BAB 5 PEMBAHASAN
Angka kejadian prevalensi asphyxia neonatorum di RSU Dr Pirngadi Kota Medan tahun 2007 sebesar 33.10 angka ini melebihi prevalensi asphyxia
neonatorum di Indonesia 27 . Hal ini perlu mendapat perhatian dari Rumah Sakit Dr Pirngadi Kota Medan, khususnya bagi tenaga kesehatan dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu untuk mencegah terjadinya asfiksia noenatorum.
5.1 Pengaruh Umur Ibu dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Bila dilihat dari uji statistik nilai p value 0.458 0,05, berarti secara statistik tidak ada pengaruh yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian
asphyxia neonatorum, dengan demikian dalam penelitian ini usia ibu tidak mempengaruhi kejadian asphyxia neonatorum. Hal ini tidak sesuai dengan hasil-hasil
penelitian atau teori terdahulu yang menyatakan bahwa usia ibu melahir mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum. Penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Zakaria 1999 yang dikutip oleh Ahmad menemukan bahwa usia ibu kurang 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai hubungan
dengan kejadian asphyxia neonatorum Hal ini mungkin sudah dipahaminya tentang usia reproduksi sehat pada
wanita usia 20 tahun – 35 tahun sehingga sudah jarang dijumpai ibu yang melahirkan dibawah usia 20 tahun. Disamping itu perempuan sekarang lebih aktif bekerja untuk
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
memenuhi kebutuhan keluarga sehingga usia untuk melahirkanpun sudah dibatasi menjadi lebih pendek, dimana pada penelitian ini jarang dijumpai ibu yang
melahirkan diatas 35 tahun.
5.2 Pengaruh Paritas dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Berdasarkan analisis bivariat dan multivariat didapatkan hasil Chi Square p value 0,01 0,05 berarti adanya pengaruh yang signifikan antara paritas dengan
kejadian asphyxia neonatorum, penelitian ini berbeda dengan penelitian Ahmad dan sesuai dengan penelitian Zakaria yang menemukan adanya hubungan antara
paritas dengan kejadian asfiksia. Menurut Sujudi, jarak kelahiran anak merupakan kunci kelangsungan hidup anak.
Hasil analisis uji regresi logistic menunjukkan OR 2,648 berarti resiko
terjadinya asphyxia neonatorum pada responden dengan paritas 1 dan ≥ 4 sebesar
2,320 kali lebih besar dibanding responden dengan paritas 2 – 3. Kehamilan dan persalinan yang dianggap aman adalah paritas 2 dan 3. Kehamilan dan persalinan
yang mempunyai resiko adalah anak pertama dan persalinan anak keempat atau lebih karena pada anak pertama adanya kekakuan dari otot atau cervik yang kaku
memberikan tahan yang jauh lebih besar dan dapat memperpanjang persalinan sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur
elastisitas jaringan yang sudah berulang kali diregangkan kehamilan, sehingga nutrisi yang dibutuhkan janin berkurang, dinding rahim dan dinding perut sudah
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
kendor, kekenyalan sudah kurang hingga kekuatan mendesak kebawah tidak seberapa sehingga dapat memperpanjang proses persalinan Sastrawinata S, 1983.
5.3 Pengaruh Hipertensi dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum