Metode Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani

Demikianlah beberapa buku yang beliau tulis sesuai dengan tema- temanya, atau materi tulisan. Sebagian besar tulisan adalah tentang khatibkhutbah dan mubaligh. 62 Kualitas khatib dan mubaligh harus memenuhi tiga kriteria pokok. Pertama, kepribadian yang shaleh sehingga tidak tampak kontradiksi antara pesan dakwah dengan sikap dan tingkah laku sang da’i. Kedua, wawasan yang luas sehingga umat yang dihasilkan adalah umat yang berpandangan luas dalam memahami ajaran Islam. Ketiga, kemampuan dakwah yang baik sehingga kaum muslimin antusias dalam menerima pesan-pesan dakwah. 63

2. Metode Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani

Dalam dakwah bi al-qalam, Drs. H. Ahmad Yani mempunyai metode tersendiri sebagai seorang penulis. Tulisan beliau lebih menekankan pada aspek sistimatika bahasa, jadi orang menikmati karena sistimatikanya, sehingga dibacanya tidak berbelit-belit, tidak berupa essai yang panjang lebar, tapi tulisan beliau lebih berupa pointer-pointer sehingga orang merasa mudah menggunakannya dan menyampaikannya lagi serta dari ujung ke ujungnya jelas, kesimpulannya jelas, begitu pula buku-buku beliau yang berbentuk cerita, itu bukan hanya cerita begitu saja tapi ada hikmah yang diambil dari cerita itu. Tulisan beliau ada yang berbentuk pokok-pokok bahasan, ada yang sifatnya tinggal baca, orang boleh mengembangkan, tapi kebanyakan khatib-khatib di 62 Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, Jakarta Barat, 22 Juni 2011 63 Drs. H. Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib dan Mubalig Jakarta: Al-Qalam, 2005 Cet. Ke-3, h. 9 kampung itu membaca penuh atau tekstual. Jadi, sistimatika yang sederhana itu bisa dipakai di semua kalangan. 64 Model dakwah bi al-qalam memiliki keistimewaan khusus karena dalam beberapa hal berbeda dengan fungsi dakwah bi al-lisan. Seandainya diadakan suatu perbandingan antara tulisan dengan dakwah bi al-lisan niscaya akan ditemukan bahwa pada dasarnya keduanya saling menunjang dan terpadu dalam keragaman yang saling mengutarakan makna-makna. Hanya saja, apabila dakwah bi al-lisan merupakan makna yang bergerak dan berbunyi, dakwah bi al-qalam adalah makna yang bisu. Kendati ia bisa melakukan perbuatan bergerak karena isinya yang mengantarkan penikmatnya kepada pemahaman. Sebagaimana halnya dakwah bi al-lisan yang di dalamnya kecantikan, dan kemudahan ditelaah pendengar, maka demikian pula dakwah bi al-qalam, di dalamnya terkandung gambaran-gambaran yang jernih dan elok mempesona. Apabila dakwah bi al-lisan sanggup merangkum kefasihan yang disuarakan para orator, didendangkan para penyair, atau menjadi makanan sehari-hari yang sanggup dikunyah oleh kaum awam, maka di dalam dakwah bi al-qalam ada lisensi yang diguratkan para raja untuk masalah-masalah esensial dan bisa digunakan rakyat umum. Kalau diantara dakwah bi al-lisan dan dakwah bi al-qalam terdapat fungsi global yang sepadan, maka di sana dua alat yang berbeda tapi serasi. Alat dakwah bi al-lisan adalah lidah, sedangkan alat dakwah bi al-qalam adalah pena. 64 Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, Jakarta Barat, 22 Juni 2011 Keduanya dipakai untuk mengekspresikan makna. Bedanya, bila dakwah bi al- lisan merupakan petunjuk alami dan telah ditentukan bagiannya alat yang dialami pula, maka dakwah bi al-qalam merupakan petunjuk skill dan alat yang digunakan adalah perabot keterampilan. 65 Hartono A. Jaiz menjelaskan fungsi dakwah bi al-qalam dalam tiga hal, antara lain: a. Melayani kebutuhan masyarakat akan informasi Islam. Informasi Islam yang dimaksud di sini adalah informasi yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits. b. Berupaya mewujudkan atau menjelaskan seruan Al-Quran secara cermat melalui berbagai media cetak untuk mengembalikannya kepada fikrah dan keuniversalannya serta menyajikan produk- produk Islam yang selaras dengan pemikiran. c. Menghidupkan dialog-dialog bernuansa pemikiran, politik, budaya, sosial, dan lain-lain. Seringkali menjadi perhatian penting yang pengaruhnya bukan sekedar terbatas di suatu negara. Bahkan, setelah berhasil menghimpun pemikiran- pemikiran ilmuan, kewibawaan dakwah bi al-qalam itu menjadi semacam kekuatan, yang saat itu santer memiliki pengaruh kuat. Misalnya, umat Islam ingin mengetahui hokum-hukum Islam yangh berkaitan dengan perkembangan 65 Drs. H. Ahmad Yani, Wawancara Pribadi, Jakarta Barat, 22 Juni 2011 ilmu dan teknologi. Maka, media dakwah yang jeli tentu menyediakan para pakar untuk menjawabnya. Satu contoh, surat kabar Al-Ahram Mesir mewawancarai ulama terkenal, Syeikh Mutawally Al- Sya’rawy tentang donor ginjal. Ternyata, Syeikh Sya’rawy mengharamkannya: dengan alasan, ginjal atau organ tubuh itu haram dijual. Ia mengingatkan, kalau sesuatu itu haram dijual, berarti haram pula disedekahkan. Karena, jual beli ada unsur kesamaan dengan sedekah, yaitu rela sama rela. Hanya bedanya, jual beli kerelaannya dengan bentuk penggantian harga, sedangkan sedekah kerelaan yang harganya di tangan Allah. Jadi, kalau haram dijual, mesti haram juga untuk disedekahkan. 66 Ternyata masalah seperti itu kemudian dijadikan ladang subur oleh berbagai media dakwah lainnya, di antaranya: Harian Syarqu al-Ausath Saudi. Berita-berita itu dikembangkan dengan mewawancarai berbagai ahli hukum dan diturunkan berseri, tidak hanya sekali saja. Adapun tujuannya sebagai berikut: a. Memberantas masyarakat dari buta huruf lewat pendidikan membaca dan menulis. Kesadaran membaca dan menulis, baik dalam arti sempit maupun luas, sudah menjadi kewajiban umat Islam Al-Alaq 9601 : 1-5 Ayat tersebut memberikan isyarat perlunya pendidikan daripada mengajarkan dan memberitahukan sesuatu yang belum diketahuinya, yaitu 66 Hartono A. Jaiz, Meluruskan Dakwah dan Fikrah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996 h. 174 yang berkaitan dengan pengetahuan tentang khaliq dan makhluknya. Pemberitahuan tentang hal-hal yang belum diketahui oleh manusia itu disampaikan lewat rasul-rasulnya. Nabi Saw, berupa Al- Qur’an dan lewat kodratnya yang berupa hukum-hukum alam atau sunnatullah. Dengan membaca seseorang akan memahami ilmu pengetahuan termasuk pengetahuan tentang manusia. Hubungan Al- Qur’an dengan sunnatullah sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan, begitu juga membaca dan menulis betapa erat hubungannya, dan juga tidak bisa dipisahkan, Karena keduanya merupakan satu kesatuan yang bersumber dari Allah Swt. b. Menyampaikan ajaran Islam c. Meluruskan informasi lewat media cetak d. Mengajak seluruh umat manusia untuk menyembah kepada Allah dengan tidak mempersekutukannya. e. Mengajak umat muslim agar melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam yang ada pada aspek ibadah, khususnya shalat, zakat, dan ibadah-ibadah lain yang sudah ditentukan caranya. f. Mengajak umat Islam agar memiliki akhlak terpuji. g. Mengajak umat Islam agar tetap hati-hati terhadap berita-berita yang datang. 67 67 T.M. Sanihiyah dan Al-Mahiri, Pesan-Pesan Rasulullah Saw, Bandung: Citra Umbara, 1995 Cet-1, h. 189.

C. Efektivitas Dakwah Bi Al-Qalam Menurut Drs. H. Ahmad Yani