Dakwah dan politik : study atas Drs. H. Rachmat Yasin, MM

(1)

1 Oleh : Ilham Maulana NIM: 105051001856

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M/1430 H


(2)

DAKWAH DAN POLITIK :

STUDY ATAS DRS. H. RACHMAT YASIN, MM

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Oleh : Ilham Maulana NIM: 105051001856

Dibawah Bimbingan

Drs. Jumroni, M.Si NIP. 150254959

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M/1430 H


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini berjudul “DAKWAH DAN POLITIK STUDY ATAS DRS. H. RACHMAT YASIN, MM” Telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Mei 2009. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Program Studi Strata Satu (S1) Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Jakarta, 25 Mei 2009

Sidang Munaqasah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

DR. H. Arief Subhan, MA Umi Musyarofah, MA NIP. 150 262 442 NIP. 150 281 980

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Studi Rizal, LK, MA Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150 262 876 NIP. 150 276 299

Pembimbing

Drs. Jumroni, M,Si NIP. 150 254 959


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini sayamenyatakan bahwa :

1. Skripsi saya merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang digunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika kemudian hari terbukti bahwa ini adalah karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Mei 2009


(5)

ABSTRAK

Ilham Maulana Dakwah dan Politik :

Study Atas Drs. H. Rachmat Yasin, MM

Banyak Pemikiran tentang dakwah dan politik, ada yang mengatakan bahwa agama hanyalah mengatur urusan manusia dengan Tuhannya sehingga tidak ada politik didalam kehidupan beragama dan bernegara, atau ada juga yang mengatakan bahwa dakwah dan politik ibarat air dan minyak yang tidak mungkin menyatu. Namun, dalam Islam yang ajarannya komprehensif tidak ada satu pun dimensi dalam hidup yang tidak diatur. Seperti apa yang dikatakan oleh Eric Fromm, bahwa risalah yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul tidak bercorak spiritual murni melainkan dimensi social politik. Mereka tidak hanya berkecimpung pada keselamatan di dunia. Mereka bukan hanya pemimpin rohani, tetapi juga pemimpin politik dan pemimpin masyarakat.

Menurut sebagian orang awam, menyebut kata politik dalam dakwah mungkin tidaklah sesuai. Karena antara keduanya memiliki dimensi dan wilayah kajian yang berbeda. Dalam konteks Islam, dakwah berada pada dimensi spiritual agama, sedangkan politik berada pada tatanan non spiritual, bahkan tatanan sekuler yang penuh kepalsuan, kelicikan dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, penulis menemukan bagaimana kiprah Drs. H. Rachmat Yasin, MM. yakni seorang da’i sekaligus politikus yang kini menjadi Bupati Bogor. Mengenai dakwah dan politiknya. Melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, akhirnya diketahui bahwa selama ini Drs. H. Rachmat Yasin, MM telah berdakwah dan berpolitik. Baginya, berpolitik itu adalah bagian dari dakwah yang mempunyai keterkaitan dalam kehidupan ukhrowi dan duniawi.

Dakwah yang merupakan ajaran warisan dari Nabi Muhammad Saw harus menjadi kegiatan kolektif yang terus menerus dilaksanakan hingga hari kiamat. Kewajiban berdakwah bagi setiap muslim memang akan bergantung dengan kemampuan yang dimiliki oleh individu itu sendiri, namun dakwah tidak hanya menggunakan metode-metode yang biasa seperti ruang ceramah, tabligh akbar, atau mimbar jum’at, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Selain itu, dakwah juga harus perhatian pada permasalahan-permasalahan umat yang harus dicari bersama-sama solusinya. Itulah antara lain pemikiran dakwah dan politik Drs. H. Rachmat Yasin, MM. yang penulis temukan.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam, shalawat dan salam untuk Baginda Rasulullah Saw. Keluarganya, sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini adalah puncak perjuangan pendidikan penulis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tiada kata yang layak diucapkan kecuali Alhamdulillahirrabbil Alamin.

Penulis menyadari, bahwa dalam pelaksanaan kuliah, penelitian hingga penulisan skripsi ini tidak bisa berjalan sendiri, karenanya penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, kepada :

1. Bpk. Dr. Murodi, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Bpk. Drs. Wahidin Saputra, M.Ag. Selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta Bpk. Drs. Arief Subhan MA, selaku Pembimbing Akademik. Dan Bpk Drs. Jumroni. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. 2. Bpk. Drs. H. Rachmat Yasin, MM selaku narasumber dalam penelitian ini.

Untuk semua kerja sama dan bantuan serta arahannya. Kepada Bpk. S. Ramilus dan Bpk. Abdul Muiz Istikhori untuk bantuan informasi, do’a, dan dukungannya, juga kepada sekertaris DPC PPP Teuku Hanibal, SE beserta staf dan jajarannya, penulis ucapkan terima kasih banyak.

3. Para dosen yang telah banyak membagi pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan. Karena itu, penulis akan selalu teringat dengan do’a dan nasihatnya. Semoga Allah membalas jasa Ibu dan Bapak dengan ganjaran yang paling terbaik.


(7)

4. Petugas Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengakses berbagai informasi dan data-data yang diperlukan.

Skripsi ini hanya sedikit cerita dari perjalanan panjang penulis selama menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya juga untuk orang-orang penting dibalik perjalanan ini, dan mereka adalah :

1. Ibunda tercinta, Hj. Mariam HS untuk perjuangan dan doanya selama ini tiada yang lebih indah untuk penulis selain senyum beliau. Beserta ayah H. Nasar yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil, tetehku tersayang, Novi Megawati. Dan Adikku Imam Ginanjar, penulis mencintai kalian semua.

2. Sahabat-sahabatku tercinta seperjuangan di KPI A 2005, teman-teman KKS dan semua yang selalu mendukung perjuangan penulis.

3. Civitas akademika di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terima kasih untuk semua sarana dan prasarananya.

Pada akhirnya kepada Allah jualah ini semua disadarkan, penulis sadar bahwa karya ini sangat jauh dari kesempurnaan, namun penuh harap semoga karya ini bisa menjadi jembatan ilmu dan keingintahuan yang lebih banyak di massa depan bagi penulis khususnya dan semua pihak pada umumnya.

Parung, 28 Januari 2009 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan... 8

BAB II. LANDASAN TEORI KONSEP DAKWAH DAN POLITIK ... 10

A. Konsep Dakwah ... 10

1. Pengertian Dakwah... 10

2. Unsur-unsur Dakwah ... 11

3. Hukum Dakwah... 19

4. Prinsip-prinsip Dakwah ... 22

B. Konsep Politik Islam ... 27

1. Pengertian Politik ... 27

2. Politik Dalam Pandangan Islam ... 32

3. Hubungan dan Keterkaitan Dakwah dan Politik ... 34

BAB III. PROFIL DRS. H. RACHMAT YASIN, MM... 39

A. Riwayat Hidup dan Pendidikan Drs. H. Rachmat Yasin, MM ... 39

1. Latar Belakang Keluarga ... 42

2. Latar Belakang Pendidikan ... 46

B. Aktivitas Dakwah dan Politik Drs. H. Rachmat Yasin, MM... 48

1. Aktivitas Drs. H. Rachmat Yasin, MM Dalam Berdakwah ... 48

2. Aktivitas Drs. H. Rachmat Yasin, MM Dalam Berpolitik... 50

C. Konsep Dakwah & Politik Drs. H. Rachmat Yasin, MM Menuju Kursi Bupati Bogor. ... 53

BAB IV. ANALISIS KIPRAH DRS. H. RACHMAT YASIN, MM... 61

A. Alasan dan Tujuan Dakwah dan Politik Drs. H. Rachmat Yasin, MM ... 61

B. Kiprah Dakwah dan Politik Drs. H. Rachmat Yasin, MM ... 63

1. Kiprah Dakwah Drs. H. Rachmat Yasin, MM ... 63


(9)

C. Pandangan Masyarakat Bogor Terhadap Peranan Drs. H. Rachmat Yasin, MM Dalam Berdakwah dan Berpolitik. ... 69 BAB V. PENUTUP ... 71 A....Kesi

mpulan ... 71 B....Saran

-saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Artikel opini yang ditulis Didin Hafidhuddin berjudul Aktivitas Dakwah dalam Dunia Politik (Republika, 7/8), bukan saja menggugah, tetapi juga menarik untuk dicermati. Dia memaparkan hubungan dan persinggungan antara dakwah dan politik dan mengingatkan kita semua mengenai kewajiban dakwah tersebut. Seperti yang dikemukakan diawal tulisannya, tugas dan kewajiban dakwah (dalam pengertian yang luas) adalah tanggung jawab setiap muslim kapan dan dimana pun, apa pun posisi, jabatan, profesi dan keahliannya. Karena ruang, waktu, kedudukan, dan pekerjaan tidak dibatasi dalam hal kewajiban dakwah ini, maka dalam politik pun dakwah mendapat tempatnya.

Dalam pandangan Didin Hafidhuddin, ketika dakwah yang menjadi jalan dan tujuan berlandasakan nilai-nilai kebaikan, keikhlasan, kejujuran, kebersihan, serta kebersamaan dimunculkan, politik akan menjadi alat dan sarana untuk mencapi tujuan yang baik dan mulia tersebut, kurang lebih seperti itulah gambaran harmonis mengenai hubungan dakwah dengan politik.

Persoalan hubungan antara dakwah dan politik tidak jarang menimbukan persoalan yang ekses. Dalam konteks seperti ini peringatan Buya Ahmad Syafii Maarif relevan untuk dikutip, dakwah itu merangkul sedangkan politik memecah-belah. Dakwah itu memperbanyak kawan, sedangkan politik memperbanyak


(11)

lawan. Persinggungan bahkan pergesekan antara dakwah dan politik terjadi ketika secara institutional dakwah dan politik diimpitkan atau dicoba disatukan. Misalnya partai politik yang merangkap sebagai lembaga dakwah. Modus politik semacam ini bukan saja melahirkan ambiguitas status pada institusi partai politik bersangkutan, tetapi juga menciptakan gesekan dan konflik dengan ormas Islam yang sejak awal memilih jalur dakwah bukan politik praktis.

Di sini politik dan dakwah tampak merupakan dua dunia yang tidak sama, baik dalam prinsip nilai maupun metode dan tujuannya. Karena itu hubungan antara dakwah dan politik akan menghasilkan pola dan kesimpulan yang berbeda, tergantung pada penempatannya di mana dan memfungsikannya, apakah dakwah dalam politik atau politik dalam dakwah.

Jika dakwah diletakan dalam politik, dakwah menjadi instrumen dan sarana yang dipergunakan untuk mencapai tujuan politik partai bersangkutan. Dakwah merupakan subordinat dari kepentingan politik, karena rawan disalahgunakan. Posisi dakwah dalam parati politik (parpol) seperti ini selain telah kehilangan nilai dan makna hakikinya, juga visi dan misi dakwah menjadi tercemar.

Dalam politik mustahil sebuah partai tidak memiliki kepentingan politik untuk berkuasa. Oleh karena itu, dakwah dari parpol bertujuan untuk kepentingan dakwah politik, seperti untuk merebut kekuasaan atau mempertahankannya.

Karena itu, yang dilakukan parpol sejatinya politisasi dakwah atau dakwah politik. Implikasinya, dimensi kerisalahan dakwah berubah menjadi kursi kekuasan dimensi kerahmatan berubah menjadi orientasi kedudukan. Hal ini


(12)

terjadi karena dakwah oleh parpol tidak murni lagi sebagai dakwah. Akibatnya, sering muncul kesan negatif di masyarakat mengenai Islam yang diperalat untuk menyalurkan syahwat politik dan hasrat berkuasa pihak tertentu.

Tidak jarang gesekan dengan ormas Islam terjadi karena dakwah parpol menjadi ekspansi ke dalam organisasi dan kehidupan jamaah ormas Islam, seperti melalui pengajian dan pengurusan masjid. Begitu juga ketika terjadi becana alam, bantuan dan sumbangan yang dikelola oleh parpol bejubah dakwah itu bisa diberikan dengan syarat punya kartu (atau menjadi) anggota partai. Kerap bantuan dari pihak lain diklaim atau diberi stempel partai Islam bersangkutan.

Berkaca pada kasus tersebut, dakwah yang menjadi istrumen parpol telah menjadi sesuatu yang profan, tidak ada bedanya dengan program dan kebijakan partai yang diorientasikan sekadar meraih kekuasaan dan menumpuk kekayaan. Dengan begitu, dakwah kehilangan adab dan akhlaknya yang mulia. Padahal, seperti yang ditegaskan oleh almarhum Mohammad Natsir (1991), dakwah dan akhlqul-alkarimah adalah dua hal yang tidak bisa dipisakan antara satu sama lain.

Berbeda dengan implikasi dari posisi dakwah dalam partai politik, politik dalam dakwah, misalnya dalam gerakan dakwah ormas Islam, merupakan salah satu jalan dan instrument untuk kepentingan dakwah.

Dalam konteks tersebut, politik bukan sekadar pertarungan mencari atau meraih kekuasaan, atau mengutip C Calhoun (2002), the ways in which people gain, use, and lose power. Poitik juga berkaitan dengan proses dan sistem yang berlangsung untuk menghasilkan kebijakan pemerintah dan keputusan legislatif yang berpihak pada kepentingan rakyat dan kedaulatan negara bangsa.


(13)

Dalam proses politik itu terdapat peluang politik yang bisa disi oleh ormas Islam dengan gerakan dakwahnya. Ormas Islam politik untuk mendukung gerakan dakwah atau disebut juga sebagai politik dakwah, yang terkait dengan strategi dan kebijakan dakwah yang substantif sehingga bisa efektif dalam mempengaruhi dan mewarnai keputusan politik pemerintah.

Sikap dan kebijikan dakwah seperti itu sejalan dengan politik kebangsaan. Muhammadiyah misalnya, menerapkan model dakwah berupa peran-peran baru sebagai wujud aktualisasi gerakan dakwah dan tajdid yang dapat dikembangkan Muhammadiyah. Antara lain dalam menjalankan peran politik kebangsaan guna mewujudkan reformasi nasional dan mengawal perjalanan bangsa tanpa terjebak pada politik praktis (politik kepartaian).

Kebijakan dan sikap berpolitik yang berbeda langgamnya dengan parpol dakwah merupakan suatu ikhtiar dalam mengapresiasi dakwah dan politik secara proporsional. Dengan penempatan yang layak ini, hubungan antara dakwah dan politik bisa dipahami dalam dua hal.

Pertama, mengembalikan makna pada substansi nilai dan prinsipnya sebagaimana digariskan oleh Allah (QS. Ali-Imran: 104 dan An-Nahl: 125 serta Fushilat: 33), yakni fungsi dan tujuan dakwah tidak boleh dibelokkan dan diselewengkan dari jalan Allah bagi kemaslahatan hidup manusia di dunia dan akhirat. Karena itu keterlaluan dan semena-mena kalau dakwah disubordinasi oleh parpol dan dimanipulasi bagi kepentingan politik praktis untuk merebut kekuasaan.


(14)

Kedua, sebagai kewajiban bagi setiap umat Islam, penulis sepakat dakwah harus dilakukan dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Misalnya, setiap politisi Muslim baik dari ruang lingkup Rt/Rw, Camat, Bupati, Gubernur sekalipun Presiden yang bergelut di dunia politik berkewajiban melaksanakan dakwah, tetapi sekali lagi bukan berdakwah untuk kepentingan politik. Melainkan berpolitik untuk kepentingan dakwah.

Beragkat dari sini penulis tertarik untuk menganalisis "DAKWAH DAN POLITIK: STUDY ATAS DRS. H. RACHMAT YASIN, MM", karena dalam hal berpolitik dan berdakwah, tokoh yang satu ini merupakan tokoh yang pantas untuk dianalisis. Beliau adalah putra kedua dari sembilan bersaudara pasangan (alm) HM. Yasin – Hj Nuryati dan merupakan keturunan ulama besar KH Basri atau yang dikenal dengan nama Mama Basri Kedaung dan HM. Syarifudin, salah satu pejuang Bogor. Bakat politiknya (Drs. H. Rachmat Yasin MM) menurun dari ayahandanya (alm), HM Yasin seorang perintis, pendiri dan tokoh kharismatis PPP di Bogor dan pernah menjabat sebagai anggota DPRD kabupaten Bogor dan anggota DPRD Kota Bogor.

Mudah-mudahan dari hipotesa ini, penulis bisa mengambil hakikat makna relevansi atas dakwah politik yang dimaksud. Dan mengimplementasikannya dalam kehidupan riil guna mengabdi dan mengangkat harkat martabat umat Islam dalam perpolitikan di Indonesia.


(15)

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis hanya membatasi Konsep Dakwah dan Politik Drs. H. Rachmat Yasin, MM Menuju Kursi Bupati Bogor. Berdasarkan pembatasan masalah diatas, secara sederhana perumusan masalah tersebut dapat disimpulkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa konsep Dakwah menurut Drs. H. Rachmat Yasin MM? 2. Apa Konsep Politik Menurut Drs. H. Rachmat Yasin MM?

2. Bagaimana korelasinya antara dakwah dan Politik menurut H. Rachmat Yasin MM?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari Penelitian Skripsi Ini Adalah :

a. Untuk mengetahui konsep pemikiran Drs. H. Rachmat Yasin MM tentang dakwah dan politik.

b. Untuk megetahui perjalanan dan pergerakan dakwah dan politik Drs. H. Rachmat Yasin MM

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai acuan untuk mengetahui konsep dakwah dan politik Drs. H. Rachmat Yasin MM sebagai Bupati Kabupaten Bogor 2008.

1. Secara Akademis, dengan tulisan ini diharapkan bisa memberi tambahan wacana dan referensi untuk keperluan studi dan menjadi bahan bacaan kepustakaan.

2. Secara Praktis, penulis berharap dengan tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang media garapan


(16)

dakwah terutama bagaimana kiat dakwah melalui jalur atau pendekatan politik yang dilakukan oleh Bupati Bogor Drs. H. Rachmat Yasin MM. karena menurut penulis dakwah disertai dengan politik, pada saat ini menjadi alternatif yang sangat berpeluang dan menjanjikan dalam menyiarkan Islam di bumi pertiwi.

D. Metodologi Penelitian

1. Subjek, Objek dan Sumber Data Penelitian.

a. Subjek dalam penelitian ini adalah H. Rachmat Yasin MM

b. Objek penelitian ini adalah apa-apa yang berkenaan dengan dakwah dan politik H. Rachmat Yasin MM di Partai Persatuan Pembangunan c. Sumber data penelitian pada penelitian ini adalah hasil konsep dakwah

dan politik di Rachmat Yasin (RY) Center. 2. Bentuk Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metodologi penelitian lapangan (fields research) yang diperlukan untuk mendapatkan data-data pada Drs. H. Rachmat Yasin MM. Dan untuk menunjang tulisan ini, penulis juga menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menghimpun buku-buku atau tulisan yang kaitannya dengan masalah yang dibahas.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data-data dan informasi sesuai dengan permasalahan penelitian ini, penulis mengadakan komunikasi secara


(17)

langsung dan tidak langsung, dengan menggunakan alat (instrument) pengumpulan data sebagai berikut :

a. Wawancara (Interview)

Yakni teknik mengumpulkan data melalui metode tanya jawab berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan langsung kepada yang bersangkutan. Yaitu Drs. H. Rachmat Yasin MM mengenai Kiprah, alasan dan tujuan beliau tentang dakwah dan politik.

b. Observasi

Demi menunjang sebuah penelitian yang sempurna, penulis mengobservasi langsung subjeck dan objek penelitian langsung kepada H. Rachmat Yasin dengan menggunakan metode penelitian lapangan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan segala aktivitas beliau baik dalam berdakwah dan berpolitik.

c. Dokumentasi (Documentation)

Yakni teknik mengumpulkan data melalui pengumpulan dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi. Dalam penelitian ini dokumen yang bisa dijadikan sumber penelitian yaitu seperti buku-buku, model yang memuat dan dijadikan media dakwah dan politik serta artikel-artikel yang membuat pemberitaan mengenai H. Rachmat Yasin MM.


(18)

Untuk memudahkan susunan penyusunan laporan akhir (skripsi) maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub bab, yakni sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori yang terdiri dari, konsep dakwah yang terdiri dari Dakwah dan Politik: Pengertian Dakwah, Pengertian Politik, Pandangan Islam Tentang Politik dan Dakwah Melalui Partai Politik, Konsep Politik Dalam Islam.

Bab III Profil Drs. H. Rachmat Yasin MM yang terdiri dari Riwayat Hidup dan Pendidikan Drs. H. Rachmat Yasin MM,. Kiprah Dakwah dan Politik Drs. H. Rachmat Yasin MM, Kiprah Dakwah Drs. H. Rachmat Yasin MM, Konsep Dakwah & Politik Drs. H. Rachmat Yasin, MM menuju kursi Bupati Bogor.

Bab IV Aktivitas Dakwah dan Politik Drs. H. Rachmat Yasin MM di Kabupaten - Bogor, Aktivitas Drs. H. Rachmat Yasin MM Dalam Berdakwah, Aktivitas Drs. H. Rachmat Yasin MM Dalam Berpolitik, Penerapan Dakwah dan Politik Drs. H. Rachmat Yasin MM di -Kabupaten Bogor, Pandangan Masyarakat Bogor Terhadap Peranan Drs. H. Rachmat Yasin MM Dalam Berdakwah dan Berpolitik di Kabupaten Bogor.


(19)

(20)

10 A. Konsep Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Dakwah ditinjau dari Etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk isim Masdar dari kata daa'aa yad'u da'watan yang artinya menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu.1 Berdasarkan Ensiklopedi Islam, dakwah adalah masdar (kata dasar) dari kata kerja da'a-yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.2 Kata da'a mengandung arti mengajak, menyeru dan memanggil, maka sebagai ajakan, seruan, panggilan kepada Islam.

Adapula pengertian lain mengatakan kata dakwah diambil dari kata da'a yang artinya memanggil, menyeru, dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya sebagaimana yang terdapat dalam QS. Yunus/10: 253 :

!"#$

%

'

(

#)

*

+,

-./

012

!"#$

%

345 678

9:;

% <

=-> ?

Artinya : "Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)". (QS. Yunus: 25)

1

Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemahan/ penafsiran Al-Qur'an (1973), h. 127

2

Ensiklopedi Islam, Vol-1 (Jakarta: PT Ichtiar BARU Van Hoeve, 1997) h. 280.

3


(21)

Sedangkan secara istilah dakwah didefinisikan dengan mengemukakan pendapat bahwa dakwah ialah sebagai setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Swt. Sesuai dengan garis akidah, yaitu syariat dan akhlak Islamiyah.4

Dalam buku Prinsip dan Kode Etik Dakwah, dakwah ialah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara ber amar ma'ruf nahyi munkar.5

Menurut H.N.S Nasrudin Latif, dakwah artinya usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah Swt. Sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak Islamiyah.6 Ghulusy menjelaskan bahwa dakwah ialah pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya mengikuti ajaran Islam sesuai dengan ketentuan syariat Islam yaitu Al-Qur'an dan Hadist Nabi.7

Sedangkan Konsep dakwah menurut penulis adalah seruan atau ajakan terrhadap amar ma’ruf nahyi munkar baik melalui tindakan maupun perkataan.

2. Unsur-unsur Dakwah a). Da'i (Subjek Dakwah)

Da’i secara Etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata da’a yang merupakan bentuk Isim fail (kata yang menunjukan pelaku) yang artinya orang

4

Muhammad Sayyid al-wakil, Prinsip dan Kode Eti Dakwah, Penerjemahan Nabhani Idris (Jakarta Akadamika Pressindo, 2002).h.1

5

Ensiklopedi Isam, h.280

6

al-wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah. H.1-2

7


(22)

melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis da'i yaitu setiap muslim yang berakal Mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwah.8

Definisi terminologis tersebut memberi pengertian, bahwa kewajiban dakwah terbebani kepada setiap muslim yang telah mencapai usia baligh, aqil dan mukallaf, baik lelaki maupun perempuan. Sehingga secara luas dakwah bukan hanya aktifitas yang diperlukan oleh seelompok orang, tetapi hanya diaktifkan oleh para ulama, tidak hanya oleh para aktivis kampus, tetapi seluruh elemen dan komponen masyarakat yang mempunyai kewajiban yang sama.9

Menjadi seorang dai adalah suatu tugas yang sangat mulia dan memiliki beban tersendiri, karena semua yang telah didakwahkannya harus bisa masuk dan diaplikasikan dalam kehidupan keseharian dari objek dakwahnya. Idris Abdul Somad dalam Diktat Ilmu Dakwah membagi bekal yang harus dimiliki oleh seorang da'i menjadi tiga bekal utama yakni :

1. Pemahaman yang benar dan tepat, maksudnya ialah pengetahuan tentang hal-hal yang terkait dengan dakwah dan konsekuensinya. Baik pengetahuan ke Islaman maupun pengetahuan ilmu dakwah serta pengetahuan umum yang dapat menunjang dakwahnya.

2. Ke-Islaman yang kokoh, maksudnya ialah keyakinan da’i tentang kebenaran Islam sebagai isu utama dakwahnya, yakni keimanan yang melahirkan kecintaannya kepada Allah Swt. Rasul-Nya dan kepada al-Islam, keimanan yang mewujudkan rasa takut hanya kepada Allah Swt. Dan rasa harap kepada rahmat dan keberkahan (daya guna) dari-Nya.

8

Ismah Ismail, "Strategi Dakwah di Era Millenium," h.2

9


(23)

3. Hubungan kuat dengan Allah Swt, yaitu keterkaitan da'i kepada Allah dan sikap tawakal hanya kepada-Nya, karena kayakinannya bahwa Allah Maha Esa dalam penciptaan Alam Semesta, Pemeliharaan, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

b). Mad'u (Objek Dakwah)

Mad'u secara Etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata Da’a Yad’u yang merupakan bentuk isim maf'ul yang artinya orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Secara terminologis Mad'u adalah objek dan sekaligus subjek yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali.10 Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad'u dalam dakwah Islam. Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi juga kepada orang-orang diluar Islam. Intinya dakwah itu ditujukan untuk siapa saja tanpa melihat status sosialnya, ekonomi dan latar belakang mereka. Peryataan ini sesuai dengan QS. Saba: 28

-(@ 1AB)(C+' D

EF %

GHIB

JK

M

MA) N

G6

01

O

P Q

R 7S T

6TAUK D

M

MG

JF

VW Y#) Z

>[?

Artinya : "Dan Kami tidak mengutus kamu, malainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. Saba: 28)

10


(24)

Secara inti mad'u sebagai sasaran dakwah dapat diklasifikasikan, sebagai berikut11:

1. Berdasarkan tempat tinggal a. Masyarakat kota b. Masyarakat desa

2. Berdasarkan struktur masyarakat a. Masyarakat Industri

b. Masyarakat Agraris 3. Berdasarkan pendidikan

a. Berpendidikan b. Tak berpendidikan 4. Berdasarkan kekuasaan

a. Kelompok elit (Pemerintah) b. Kelompok rakyat

5. Berdasarkan agama a. Islam

b. Bukan Islam

6. Berdasarkan sikap terhadap dakwah a. Cinta kepada agamanya (Islam)

b. Simpatisan agama lain tetapi bukan Islam c. Kelomok yang membenci Islam

7. Berdasarkan umur

a. Anak-anak (6-13 tahun) b. Remaja (14-18 tahun) c. Pemuda (18-35 tahun) d. Orang tua (35-55 tahun) e. Lanjut usia (55 taun keatas)

11


(25)

c). Metode Dakwah

Secara Etimologis metode berasal dari 2 kata yaitu meta (melalui) dan Hodos (jalan/cara). Dalam bahsa Yunanai metode berasal dari kata Methodos yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang mencapai suatu maksud.12 Sedangkan dakwah seperti yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya adalah ajakan, seruan manusia untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.13

Metode dakwah seperti yang terdapat dalam Q.S An-Nahl: 125

/\

!"#$

%

?]P ^(C

(@

#_ '

H(YS

a3

_

HTb

+ (Ya

H Gc H a3

da

(e

f

:I

_

g'

h

 c

D

!

Mi

%

(@j_ '

Zh

4 #)

D

(Y

_

M]ck

l

D

P

^(C

Zh

4 #)

D

m

o dYa

_

k> ?

Artinya : "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengeathui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl:125)

Dari ayat diatas dapat dijelaskan pada dasarnya dakwah mempunyai beberapa metode diantaranya :

Terbagi menjadi tiga metode dakwah, yaitu sebagai berikut : 1). al-Hikmah

12

M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Pemuda Media, 2006),.6

13


(26)

Kata hikmah berbentuk masdarnya hukuman atau Hakama yang artinya secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan dakwah akan berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.14

Hikmah diartikan pula sebagai adl (keadilan), haq (kebenaran), al-hilm (ketabahan), al-ilm (pengetahuan) dan an.nubuwah (kenabian), yang tentunya dilihat dan porsinya. Hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Oleh karena itu, para Da'i dituntut untuk mampu mengerti memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukan kalbunya.

Lebih anjut Imam Abbdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi mengartikan hikmah yaitu dakwah bil hikmah dengan dakwah menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.15 Dengan demikian, jika dikaitkan dengan dakwah, akan ditemui bahwa hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak menggunakan satu metode saja. Sebaliknya, mereka harus konsisten dengan objek dakwah dan selalu bersumber kepada Al-Qur'an dan Al-Hadist.

2). Al-Mau'idza Al-Hasanah

Secara bahasa Mau'izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu Mau'izhah dan hasanah. Kata mau'izhah bersal dari kata Wa'adza ya'idzu-wa'adzun- I'dzatan

14

M. Munir, Metode Dakwah,h.8

15


(27)

yang berarti nasehat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara hasanah atau merupakan kebaikan dari sayyi'ah yang berarti kebaikan.16

adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Qur'an.17

Sedangkan M. Munir dalam buku Metode Dakwah dalam mengklasifikasikan mau'iizhah hasanah menjadi beberapa bentuk, yaitu :

a. Nasehat atau petuah

b. Bimbingan, Pengajaran (Pendidikan) c. Kisah-Kisah

d. Kabar Gembira dan Peringatan (Al-Basyis dan Al-Nadzir) e. Wasiat (Pesan-pesan positif)

3). al-Mujadalah Bi-al-lati hya ahsan

Dari segi etimologi langkah lafaz mujadalah terambil dari kata jadala yang bermakna memintal atau melilit. Apabila ditambahkan Alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa'ala, jadala dapat bermakna berarti berdebat, dan Mujadalah perdebatan. Secara termonilogis al-Mujadala berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.18

16

Ibid.,h.15

17

Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakara: Pedoman Ilmu Jaya, 1996),h37

18


(28)

d). Media Dakwah

Media dakwah adalah pengantar yang digunakan seorang da'i dalam upaya dakwahnya. Media yang digunakan pada dasarnya adalah ceramah agama yang disampaikan di majelis-majelis dan pengajian. Tetapi seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, media yang digunakan dalam berdakwah menerima dakwah.

Media dakwah yang telah mengikuti perkembangan zaman saat ini, misalnya seperti media massa cetak ataupun elektronik (televisi, radio, surat kabar, majalah, buku-buku keagamaan, film dan intenet) sangat membantu para da'i dalam menyebarkan pesan-pesan dakwahnya. Dalam bidang kesenian, seperti lagu-lagu yang bergenre Islami juga dapat digunakan penyampaian dakwah. Dengan kata lain, media dakwah tidak hanya sebatas melalui ceramah agama saja. Tetapi dari tujuan dakwah yang utama yaitu amar makruf nahyi munkar.

e). Materi Dakwah

Materi dakwah adalah pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh para da'i dan bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadist, materi-materi yang digunakan secara umum menerangkan mengenai akidah (ketuhanan), ibadah (muamalah) dan akhlak (budi pekerti) yang sangat menyeluruh dan menjelaskan hubungan dengan Allah Swt. Sebagai tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya.


(29)

f). Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dilakukan untuk memberikan arah atau pedoman bagi gerakan langkah kegiatan dakwah, sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia.19

Salah satu misi kerasulan dari zaman ke zaman senantiasa sama yaitu sebagai da'i yang menyeru kejalan Allah, mereka mengajak umat-Nya agar menyembah hanya kepada Allah Swt. Dan menjauhi illah selain Allah Swt. Atau dengan kata lain bukan menyeru kepada jalan selain Allah Swt. Berupa ideologi, isme-isme dan kepercayaan hidup lainnya. Sehingga tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan Islam yang benar dan diridhoi Allah Swt. Agar hidup bahagia dan sejahtera didunia dan diakhirat yang pada dasarnya menjadi tujuan akhir manusia hidup dimuka bumi ini.

3. Hukum Dakwah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum mengandung arti undang atau peraturan. Dengan demikian, hukum dakwah adalah sesuatu undang atau peraturan yang mengatur pelaksanaan dakwah, tentu saja undang-undang atau peraturan ini didasarkan kepada hukum syariat Islam yakni yang berunjuk kepada al-Qur'an dan al-Hadist.

Dakwah merupakan tugas mulia, karena dakwah itu tidak lain menunjuki manusia kepada kebaikan dan megiring mereka untuk bersatu dalam satu kalimat

19


(30)

tauhid, mengajak mereka untuk menghadapi kezaliman dan kejahilan. Tidak ada aturan amal dan tugas yang paling mulia dan utama selain pekerjaan dan tugas dakwah ini. Rasulullah Saw dalam salah satu sabdanya Balligu Anni Wallau Ayyat "Sampaikanlah diriku walaupun satu ayat".

Dakwah atau berdakwah hukumnya adalah wajib bagi yang mengaku dirinya muslim, sehingga tidak benar bila orang beranggapan bahwa kewajiban dakwah itu hanya terletak di pundak mereka yang mendapat julukan di masyarakat sebagai ustadz, ulama, muballigh dan da'i. bagi seorang muslim, dakwah merupakan manifestasi iman yang mantap dan didukung oleh tingkat kesadaran yang tinggi. Iman dalam arti luas bukan hanya pengakuan hati yang terdalam juga ucapan yang verbal dimulut akan tetapi, iman harus diaktualisasikan dengan berupa tindakan-tindakan, perbuatan dalam rangka menegakkan syariat Islam dimuka bumi ini.

"Pada dasarnya para ulama sepakat bahwa dakwah Islam itu wajib hukumnya. Tetapi wajibnya ada yang berpendapat wajib 'ain, artinya seluruh umat Islam dalam kedudukan apapun tanpa kecuali wajib melaksanakan dakwah, dan adapula yang berpendapat wajib kifayah, artinya dakwah itu hanya diwajibkan atas sebahagian umat Islam yang mengerti saja seluk-beluk agama Islam."20

Al-Qur'an dan Al-Hadist yang merupakan rujukan utama umat Islam menjelaskan secara gamblang kewajiban dalam berdakwah sebagaimana ayat dalam QS. Ali-Imran: 110

+poG/r

6+ (s

tHM-uD

v(ew

suD

M

MA)

i .xyBzT

20


(31)

7

Z(Ya

_

VW+ (d AT

w |^GYa

i

G

- TZ

_

S

+ T

V} -

/

] h D

)

o7^a

i~TST

G6+ (s

pdI

!

pd G

•-VW

A

- TYa

pZh6TAUK D

i b%7

|€a

kk

?

Artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (Q.S Ali-Imran: 110)

Pernyataan pertama diperjelas dengan pendapat M. Natsir yang mengatakan bahwa dakwah adalah kewajiban yang harus dipikul oleh tiap-tiap muslim dan muslimah, tidak boleh muslim dan muslimah menghindari dari padanya.21 Farid Makruf Noor, mengatakan alasan lain yang menetapkan hukum dakwah wajib 'ain memberikan penjelasan kata "Minkum" sebagai "bayyinah" (Penjelasan) dan "taukid" (menguatkan) terhadap kata "Waltakun".22

Kata "Mim" dalam ayat tersebut "Tab'idh" (sebahagian), maka kewajiban dakwah dibebankan hanya kepada sebahagiaan umat saja dalam sebuah hadist Rasulullah Saw telah bersabda :

"Siapa yang melihat kemunkaran maka hendaknya ia mecegah dengan tangannya, atau dengan lisannya atau dengan hatinya, karena hati adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim)

Mencermati pernyataan ini menjadikan dakwah bukanlah sesuatu yang begitu mudah untuk dilakukan, dakwah memerlukan startegi dan metode yang

21

Ismah Ismail, 'Strategi Dakwah di Era Millenium", h.1

22

Farid Mak'ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah. Cet ke-1. Surabaya PT Bina Ilmu,1981.h.47


(32)

sungguh dapat dijadikan patokan dalam proses penyampaiannya tentunya harus pula memperhatikan situasi dan kondisi objek dakwah (mad'u) serta kemampuan juru dakwah.

Hukum dakwah dalam kaitannya politik pemerintah dapat dikategorikan kedalam hukum dakwah yang bersifat wajib kifayah, sebab tidak semua orang yang memiliki kemampuan dalam bidang politik dan pemerintahan. Dengan menjadi da'i ibarat sebatang lilin yang menyala, menerangi orang lain tetapi ia sendiri terbakar (meleleh). Idealnya, jadilah seorang da'i seperti matahari yang dapat menerangi manusia sehingga memberikan manfaatnya kepada orang lain.

4. Prinsip-Prinsip Dakwah

Prinsip mengandung pengertian dasar atau asas kebenaran yang menjadi pokok pada dasarnya berfikir, bertindak dan sebagainya. Pada esensinya dakwah adalah meletakkan prinsipnya kepada al-Qur'an dan al-Hadist. Dakwah dapat diartikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan maksudnya suatu proses yang bukan isidensial, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terus-menerus oleh para pengembang dakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.23

Pada dasarnya prinsip dakwah yaitu amar ma'ruf nahyi munkar, meskipun demikian tidak menjadikan dakwah sebagai suatu yang mudah untuk dilakukan, tanpa mengindahkan tata cara yang sopan dan santun sebagaimana yang

23


(33)

dicontohkan Rasulullah Saw karena dakwah adalah merupakan kewajiban terhadap setiap muslim tanpa memandang asal golongan maupun sosial dari objek dakwahnya.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan secara seksama agar dakwah dapat dilaksanakan dengan baik dan menyejukan pendengar (mad'u) berdasarkan M. Munir yang terdapat dalam buku Metode Dakwah24 yang memuat prinsip-prinsip dakwah yang menyejukkan yakni sebagai berikut :

Pertama, mencari titik temu atau sisi kesamaan. Apabila diamati pola dakwah Rasulullah Saw. Sebelum tiba masanya hijrah, tidak pernah menyeru umatnya sendiri atau ahli kitab sebutan orang-orang kafir, musrik atau munafik. Melainkan dengan seruan yang sama dengan dirinya yakni yaa ayyuhan naas (wahai manusia) atau ya qaumii (wahai kaumku). Bahkan untuk orang-orang yang munafik, sebelum jatuhnya kota mekkah Nabi Muhammad SAW mempergunakan panggilan yaa ayyuhal ladziina aamanu (wahai orang-orang yang beriman), dan sama sekali tidak pernah mengungkapkan secara terang-terangan kemunafikan mereka dengan panggilan yaa ayyuhal munafiqun (wahai-orang-orang yang munafik).

Kedua, menggembirakan sebelum menakut-nakuti. Sudah menjadi fitrah manusia menyukai hal-hal yang menyenangkan dan membenci kepada yang menakutkan, maka selayaknya bagi para da'i untuk memulai dakwahnya dengan

24


(34)

memberi harapan yang menarik dan menggembirakan sebelum memberikan ancaman. Rasulullah Saw berada dalam hadist yang diriwayatkan muslim

"Serulah manusia! Berilah kabar gembira dan janganlah membuat orang lari. "Seorang da’i seharusnya terlebih dahulu memberikan targhib (kabar gembira) sebelum tarhib (ancaman). Contohnya memberi tahu keutaman menjalankan shalat pada waktunya sebelum memberi peringatan besarnya dosa meninggalkan shalat. Kabar gembira dan ancaman memang sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam berdakwah, karena targhib memberikan motivasi untuk menumbuhkan harapan dan optimisme seseorang. Sedangkan tarhib memberikan perenungan dan penyadaran kepada sesesorang untuk kembali kepada Jalan Allah Swt.

Ketiga, memudahkan tidak mempersulit, Rasulullah Saw selalu

menerapkan metode yang mempermudah tidak mempersulit, karena pada dasarnya Allah Swt menyukai yang mudah dan tidak mempersulit seperti yang terdapat dalam (Q.S. Al-Baqarah: 185)

a• %

GB)(Z(e

cva

@a

GH _

T‚

-M

MG) N

AGa- D

/P

T%M-s „ h5

+_

%

"…c†

-Q

d

"#$

%

s „ h5

+_

%

J]P Z (Y

C

%

i D

hdT

sf

:aP _

€‰

IŠ)

V‹ˆ €7S (Za

};EKŒ

b•Ž

k>

?

Artinya: "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam


(35)

perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (Q.S. Al-Baqarah: 185)

Keempat, memperhatikan psikologi mad'u. mengingat bermacam-macam tipe manusia yang dihadapi da'i dan berbagai jenis antara dia dengan mereka serta kondisi psikologis mereka. Setiap da'i yang mengharapkan sejuk dalam aktivitas dakwahnya harus memperhatikan kondisi psikologis mad'u. hal ini menjadi penting, mengingat tidak semua pokok persoalan yang dihadapi seseorang dapat diselesaikan dengan metode penyampaian yang sama.

Lebih lanjut Faizhah dan dan Lalu Muchsin Effendi dalam bukunya Psikologi Dakwah25 menjelaskan bahwa agar dakwah menjadi efektif, msyarakat dakwah khususnya para da'i harus memahami prinsip dakwah yang sesuai dengan kenyataan dakwah dilapangan, yakni sebagai berikut:

1. Berdakwah itu harus dimulai kepada diri sendiri (Ibda' binafsik) dan kemudian menjadikan keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat, sebagaimana firman Allah Swt yang terdapat dalam Q.S At-Tahrim: 6

H,V

z•

m

~I

G -

/

Z~

+_/Sc b€Q D

+_/SP

) h D

A'

Q

(h

Z~

.M

MG

/1 '

(•

a3

H,+6#) •

‘HTS’• #)

-“.J| ‘

(

I

EF

i •† Z

I

-+pZh

- D

i Z)(Za€

-i .xTy T

?

25


(36)

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Q.S At-Tahrim: 6)

2. Secara mental, da'i harus siap menjadi pewaris para nabi yakni mewarisi perjuangan yang beresiko seperti para nabi juga harus mengalami kesulitan ketika berdakwah kepada kaumnya meski sudah dilengkapi dengan mu'jizat. 3. Da'i juga harus menydari bahwa masyarakat membutuhkan waktu untuk dapat

memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun harus memperhatikan tahapan-tahapan sebagaimana dahulu Nabi Muhammad Saw harus melalui tahapan periode Mekkah dan Madinah.

4. Da'i juga harus menyelami alam fikiran masyarakat sehingga kebenaran Islam bisa disampaikan dengan menggunakan logika masyarakat. Sebagaimana pesan Rasul : Khatib an as'ala qadri 'uqulihim dalam menghadapi kesulitan, da'i harus bersabar, jangan bersedih atas kearifan masyarakat dan jangan terbelenggu dalam tipu daya setan, karena sudah menjadi sunatullah bahwa setiap pembawa kebenaran pasti akan dilawan oleh orang kafir, bahkan setiap nabi pun harus mengalami diusir oleh kaumnya. Seorang da'i harus bisa mengajak, sedangkan yang memberi petunjuk adalah Allah Swt.

5. Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi dakwah, sebaliknya citra buruk dakwah akan membuat semua aktivitas dakwah menjadi kontra produktif. Citra positif bisa dibangun dengan kesungguhan dan konsisten dalam waktu yang lama, tetapi citra buruk dapat terbangun hanya karena oleh


(37)

satu kesalahan fatal. Dalam hal ini, terbangun seketika hanya oleh satu kesalahan fatal. Dalam hal ini, keberhasilan membangun komunitas Islam, meski kecil akan sangat efektif untuk dakwah.

6. Da'i harus memperhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah, yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal yang bersifat universal. Yakni Al-Khair adalah kebaikan universal yang datangnya secara normatif dari tuhan, seperti keadilan dan kejujuran, sedangkan al-ma'ruf adalah sesuatu yang secara "sosial" dipandang sebagai kepantasan.

B. Konsep Politik Islam 1. Pengertian Politik

Politik diambil dari kata "polis" dalam bahasa Yunani Kuno yang artinya "Kota atau city" "kota" dalam bahasa itu adalah Negara yang berkuasa, menurut istilah sekarang.26 Kata politik berasal dari bahasa Inggris yaitu politia yang menunjukan sifat pribadi atau perbuatan, secara leksikal, kata asal tersebut berarti acting or judging wisely, well judged, prudent.27 Politik secara lughah, berasal dari kata 'sasa',yasuusu',siyasatan' yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Pengarang kamus al-Muhits mengatakan bahwa, Sustu ar-ra'iyata siyasatan atau "Berarti saya memerintahnya dan melarangnya."28 Dalam soal ini didapatkan kata Arab yang telah dipakai dalam bahasa Indonesia dalam arti sama "siasat". Dalam

26

Fuad. Muhd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam,h.1

27

Abd. Muin Salim, Konsepsi Politik dalam Al-Qur'an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994).h.34

28


(38)

arti demikian kata politik/siasat itu sangat luas jangkauannya dan pemakaiannya. Sebab "Politik" yang demikian dipakai dalam segala tindak tanduk manusia.29

Secara istilah, "Politik" pertama kali dikenal melalui buku Plato yang berjudul Politiea yang juga dikenal dengan Republik. Kemudian muncul karya Aristoteles yang berjudul politeia dan menjalankan dua karya tersebut sebagai pangkal pemikiran politik. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam satu sistem (atau Negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.

Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakasanaan-kebijaksanaan umum (Public Policies) yang mengatur pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) dari sumber-sumber yang ada. Untuk melaksanakan kebijakan itu, perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan dipakai dari proses ini. Cara yang dipakainya dapat bersifat menyakinkan (persuasive) dan jika perlu paksaan (coercion).30

Berdasarkan uraian sebelumnya seperti yang dikemukakan oleh Miriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politik dapat disimpulkan bahwa konsep-konsep politik itu terbagi menjadi sebagai berikut :

a. Negara (State)

Negara adalah suatu organisasi dalam sebuah wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Sarjana-sarjana yang

29

Fuad Muhd. Fachruddin: Pemikiran Politik Islam, h.2

30

Miriam BudiarBudiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Dian Rakyat, 1972: reprint, Jakarta: PT Gramedia, 2002),h.8.


(39)

menekankan Negara sebagai inti dari politik (politics) memusatkan perhatiannya pada lembaga-lembaga kenegaraan serta bentuk formulirnya dengan definisi yang bersifat tradisional dan agak sempit ruang lingkupnya.

b. Kekuasaan (Power)

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku sarjana-sarjana yang melihat kekuatan sebagai inti dari politik, beranggapan bahwa politik adalah semua kegiatan yang menyangkut masalah merebutkan dan mempertahankan kekuasaan yang biasanya dianggap bahwa perjuangan kekuasaan (power struggle) ini mempunyai tujuan yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat.

Pendekatan ini banyak terpengaruh oleh sosiologi, lebih luas ruang lingkupnya dan juga menutup gejala-gejala sosial seperti serikat buruh, organisasi keagamaan, organisasi kemahasiswaan dan kaum militer. Bidang ilmu yang membahas khusus masalah ini disebut politikologi studi pembentukan pembagian kekuasaan.

c. Konflik dan Kerjasama

Perbedaan politik yang menjadi ciri dan menjadi sumber dari tindakan-tindakan dari tema-tema politik, adalah perbedaan antara kawan-lawan. Pernyataan ini diperjelas dengan ucapan seseorang negarawan Inggris yang menyatakan "We have no permanent friends but we have a permanent policies"


(40)

yang artinya kami tidak mempunyai teman yang tetap abadi, kami hanya mempunyai kepentingan yang kekal abadi.31

Politik adalah perbuatan kemasyarakatan (yaitu perbuatan yang diarahkan kepada kelakuan orang-orang lain) yaitu bertujun untuk mengatur secara mengikat konflik-konflik kemasyarakatan mengenai nilai-nilai. Lebih lanjut dinyatakan, politik terdiri dari pertarungan antara aktor-aktor yang mempunyai keinginan-keinginan yang saling bertentangan mengenai pokok-pokok pertentangan masyarakat.32

d. Kebijakan (Policy)

Politik adalah aspek dari semua perbuatan yang berkenaan dengan usaha kolektif bagi tujuan-tujuan kolektif. Kehidupan politik menurut pendirian yang lazim, meliputi semua aktivitas yang berpengaruh terhadap kebijaksanaan ini. Lebih lanjut dijelaskan bahwa politik adalah tindakan yang dijalankan menurut suatu rencana tertentu, terorganisasi dan terarah yang secara tekun berusaha menghasilkan, mempertahankan atau merubah susunan kemasyarakatan.33

e. Pembagian (Distribution) atau Alokasi (Allocation)

Harold D. Laswell mengartikan politik dengan siapa memperoleh, bilamana, dengan cara apa? J.J Jong mengartikan bahwa:

"….. Proses politik akan kita artikan sebagai keseluruhan dari perbuatan-perbuatan dari pada dan interaksi-interaksi antara orang-orang dan hubungan-hubungan dalam ruang ketegangan antara kuasa Negara dan rakyat Negara, antara

31

Fuad Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam,h.2

32

A. Hoogerwerf. Politikologi: Pengertian danproblem-problem (Jakarta: Erlangga, 1985), h.45

33


(41)

pemerintah dan warga penduduk, sebagaimana lebih lanjut dibatasi dan dipengaruhi oleh data-data yuridis. "Pistis", social, ekonomi, teknik dan geografis, sepanjang perbuatan-perbuatan dan interaksi-interaksi ini, pemerintahan ini, yang merupakan pembagian (kembali) secara umum dari nilai-nilai non materiil yang berorientasi pada keadilan dan bilamana perlu akan dipertahankan dengan tangan besi." 34

Secara singkatnya Harold D. Laswell memberikan pengertian bahwa politik masyarakat Who gets what, when dan how. What disini terutama berupa kekuasaan atau otoritas politik. Sedangkan siapa, kapan, dan bagaimana adalah masalah-masalah yang menentukan bentuk pengelolaan politik suatu masyarakat.35

Abdul Qadim Zallum dalam bukunya Pemikiran Politik Islam mengatakan politik adalah pemikiran yang berhubungan dengan mengurus kepentingan umat. Pemikiran tersebut dapat berupa pedoman, keyakinan, hukum, atau aktivitas-aktivitas yang telah, sedang, atau akan terjadi maupun informasi-informasi. Apabila pemikiran itu berhubungan dengan realitas yang sedang atau akan terjadi, maka pemikiran itu adalah politik.36

Menurut Deliar Noer politik adalah …..segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat.37 Sedangkan menurut Miriam Budiarjo politik adalah bermacam

34

Ibid.,45-46.

35

Amien Rais cakrawala Islam Antara cita dan fakta, (Bandung, Mizan, 1991)h.30

36

Abdul Qadim Zallum, Pemikiran Politik Islam, h.33

37


(42)

kagiatan dalam suatu sistem politik (atau nagara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tindakan-tindakannya.38

2. Politik Dalam Pandangan Islam

Islam adalah sutu-satunya agama suci yakni agama Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk menjadi penutup agama-agama yang telah dibawa sebelumnya oleh para nabi. Islam adalah agama yang paling sempurna. Didalamnya terdapat semua jawaban atas pernyataan dalam kehidupan ini yang terdapat dalam al-qur'an yang merupakan mukjizat paling tinggi yang diberikan Allah Swt kepada Rasulullah Saw. Dalam al-qur'an segala hal tentang kehidupan manusia diatur dan diberikan petunjuknya, seperti tauhid, akhlak dan ibadah (muamalah). Politik juga dapat disimpulkan atau dikategorikan kedalam bidang ibadah (muamalah), yang didalamnya mengatur tentang hubungan manusia dengan manusia dalam ruang lingkup pemerintahan.

Para ahli sepakat bahwa perkembangan pemikiran politik itu mempunyai hubungan langsung yang tidak terpisah dengan perkembangan sejarah, hal ini dibuktikan dengan jelas dalam "Pemikiran Politik Islam" dimana sejarah Islam itu sendirilah yang membawa dan mencetuskan "Politik Islam" dengan "Sejarah Islam" sejalan dengan masing-masing saling menyempurnakan ibarat darah dan daging.39

38

Ibid.,h.37

39


(43)

Dalam Islam politik pertama kali dilakukan oleh nabi-nabi, para nabi diutus oleh Allah Swt untuk membentuk manusia, mengadakan masyarakat dan ummat dengan tujuan untuk melaksanakan ajaran-ajaran dan perintah Allah Swt dalam satu lembaga yang berkuasa "Divine Sovereignity". Sebagai contoh yang dialami oleh Nabi Daud SA dan Nabi Sulaiman SA yang bertindak sebagai raja. Bukti lain yang tidak kalah mengagumkannya yaitu ketika Nabi Muhammad Saw sebagai Rasulullah mendirikan Negara Madinah yang dimulai dengan peringatan hijrah. Dimana menurut H.A.R gibb hijriah dapat dipandang pada umumnya sebagai satu titik perubahan yang memberi satu permulaan masa baru dalam hidup "Muhammad" dan akhlaknya.40

Dengan sendirinya jika ditinjau negara yang didirikan Rasulullah Saw beserta kaum muslimin di Madinah, maka ia telah melakukan satu tindakan politik jika diukur dengan istilah politik dewasa ini.

Politik dalam Islam disebut Siyasah yang bermakna mengatur urusan ummat, yang dilaksanakanoleh Negara (Pemerintah) maupun ummat. Dalam al-qur'an tidak tertulis secara tekstuil mengenai kata siyasah. Namun dalam QS. Annisa: 58-59 membahas tentang menyerahkan amanat dan penghormatan kepada pemimpin.

Mi

%

I

+p/r

-Bz

i D

— |TZ

v

G

-<˜

"#$

%

(d ) h D

T•

%

< YTS(

m ˆ _

M

MG

i D

Y/Sa

-™

(Za

_

!

Mi

%

I

Z

Q

_/S•b

Z

€l

_

S

Mi

%

I

i~|r

YZP €|›

G6 7† _

40


(44)

[?

H,V

z•

m

~I

A -

/

ZP

 D

I

ZP

 D

™ C

"$z uD

x+y<˜

/SG

-i

–TB

:/œ

*

GT

"

m

D/

f|

# —

TB

"#$

%

™ C

i

%

:/œA/r

i

G

- TZ

_

ƒ+

Pa

w 7s<(

!

(@

5T•

”6+ (s

 c

D

|  BzT

ž?

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (58) Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S Annisa: 58-59)

Dua ayat diatas yaitu 58 dan 59 dalam Q.S Annisa adalah dasar yang telah diturunkan oleh Allah Swt dengan wahyu sebagai pokok pertama didalam mendirikan sesuatu kekuasaan, atau suatu pemerintahan, sekaligus untuk menaati pemimpin yang memimpin umat.

Yang pertama adalah menyerahkan amanat kepada ahlinya. Tegasnya, hendaklah seluruh pelaksana pemerintahan, seluruh aparat pemerintah diberikan kepada orang yang bisa memegang amanat, orang yang ahli. Hak pertama ialah pada rakyat, atau dalam istilah agama, pada ummat pilihan utama puncak pimpinan Negara, yang juga bisa disebut dengan khalifah, sultan dan presiden. Yang kedua ialah pemerintah untuk menaati Allah Swt. Rasul dan Ulil amri (pemimpin), dengan syariat tidak bertentangan dengan hukum-hukum Allah Swt


(45)

yang terdapat dalam al-qur'an dan al-hadist yang menjadi petunjuk hidup ummat Islam.41

3. Hubungan Dakwah dan Politik.

Secara umum politik selalu diidentikan sebagai sesuatu yang aktifitas yang penuh dengan tipu muslihat yang buruk dan bernilai negatif. Politik selalu berkaitan dengan kekuasaan (Power) dan sebagai mana dikatakan C. O Key. Ir. Seorang pakar ilmu sosial, politik terutama terdiri dari hubungan antar superiordinasi dan subordinasi, antara dominasi dan submisi, antar yang memerintah dan yang diperintah. Bagi seorang sekularis, pragmatis, suatu tindakan politik adalah baik bila dapat memberi “benefit” atau keuntungan praktis dan manfaat materiil, sedangkan bagi seorang muslim tindakan politik adalah baik bila tindakan tersebut berguna bagi seluruh rakyat sesuai dengan Rahmatan lil Alamin.42

Dengan demikian dari tinjauan Islam ada dua jenis politik, yaitu Politik kualitas tinggi (High politics) dan politik berkualitas rendah (low politics). Paling tidak ada tiga ciri yang harus dimiliki politik berkualitas tinggi atau oleh mereka yang mengizinkan terselenggaranya high politics Yakni:

Pertama, Setiap jabatan politik hakekatnya berupa amanah dari masyrakat yang harus dipelihara sebaik baiknya. Amanah itu tidak boleh disalahgunakan, misalnya untuk memperkaya diri atau menguntungkan kepentingan golongan sendiri dan menelantarkan kepentingan umum.

41

Hamka, Tafsir Al-Azhar: Juz V (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1983),h.136

42


(46)

Kedua, erat yang disebut di atas, setiap jabatan politik mengandung dalam dirinya Mas uliyyah atau pertanggung jawaban (accountability), sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, setiap orang pada dasarnya pemimpin yang harus mempertanggung jawabkan kepemimpinannya dan tugas-tugasnya.

Kesadaran akan tanggung jawab ini bukan terbatas dihadapkan pada institusi-institusi atau lembaga yang bersangkutan, lebih penting lagi adalah tanggung jawab dihadapan Allah SWT, dan dihadapan mahkamah yang lebih adil besok yakni Akhirat. Bagi umat Islam mutlak pentingnya Iman kepada Allah SWT dan pertanggung jawaban kita dihadapannya. Seorang politikus, pejabat, atau negarawan yang kesadaran tanggung jawabnya pada tuhan sangat dalam secara otomatis memiliki built-in control yang tidak ada takarannya. Ia memiliki kendali dari (self restrain) yang sangat kuat untuk tidak terperosok kedalam rawa-rawa kemunafikan.

Ketiga, kegiatan politik harus dikaitkan secara ketat dengan prinsip uhkuwah (brotherhood), yakni persaudaraan diantara sesama umat manusia. Dalam arti luar meliputi batas-batas etnik, rasial, agama, latar belakang social, keturunan dan lain sebagainya. Misalnya, setiap orang terlepas dari latar belakang manapun ia datang, jika di pukul pasti merasa sakit, jika tidak makan pasti akan merasa lapar dan seterusnya. Oleh karena itu, kegiatan politik kualitas tinggi akan menyadari gaya politik konfrontatif yang penuh dengan konflik dan melihat pihak lain sebagai pihak yang harus dieliminasi. Sebaliknya, gaya politik yang diambil adalah penuh dengan uhkuwah mencari saling pengertian dan membangun


(47)

kerjasama dunia seoptimal mungkin dalam menunaikan tugas-tugas kekhalifahan.43

High politik Dengan ciri-ciri minimal seperti disebutkan diatas sangat kondusif bagi pelaksanaan Amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana yang dimaksud dalam QS. Al-Hajj: 4

c)

o/r

aP#)

Ÿ •Q D

-#EF

T

Ÿ •Q zTB

Ÿ D

+,

!"#$

%

t

|P

6

Z

?

Artinya: "Yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barang siapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke adzab neraka." (Hajj / 22 : 4)

Berbeda halnya dengan politik kualitas rendah yang pada umumnya justru di masuki di Negara-negara terbelakang bahkan Negara muslim. Politik rendah disini lebih dikenal dengan nama low politic. Apabila ditinjau dari sudut pandang Islam, politik semacam ini tidak sesuai dengan tujuan dakwah, melainkan sebaliknya justru menjagal dakwah, merusak rekonstruksi masyrakat yang Islami. Berikut adalah ciri-ciri low politic yang dikutip Amin Rais dari buku The prince karangan Machiavellis yang dikenal dengan Politik Machia vellies.44

Pertama, kekerasan (violence), brutalitas dan kekejaman merupakan cara-cara yang sering kali perlu diambil oleh penguasa. Baginya, kekerasan, brutalitas

43

Ibid, h. 31-32

44

Ibid, h. 32. Istilah “Politik machiavellies” dikenal sebagai konsep politik yang berkonotasi tidak sehat, penuh hipokrisi, kelicikan dan sebaginya. Dalam pembahasan akademis, Machiavellies itu sendiri merupakan tokoh yang controversial. Namun ajaran politiknya yang terkandung dalam bukunya The Prince memang merupakan jenis politik yang tidak bisa digolongkan kepada High politics. Dan dari kaca mata dakwah jelas deskruktif, setidak tidaknya Counter-productive.


(48)

dan kekejaman dapat digunakan kapan saja, asalkan tujuan yang dikejar bisa dicapai. Karena inilah terkenal dengan semboyan tujuan menghalalkan segala cara.

Kedua, penaklukan total atas musuh-musuh politik nilai sebagai sumum bunun (kebajikan puncak). Musuh tidak boleh diberikan kesempatan untuk bangkit dan kalau perlu diperlukan sebagai bangkai bukan sebagai manusia.

Ketiga, menjalankan kehidupan politik seorang penguasa harus dapat bermain seperti binatang buas, terutama seperti singa dan sekaligus anjing pemburu.

Dari ketiga ciri politik kualitas rendah yang telah diungkapkan sebelumnya, menyatakan bahwa politik kualitas rendah ala machiavellies juga bicara sama sekali tentang pertanggung jawaban manusia di hadapan Allah SWT, dan tidak akan berjalan parallel dengan tujuan dakwah yang mengajak umat manusia berada di jalan Allah SWT.45

45


(49)

39

A. Riwayat Hidup Drs. H. Rachmat Yasin, MM

Drs. H Rachmat Yasin MM adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor periode 2004-2009 yang dipilih secara langsung oleh anggota DPRD Kabupaten Bogor. Selain menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bogor, beliau adalah Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Bogor periode 2006-2011 untuk masa bakti yang kedua. Di luar aktifitas politiknya, beliau dipercaya masyarakat sepakbola Kabupaten Bogor sebagai Ketua Umum Persatuan Sepakbola Indonesia Kabupaten Bogor (Persikabo) untuk periode kedua.

RY, seperti banyak masyarakat memanggilnya, lahir di Bogor, Jawa Barat pada 4 November 1963. Seorang politikus dengan bekal akademis karena beliau adalah Sarjana Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Nasional Jakarta tahun 1983. Lanjutan studinya berlangsung di Universitas Satyagama Jakarta dan berhasil meraih gelar Magister Management pada tahun 2001. Kini, beliau tengah melanjutkan Studi Doktoralnya di bidang Ilmu Pemerintahan di Universitas Padjajaran Bandung.

RY adalah putra kedua dari sembilan bersaudara pasangan (alm) HM. Yasin – Hj Nuryati dan merupakan keturunan ulama besar KH Basri atau yang dikenal dengan nama Mama Basri Kedaung dan HM. Syarifudin, salah satu pejuang Bogor. Bakat politik RY menurun dari ayahandanya (alm), HM Yasin


(50)

seorang perintis, pendiri dan tokoh kharismatis PPP di Bogor dan pernah menjabat sebaga anggota DPRD kabupaten Bogor dan anggota DPRD Kota Bogor.

RY tumbuh dan hidup dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU). Tak heran jika beliau banyak berkecimpung di organisasi di bawah naungan NU. Kiprahnya di Kabupaten Bogor dimulai ketika beliau diberi amanat sebagai Ketua Gerakan Pemuda (GP) Anshor Kabupaten Bogor tahun 1984-1991. Jalannya di dunia organisasi kepemudaan makin terang saat beliau dipercaya sebagai pengurus DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bogor tahun 1982-1991. Terakhir di KNPI beliau menjabat sebagai anggota Majelis Pertimbangan Pemuda (MPP) DPD KNPI Kabupaten Bogor.

Di luar organisasi kepemudaan, RY dikenal sebagai aktifis di kampus di masa orde baru. Pergaulannya yang luas membuat beliau banyak berhubungan dengan para aktifis-aktifis yang berseberangan dengan pemerintahan yang berkuasa waktu itu. Tak heran, jika langkah politiknya sempat terganjal ketika beliau dicalonkan menjadi anggota DPRD kabupaten Bogor dari Partai Persatuan Pembangunan karena penguasa kala itu tak berkenan RY duduk sebagai wakil rakyat.

Momentum itu akhirnya datang. RY berhasil melenggang sebagai anggota DPRD Kabupaten Bogor pada tahun 1997. Kali pertama menjadi anggota DPRD Kabupaten Bogor, RY dipercaya sebagai ketua Komisi C DPRD Kabupaten Bogor yang membidangi keuangan daerah. Kecerdasaannya terasah dan teruji di Komisi C. Bahkan, beliau dinilai oleh berbagai kalangan sebagai “pakar keuangan daerah”.


(51)

Rezim orde baru jatuh, Pemilu dipercepat maka pada Pemilu pertama di era reformasi, beliau kembali terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Bogor untuk periode 1999-2004. Di periode kedua, selain masih dipercaya sebagai Ketua Komisi C, beliau juga di beri amanat sebagai Ketua Panitia Anggaran DPRD Kabupaten Bogor di mana di daerah lain tradisi Ketua Panitia Anggaran.

Di PPP, beliau pernah menjabat sebagai Sekretaris DPC Kabupaten Bogor dua periode. Maka, pada tahun 2003 di Musyawarah Cabang (Muscab) ke IV di Dramaga, Kabupaten Bogor, beliau terpilih menjadi Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor. Untuk kali kedua di Musyawarah Cabang (Muscab) ke V di Cipayung, Puncak beliau kembali terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor periode 2006-2011.

Dalam Muscab tersebut, lahirlah salah satu rekomendasi Muscab agar DPC PPP Kabupaten Bogor mencalonkan beliau sebagai calon Bupati Bogor periode 2008-2013. Terpilihnya RY sebagai orang nomor satu di partai berlambah Ka’bah ini melempangkan jalannya menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bogor periode 2004-2009, meneruskan kepemimpinan Ketua DPRD sebelumnya yang berasal dari PPP.

RY adalah muslim yang taat. Beliau menikah dengan Hj. Eli Halimah dan mereka dikaruniai tiga anak perempuan yaitu Amira Eka Pratiwi, Salma Isni Ramadhani dan Naura Tri Kamilla 46

46


(52)

1. Latar Belakang Keluarga

Sungguh pengaruh lingkungan, terutama lingkungan keluarga amatlah dominan dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak manusia, baik perkembangan fisik maupun psikisnya. Lingkungan keluarga dimana seorang itu tinggal, terutama pada masa kecilnya akan sangat berpengaruh dan mewarnai kehidupannya kelak saat dewasa, apakah kelak saat dewasa, apakah kelak ia berada dalam keadaan jalan yang lurus dan benar ataukah ia berada dalam keadaan sesat, yaitu jalan yang dibenci Sang Khaliq pemilik kehidupan.

Ada pepatah Sunda mengatakan: “uyah tara tees ka luhur” (garam tidak pernah menetas ke atas). Hal ini mengutarakan bahwa apa dan bagaimanapun seorang anak itu, jadi cermin bahwa demikianlah orang tuanya. Dengan kata lain, sifat, sikap dan karakter seseorang merupakan hasil pengaruh dari orang tua dan keluarganya, baik secara genetika maupun akibat terkondisi oleh lingkungannya.

Beruntunglah H. Rachmat Yasin, ia memiliki orang tua dan lingkungan yang baik, yang mampu memberikan warna kebaikan pada kehidupannya. Betapa tidak, buah pernikahan KH. Muhammad Yasin dengan Hj. Nuryati ini didik kedalam lingkungan yang agamis dan menjungjung tinggi kebenaran serta akhlakul karimah. Ayahandanya adalah seorang pendidik, ia berprofesi sebagai ‘Guru Madrasah’, yang mengabdikan diri sebagai seorang penyeru untuk kejayaan ummat. Dimana keluarganya, terutama sang ayahanda telah menciptakan sebuah kondisi lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya. Meski ia telah menjadi anggota DPRD tetapi profesi sejati sebagai guru Tsanawiyah Sunanul Huda tak pernah dilepasnya.


(53)

Di samping berprofesi sebagai seorang ‘guru’, KH. Muhammad Yasin pun menggeluti dunia politik praktis. Dimana beliau merupakan aktivis Partai Nahdlatul ‘Ulama, yang kemudian bergabung dengan PPP setelah terjadi fusi partai-partai politik. Selanjutnya ia menjadi sesepuh pada Partai Persatuan Pembangunan Kabupaten Bogor. Beliau sempat duduk sebagi wakil rakyat selama 3 (tiga) periode di DPRD Kabupaten Bogor dan 1 (satu) periode di DPRD Kota Bogor.

Aktivis dalam dunia politik sang ayah, menjadi stimulus yang membangun minat dan talenta seseorang H. Rachmat Yasin dalam dunia pergerakan dan politik yang digelutinya semenjak remaja hingga sekarang, sehingga ia dikenal luas oleh masyarakat Kabupaten Bogor sebagai seorang politisi muda yang mumpuni dan menjanjikan.

Sementara itu sang ibunda tercinta (Hj. Nuryati), satu-satunya orang tua kandung yang masih hidup (ayahandanya telah lama wafat), disamping menjadi pembimbing ruhani dan pengayom bagi putra-putrinya, ia masih tetap aktif membina dan membimbing masyarakat, terutama kaum hawa. Saat ini ia mengelola Majlis Ta’lim Nur Yasin, yang sengaja didirikan oleh H. Rachmat Yasin di komplek tempat tinggalnya, untuk menjadi ladang amal soleh bagi ibunda tercinta.47

47


(1)

TRANSKIP WAWANCARA

Narasumber : Drs. H. Rachmat Yasin, MM Pewawancara : Ilham Maulana

Tgl / Waktu : 3 Januari 2009 pukul 09.00 WIB

Tempat : Dramaga, Bogor

1. Bagaimana konsep dakwah menurut Bapak?

Dakwah menurut konsep saya adalah seruan dan ajakan kepada hal-hal yang bisa membawa manusia itu bahagia di dunia dan di akhirat. Pengertian seruan dalam hal ini, sangat luas sekali bukan hanya sekadar pidato dan ceramah, tetapi seluruh aktivitas yang bersifat positif. Contohnya, ada seorang seniman yang dengan seninya itu dia bisa mempengaruhi masyarakat pada hal-hal yang positif. Hal itu menurut saya adalah dakwah. Padahalkan seniman dikalangan orang awam dianggapnya sebagai sesuatu yang tabu kan …. Padahal dari seni itu dia bisa menarik orang. Jadi intinya dakwah adalah segala bentuk aktivitas yang bisa menjadikan orang menuju ke arah yang lebih baik.

2. Bagaimana konsep politik menurut Bapak?

Menurut saya politik adalah seni bagaimana mencari jalan yang terbaik untuk menjadikan suatu bangsa dan Negara itu sejahtera. Jadi saya lebih cenderung kapada seni. Seni untuk menjadikan atau memanage suatu bangsa atau Negara lebih baik. Oleh karenanya berhubung politik merupakan seni atau art, jadi cara-cara itu bisa bermacam-macam jadi kalau ada orang bilang yang menyatakan politik itu kaku, keras dan kejam menurut saya salah, justru karena politik adalah suatu seni maka politik harus indah, dan berhubung politik itu indah maka politik harus juga beretika dan bermoral. Jadi artinya kita harus berpolitik dan bermoral dalam ruang lingkup secara umum.


(2)

Berhubung politik itu seni untuk memanage suatu bangsa atau Negara menjadi lebih baik dan sejahtera, maka saya berkesimpulan bahwa ini semua adalah cara agar bagaimana seseorang bisa menjalankan nilai ibadah dalam bernegara, sehingga apa-apa saja yang terdapat dialamnya tiada lain adalah upaya mensejahterakan bangsa dan Negara adalah bagian dari dakwah.

4. Bagaimana pendapat bapak mengenai ulama yang terjun kedunia politik saat ini, misalnya seperti Zainuddin MZ?

Sebetulnya saya lebih cenderung kepada kawan-kawan yang sudah bergerak dibidang dakwah, karena ulama-ulama besar pasti memiliki pesantren yang tidak terjun kedalam politik. Terlebih pesantern itu sedang berkembang kearah kebesarannya sebaiknya jangan terjun ke dunia politik.

5. Apa alasannya?

Ya… karena di Peantren itu memiliki fulltimer yakni waktu yang penuh untuk di manage didalamnya. Jadi perlu ada sitilah symbol ketokohan, semacam ada pusat bapaknya sehingga menurut saya beliau tidak ada hal demikian pesantern atau pemimpinnya sudah aktif di partai. Karena partai pasti memerlukan waktu untuk kegiatan partai.

6. Lalu bagaimana dengan pengaruh ulama-ulama dalam tubuh PPP sendiri?

Ya…jelas… para ulama ini duduk sebagai penasehat-penasehat, sebagai dewan syuro yang dijadikan oleh kami sebagai tempat meminta fatwa dan nasehat. Jadi yang harus menemui mereka adalah kita, bukan mereka yang berkeliling kemana-mana. Tetapi hal yang demikian tetap menjadi basis kekuatan Partai Persatuan Pembangunan.

7. Bagaimana pendapat bapak mengenai masuknya artis-artis yang terjun ke dunia politik saat ini, misalnya seperti Helmi Yahya, Dede Yusuf?


(3)

Pendapat saya bagus-bagus saja…. Seniman kan?! Dan kalo dicermati biasanya artis malah ga mau ambil bagian jadi bagian dari politisi. Contohnya seperti Dedy Mizwar, meskipun ia cukup terkenal tapi nyatanya ia enggan untuk berkiprah di dunia perpolitikan.

8. Mengutip pendapatnya Buya A. Syafi’i Maarif bahwa dakwah itu memperbanyak kawan sedangkan politik itu memperbanyak lawan? Jangan membuat stigmatisasi bahwa politik itu malah memperbanyak lawan, ya.. itu boleh saja menjadi pendapatnya Buya… sebetulnya artis-artis itu kepartai menjadikan partai yang mengambil dalam rangka memperkenalkan partai kepada seluruh aspek kehidupan. Maksudnya kita juga sebagai partai punya kader-kader dari kalangan seniman.

9. Pandangan Bapak tentang politik Indonesia saat ini?

Sebetulnya secara objectif harus kita akui bahwa demokrasi di Indonesia ini berkembang yang tadinya ada rasa was-was, rasa takut dan gelisah, tertekan sudah tidak ada sekarang… Cuma memang kita ini mengalami Euforia, sehingga akibat dari pada itu sering kebablasan. Tapi jika ditinjau dari segi demokrasi bagus dan berkembang dibandingkan yang dulu. Dan kita itu seolah-olah ditentukan segalanya oleh presiden, seperti partai PPP tidak boleh menjadi partai yang besar.

10.Bagaimana Konsep Bapak Tentang Partai Politik?

Menurut saya partai politik adalah sebuah institusi untuk mengorganisasikan secara stabil sekelompok orang. Sehingga salah satu tujuannya adalah untuk mengamankan atau memelihara penugasan para pemimpinnya (status quo). Atas suatu pemerintahan yang kemudian ditujukan untuk memberikan keuntungan serta kelebihan-kelebihan ideal bagi para anggotanya. Selain itu partai politik juga bertindak sebagai unit poitik. Dan kekuatan voting yang dimilikinya. Partai politik kemudian mengontrol pemerintah dalam melaksanakan kebijakan umum mereka. Sehingga partai politik tidak lain ialah sebuah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan


(4)

cita-cita yang sama dengan tujuan mengamankan, memelihara dan mengorganisasikan anggotanya.

11.Apa yang Bapak cita-citakan untuk PPP dimasa depan?

PPP harus menjadikan parpol yang bisa menjadikan Indonesia ini tenang, tentram, damai, sejahtera atau menjadikan Indonesia ini Islami, yaitu masyarakat yang Islami melalui politik, budaya, dan ormas-ormasnya. Buku dalam pengertian menjadi Negara Islam, karena pada dasarnya kita sudah mempunyai konsensus bersama yakni pancasila.

12.Menurut Bapak apa yang paling penting dalam berdakwah?

Menurut saya yang paling utama yaitu kita sendiri jika sebagai da’i. Seorang da’i itu harus ikhlas, professional, atau tahu betul dengan seluk beluk ajaran agama, jangan sampai salah menyampaikan salah satu kepada orang lain atau mad’u kita. Selanjutnya harus berakhlak teladan dan memberi contoh yang baik dengan perilakunya.

Kedua adalah materinya, harus melihat masyarakat yang kita dakwahi. Kalau kita berhadapan dengan orang awam dalam menyampaikan dakwah atau materinya jangan terlalu tinggi, begitu pula apabila kita menyampaikan dakwah di kalangan intelektual haruslah menggunakan materi yang bersifat ilmiah. Cotohnya ketika kita menyampaikan materi harus mengenai kepada mereka. Namun tetap berpegang kepada al-Quran dan al-Hadist dengan tidak meninggalkan perhatian kepada kesenangan masyarakat itu sendiri.

Sehingga menurut saya yang paling penting dalam sebuah dakwah adalah da’inya, materinya dan mad’unya yang harus kita perhatikan betul secara keseluruhan.

13.Sementara itu apabila dikategorikan, Bapak da’i yang bagaimana dari segi penyampaian materi dakwahnya dan segmentasinya?


(5)

Saya sendiri juga tidak tahu pasti dalam kategori yang mana, karena semua itu orang lain yang menilai. Kalau ditanya mengenai segi penyampaian dan segmentasinya saya rasa umum saja tidak ada kategorisasi ketika saya berdakwah.

14. Semenjak reformasi hingga saat ini, Indonesia dilanda berbagai masalah yang komplek seperti dalam bidang ekonomi. Menurut bapak apa sebenarnya yang telah menjadi pnyebab bagi Indonesia ini?

Sebenarnya waktu sekarang dan dulu sama saja, Cuma dulu ketika Pak Harto menjadi presiden dia meminjam uang trilyunan dengan menggunakan istilah bantuan luar negeri yang pada hakikatnya adalah pinjaman dengan tujuan masyarakat senang. Kalau saat inikan jumlah pinjaman dibatasi oleh pemerintah. Mudahnya begini saja, waktu kepemimpinan Pak Harto seolah kita semua berada dalam sebuah rumah tangga yang mempunyai bapak yang menyediakan semua keperluan anak-anaknya untuk hidup nyaman tanpa kita sadari itu adalah uang hasil pinjaman.

15. Saat ini bapak menjadi Bupati Bogor, apa tugas yang bapak emban? Salah satunya memberikan pertimbangan-pertimbangan, nasihat dan arahan-arahan dalam hal yang berkenaan dengan politik, seperti untuk bidang syariah berarti membahas tentang agama. Adalagi bidang majelis pakar intelektual misalnya memagari persoalan-persoalan pertambangan, pertanian dan sebagainya.

16. Apa yang Bapak Inginkan untuk Indonesia dimasa depan?

Dimasa yang akan datang saya menginginkan Indonesia tercipta menjadi Negara yang aman, damai, sejahtera dan bias menjadi salah satu Negara yang dapat disejajarkan dengan Negara-negara lainnya di dunia dengan tetap mempertahankan identifikasinya sebagai Negara yang kaya akan keberagaman dan keunikan.


(6)

Narasumber Bupati Bogor 2008-2013