L - 11 kayu damar ditambahkan pada sampel keramik maka mengakibatkan sampel menjadi
lebih rapuh dan nyaris pecah. Hal ini besar kemungkinan disebabkan karena besarnya jumlah porositas pada sampel keramik tersebut.
Demikian dengan nilai uji tekan, penambahan aditif yang lebih banyak maka nilai tekan juga cenderung menurun, karena memang kondisi kekerasan sebanding
dengan perubahan tekan. Dengan penambahan aditif terjadi penurunan tekanan yang signifikan yaitu dari 11,447 x10
5
Pa ketika diberi aditif 5 maka tekanan menjadi 4,865 x10
5
Pa. Namun untuk selanjutnya ketika diberi aditif dengan berbagai komposisi penurunan tidak terjadi penurunan tekanan yang tajam.
4.3 SUSUT MASSA DAN SUSUT VOLUME
Hasil pengujian terhadap susut massa maupun susut volume yang telah dilakukan maka didapat perolehan data seperti tercantum pada lampiran G.
Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung besarnya susut massa maupun susut volume dengan menggunakan persamaan 2.4 dan 2.5. Hasil perhitungan susut
massa dan susut volume tersebut disajikan pada tabel bawah ini :
Andrita: Pengaruh Aditif Serbuk Kayu Dalam Pembuatan Keramik Berpori Untuk Digunakan Sebagai Filter gas Buang, 2008. USU e-Repository © 2008
L - 11
Tabel 4.4 Hasil Susut Massa dan Susut Volume No
Aditif Susut
Volume Susut
Massa
1 2
3 4
5 6
5 10
15 20
30 3,13
2,33 2,05
2,28 2,27
2,15 14,92
19,27 23,77
28,28 33,27
43,85
Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa semakin banyak aditif yang ditambahkan kedalam sampel keramik maka susut volume enderung semakin
mengecil. Beda dengan susut massa, semakin banyak aditif maka susut massanya semakin besar. Hal ini dapat disebabkan karena setiap badan keramik yang telah
mengalami proses pembakaran akan mengalami penyusutan. Terjadinya penyusutan disebabkan karena hilangnya kandungan air melalui reaksi dehidrasi dan terurainya
zat-zat yang mudah terbakar melalui reaksi dissosiasi. Seiring dengan meningkatnya suhu pembakaran maka penyusutan akan bertambah besar karena pada saat sintering
terjadi pemadatan bahan yang dipadatkan dan penyusutan volume sampel.
4.4 HASIL PENGUJIAN ABSORBSI GAS BUANG
Pengujian absorbsi gas buang dilakukan di Toyota sementara pengujian dilakukan untuk tiap sampel dengan berbagai komposisi bahan aditif karbon serbuk
kayu. Secara lengkap hasil pengujian absorbsi gas buang dicantumkan pada lampiran H.
Andrita: Pengaruh Aditif Serbuk Kayu Dalam Pembuatan Keramik Berpori Untuk Digunakan Sebagai Filter gas Buang, 2008. USU e-Repository © 2008
L - 11 Berdasarkan hasil uji dari Toyota maka diperoleh data hasil perhitungan
prosentase absorbsi gas radikal pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Persentase Absorbsi Gas CO, CO
2
dan HC
No Aditif
CO Absorbsi
CO CO2
Absorbsi CO2
HC Absorbsi
HC
1 normal 9,62 100 10,96
100 655
100 2 0 8,20 14,76
10,10 7,85 653 0,31 3 5 8,15 15,28 9,50 13,32 615 6,11
4 10 7,95 17,40 9,40 14,23 576 12,06 5 15 7,45 22,56 8,40 23,36 561 14,35
6 20 7,22 24,95 8,30 24,27 547 16,49 7 30 6,76 29,73 8,10 26,09 538 17,86
Hubungan penambahan aditif terhadap gas CO, CO
2
dan HC dapat ditentukan dengan berikut ini :
a. Persamaan
Regresi Linier
aditif terhadap
absorbsi gas
CO, y = 14,670 + 0,458x
b. Persamaan Regresi Linier aditif terhadap absorbsi gas CO
2
, y = 9,673 + 0,639x
c. Persamaan Regresi Linier aditif terhadap absorbsi gas HC,
y = 3,511 + 0,576x Ketiga persamaan diatas diperoleh dari hasil perhitungan linier yang terdapat pada
lampiran I.
Andrita: Pengaruh Aditif Serbuk Kayu Dalam Pembuatan Keramik Berpori Untuk Digunakan Sebagai Filter gas Buang, 2008. USU e-Repository © 2008
L - 11 Hubungan penambahan aditif terhadap gas CO, CO
2
dan HC lebih rinci di gambarkan pada grafik dibawah ini :
Gambar 4.5. Grafik Persentase Serbuk Kayu Damar dengan Daya Absorbsi Gas CO
5 10
15 20
25 30
35
5 10
15 20
25 30
35 Massa Aditif Serbuk Kayu Damar
Per s
enta s
e G a
s CO
Nilai Absorbsi CO y=14.670+0.458x
Andrita: Pengaruh Aditif Serbuk Kayu Dalam Pembuatan Keramik Berpori Untuk Digunakan Sebagai Filter gas Buang, 2008. USU e-Repository © 2008
L - 11
Gambar 4.6.Grafik Persentase Serbuk Kayu Damar dengan Daya Absorbsi Gas CO
2
5 10
15 20
25 30
35
5 10
15 20
25 30
35 Massa Aditif Serbuk Kayu Damar
Per s
enta s
e G as
C O
2
Nilai Absorbsi CO2 y=14.670+0.458x
Gambar 4.7. Grafik Persentase Serbuk Kayu Damar dengan Daya Absorbsi Gas HC
5 10
15 20
25
5 10
15 20
25 30
35 Massa Aditif Serbuk Kayu Damar
Per s
entas e
G as
HC Nilai absorsi HC
y=3.511+0.576x
Dari ketiga gambar grafik diatas dapat dilihat secara umum dengan adanya penambahan aditif maka daya absorbsi gas cenderung meningkat baik gas CO, CO
2
Andrita: Pengaruh Aditif Serbuk Kayu Dalam Pembuatan Keramik Berpori Untuk Digunakan Sebagai Filter gas Buang, 2008. USU e-Repository © 2008
L - 11 maupun HC. Dari ketiga gas tersebut terlihat gas CO merupakan persentase
penyerapan gas radikal terbesar, menyusul CO
2
dan yang paling sedikit adalah HC. Hal ini dibuktikan dengan penambahan aditif 30, CO terserap sebesar 29,73, CO
2
terserap 26.09 dan HC terserap 17,86. Besarnya gas CO terserap kemungkinan adalah karena kandungan gas CO
lebih banyak diudara dibanding gas lainnya. Gas CO tidak saja dihasilkan dari buangan gas kendaraan yang lalulalang di jalanan tetapi juga dari hasil bakaran yang
dihasilkan oleh masyarakat, industri dan lainnya. Dari hasil perhitungan ketiga persamaan regresi linier diatas maka dapat
ditentukan koefisien korelasi masing-masing yaitu untuk CO, r = 0,83 ; CO
2
, r = 0,93 ; HC, r = 0,92. Hal ini dapat diartikan bahwa adanya hubungan yang kuat antara
penambahan serbuk kayu damar sebagai aditif terhadap bahan keramik yang menghasilkan porositas yang tinggi sehingga meningkatkan daya absorbsi gas buang
CO, CO
2
dan HC. Artinya semakin banyak serbuk kayu damar yang ditambahkan pada keramik maka daya absorbsi keramik berpori terhadap persentase gas buang
yang dihasilkan kendaraan bermotor juga cenderung meningkat.
4.5. HASIL IDENTIFIKASI UJI SAMPEL DENGAN XRD