Da’i Da’i dan Mad’u

Jadi, dakwah bi al-qalam bisa dilakukan oleh kita semua. Kita bisa berdakwah lewat menulis di media cetak, buku, majalah, koran, selebaran, pamflet bahkan sms yang isinya dakwah. Yang paling penting dalam dakwah lewat tulisan ini adalah materi content yang akan kita sampaikan sesuai dengan kaidah Islam, namun juga tetap mengandung unsur seni tulisan yang indah dibaca dan menarik.

D. Da’i dan Mad’u

1. Da’i

Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah bi al- qalam. Seb agai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah. Da’i pada dasarnya adalah penyeru ke jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia. 22 Seorang da’i bi al-qalam wajib mengetahui bahwa dirinya adalah seorang da’i. Artinya, sebelum menjadi da’i dia perlu mengetahui apa tugas-tugas da’i, modal, syarat-syaratnya, bekalnya, senjatanya, serta bagaimana akhlak yang harus dimiliki oleh seorang da’i. Dalam Al-Quran dan Sunnah, terdapat penjelasan tentang amar ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera 22 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah Jakarta: Penamadani, 2006 Cet.1 h. 311. dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajar agama, baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat memahaminya. Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang menyatakan pengikut Nabi Muhammad SAW hendaknya menjadi seorang da’i, dijalankan sesuai hujjah yang nyata dan kokoh. 23 Da’i bi al-qalam juga harus bisa memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia. Juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan prilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng. Berkaitan dengan hal-hal ilmu dan keterampilan khusus, memang kewajiban berdakwah terpikul dipundak orang-orang tertentu. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 43:                  Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui .” QS. An-Nahl: 43 23 Musthafa Rafi’i, Potret Juru Dakwah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002, h.51 Menurut M. Masyhur Amin, da’i harus memiliki kredibilitas dalam berdakwah dan mempunyai ilmu pengetahuan yang mendalam, maka bagi seorang da’i harus memperhatikan syarat-syarat tertentu: a. Syarat yang bersifat akidah. Mereka harus beriman terlebih dahulu dengan iman yang mantap sebelum mereka mengajak orang lain untuk ikut beriman. Dalam surat Al-Baqarah ayat 285:                                Artinya” “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul- Nya. mereka mengatakan: Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun dengan yang lain dari rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan: Kami dengar dan Kami taat. mereka berdoa: Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.QS. Al-Baqarah: 285 Ayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang pertama kali beriman, mempercayai wahyu ilahi yang turun kepadanya sebelum mengajak orang lain beriman kepada wahyu dan agama yang dibawanya. b. Syarat yang bersifat akhlakul karimah. Para da’i dituntut untuk membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran yang bersifat amoral, seperti hasud, takabbur, dan sebagainya. Serta harus mengisi hatinya dengan sifat-sifat sabar, syukur, dan lain-lain. c. Syarat yang bersifat ilmiah. Para da’i harus mempunyai kemampuan ilmiah yang luas lagi mendalam, terutama yang menyangkut materi dakwah yang hendak disampaikan kepada khalayak. d. Syarat yang bersifat jasmani. Selayaknya para da’i itu mempunyai kondisi fisik yang baik dan sehat. e. Syarat yang bersifat kelancaran berbicara. Sebagai da’i yang lebih layak mempergunakan bahasa kata-kata untuk menyampaikan pesannya tentang kebenaran Islam dan ajaran- ajarannya. Selayaknya apabila para da’i itu mempunyai kemampuan berbicara yang lancar lagi fasih seirama dengan aturan-aturan logika yang cepat diterima akal dan mampu menembus dan menyentuh perasaan para pendengarnya. f. Syarat yang bersifat mujahadah. Artinya para da’i hendaknya mempunyai semangat berdedikasi kepada masyarakatnya di kalan Allah SWT dan semangat berjuang untuk menegakkan kebenaran, yaitu, kalimatullah hiyul ulya . Dalam hal ini para da’i diharapkan menjadi contoh sebagai seorang mujahid yang baik, melalui perjuangan dan pengorbanannya sebagai bakti dan ujian atas kadar keimanannya. 24

2. Mad’u