Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara

Jefri Sibuea : Pengaruh Nilai Restitusi Pajak Pertambahan Nilai dan Penanaman Modal Investasi terhadap Ekspor Sektor Industri di Sumatera Utara, 2010. perlambatan. Dampak krisis moneter yang berlangsung sejak semester II 1997 sampai dengan I tahun 1998 tersebut berpengaruh terhadap perekonomian misalnya terlihat dari terdepresinya nilai rupiah terhadap dolar, inflasi yang melonjak hingga posisi 40,79 pada semester I tahun 1998, meningkat dari tahun 1997 yang berada pada level 9,96.

4.2.1. Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara

Pada tahun 2004, perekonomian Sumatera Utara mulai stabil dan krisis ekonomi yang dulu pernah melanda mulai pulih. Ekspor Sumatera Utara pada tahun 2004 yang bernilai 4,2 milyar US adalah nilai tertinggi atau yang terbesar selama tujuh tahun terakhir sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997. Naiknya nilai ekspor ini lebih disebabkan membaiknya nilai tukar rupiah dan meningkatnya volume ekspor Sumatera Utara. Pada tahun 2004 volume ekspor Sumatera Utara mencapai 7,51 juta ton dan volume impor sebesar 3,22 juta ton. Hal ini berarti terjadinya kenaikan 57,72 pada ekspor dan 20,24 pada impor. Nilai ekspor Sumatera Utara pada tahun yang sama mencapai 4.239,41 juta US dan nilai impor 953,36 juta US dengan demikian Sumatera Utara mempunyai surplus perdagangan Luar Negeri sebesar 63,64 dibandingkan pada tahun 2003. Komoditi utama ekspor Sumatera Utara adalah minyak lemak nabati dan hewani yang mencapai 1.720,35 juta US dan diikuti oleh bahan baku sebesar 927,45 juta US serta barang hasil industri sebesar 591,18 juta US. Nilai ekspor Sumatera Utara periode Januari-Maret 2007 mencapai 1,45 miliar dolar AS atau meningkat 16,95 persen dibanding periode sama tahun 2006 sebesar 1,24 miliar. Kepala Badan Pusat Statistik BPS Sumatera Utara HM Jefri Sibuea : Pengaruh Nilai Restitusi Pajak Pertambahan Nilai dan Penanaman Modal Investasi terhadap Ekspor Sektor Industri di Sumatera Utara, 2010. Nasir Syarbaini mengatakan. Menurut Nasir, peningkatan ekspor periode ini disebab karena meningkatnya nilai ekspor pada sektor pertanian sebesar 14,18 peesen yaitu dari 388,6 juta dolar AS menjadi 443,7 juta dolar AS. Demikian juga untuk nilai ekspor sektor industri yang meningkat 18,31 persen dari 845,6 juta dolar AS menjadi 1,0 miliar dolar AS. Sementara ekspor sektor pertambangan dan penggalian menurun sebesar -6,83 persen dari 3,5 juta dolar AS menjadi 3,2 juta dolar AS. Nasir menilai bilai dilihat dari jenis komoditi yang diekspor, jenis barang atau struktur ekspor Sumut selama Januari-Maret 2007 tidak jauh berbeda dengan tahun 2006. Ekspor sampai saat ini masih didominasi oleh sektor industri yang kontribusinya mencapai 69,12 persen dari total ekspor Sumut. Komoditi utama yang mengalami peningkatan nilai ekspor pada sektor industri adalah minyak lemak nabati lainnya, cair atau kental yang mengalami kenaikan sebesar 43,95 persen dengan nilai ekspor mencapai 478,1 juta dolar AS. Kemudian diikuti barang-barang aluminium yang mengalami kenaikan sebesar 13,96 persen dengan nilai ekspor mencapai 133,9 juta dolar AS. Plywood, tripleks dan sebaganya mengalami kenaikan sebesar 16,03 persen dengan nilai ekspor mencapai 30,17 juta dolar AS. Sementara itu, komoditi sektor industri yang nilai ekspornya mengalami penurunan di antaranya produk olahan minyak, lemak nabati dan hewani sebesar - 16,97 persen. Barang dan perlengkapan pakaian, bukan tekstil sebesar -2,40 persen, barang olahan kayu sebesar -11,24 persen. Nasir menambahkan komoditi utama yang mengalami peningkatan nilai ekspor pada sektor pertanian di antaranya getah karet alam lainnya sebesar 10,21 persen. Komoditi buah-buahan segar atau dikeringkan meningkat 35,01 persen dan kopi meningkat 23,55 persen. Jefri Sibuea : Pengaruh Nilai Restitusi Pajak Pertambahan Nilai dan Penanaman Modal Investasi terhadap Ekspor Sektor Industri di Sumatera Utara, 2010. Distribusi keberbagai wilayah perdagagan dunia sekitar 40,66 persen barang ekspor dari Sumatra Utara di pasarkan ke Negara Asia Lainya pada periode Januari- Maret 2007 peningkatan sebesar 15, 92 persen.

4.3. HASIL DAN ANALISIS