2.1.3 KonsepMarket Value AddedMVA
Ruky 1999: 350 menyatakan bahwa MVA adalah hasil kumulatif kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun
yang akan dilakukan. MVA mencerminkan seberapa sukses investasi baru di masa datang.Menurut Warsono 2003: 47 tujuan utama manajemen keuangan
perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang sahamnya.Tujuan ini jelas bermanfaat bagi para pegang saham biasa, dan itu juga
menjamin bahwa sumberdaya yang terbatas dialokasikan secara efesien.Kemakmuran bagi para pemegang saham dapat dimaksimumkan dengan
memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan jumlah modal ekuitas yang dipasok oleh para investor kepada perusahaan.Perbedaan ini disebut
sebagai nilai tambah pasar Market Value Added. Manfaat dari Market Value Added yang dapat diaplikasikan pada
perusahaan, antara lain: a.
Sebagai alat mengukur nilai tambah dari perusahaan guna meningkatkan kesejahteraan bagi pemegang saham.
b. Dengan MVA investor dapat melakukan tindakan antisipasi sebelum
mengambil keputusan investasi. c.
MVA dapat dijadikan sebagai alat pengukur atau penilaian peningkatan kekayaan para pemegang saham perusahaan.
MVA = Saham yang beredar x Harga saham – Modal yang diinvestasi
Universitas Sumatera Utara
Adapun kriterianya yaitu: a.
MVA positif 0 yang berarti pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham
pun bertambah atau bisa dikatakan kinerja perusahaan tersebut sehat. b.
MVA negatif 0 yang berarti pihak manajemen telah menurunkan kekayaan perusahaan dan kekayaan pemegang saham pun berkurang atau
bisa dikatakan bahwa kinerja perusahaan tidak sehat.
2.1.4 Konsep Board IndependentKomisaris Independen
Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas danbertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikannasihat kepada
direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG.Namun demikian, dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambilkeputusan
operasional.Kedudukan masing-masing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama adalah setara.Tugas komisaris utama sebagai primusinter pares
adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris KNKG, 2006. Beberapa kriteria tentang Komisaris Independen adalah sebagai berikut
BEJ,2000 : a.
Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang controlling shareholdersperusahaan tercatat yang bersangkutan.
b. Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur danatau
Universitas Sumatera Utara
komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan. c.
Komisaris independen tingkat kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.
d. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal. e.
Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum.
Keberadaan mekanismepengendalian eksternal serta peraturan lingkungan, meningkatkan kekuatan hubungan antara proporsi komisaris independen dan level
pengungkapansukarela.Good governance harus melindungi dan menjamin tingkat pengembalianreturns yang layak bagi pemegang saham minoritas dan
melindungi hak-hakpemegang saham minoritas. Menurut Bai, et al. 2003 dalam Yuen, et al. 2009,struktur governance yang baik dapat dibentuk oleh dewan
independen melaluipengungkapan yang transparan dan oleh lingkungan hukum yang efektif yangakan mengurangi kecenderungan perilaku disfungsional
pemegang sahampengendali. Diasumsikan bahwa ketika komposisi komisaris independen dalam suatu perusahaan lebih tinggi maka perusahaan tersebut
diharapkan untukmelakukan lebih banyak pengungkapan sukarela, sehingga dapat mengurangikemungkinan terjadinya withholding information penahanan
informasi oleheksekutif manajemen.Penelitian oleh Wijayanti 2009
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa terdapat pengaruhpositif, namun tidak signifikan, antara komposisi komisaris independen terhadapluas pengungkapan sukarela pada
perusahaan yang bergerak di sektor keuanganataupun non-keuangan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2006 dan 2007. Hal ini berarti semakin besar proporsi
dewan komisaris independen, tidak menjaminperusahaan akan melakukan pengungkapan sukarela yang lebih luas Wijayanti,2009.
Menurut Peraturan Pencatatan nomor IA tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa yaitu jumlah komisaris independen
minimum 30.Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik good corporate governance, perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris
independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah
komisaris independen sekurang-kurangnya 30 tiga puluh perseratus dari jumlah seluruh anggota komisaris. Kusumaning,2004
Proporsi board independent diukur dengan :
Jumlah Anggota KomisarisIndependen Jumlah Seluruh Anggota Dewan Komisaris Perusahaan
Proporsi board independent30 yang berarti semakin luas pengungkapan sukarela pada perusahaansehingga dapat mengurangikemungkinan terjadinya withholding
Universitas Sumatera Utara
information penahanan informasi oleheksekutif manajemen yang berdampak pada
peningkatan kinerja perusahaan.
Proporsi board independent30 yang berarti semakin sempit ruang pengungkapan sukarela yang menghambat kinerja perusahaan.
2.2Penelitian Terdahulu
Landasan penelitian terdahulu yang diambil sebagai acuan dalam penelitian ini dilakukan oleh Rosyidiana 2003 yang berjudul “Penerapan Market Value
AddedMVA dan Economic Value AddedEVA dalam Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Mandom Indonesia, Tbk dan PT. Mustika Ratu, Tbk 2003”.
Kesimpulan dari penelitiannya adalah kinerja PT. Mandom Indonesia, Tbk jika dinilai dengan metode MVA, pada tahun 1999 sehat, sedangkan pada tahun 2000 dan
2001 kinerjanya tidak sehat. Apabila dinilai metode EVA pada tahun 1999 dan 2001 kinerjanya sehat, sedangkan tahun 2000 kinerjanya tidak sehat. Kinerjanya PT.
Mustika Ratu, Tbk, jika dinilai dengan metode MVA selama tiga tahun tidak sehat. Apabila dinilai dengan metode EVA, kinerjanya juga tidak sehat. Diantara kedua
perusahaan tersebut yang kinerjanya lebih sehat adalah PT. Mandom Indonesia, Tbk karena nilai MVA tahun 1999 positif dan EVA tahun 1999 dan 2001 positif
sedangkan PT. Mustika Ratu, Tbk selama tiga tahun nilai MVA dan EVA negatif. Persamaan dari landasan peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan
dibuat adalah sama-sama menilai kinerja perusahaan menggunakan metode Economic
Universitas Sumatera Utara
Value AddedEVA dan Market Value AddedMVA, sedangkan perbedaan antara peneliti terdahulu dan peneliti sekarang adalah peneliti terdahulu melakukan studi
kasus perusahaan pada PT. Mondom Indonesia, Tbk dan PT. Mustika Ratu, Tbk. Data yang digunakan antara periode 1999-2001, peneliti sekarang melakukan studi
kasus pada perusahaan manufaktur dan variabelnya yang ditambah yaitu Board Independent, menggunakan data periode tahun 2009-2011.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun
Judul Penelitian Variabel
Kesimpulan
Siti dan Sugiarto
2006 Analisis Kinerja Bank
Pemerintah dan Swasta terhadap return saham
Dependen : Kinerja Keuangan
Independen : EVA, MVA
EVA dan MVA berpengaruh positif
terhadap return saham
Mulya Yoga
Prakarsa 2007
Analisis Hubungan Economic Value Added
EVA dan Market Value Added MVA Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta
Dependen : Kinerja Keuangan
Independen : Rasio Keuangan, EVA, dan
MVA Dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Economic Value Added
EVA tidak berpengaruh signifikan atau
berkorelasi terhadap Market Value Added
MVA. Hal ini berarti jika kinerja manajemen
suatu perusahaan meningkat, yang
dicerminkan oleh variabel EVA, maka nilai
pasar perusahaan tersebut belum tentu juga
akan meningkat, yang dicerminkan oleh
variabel MVA
Universitas Sumatera Utara
Yogi Marshal 2009
Pengaruh Economic Value Added EVA, Market
Value Added MVA, dan Arus Kas Operasi Terhadap
Return Saham Dependen:
Return Saham Independen:
Economic Value Added EVA,
Market Value Added MVA, Arus Kas
Operasi Economic Value Added
EVA, Market Value Added MVA, Arus Kas
Operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham
D. Agus Harjito dan
Rangga Aryayoga
2009 Analisis Pengaruh Kinerja
Keuangan dan Return Saham di Bursa Efek
Indonesia Dependen :
Return Saham Independen :
ROA Return on Asset
ROE Return on Equity
NPM Net Profit Margin EVA
Economic Value Added
ROA, ROE, NPM, dan EVA secara simultan
tidak berpengaruh terhadap return saham.
Secara parsial variabel NPM berpengaruh
terhadap return saham sedangkan variabel ROA,
ROE, dan EVA tidak memiliki pengaruh
terhadap return saham
Mochammad Mochtasom
2009 Pengaruh Economic Value
Added, Residual Income, Earnings, Arus Kas
Operasi, Market Value Added, dan ROA Terhadap
Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur
yang Listing di BEI Dependen:
Return Saham Independen:
Economic Value Added, Residual
Income, Earnings, Arus Kas
Operasi, Market Value
Added, dan ROA EVA, Residual Income,
Earnings, Arus Kas Operasi,
MVA dan ROA secara simultan berpengaruh
terhadap return saham. Secara parsial variabel
Earnings, Arus Kas Operasi dan ROA
berpengaruh terhadap return saham sedangkan
variabel EVA, Residual Income, MVA tidak
berpengaruh terhadap return saham
Ferawati 2010
Pengaruh Economic Value Added dan Rasio
Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Dependen : Return Saham
Independen : Economic Value
Added, Return On Assets, Return On
Equity, Earnings Per Share
Variabel Economic Value Added EVA,
Return on Assets ROA, Return on Equity
ROE,dan Earnings per Share EPS secara
simultan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap return saham
Universitas Sumatera Utara
Jhonatan Hasiholan
2011 Pengaruh Economic Value
Added, Market Value Added, dan Rasio
Profitabilitas Perusahaan terhadap Return Saham
Perusahaan yang terdaftar di BEI
Dependen : Return Saham
Independen : Economic Value
Added, Market Value Added, Return on
Asset, Return On Equity
Economic Value Added, Market Value Added, dan
Rasio Profitabilitas secara simultan tidak
berpengaruh signifikan return saham
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan teori yang dikemukan diatas, maka dapat disusun kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Dengan Konsep EVA, MVA, dan, Board Independent
H1
H2 Economic Value Added EVA X
1
Board Independent
X
3
Kinerja Perusahaan Manufaktur Return
Saham yang Terdaftar di BEI Y
Market Value Added MVA X
2
Universitas Sumatera Utara