mempertahankan agama, menegakkan keadilan atau menyelesaikan perselisihan pihak yang bersengketa melalui penerapan hukum, mencegah kerusuhan dan
melindungi hak-hak rakyat, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan jihad, mengatur perekonomian negara dan membagi rampasan perang, dan sebagainya.
Kewajiban utama dari seorang imam adalah mempraktikkan totalitas syari’ah didalam umat dan menegakkan institusi-institusi yang menyerukan kebajikan dan mencegah
kejahatan.
Di samping itu, wewenang Imam atau Kepala Negara adalah:
1. Menegakkan hukum dan bertindak juga sebagai juru bicara bagi
masyarakatnya dalam hubungan-hubungan dengan masyarakat di luar wilayahnya.
2. Imam menegakkan hukum yang mengatur hubungan antara umat baik
pada masa perang maupun masa perdamaian.
3. Mengeluarkan perintah perang.
4. Memberlakukan hukum di wilayah-wilayah yang baru diduduki
5. Menghukum umat Islam dan non Islam dalam wilayahnya apabila
mereka terbukti melanggar hukum.
6. Memutuskan kapan jihad dilakukan atau kapan jihad harus dihentikan.
7. Menyarankan kapan umat Islam menerima dan menyetujui perdamaian.
Semua kewenangan ini bukan tanpa ada pembatasannya. Imam harus menjalankannya dalam batas-batas hukum tertentu, dengan memenuhi sasaran dan
tujuan hukum dengan pihak musuh
8
.
3. Al-Sulthah al-qadha’iyah
Tugas Al-Sulthah al-qadha’iyah adalah mempertahankan hukum dan perundang-undangan yang telah diciptakan oleh lembaga legislatif. Dalam sejarah
Islam, kekuasaan lembaga ini biasanya meliputi Wilayah al-hisbah lembaga peradilan untuk menyelesaikan perkara-perkara pelanggaran ringan seperti
kecurangan dan penipuan dalam bisnis, Wilayah al-qadha’ lembaga peradilan yang memutuskan perkara-perkara antara sesama warganya, baik perdata maupun pidana,
dan Wilayah al-mazhalim lembaga peradilan yang menyelesaikan perkara penyelewengan pejabat negara dalam melaksanakan tugasnya, seperti pembuatan
keputusan politik yang merugikan dan melanggar kepentingan atau hak-hak rakyat serta perbuatan pejabat negara yang melanggar HAM rakyat
9
.
B. Konsep Lembaga Negara Menurut UUD 1945
Menurut UUD 1945 pasal 1 ayat 1 dan ayat 2, yang berbunyi “1 Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. 2 Kedaulatan berada di
8
Ridwan HR, Fiqih Politik gagasan, harapan dan kenyataan, Yogyakarta: FH UII Press, 2007, h. 273
9
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, h.137
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar”. Untuk melaksanakan fungsi negara, maka dibentuk alat-alat perlengkapan negara. Jumlah
kedudukan, kekuasaan dan wewenang masing-masing negara tidak sama.
Alat kelengkapan Negara Republik Indoonesia dengan menganut teori “ pemisahan kekuasaan” Separation of Power, dengan prinsip check and balances
sebagai ciri pelekatnya
10
. Maka dengan teori ini, dikenal dengan tiga lembaga negara sebagai alat kelengkapan negara, yaitu Lembaga Legislatif terdapat DPR dan DPD,
Lembaga Eksekutif terdapat Presiden dan Wakil Presiden dan Lemabaga Yudikatif terdapat Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, dan sebagai
pengawasan keuangan ada BPK.
1 . Legislatif
Lembaga legislatif atau parlemen berfungsi untuk membentuk Undang- undang dan mengawasi eksekutif. Anggota-anggotanya dianggap mewakili Rakyat.
Lembaga legislatif di Indonesia terdiri dari MPR dan DPR.
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR
MPR adalah pemegang kekuasaan negara tertinggi atau pemegang kedaulatan rakyat. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, MPR membawahi lembaga-lembaga
10
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, h. 101
negara lain
11
. Pada perubahan UUD 1945 terhadap Pasal 3 berbunyi “Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-undang
Dasar, Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden atau Wakil Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden danatau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-undang Dasar. Perubahan ketentuan ini mengalihkan negara indonesia dari sistem MPR kepada sistem
kedaulatan rakyat yang diatur melalui UUD 1945
12
.
b. Dewan Perwakilan Rakyat DPR
Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang- undang. Secara umum, bahwa fungsi DPR adalah meliputi fungsi legislasi, fungsi
pengawasan, dan fungsi anggaranbudget
13
. Karena kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat dalam menjalankan tugas legislatif, merupakan partner dari Presiden. Maka
hak-hak tersebut tidak mutlak
14
. Dewan Perwakilan Rakyat dianggap merumuskan kemauan rakyat atau kemauan umum dengan jalan menentukan kebijaksanaan umum
11
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia h. 153
12
Ibid…h.165
13
Ibid….167
14
Moh. Kusnardi, dan Bintan R. Saragih, Susunan, pembagian Kekuasaan menurut Sistem Undang-undang Dasar 1945, Jakarta: PT.Gramedia, 1989, h. 75
yang mengikat seluruh masyarakat. Undang-undang yang dibuatnya mencerminkan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu
15
.
2. Eksekutif
Kekuasaan eksekutif biasanya dipegang oleh badan eksekutif,. Di negara- negara demokratis, badan-badan eksekutif biasanya terdiri dari kepala negara seperti
Presiden, beserta menteri-menterinya. Tugas badan eksekutif, menurut asas trias politika, hanya melaksanakan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh badan legislatif
serta menyelenggarakan undang-undang yang dibuat oleh badan legislatif. Wewenang badan eksekutif mencakup di beberapa bidang:
1. Diplomatik : menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara-negara
lain.
2. Administratif: melaksanakan undang-undang serta peraturan-peraturan lain
dan menjalankan administrasi negara.
3. Militer: mengatur angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang serta
keamanan dan pertahanan negara.
4. Yudikatif: memberi grasi, amnesti, dan sebagainya.