Demikianlah beberapa buku yang beliau tulis sesuai dengan tema- temanya, atau materi tulisan. Sebagian besar tulisan adalah tentang khatibkhutbah
dan mubaligh.
62
Kualitas khatib dan mubaligh harus memenuhi tiga kriteria pokok. Pertama, kepribadian yang shaleh sehingga tidak tampak kontradiksi
antara pesan dakwah dengan sikap dan tingkah laku sang da’i. Kedua, wawasan yang luas sehingga umat yang dihasilkan adalah umat yang berpandangan luas
dalam memahami ajaran Islam. Ketiga, kemampuan dakwah yang baik sehingga kaum muslimin antusias dalam menerima pesan-pesan dakwah.
63
2. Metode Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani
Dalam dakwah bi al-qalam, Drs. H. Ahmad Yani mempunyai metode tersendiri sebagai seorang penulis. Tulisan beliau lebih menekankan pada aspek
sistimatika bahasa, jadi orang menikmati karena sistimatikanya, sehingga dibacanya tidak berbelit-belit, tidak berupa essai yang panjang lebar, tapi tulisan
beliau lebih
berupa pointer-pointer
sehingga orang
merasa mudah
menggunakannya dan menyampaikannya lagi serta dari ujung ke ujungnya jelas, kesimpulannya jelas, begitu pula buku-buku beliau yang berbentuk cerita, itu
bukan hanya cerita begitu saja tapi ada hikmah yang diambil dari cerita itu. Tulisan beliau ada yang berbentuk pokok-pokok bahasan, ada yang sifatnya
tinggal baca, orang boleh mengembangkan, tapi kebanyakan khatib-khatib di
62
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, Jakarta Barat, 22 Juni 2011
63
Drs. H. Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib dan Mubalig Jakarta: Al-Qalam, 2005 Cet. Ke-3, h. 9
kampung itu membaca penuh atau tekstual. Jadi, sistimatika yang sederhana itu bisa dipakai di semua kalangan.
64
Model dakwah bi al-qalam memiliki keistimewaan khusus karena dalam beberapa hal berbeda dengan fungsi dakwah bi al-lisan. Seandainya diadakan
suatu perbandingan antara tulisan dengan dakwah bi al-lisan niscaya akan ditemukan bahwa pada dasarnya keduanya saling menunjang dan terpadu dalam
keragaman yang saling mengutarakan makna-makna. Hanya saja, apabila dakwah bi al-lisan merupakan makna yang bergerak dan berbunyi, dakwah bi al-qalam
adalah makna yang bisu. Kendati ia bisa melakukan perbuatan bergerak karena isinya yang mengantarkan penikmatnya kepada pemahaman.
Sebagaimana halnya dakwah bi al-lisan yang di dalamnya kecantikan, dan kemudahan ditelaah pendengar, maka demikian pula dakwah bi al-qalam, di
dalamnya terkandung gambaran-gambaran yang jernih dan elok mempesona. Apabila dakwah bi al-lisan sanggup merangkum kefasihan yang disuarakan para
orator, didendangkan para penyair, atau menjadi makanan sehari-hari yang sanggup dikunyah oleh kaum awam, maka di dalam dakwah bi al-qalam ada
lisensi yang diguratkan para raja untuk masalah-masalah esensial dan bisa digunakan rakyat umum.
Kalau diantara dakwah bi al-lisan dan dakwah bi al-qalam terdapat fungsi global yang sepadan, maka di sana dua alat yang berbeda tapi serasi. Alat dakwah
bi al-lisan adalah lidah, sedangkan alat dakwah bi al-qalam adalah pena.
64
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, Jakarta Barat, 22 Juni 2011
Keduanya dipakai untuk mengekspresikan makna. Bedanya, bila dakwah bi al- lisan merupakan petunjuk alami dan telah ditentukan bagiannya alat yang dialami
pula, maka dakwah bi al-qalam merupakan petunjuk skill dan alat yang digunakan adalah perabot keterampilan.
65
Hartono A. Jaiz menjelaskan fungsi dakwah bi al-qalam dalam tiga hal, antara lain:
a. Melayani kebutuhan masyarakat akan informasi Islam. Informasi
Islam yang dimaksud di sini adalah informasi yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits.
b. Berupaya mewujudkan atau menjelaskan seruan Al-Quran secara
cermat melalui berbagai media cetak untuk mengembalikannya kepada fikrah dan keuniversalannya serta menyajikan produk-
produk Islam yang selaras dengan pemikiran. c.
Menghidupkan dialog-dialog bernuansa pemikiran, politik, budaya, sosial, dan lain-lain.
Seringkali menjadi perhatian penting yang pengaruhnya bukan sekedar terbatas di suatu negara. Bahkan, setelah berhasil menghimpun pemikiran-
pemikiran ilmuan, kewibawaan dakwah bi al-qalam itu menjadi semacam kekuatan, yang saat itu santer memiliki pengaruh kuat. Misalnya, umat Islam
ingin mengetahui hokum-hukum Islam yangh berkaitan dengan perkembangan
65
Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, Jakarta Barat, 22 Juni 2011
ilmu dan teknologi. Maka, media dakwah yang jeli tentu menyediakan para pakar untuk menjawabnya. Satu contoh, surat kabar Al-Ahram Mesir mewawancarai
ulama terkenal, Syeikh Mutawally Al- Sya’rawy tentang donor ginjal. Ternyata,
Syeikh Sya’rawy mengharamkannya: dengan alasan, ginjal atau organ tubuh itu haram dijual. Ia mengingatkan, kalau sesuatu itu haram dijual, berarti haram pula
disedekahkan. Karena, jual beli ada unsur kesamaan dengan sedekah, yaitu rela sama rela. Hanya bedanya, jual beli kerelaannya dengan bentuk penggantian
harga, sedangkan sedekah kerelaan yang harganya di tangan Allah. Jadi, kalau haram dijual, mesti haram juga untuk disedekahkan.
66
Ternyata masalah seperti itu kemudian dijadikan ladang subur oleh berbagai media dakwah lainnya, di antaranya: Harian Syarqu al-Ausath Saudi.
Berita-berita itu dikembangkan dengan mewawancarai berbagai ahli hukum dan diturunkan berseri, tidak hanya sekali saja.
Adapun tujuannya sebagai berikut: a.
Memberantas masyarakat dari buta huruf lewat pendidikan membaca dan menulis.
Kesadaran membaca dan menulis, baik dalam arti sempit maupun luas, sudah menjadi kewajiban umat Islam Al-Alaq 9601 : 1-5
Ayat tersebut memberikan isyarat perlunya pendidikan daripada mengajarkan dan memberitahukan sesuatu yang belum diketahuinya, yaitu
66
Hartono A. Jaiz, Meluruskan Dakwah dan Fikrah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996 h. 174
yang berkaitan dengan pengetahuan tentang khaliq dan makhluknya. Pemberitahuan tentang hal-hal yang belum diketahui oleh manusia itu
disampaikan lewat rasul-rasulnya. Nabi Saw, berupa Al- Qur’an dan lewat
kodratnya yang berupa hukum-hukum alam atau sunnatullah. Dengan membaca seseorang akan memahami ilmu pengetahuan termasuk
pengetahuan tentang manusia. Hubungan Al- Qur’an dengan sunnatullah
sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan, begitu juga membaca dan menulis betapa erat hubungannya, dan juga tidak bisa dipisahkan, Karena
keduanya merupakan satu kesatuan yang bersumber dari Allah Swt. b.
Menyampaikan ajaran Islam
c. Meluruskan informasi lewat media cetak
d. Mengajak seluruh umat manusia untuk menyembah kepada Allah dengan
tidak mempersekutukannya. e.
Mengajak umat muslim agar melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam yang ada pada aspek ibadah, khususnya shalat, zakat, dan ibadah-ibadah
lain yang sudah ditentukan caranya. f.
Mengajak umat Islam agar memiliki akhlak terpuji. g.
Mengajak umat Islam agar tetap hati-hati terhadap berita-berita yang datang.
67
67
T.M. Sanihiyah dan Al-Mahiri, Pesan-Pesan Rasulullah Saw, Bandung: Citra Umbara, 1995 Cet-1, h. 189.
C. Efektivitas Dakwah Bi Al-Qalam Menurut Drs. H. Ahmad Yani