakan surat Pangiilan.

b. Melihat dan/atau meminjam buku dan/atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan , dan dokumen lain yang termasuk data yang dikelola secara elektronik yang berhubungan dengan penagihan yang diperoleh.

c. Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna keancaran pemeriksaan.

d. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari wajib pajak. e. Meminjam Kertas Kerja Pemeriksaan yang dibuat oleh

Akuntan Publik melalui wajib pajak dan mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana pemeriksa.

3.7 Standar Pemeriksaan

Standar pemeriksaan pajak berdasarkan pasal 6 (enam) sampai dengan pasal 10 (sepuluh) Peraturan Menteri Keuangan 82/PMK.03/2011. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan.

Standar pemeriksaan meliputi : Standar Umum, Standar Pelaksanaan Pemeriksaan, Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan.


(47)

3.7.1 Standar Umum Pemeriksaan (pasal 7)

Standar Umum Pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan pemeriksa pajak dan mutu pekerjaannya.

Pemeriksaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang :

a. Telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak, dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.

b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara.

c. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk taat terhadap batasan-batasan waktu yang ditetapkan.

Dalam hal diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari luar Direktorat Jendral Pajak yang ditunjuk oleh Direktur Jendral Pajak.

3.7.2 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan (pasal 8)

Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaaan pemeriksaan yaitu :


(48)

a. Pelaksanaan pemeriksaan harus di dahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan dapat pengawasan yang seksama.

b. Luas pemeriksaan (audit scope) ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang harus dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, permintaan keterangan, konfirmasi, teknik sampling dan pengujiannya.

c. Temuan pemeriksaan harus didasarkan pada bukti yang kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

d. Pemeriksan dilakukan oleh suatu tim pemeriksa pajak yang terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim, dan seorang anggota tim atau lebih.

e. Tim pemeriksa pajak tersebut dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan merupakan pemeriksa pajak, baik yang berasal dari Direktorat Jendral Pajak maupun yang berasal dari instansi luar Direktorak Jendral Pajak sebagai tenaga ahli seperti penerjemah bahasa, ahli bidang teknologi dan informasi, dan pengacara.

f. Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain.


(49)

g. Pemeriksa dapat dilaksankan di Kantor Direktorat Jendral Pajak, tempat kegiatan Usaha atau pekerjaaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal wajib pajak, atau ditempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa pajak.

h. Pemeriksaan dilakukan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan diluar jam kerja.

i. Pelaksana pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan.

3.7.3 Kertas Kerja Pemeriksaan

Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf i dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Kertas Kerja Pemeriksaan wajib disusun oleh Pemeriksa Pajak dan berfungsi sebagai :

1. Bukti bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan.

2. Bahan dalam melakukan Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan.

3. Dasar pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan

4. Sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan dan banding yang diajukan oleh wajib pajak.


(50)

b. Kertas Kerja Pemeriksaan harus :

1. Prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan. 2. Data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh 3. Pengujian yang telah dilakukan: dan

4. Simpulan dalam hal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan pemeriksaan.

3.7.4 Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan

Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu :

a. Laporan Hasil Pemeriksaan disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos – pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan pemeriksa pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memuat pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan.

b. Laporan Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan antara lain mengenai:


(51)

1. Penugasan Pemeriksaan 2. Identits Wajib Pajak

3. Pembukuan atau Pencatatan Wajib Pajak 4. Pemenuhan Kewajiban Perpajakan 5. Data/ informasi yang tersedia 6. Buku atau dokumen yang dipinjam 7. Materi yang diperiksa

8. Uraian hasil pemeriksaan 9. Penghitungan pajak terutang

10. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak

3.8 Norma Pemeriksa Pajak

Berdasarkan pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, untuk keperluan pemeriksa harus memiliki tanda pengenal emeriksa dan dilengkapi dengan surat perintah pemeriksaan (SSP) serta memperlihatkan kepada wajib pajak yang diperiksa. Didalam penjelasan pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 , dijelaskan tentang kewajiban pemeriksa pajak yaitu pemeriksaan yang dilaksanakan oleh petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal identitasnya. Oleh karena itu, petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan, serta memperlihatkannya kepada wajib pajak yang diperiksa. Pemeriksa pajak harus menjelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan kepada wajib pajak.


(52)

Petugas pemeriksa harus telah mendapatkan pendidikan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak. Dalam menjalankan tugasnya, petugas pemeriksa pajak harus bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengertian, sopan, dan objektif serta wajib mneghindarkan diri dari perbuatan tercela.

Pendapat dan simpulan petugas pemeriksa harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Petugas pemeriksa harus melakukan pembinaan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.9 Laporan Hasil Pemeriksaan

Setiap pemeriksaan selalu diakhiri dengan pertanggungjawaban yaitu dengan menyusun laporan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan pajak, pembuat laporan pemeriksaan pajak, pembuatan laporan pemeriksaan itu menjadi keharusan. Laporan ini mencerminkan watak dan profesionalisme pemeriksa. Selain itu, dalam laporan ini akan diketahui kekurangan yang ditemui oleh pemeriksa pajak dalam pembukuan atau dari wajib pajak.


(53)

3.10 Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

Berdasarkan pasal 31 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pemeriksa pajak wajib menyampaikan surat Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) kepada wajib pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pembahasan (closing conference)

dalam batas waktu yang ditentukan. Dalam hal wajib pajak tidak hadir dalam batas waktu yang ditentukan, hasil pemeriksaan ditindak lanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Berdasarkan pasal 36 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 Direktur Jendral Pajak karena jabatan atau permohonan wajib pajak dapat membatalkan Hasil Pemeriksaan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa penyampaian SPHP atau pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan wajib pajak.

Tata cara pemberitahuan pemeriksaan dan pembahasan akhir hasil pemeriksaan terdapat dalam pasal 22 , pasal 23, pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 antara lain :

1. Hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan beserta lampirannya dan kepada Wajib Pajak diberikan hak untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.


(54)

2. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan beserta lampirannya disampaikan oleh Pemeriksa Pajak secara langsung atau melalui kurir, faksimili, pos atau jasa pengiriman lainnya.

3. Wajib Pajak wajib memberikan tanggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima oleh wajib pajak. 4. Wajib Pajak dapat melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian

tanggapan untuk jangka waktu 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak berakhirnya jangka waktu ditentukan.

5. Untuk melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan, Wajib Pajak harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditentukan.

6. Dalam rangka melksanakan pembahasan akhir, kepada wajib pajak harus diberikn undangan secara tertulis yang mencantumkan hari dan tanggal dilaksanakannya pembahasan akhir.

7. Undangan secara tertulis harus disampaikan kepada wajib pajak dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak :

a. Diterimanya tanggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dari wajib pajak sesuai jangka waktu yang ditentukan. b. Berakhirnya jangka waktu dalam jangka waktu yang telah

ditentukan , dalam hal wajib pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.


(55)

8. Apabila wajib pajak menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil pemeriksaan yang berisi tentang persetujuan atas seluruh hasil pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis sebagaimana yang telah ditentukan, Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan dengan mendasarkan pada tanggapan yang disampaikan wajib pajak dan membuat berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.

9. Apabila wajib pajak menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil Pemeriksaan yang berisi tentang persetujuan atas seluruh hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang ditentukan dan tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis sebagaimana yang telah ditentukan, Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan dengan mendasarkan pada tanggapan yang disampaikan wajib pajak.

10.Apabila wajib pajak menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan dalam jangka waktu sebagaimana yang telah ditentukan dan hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis. 11.Apabila wajib pajak menyampaikan tanggapan secara tertulis yang


(56)

Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis sebagaimana yang telah ditentukan.

12.Apabila wajib pajak tidak menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan hadir dalam PAHP sesuai dengan hari dan tanggal yang telah ditentukan, Pemeriksa Pajak tetap melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan wajib pajak dan hasil pembahasannya dituangkan dalam risalah pembahasan, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.

13.Apabila wajib pajak tidak menyampaikan tanggapan secara tertulis dan tidak hadir dalam PAHP sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan yang tertulis, Pemeriksa Pajak membuat berita acara yang menjelaskan tidak adanya tanggapan secara tertulis dan menjelaskan ketidakhadiran wajib pajak sebagaimana telah ditentukan yang ditanda tangani oleh tim Pemeriksa Pajak.

14.Dalam hal wajib pajak tidak hadir dalam PAHP dan tim Pemeriksa Pajak telah membuat dan menandatangani berit acara ketidakhadiran wajib pajak dalam PAHP sebagaimana yang telah ditentukan , Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dianggap telah dilaksanakan. 15.Dalam hal terdapat hasil pemeriksaan yang belum disepakati antara tm

pemeriksa pajak dengan wajib pajak dalam PAHP berdasarkan risalah pembahasan , wajib pajak dapat mengajukan permohonan agar hasil


(57)

pemeriksaan yang belum disepakati tersebut dibahas terlebih dahulu Tim Quality Assurance Pemeriksaan.

16.Hasil Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan.

17.Berdasarkan risalah pembahasan dan/atau risalah Tim Quality Assurance Pemeriksa , tim Pemeriksa Pajak membuat berita acara PAHP yang ditandatangani tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak. 18.Dalam hal wajib pajak menolak menandatangani berita acara PAHP,

tim Pemeriksa Pajak membuat catatan penting tentang penolakan tersebuat dalam berita acara PAHP.

19.Jangka waktu PAHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan baik dalam Pemeriksaan Kantor maupun Pemeriksaan Lapangan harus diselesaikan paling lama 3 (tiga) minggu yang dihitung sejak wajib pajak harus hadir sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis.

20.Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilanjutkan dengan peeriksaan bukti permulaan. 21.Risalah Pembahasan dan berita acara PAHP, dan/atau risalah tim

Quality Assurance Pemeriksaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan hasil pemeriksaan.

22.Pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan pajak dihitung sesuai dengan PAHP kecuali dalam hal wajib pajak tidak hadir dalam pembahasan akhir tetapi menyampaikan tanggapan tertulis, pajak terutang dihitung berdasar hasil pemeriksaan yang telah


(58)

diberitahukan kepada wajib pajak dengan memperhatikan tanggapan tertulis dari wajib pajak dan dalam hal wajib pajak tidak hadir dan tidak menyampaikan tanggapan tertulis , pajak yang terutang dihitung berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah diberitahukan kepada wajib pajak dan wajib pajak dianggap menyetujui hasil pemeriksaan.


(59)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

Sejak awal tahun 1984 sistem self assesment dibidang perpajakan di Indonesia telah diberlakukan untuk Pajak Penghasilan (PPh) dan untuk Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn&PPnBM) dimulai sejak 1 April 1985. Sedangkan untuk Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) belum sepenuhnya diberlakukan sistem self assesment, sebagian masih diberlakukan sistem

official assesment.

Sistem self assesment adalah sebuah sistem pemungutan pajak dimana Wajib Pajak (WP) diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Wewenang untuk menentukan pajak yang terutang seseorang berada pada kedua belah pihak, yaitu Wajib Pajak dan Fiskus. Sistem self assesment diberlakukan sampai sekarang karena sistem

official assesment yang sebelumnya diberlakukan dinilai tidak efisien, dan menimbulkan kecendrungan Wajib Pajak kurang bertanggung jawab, dan sering terjadi perlawanan pajak dengan cara menghindar dari kewajiban perpajakannya. Dengan menyadari kelemahan-kelemahan tersebut maka sistem self assesment yang diberlakukan.


(60)

Dalam sistem self assesment pemberdayaan masyarakat (empowering people) adalah hal yang pokok, dimana prinsip iktikad baik (good faith) merupakan tuntutan moral menyelenggarakan pembukuan untuk keperluan pajak. Berdasarkan sistem ini perlu setiap wajib pajak diwajibkan :

1. Mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jendral Pajak (Kantor Pelayanan Pajak) untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus mendaftarkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

2. Kewajiban memahami peraturan perpajakan yang berlaku,

3. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan untuk keperluan administrasi pajak dengan disertai oleh moral dan etika bertanggung jawab.

Dalam rangka penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan terjadinya pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, selain dalam bentuk tax evasion dapat juga terjadi karena kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan disebabkan

a. Ketidaktahuan (ignorance), yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

b. Kesalahan (error), yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai peraturan peraturan perundangan perpajakan, tetapi salah dalam menerapkan dan penghitungan datanya,


(61)

Memperkecil kemungkinan Wajib Pajak tidak mampu bayar pajak akibat perhitungan yang terlalu besar.

Dalam rangka pengawasan atas sistem self assesment,

Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan tindakan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sampai dengan tahun 2012, wajib pajak yang telah diperiksa oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut :

Tabel VI.1

Jumlah Wajib Pajak yang diperiksa

NO

TAHUN

PAJAK RUTIN KHUSUS

TUJUAN LAIN

JUMLAH WP

1 2010 189 0 24 213

2 2011 158 4 5 167

3 2012 136 5 8 149

Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2013

4.1 Prosedur dan Tata Cara Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak yang tergabung dalam tim pemeriksa pajak yang susunanya terdiri dari beberapa supervisor, seorang ketua tim, dan beberapa pemeriksa/penilai yang tergabung dalam kelompok fungsional.


(62)

1. Tata cara pelaksanaan pemeriksaan pajak harus dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03.2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaan pajak.

2. Pemeriksaan harus dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan pemeriksaan. 3. Tim Pemeriksa Pajak harus mencantumkan dasar hukum

berupa ketentuan pelaksanaannya serta bukti-bukti pendukungnya, atas setiap temuan pemeriksaan.

4. Temuan pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui penyimpanan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) yang penyampaiannya hanya dapat dilakukan satu kali.

5. Wajib Pajak harus diberi kesempatan hadir untuk melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Pembahasan akhir harus dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan yaitu 1 (satu) bulan untuk pemeriksaan lapangan dan 3 (tiga) minggu untuk pemeriksaan kantor.

6. Dalam hal dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas , baik Tim Pembahas Tingkat Unit Pelaksana Pemeriksa maupun Tingkat Kantor Wilayah , harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :


(63)

a. Tim Pembahas dibentuk oleh Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan atau Kepala Kantor Wilayah DJP dan atas nama Direktur Jendral Pajak.

b. Tim pembahas akan melaksanakan tugasnya dalam hal terdapat permohonan dari Wajib Pajak.

c. Pembahasan olen Tim Pembahas hanya dilakukan antara Tim Pemeriksa Pajak dan Tim Pembahas tanpa dihadiri oleh Wajib Pajak.

7. Apabila hasil pemeriksaan ternyata berbeda dengan profil Wajib Pajak, Tim Pemeriksa Pajak harus menjelaskan perbedaan tersebut dalam Kertas Kerja Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan serta mengirimkan data perbedaan tersebut kepada Seksi Pengawasan dan Konsultasi terkait.

8. Dketetapan Pajak harus dalam hal pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan 1 (satu) Surat Perintah Pemeriksaan yang meliputi satu atau beberapa jenis pajak dan satu atau beberapa masa pajak, maka Nota Perhitungan dan Surat Ketetapan Pajak harus diterbitkan untuk setiap Masa Pajak dan Masa Pajak.

Adapun prosedur Pemeriksaan Pajak yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa Pajak adalah sebagai berikut :


(64)

a. Mengevaluasi data-data yang dilaporkan oleh wajib pajak. b. Menganalisa angka-angka yang tercantum dalam laporan

keuangan Wajib Pajak.

c. Meminta Keterangan Lisan dan/atau tulisan Wajib Pajak yang diperiksa.

d. Memasuki penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada nomor 4 (empat), apabila wajib pajak atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud.

4.2 Penyebab-penyebab Dilakukannya Pemeriksaan Pajak Oleh Fiskus

Dalam hal menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Wajib Pajak, maka Wajib Pajak dapat diperiksa :

a. Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak dan/atau Rugi.

b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau tidak tepat yang sudah ditentukan.

c. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan Direktur Jendral untuk diperiksa.

d. Adanya indikasi tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban lainnya. Pemeriksa pajak juga dapat dilakukan karena adanya indikasi ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan self assesment yaitu :


(65)

1. Ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam kewajiban intern, yaitu dalam pembayaran dan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan SPT PPn setiap bulan.

2. Ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam kewajiban tahunan, yaitu dalam menghitung pajak atas dasar sistem self assesment dan melaporkan perhitungan pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) pada akhir tahun pajak serta melunasi hutang pajaknya. 3. Ketidakpatuhan Wajib Pajak terhadap ketentuan materil dan

yuridis formal perpajakan melalui pembukuan sebagaimana mestinya.

Sedangkan pemeriksaan khusus juga dapat dilakukan fiskus antara lain dapat dilakukan dalam hal :

1. Adanya dugaan melakukan tindakan pidana

2. Pengaduan masyarakat, termasuk melalui pos 5000

3. Terdapat data baru atau data semula yang belum terungkap yang dilakukan melalui pemeriksaan ulang Direktur Jendral Pajak.

4. Permintaan wajib pajak

5. Pertimbangan Direktur Jendral Pajak.

6. Untuk memperoleh informasi dan/atau data tertentu dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(66)

4.3 Usaha-usaha Untuk Menanggulangi Masalah Wajib Pajak yang Kurang dan Tidak Patuh

Pada umumnya sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang kurang atau bahkan tidak mengerti pelaksanaan sistem self assesment yang berlaku dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal tersebut mengakibatkan sampai saat ini masih banyak penyelewengan pajak yang terjadi, baik yang tidak sengaja akibat kurangnya pemahaman Wajib Pajak mengenai sistem tersebut maupun yang disengaja oleh Wajib Pajak itu sendiri karena ketidakpatuhannya terhadap Undang-undang perpajakan yang berlaku.

Semakin tinginya penyelewengan yang terjadi dibidang perpajakan mengakibatkan pemeriksaan pajak beberapa tahun belakangan ini semakin gencar dilaksanakan oleh pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak. Untuk itu perlu usaha-usaha yang harus dilakukan oleh pihak fiskus untuk menanggulangi masalah Wajib Pajak yang kurang atau tidak patuh.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah Wajib Pajak yang tidak atau kurang patuh tersebut adalah hendaknya pemerintah banyak melakukan penyuluhan-penyuluhan dan sosialisasi kepada Wajib Pajak. Penyuluhan tersebut adalah kegiatan menyampaikan informasi, konsultasi, bimbingan secara berkesinambungan kepada masyarakat khususnya Wajib Pajak guna meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak terhadap sistem self assesment


(67)

tersebut serta meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Penyuluhan pajak dilakukan oleh penyuluh perpajakan yang telah mempunyai pengetahuan, pengalaman, keahlian, dan keterampilan dibidang perpajakan. Penyuluhan perpajakan setidaknya dapat memberikan pengetahuan dasar mengenai :

a. Prosedur pelaksanaan sistem self assesment

Cara menghitung, memungut, membayar, dan melaporkan pajak sendiri.

b. Sanksi-sanksi yang akan dikenakan kepada Wajib Pajak itu sendiri sesuai yang tercantum dalam Undang-undang perpajakan, baik sanksi administrasi maupun sanksi tindak pidana.

c. Perundang-undangan yang berlaku serta perubahan-perubahan perundang-undangan tersebut secara transparan. Penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan oleh fiskus tersebut diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman Wajib Pajak terhadap sistem self assesment sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, serta meningkatkan kesadaran Wajib Pajak akan pentingnya kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan, guna menanggulangi masalah perpajakan dari wajib pajak yang tidak patuh.


(68)

4.4 Upaya-upaya untuk Mengoptimalkan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pelaksanaan Tindak Pemeriksaan

Dalam melaksanakan tindakan pemeriksaan perlu didahulukan dengan persiapan yang baik sesuai dengan tujuan pemeriksaan dan mendapatkan pengawasan yang seksama terhadap wajib pajak yang akan diperiksa. Jadi untuk mengoptimalkan kepatuhan wajib pajak dalam pelaksanaan tindakan pemeriksaan maka diperlukan upaya-upaya yang harus diterapkan oleh pihak pemerintah perpajakan.

Dalam hal Direktorat Jendral Pajak perlu meningkatkan efisiensi dekaligus profesionalisme serta integritas aparat dalam menegakkan peraturan perpajakan. Upaya peningkatan efisiensi institusional, prefesionalitas, integritas, aparat perpajakan. Upaya peningkatan efisiensi institusional, profesionalitas, integritas aparat perpajakan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut :

a. Meningkatkan pengawasan internal untuk mendeteksi beberapa kasus penyimpangan sehubungan dengan pelaksanaan tugas.

b. Memperbaiki sistem dan prosedur yang mengarah pada sistem yang dapat mempermudah pelayanan dan mendorong efektifitas dalam pelaksanaan pengawasan.

c. Menerapkan sistem reward (hadiah) dan punishment


(69)

d. Melibatkan masyarakat luas dalam mekanisme pengawasan terhadap aparat perpajakan.

e. Perbaikan kinerja Direktorat Jendral Pajak juga terkait dengan koordinasi pihak-pihak lain.

Namun jika semua upaya yang dilakukan tetap tidak mencapai hasil dan walaupun telah dilakukan pemeriksaan wajib pajak tetap tidak mau melakukan pembetulan dengan kesadaran sendiri maka dapat ditindaklanjuti dengan upaya penyidikan yaitu tindakan yang dilakukan apabila ditemukan bukti pendahuluan berupa bukti baik tulisan maupun lisan, perbuatan, keterangan ataupun benda yang dapat memberikan petunjuk bahwa tindakan tersebut merugikan Negara. Upaya penyidikan merupakan upaya trakhir yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak.


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam bab ini dibaha kesimpulan yang diambil dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada baba-bab sebelumnya, dan kesimpulan yang diperoleh dari teori pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKLM) antara lain sebagai berikut :

1. Sistem Perpajakan di Indonesia menganut sistem self assesment dimana wajib pajak diberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak terutang tersebut serta melaporkan kewajiban tersebut melalui Surat Pemberitahuan (SPT) kepada Kantor Pelayanan sesuai dengan jenis pajak dan batas waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

2. Pemeriksaan pajak merupakan salah satu upaya Direktorat Jendral Pajak dalam menerapkan Pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan diharapkan juga Wajib Pajak dapat memahami peraturan perpajakan yang berlaku dan segera memperbaiki jika terdapat kekeliruan dan kesalahan


(71)

yang berlaku dalam melaporkan kewajiban perpajakannya serta menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghindari kewajibannya sebagai warga negara.

3. Dalam pelaksanaaanya sistem self assesment harus dengan data yang sebenarnya, dan harus dilaksanakan dengan tepat waktu, sehingga tidak terkena sanksi administrasi maupun sanksi tindak pidana yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

5.2 Saran

1. Meningkatkan upaya penyuluhan dan sosialisasi guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Agar meningkatkan kualitas pelayanan publik terutama dalam bidang kebutuhan yang menyangkut kepentingan orang banyak.

3. Dalam melakukan pemeriksaan pajak, Tim Pemeriksa hendaknya memperhatikan hak-hak dan kewajiban Wajib Pajak dan beersikap sesuai dengan etika pemeriksa pajak. 4. Menjalin koordinasi yang baik antara Direktorat Jendral Pajak


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Penerbit Andi, yogyakarta

Resmi, Siti,2005, Perpajakan Teori dan Kasus, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Sihaloho, Cyrus, Modul dan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Rajawali Pers, Jakarta

Soemitro, Rochmat, 1998, Azas dan Dasar Perpajakan 2, Refika Aditama, Jakarta,

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan dan Tatat Cara

Perpajakan

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

82/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak

Surat Edaran, Nomor: SE-85/PJ/2011, Tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan


(1)

tersebut serta meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Penyuluhan pajak dilakukan oleh penyuluh perpajakan yang telah mempunyai pengetahuan, pengalaman, keahlian, dan keterampilan dibidang perpajakan. Penyuluhan perpajakan setidaknya dapat memberikan pengetahuan dasar mengenai :

a. Prosedur pelaksanaan sistem self assesment

Cara menghitung, memungut, membayar, dan melaporkan pajak sendiri.

b. Sanksi-sanksi yang akan dikenakan kepada Wajib Pajak itu sendiri sesuai yang tercantum dalam Undang-undang perpajakan, baik sanksi administrasi maupun sanksi tindak pidana.

c. Perundang-undangan yang berlaku serta perubahan-perubahan perundang-undangan tersebut secara transparan. Penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan oleh fiskus tersebut diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman Wajib Pajak terhadap sistem self assesment sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, serta meningkatkan kesadaran Wajib Pajak akan pentingnya kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan, guna menanggulangi masalah perpajakan dari wajib pajak yang tidak patuh.


(2)

4.4 Upaya-upaya untuk Mengoptimalkan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pelaksanaan Tindak Pemeriksaan

Dalam melaksanakan tindakan pemeriksaan perlu didahulukan dengan persiapan yang baik sesuai dengan tujuan pemeriksaan dan mendapatkan pengawasan yang seksama terhadap wajib pajak yang akan diperiksa. Jadi untuk mengoptimalkan kepatuhan wajib pajak dalam pelaksanaan tindakan pemeriksaan maka diperlukan upaya-upaya yang harus diterapkan oleh pihak pemerintah perpajakan.

Dalam hal Direktorat Jendral Pajak perlu meningkatkan efisiensi dekaligus profesionalisme serta integritas aparat dalam menegakkan peraturan perpajakan. Upaya peningkatan efisiensi institusional, prefesionalitas, integritas, aparat perpajakan. Upaya peningkatan efisiensi institusional, profesionalitas, integritas aparat perpajakan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut :

a. Meningkatkan pengawasan internal untuk mendeteksi beberapa kasus penyimpangan sehubungan dengan pelaksanaan tugas.

b. Memperbaiki sistem dan prosedur yang mengarah pada sistem yang dapat mempermudah pelayanan dan mendorong efektifitas dalam pelaksanaan pengawasan.

c. Menerapkan sistem reward (hadiah) dan punishment


(3)

d. Melibatkan masyarakat luas dalam mekanisme pengawasan terhadap aparat perpajakan.

e. Perbaikan kinerja Direktorat Jendral Pajak juga terkait dengan koordinasi pihak-pihak lain.

Namun jika semua upaya yang dilakukan tetap tidak mencapai hasil dan walaupun telah dilakukan pemeriksaan wajib pajak tetap tidak mau melakukan pembetulan dengan kesadaran sendiri maka dapat ditindaklanjuti dengan upaya penyidikan yaitu tindakan yang dilakukan apabila ditemukan bukti pendahuluan berupa bukti baik tulisan maupun lisan, perbuatan, keterangan ataupun benda yang dapat memberikan petunjuk bahwa tindakan tersebut merugikan Negara. Upaya penyidikan merupakan upaya trakhir yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam bab ini dibaha kesimpulan yang diambil dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada baba-bab sebelumnya, dan kesimpulan yang diperoleh dari teori pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKLM) antara lain sebagai berikut :

1. Sistem Perpajakan di Indonesia menganut sistem self assesment dimana wajib pajak diberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak terutang tersebut serta melaporkan kewajiban tersebut melalui Surat Pemberitahuan (SPT) kepada Kantor Pelayanan sesuai dengan jenis pajak dan batas waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

2. Pemeriksaan pajak merupakan salah satu upaya Direktorat Jendral Pajak dalam menerapkan Pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan diharapkan juga Wajib Pajak dapat memahami peraturan perpajakan yang berlaku dan segera memperbaiki jika terdapat kekeliruan dan kesalahan


(5)

yang berlaku dalam melaporkan kewajiban perpajakannya serta menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghindari kewajibannya sebagai warga negara.

3. Dalam pelaksanaaanya sistem self assesment harus dengan data yang sebenarnya, dan harus dilaksanakan dengan tepat waktu, sehingga tidak terkena sanksi administrasi maupun sanksi tindak pidana yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

5.2 Saran

1. Meningkatkan upaya penyuluhan dan sosialisasi guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Agar meningkatkan kualitas pelayanan publik terutama dalam bidang kebutuhan yang menyangkut kepentingan orang banyak.

3. Dalam melakukan pemeriksaan pajak, Tim Pemeriksa hendaknya memperhatikan hak-hak dan kewajiban Wajib Pajak dan beersikap sesuai dengan etika pemeriksa pajak. 4. Menjalin koordinasi yang baik antara Direktorat Jendral Pajak


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Penerbit Andi, yogyakarta

Resmi, Siti,2005, Perpajakan Teori dan Kasus, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Sihaloho, Cyrus, Modul dan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Rajawali Pers, Jakarta

Soemitro, Rochmat, 1998, Azas dan Dasar Perpajakan 2, Refika Aditama, Jakarta,

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan dan Tatat Cara

Perpajakan

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

82/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak

Surat Edaran, Nomor: SE-85/PJ/2011, Tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan