tertuang dalam Perjanjian Kredit dan Akta Notaris Pengakuan Hutang dan Pemberian Jaminan yang ikut ditanda tangani oleh penjamin avalist.
Dalam Putusan Mahkamah Agung tersebut juga menyatakan bahwa akta Notaris Pengakuan Hutang dan Pemberian Jaminan yang dibuat dihadapan Notaris
Alina Hanum SH tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap penjamin avalist. Hal tersebut pulalah yang menjadi latar belakang penulisan tesis ini guna
mengkaji dasar-dasar hukum tentang tanggung jawab penjamin avalist terhadap utang debitur berupa perseroan terbatas yang belum berstatus badan hukum yang
wanprestasi, dalam putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No : 1436KPdt2001, tanggal 29 Januari 2004 tersebut, sehingga dengan demikian, akan
terjawab kesimpulan yang sesuai permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. Ada yang janggal dalam putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No :
1436KPdt2001, tanggal 29 Januari 2004 tersebut, yaitu tidak memberikan rasa keadilan dalam pihak tergugat antara debitur dan penjamin avalist, yang terikat
dalam suatu perjanjian tanggung menanggung tanggung renteng dalam pembayaran surat wesel seperti tersebut diatas dimana penjamin avalist dan debitur tidak
bertanggung jawab secara tanggung menanggung tanggung renteng atas hutang mereka terhadap bank kreditur. Sekilas memang hubungan antara penjamin dan
debitur adalah berbeda tapi dalam perjanjian tanggung menanggung tanggung renteng pembayaran surat wesel adalah merupakan satu karena terikat sebagai
pihak–pihak yang berhutang.
B. Permasalahan
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian latar belakang terdahulu diatas, maka permasalahan yang dirumuskan untuk dibahas dalam penelitian tesis ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penjamin avalist tanggung jawabnya terhadap utang debitur
yang merupakan perseroan terbatas yang belum mendapat pengesahan sebagai badan hukum oleh Menteri Kehakiman bila debitur tersebut wanprestasi?
2. Apakah yang menjadi dasar hukum pengikatan terhadap seorang penjamin
avalist dalam perikatan pemberi jaminan aval? 3.
Bagaimana kekuatan hukum perjanjian pemberian jaminan terhadap eksekusisita jaminan terhadap benda jaminan yang diserahkan penjamin
avalist apabila debitur wanprestasi.
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab seorang penjamin avalist terhadap utang debitur yang merupakan perseroan terbatas yang belum
mendapat pengesahan sebagai badan hukum oleh Menteri Kehakiman dalam perjanjian pemberian jaminan aval apabila debitur tersebut wanprestasi.
2. Untuk mengetahui dasar hukum pengikatan seorang penjamin avalist
dalam perikatan pemberian jaminan aval. 3.
Untuk mengetahui sejauh mana kekuatan hukum perjanjian pemberian jaminan aval dapat mengeksekusimenyita benda jaminan dari penjamin
avalist bila debitur wanprestasi.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang hukum jaminan
yang dapat digunakan untuk pihak-pihak yang membutuhkan sebagai bahan kajian ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan ilmu hukum bidang
perbankan pada khususnya yaitu mengenai perikatan pemberian jaminan aval dalam perjanjian kredit di bank.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada masyarakat, pihak-pihak instansi perbankan, pejabat notaris, aparat hukum yang
berwenang secara hukum dan menangani urusan pembuatan perjanjian pemberi jaminan, perjanjian kredit di bank yang secara umum sering terjadi di
bank-bank diseluruh Indonesia dan di Sumatera Utara maupun di Medan khususnya.
E. Keaslian Penelitian