Prosedur Uji Ketepatan Uji Perolehan Kembali .1 Pembuatan Larutan Baku

3.5.8 Uji Perolehan Kembali 3.5.8.1 Pembuatan Larutan Baku Larutan baku kalsium 100 mcgml dipipet 16,6 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, setelah itu ditambahkan 5 ml larutan strontium klorida dan diencerkan dengan air suling bebas CO 2

3.5.8.2 Prosedur Uji Ketepatan

hingga garis tanda konsentrasi 33,27 mcgml. Serbuk kulit telur ditimbang sebanyak 1 gram, dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan 1 ml larutan baku kalsium konsentrasi 33,27 mcgml. Selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama seperti 3.5.3, 3.5.4 dan 3.5.6.3. lalu dihitung persentase uji perolehan kembali uji recovery dengan rumus: Uji perolehan kembali = x100 n ditambahka yang baku kalsium Jumlah sampel dalam analit al Jumlah tot - analit al Jumlah tot Harmita, 2004 Data dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. 3.5.9 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Penentuan batas deteksi dapat dihitung berdasarkan pada standard deviasi SD respon dan kemiringan slope linieritas baku dengan rumus: SD = 2 2 − − ∑ n Yi Y LOD = slope xSD 3 Universitas Sumatera Utara Sedangkan untuk penentuan batas kuantitasi dapat digunakan rumus: LOQ = slope xSD 10 Harmita, 2004 Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Destruksi

Destruksi basah dilakukan terhadap sampel dengan menambahkan asam nitrat 6 M untuk mengubah senyawa organik menjadi senyawa anorganik CaNO 3 2

4.2 Analisis Uji Organoleptis

yang sangat mudah larut dalam air. Analisis uji organoleptis dilakukan sebagai uji pendahuluan. Analisis uji organoleptis dilakukan dengan melihat kerapuhan masing-masing kulit telur ayam ras, kulit telur ayam nonras dan kulit telur itik. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisis Uji Organoleptis pada Kulit Telur Ayam Ras, Kulit Telur Ayam Nonras dan Kulit Telur Itik. Uji Terhadap Kulit Telur Ayam Ras Kulit Telur Ayam Nonras Kulit Telur Itik Kerapuhan rapuh Lebih rapuh Kurang rapuh Tingkat kerapuhan ini dipengaruhi oleh ketebalan kulit telur, dimana kulit telur yang tipis akan menyebabkan telur mudah pecah Rasyaf, 1996. Telur ayam nonras lebih mudah pecah daripada telur ayam ras dan telur itik. Hal ini disebabkan kulit telur ayam nonras lebih tipis dibandingkan kulit telur ayam ras dan kulit telur itik. Kalsium dibutuhkan dalam proses pembentukan kulit telur dan mempengaruhi ketebalan kulit telur Rasyaf, 1996. Kulit telur yang lebih tebal kurang rapuh mengandung kalsium yang lebih tinggi dibandingkan kulit telur yang lebih tipis lebih rapuh. Universitas Sumatera Utara