pembaharuan pendidikan islam (studi atas pemikiran muhammad ali pasya
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
(Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd. I)
Oleh
NISA ASSAJDAH
NIM: 1110011000131
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H/ 2015M
(2)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.
I)
'
OlehNISA ASSAJDAH
NIM: 1110011000131
Di Bawah Bimbingan
Dosen Pembimbing Skripsi
-^^+r!/
Ahmad Irfan Mufid, MA
NIP. 19740318 200312 1002
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
FAKULTAS
ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
T]NIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
(3)
Skripsi berjudul PEMBAHARUAI\ PENDTDTKAII ISLAM (studi atas pemikiran Muhammad
Ali
Pasya) disusunoleh Nisa
Assajdah,Nomor
Induk
Mahasiswa1110011000131, diajukan kepada Fakuttas
Ilmu
Tarbiyah dan KeguruanUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal 09 Juli 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 51 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.J*rr:ta'
B
Jal;
2ol5Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Tanda Tangan Ketua panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)Dr. Abdul Majid Khon. M.Ae NIP. 19580707 198703 1 005
Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Program Studi)
Marhamah Saleh. M.A NIP. 19670328200003 1 001
Penguji
I
Tanenji. M.A
NlP. 19720712 199803 1 004 Penguji
II
Dra. Manerah
NIP. 19680323 199403 2 002
'?l.l
204"=
rc
f
zos--4%
toJ
".../...
-nn
f-tl'/<a
13/
,nut\'
/
'"'/"""""" \7""""""'
/0?
(4)
FITK
Jl. h- H. Juada No Cioutal15412 kdonesta Hal 111
SURAT PERNYATAAN
KARYA
SENDIRISaya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
Tempat/Tgl.Lahir NIM
Jurusan / Prodi Judul Skripsi
Dosen Pembimbing
Nisa Assajdah
Jakarta, 15 Apnl1992
l 1 1001 1000131
Pendidikan Agama Islarn/S 1
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN.ISLAM (Studi atas
pemikiran Muhammad Ali PasYa) : M. Irfan Mufid, MA
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung j awab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat skripsi.
Jakarta, 24 Maret 2015 Mahasiswa Ybs,
(5)
I.
IDENTITAS PRIBADIl.
Nama2.
Jenis Kelamin3.
Tempat, Tanggal Lahir4.
Agarna5.
Alamat6.
Telpon7-
EmailII.
PENDIDIKANL
SDN Jatinegara 07 Pagi2.
MTs Daarul Uluum Lido, Bogor3.
Ma Daruul Uluum Lido, Bogor4.
UIN Syarif Hidayahrllah JakartaNisa Assajdah Perempuan
Jakarta, 15 Apil1992
Islam
Jln Krt. Radjiman Wedyodiningrat rt 07/14
no
4c Kp
pulo jahe Kab.Jatinegara
Kec.
Cakung JakartaTimur
:0896-7896-7261
(6)
i
ABSTRAK
NISA ASSAJDAH, NIM 1110011000131. “Pembaharuan Pendidikan Islam (Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya)”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini memfokuskan pada tema tentang pembaharuan pendidikan Islam, yang berupaya membawa suasana baru memperkenalkan kembali salah satu khazanah pemikiran keislaman abad modern di dunia Islam yaitu Muhammad Ali Pasya.
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah penelitian termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research), Sedangkan Penelitian ini bersifat deskriptif, yakni penyusun berusaha menggambarkan obyek penelitian, yaitu pemikiran Muhammad Ali Pasya tentang pembaharuan pendidikan Islam. Dalam menyusun penelitian ini, pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan historis. Sedangkan data yang digunakan adalah analisis isi (content analysis).
Hasil penelitian ini adalah bahwa kemunculan pembaharuan Muhammad Ali Pasya dilatarbelakangi oleh ekspedisi Napoleon di Mesir yang menyadarkan umat Islam di Mesir atas kemundurannya dan ketertinggalannya dalam segala bidang. Usaha pembaharuannya di mulai setelah Ali Pasya merebut Mesir dari tentara Prancis. Menurut Ali Pasya untuk membangun Mesir modern harus memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang baik untuk segala kebutuhan militer. Maka dari itu salah satu yang menjadi sentral pembaharuannya adalah bidang militer. Kemajuan di bidang ini tidak mungkin dicapai tanpa dukungan ilmu pengetahuan modern. Atas dasar inilanh sehingga perhatian di bidang pendidikan mendapat prioritas utama. Sehingga Ali Pasya mengirim para pelajar ke Eropa dan membangun lembaga-lembaga pendidikan. Usaha-usaha pembaharuan yang di lakukan oleh Ali Pasya tersebut yang membawa Mesir menuju sebuah negara modern. Pembaharuan yang dilakukan Muhamma Ali Pasya merupakan landasan pemikiran dan pembaharuan selanjutnya hingga sampai ke Indonesia.
(7)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembaharuan Pendidikan Islam(Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya)”.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta semoga tercurah pula kepada kita semua selaku penerus risalahnya, Amiin.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Namun atas bantuan, motivasi serta bimbingan dari semua pihak, pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Prof Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan PAI dan Ibu Manerah Saleh, MA Sekertaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, penulis ucapkan terimakasih, yang telah banyak membantu dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Irfan Mufid, MA, dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Bapak Dr. Zaimudin, MA, dosen penasehat akademik yang dengan penuh perhatian telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi serta ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Bapak pimpinan dan karyawan/ karyawati Perpustakaan Umum (PU), Perpustakaan Tarbiyah (PT), dan Perpustakaan Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pelayanan dan pinjaman buku-buku yang sangat penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi.
(8)
iii
6. Kemudian ucapan terimakasih kepada ayah ibuku yang selalu memberi motivasi dan dukungan buat penulis selama mengerjakan skripsi. Serta memberi dukungan moral dan material, doa dan senyuman yang menyemangati penulis agar tabah dalam menghadapi kesulitan dalam proses pembuatan skripsi. Skripsi dan gelar sarjana ini khusus penulis persembahkan untuk ayah ibuku.
7. Kakak dan adik: Zumar Achmad, Wahyu, Suci terimakasih atas bantuan dan keperdulian memberikan motivasi sehingga cepat menyelesaikan skripsi ini. 8. Kakak-kakakku: ka Ahmad Kamil Ali dan bang Septian terimakasih atas
suport atau dukungan yang sudah diberukan.
9. Teman-teman organisasi IMM komisariat Tarbiyah, Farida, Nurfa, Rizki, Faiz yang selalu memberikan semangat dan tempat berbagi senang maupun susah. 10.Sahabat-sahabatku: Anisa TW, Sony, Nazahah, terimakasih atas bantuan
kalian yang telah membantu mencarikan referensi untuk menyelesaikan skripsi ini.
11.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam kelas D angkatan 2010, kenangan indah dan kebersamaan kita tidak akan terlupakan, terimakasih buat kalian yang menemani hari-hari penulis selama kuliyah.
12.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Ungkapan rasa syukur dan ikhlas rasanya tepat untuk penulis ucapkan atas terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT dapat membalas atas segala kebaikannya yang sepadan kepada semua pihak atas jasa dan bantuan yang telah diberikan. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang membaca skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan. Aamiin
Jakarta, 27 Maret 2015 Nisa assajdah
(9)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembahasan dan Perumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Pembaharuan Pendidikan Islam ... 8
1. Pengertian Pembaharuan (Tajdid) ... 8
2. Pengertian Pendidikan Islam ... 12
3. Unsur-unsur Pendidikan ... 19
a. Pendidik ... 19
b. Peserta Didik ... 22
c. Kurikulum ... 23
B. Pembaharuan Pendidikan Islam di Era Modern ... 27
1. Perkembangan Islam Pada Periode Modern ... 27
2. Pola pembaharuan Pendidikan Islam ... 29
(10)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...34
B. Metode Penelitian...34
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...34
D. Analisa Data ...35
E. Teknik Penulisan ...36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... . 37
1. Nasab dan Kelahiran Muhammad Ali Pasya ... . 37
2. Pendudukan Napoleon dan Pembaharuan Mesir... . 40
3. Pemikiran dan Pembaharuan ... . 45
4. Inovasi dalam Lembaga Pendidikan di Mesir ... . 50
B. Pembahasan ... . 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...68
B. Saran ...69 DAFTAR PUSTAKA
(11)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Ketika membicarakan pembaharuan dalam Islam, atau lebih tepatnya pembaharuan pemahaman Islam, maka pertanyaan yang muncul adalah hal-hal apakah dalam dunia Islam yang sudah mengalami distorsi, deviasi atau bahkan
degenerasi sehingga harus diperbaiki. Karena kata “pembaharuan” selalu
membawa implikasi adanya hal-hal yang relevan di masa lampau tapi kini tidak relevan lagi, atau adanya penyimpangan dari orsinilitas suatu ide, ajaran dan lainnya. Apabila pembaharuan itu dikaitkan dengan doktrin Islam, maka patut dipertanyakan adakah ajaran-ajaran Islam yang sudah tidak relevan lagi untuk diamalkan pada saat ini, atau ajaran-ajaran manakah yang sudah diselewengkan oleh pemeluknya.
Pembaharuan pemikiran di Mesir, dimulai ketika Napoleon Bonaparte mendarat di Aleksandria (Mesir) pada tanggal 2 Juni 1789. Dengan maksud menjadikan Mesir sebagai batu loncatan untuk menguasai Timur. Mesir yang saat itu masih dibawah kekuasaan Turki Usmani dengan mudah bisa dikuasai Prancis pada tanggal 22 Juli 1789. Dalam ekspedisi tersebut kesadaran umat Islam muncul dan mereka menyadari akan kelemahan dan keterbelakangan mereka. Terlebih ketika Napoleon Bonaparte datang ke Mesir bukan hanya dengan tentara saja, tetapi juga bersama orang-orang sipil dan para ilmuan beserta peralatan modernnya, seperti alat percetakan, teleskop, mikroskop, dan alat-alat eksperimen lainnya. Ekspedisi Napoleon memang bukan hanya untuk tujuan kepentingan militer saja, tetapi untuk kepentingan ilmiah. Untuk itulah ia membentuk sebuah lembaga penelitian bernama Institut d’Egypte yang berkonsentrasi pada riset pada empat bidang yaitu ilmu pasti, ilmu alam, ekonomi politik dan sastra seni. Selain itu, Napoleon juga membawa ide-ide sistem pemerintahan republik dan ide-ide persamaan dan persaudaraan (egalite dan fraternite). Namun Napoleon tak bertahan lama di Mesir. Tentaranya harus menyerah kalah melawan tentara
(12)
Inggris. Hingga akhirnya, ekspedisi Napoleon pun harus hengkang dari Mesir pada tanggal 31 Agustus 1801.1
Salah satu perwira Turki Usmani yang terlihat gigih bertempur melawan tentara Napoleon adalah Muhammad Ali Pasya. Ia juga memegang peran penting ketika terjadi kekosongan penguasa saat Perancis meninggalkan Mesir. Melalui strategi politik yang dijalankannya, Ali Pasya akhirnya bisa menguasai Mesir dan memimpin modernisasi di Mesir, hasil pengamatan dan pergaulannya dengan peradaban Barat, terutama Perancis. Hingga ia pun mendapat gelar sebagai The
Founder Father of Modern Egypt. Selain Ali Pasya, al-Tahtawi juga berperan
penting dalam proses modernisasi yang terjadi di Mesir. Keduanya bahkan bersinergi untuk mewujudkan Mesir yang modern dan berperadaban.
Ketika itu pada abad ke-18 terjadi desakan yang begitu hebat oleh penetrasi Barat terhadap dunia Islam, yang membuat umat Islam membuka mata dan menyadari betapa mundurnya umat Islam itu jika dihadapkan dengan kemajuan Barat. Untuk mengobati kemunduran umat Islam tersebut, maka pada abad ke-20 mulailah diadakan usaha-usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan.
Satu dari banyak pertanyaan krusial yang menuntut respon para sarjana muslim pada abad ke-20, adalah bagaimana Islam sebagai warisan agama, budaya, politik dan etika menghadapi modernisasi dan transformasi zaman yang konstan dan cepat.2 Modernisasi dalam dunia Islam, dipahami sebagai fenomena berwajah ganda. Di satu sisi, hal ini menguntungkan antara lain karena kemajuan IPTEK terbukti memudahkan aktivitas manusia. Namun, disisi lain arus modernisasi dapat berpengaruh luas pada perubahan signifikan kebudayaan dan nilai-nilai masyarakat. Peradaban Barat yang mempengaruhi umat Islam secara pasif sejak awal dikhawatirkan akan menciptakan dekadensi terhadap agama,
1
A. Fattah Wibisono, Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam,(Jakarta:
Rabbani Press, 2009), h. 67.
2
M. Natsir Tamara dan Elza Peldi Taher (eds.), Agama dan Dialog Antar Peradaban,
(13)
mengingatpenganut sekulerisme peradaban Barat yang bercorak materialistik dan individualistik serta tidak memberikan masa depan agama.3
Agama Islam, dalam perkembangan masyarakat dan lingkungan kultural yang dinamis, dituntut mampu memberi rumusan-rumusan berupa cara bertindak dalam berbagai lingkup kehidupan. Disinilah tugas para intelektual muslim pembaharu yang harus melahirkan refleksi dan pemikiran untuk merespon dan menyelesaikan berbagai permasalahan agama, budaya, politik dan etika umat Islam di era modern secara kreatif, produktif dan kontributif. Upaya-upaya ini dilakukan dalam rangka melahirkan ide-ide dan pemikiran yang mampu merelevansikan doktrin Islam dengan zaman. Kefakuman eksistensial pembaharuan dalam peta pemikiran Islam akan membawa citra Islam menjadi agama yang non universal dan non solutif bagi progresivitas zaman.4
Gerakan pembaharuan Islam dapat didefinisikan sebagai upaya respon terhadap pengaruh peradaban Barat yang menjalar secara intensif melalui penetrasi kolonialisme di samping terjerambahnya umat Islam dalam statisme
(jumud), inovasi pemikiran dan sikap-sikap fatalis defensif yang berkembang
dikalangan masyarakat Islam. Seiring dengan kekalahan politis Turki Usmani dari bangsa Eropa pada bidang politik. Kekalahan ini secara cepat menyebar kepada kemunduran multidimensional pada umat Islam.
Kedatangan Napoleon di Mesir pada 1798 merupakan momentum penting
dari perkembangan Islam. Kedatangan “penakluk dari Prancis ini tidak hanya
membuka mata kaum muslim akan apa yang dicapai oleh peradaban Barat di bidang sains dan teknologi, tetapi juga menandai awal kolonialisme Barat atas wilayah-wilayah Islam. Diantaranya akibat kontak itu di lingkungan elit muslim para penguasa dan kalangan cendikiawan gerakan pembaharuan Islam kembali memperoleh gairah. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.
3
Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h. 105.
4
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi atas Pemikiran Hukum
(14)
Kritik-kritik terhadap kondisi umum masyarakat Islam bermunculan, seruan berjihad telah tertutup tidak hanya digugat, tetapi bahkan dianggap sebagai cermin dari keterbelakangan intelektual. Hal ini kemudian menyebabkan banyak pemikir Islam dan hingga kini berusaha keras untuk membuktiakan bahwa Islam pun sejalan dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern berharap akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan. 5
Di dalam dunia Modern, Barat selalu menjadi barometer bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di seluruh dunia. Salah satu contoh ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah modern bisa kita lihat di salah satu universitas terkemuka yang ada di Mesir, yaitu Al-Azhar. Al-Azhar merupakan Universitas terbesar didunia saat ini, Al-Azhar, letaknya di jantung Kairo pramodern. Al-Azhar hampir tidak menyesuaikan diri dengan zaman modern selama satu abad terakhir. Universitas mesjid yang telah berusia seribu tahun ini, tetap menjadi titik pusat kehidupan keagamaan dan budaya Islam bagi Mesir dan seluruh Dunia Islam.6
Muhammad Ali Pasya adalah seorang tokoh pembaharu di Mesir. Ketika Ali Pasya menjadi penguasa di Mesir ia berusaha untuk merebut seluruh hasil perekonomian negara, meskipun harus mengorbankan sistem kendali modal dari para pemilik tanah dan kaum modalis berstatus penduduk pribumi. Kebijaksanaan yang dijalankan Muhammad Ali Pasya dalam rangka meningkatkan perekonomian di Mesir pada tahun-tahun pertama memang mendapat protes dari kaum pribumi, akan tetapi Ali Pasya juga menyadari bahwa konsekuensi logis
5
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam;Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1996)
6
(15)
dari kemajuan suatu bangsa adalah adanya kesedihan rakyatnya untuk menyerahkan sebagian hasil miliknya kepada negara.
Para pelajar dan sarjana yang selesai tugas belajarnya disuruh kembali untuk mengabdikan ilmunya. Disinilah titik awal sejarah modern secara nyata bagi rakyat Mesir. Ilmu pengetahuan modern pun telah mempengaruhi pola intelektual dan sikap ilmiah generasi muda mesir, mereka selain bekerja sebagai birokrat pendidik ada yang secara langsung menjadi arsitek bagi modernisasi Mesir dibawah pemerintahan Muhammad Ali Pasya.
Usaha-usaha pembaharuan perekonomian yang diterapkan oleh Muhammad Ali Pasya di Mesir meskipun mendapat kecaman awalnya, bahkan sebagian usaha perekonomian dianggap tidak berhasil, namun secara umum sistem perekonomiannya memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan bangsa Mesir terutama dalam masa-masa selanjutnya.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali dibidang pendidikan yang mana, sebelumnya telah diuraikan, banyak didirikannya sekolah-sekolah bagi rakyatnya, boleh dikatakan serupa inilah barulah kali ini didirikan didunia Islam, sekolah-sekolah yang jauh berlainan dengan sekolah-sekolah tradisional hanya mengajarkan agama. Ada tiga hal yang terpenting yang dihadapi saat itu yakni soal guru, soal mahasiswa dan soal buku.
Untuk mengatasi persoalan guru Ali mengirimkan mahasiswa-mahasiswa keluar Mesir, murid-murid dibujuk dengan pemberian gaji yang menarik. Mereka diberi program pelajaran yang intensif yang jauh berlainan dari program di sekolah-sekolah tradisional (madrasah). Buku-buku yang dipakai disekolah Eropa diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh penerjemah yang pandai dalam bahasa Asing, dan yang bekerja di Dewan Muhammad Ali, oleh pegawai dan departemen-departemen dan oleh mahasiswa yang sedang belajar di Eropa.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pembaharuan pendidikan Islam tersebut, maka studi gagasan Muhammad Ali Pasya tentang solusi problema pendidikan Islam modern menjadi sangat menarik dan penting untuk diteliti lebih mendalam mengenai ide-ide beliau sebagai salah satu khazanah keilmuan di bidang pendidikan Islam. Maka dari itu penulis sangat tertarik untuk mengkaji
(16)
pemikiran Muhammad Ali Pasya yang akan dituangkan ke dalam bentuk skripsi
dengan judul, “PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM (Studi atas
Pemikiran Muhammad Ali Pasya).”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas pada penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu mengidentifikasikan masalah. Maka dari penjelasan di atas, penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya:
1. Terdapat hubungan yang belum serasi antara agama dan ilmu pengetahuan. 2. Keterbelakangan umat muslim dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
dikarenakan belum adanya pembaharuan dalam pendidikan Islam
3. Pandanagan umat Islam tentang modernisme yang dianggap suatu yang menyimpang ajaran agama Islam
C.
Pembatasan dan Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan bahwa pada masa modern ini, dunia pendidikan Islam masih dihadapkan kepada beberapa problem pendidikan. Agar masalah yang diteliti lebih terarah dan tidak keluar dari jalur pembahasan, karena sepengetahuan penulis pemikiran-pemikiran Muhammad Ali Pasya itu cukup beragam terutama dalam bidang pendidikan. Selain itu, beliau juga ahli dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Oleh karena itu, penulis memberi batasan masalahnya sebagai berikut:
1. Usaha pembaharuan Muhammad Ali Pasya menjadikan Pendidikan Islam sejalan dengan perkembangan zaman
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi seperti di atas, maka perumusan
masalah yang diajukan adalah “Bagaimana pembaharuan pendidikan Islam
Muhammad Ali Pasya ?”.
(17)
Dalam penulisan penelitian ini, penulis bertujuan untuk menemukan jawaban kualitatif terhadap pertanyaan-pertanyaan utama yang tersimpul dalam rumusan masalah. Lebih rinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
“Pemikiran pembaharuan pendidikan Islam Muhammad Ali Pasya”.
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini setidaknya adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah intelektual Islam di Indonesia, dan diharapkan dapat memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pemikiran dan pendidikan Islam.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para pembaca dan penambahan karya ilmiah perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat ditindak lanjuti oleh penulis berikutnya.
(18)
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pembaharuan Pendidikan Islam
1.
Pengertian Pembaharuan (
Tajdid
)
Dalam bahasa Indonesia telah selalu dipakai kata modern, modernisasi dan modernisme, seperti yang terdapat umpamanya dalam
“aliran-aliran modern dalam Islam” dan “Islam dan modernisasi”.
Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat-istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Pikiran dan aliran ini segera memasuki lapangan agama dan modernisme dalam hidup keagamaan di Barat mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat modern.Aliran ini akhirnya membawa kepada timbulnya sekularisme di masyarakat Barat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia islam, terutama sesudah pembukaan abad kesembilan belas, yang dalam sejarah Islam dipandang sebagai permulaan Periode Modern. Kontak dengan dunia Barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke dunia Islam seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dan sebagainya. Semua ini menimbulkan persoalan-persoalan baru, dan pemimpin-pemimpin Islampun mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan baru itu.
Sebagai halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern mengharap akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan.
(19)
Kaum orientalis yang sejak lama mengadakan studi tentang Islam dan umat Islam, mempelajari perkembangan modern tersebut. Hasil penyelidikan itu pada mulanya mereka siarkan dalam bentuk artikkel di majalah-majalah ilmiah seperti Muslim World, Studia Islamica, Revue du
Monde Musulman, Die Welt de Islam, dan sebagainya, dan kemudian
dalam bentuk buku, seperti Islam and Modernism in Egypt, yang dikarang oleh C.C Adams Smith di tahun 1943, Modern Trends in Islam, yang disusun oleh H.A.R. Gibb di tahun 1946, dan sebagainya.
Hasil penyelidikan kaum Orientalis Barat ini segera melimpah ke dunia Islam. Kaum terpelajar Islam mulailah pula memusatkan perhatian pada perkembangan modern dalam Islam dan kata modernisme pun mulai pula di terjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang dipakai dalam Islam seperti al-tajdid dalam bahasa Arab dan pembaharuan dalam bahasa Indonesia.
Kata modernisme dianggap mengandung arti-arti negatif disamping arti-arti positif, maka untuk menjauhi arti-arti negatif itu, lebih baik kiranya dipakai terjemahan Indonesianya yaitu pembaharuan.1
Tajdid secara lughawi berasal dari akar kata ا ْي ْجت - ِجي - َج yang
berarti „baru’.2 َج
Juga bisa diartikan sebagai ءْيش َجت, „menjadi baru’,
dan ه َج yang berarti „menjadikannya baru’ atau „memperbaharui’.3Kata
ْي ج merupakan lawan kata dari قل ْلا „yang usang’. Dan َجلا adalah
masdar yang memiliki arti berlawanan dari ىل ْلا yang berarti „usang’. Para
ahli bahasa sering menggunakan lafaz ْي ج tersebut dalam syair-syairnya untuk mengungkapkan betapa sesuatu yang telah usang terbaharui, tergantikan oleh yang baru, seperti syair yang berikut ini:
1
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, (sejarah Pemikiran dan Gerakan),
(Jakarta: Bulan Bintang,1975), h.9.
2
Abdurrahman R. Effendi, dan Gina Puspita, Abuya Syekh Imam Ashari Muhammad
at-Tamimi Diakah Mujaddid di Kurun ini?, (Jakarta: PT Giliraan Timur, 2003), h. 3.
3Bustami Muhammad Sa’id,
Mafhum Tajdid al-Din, (Kuwait: PT Dar al-Da’wat, 1984), h. 14.
(20)
“Syair si fulan telah usang kemudian ia memperbaharui bait syairnya.”
Pada dasarnya ْي ج memiliki makna عْطقْلا, yakni „memotong’.5 Hal tersebut terdapat dalam ungkapan ءْيَّلا ْ ج yang berarti „engkau
menjadikan sesuatu itu terpotong’. Berangkat dari pengertian ini, kalimat
ْي ج ْوث diartikan „pakaian itu terpotong’ karena kalimat tersebut
mengandung makna ْو ْجملا yang berarti عْوطْقملا.
Adapun secara istilah, tajdid merupakan istilah yang erat kaitannya dengan Islam.Seperti halnya dengan shalat, tajdid memiliki makna khusus yang kuat hubungannya dengan makna bahasanya. Istilah hadis terdapat dalam sebuah yang diterima dari sahabat Abi Hurairah yang berbunyi:
“Telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibn Dawud al-Mahriyyu telah
mengabarkan kepada kami ibn Wahb telah mengabarkan kepadaku Sa’id
ibn Ayyub dari Syarahil ibn Yazid al-Mu’afiriyi dari ‘Alqamah dari Abi Hurairah, sejauh yang aku tahu, dari Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah akan membangkitkan untuk umat ini pada setiap
seratus tahun orang-orang yang akan memperbaharui Agamanya.” (Hadis
riwayat Abu Dawud).
Pembaharuan (Tajdid)menurut istilah adalah usaha pembaharuan dalam agama untuk menghidupkan pemahaman dan konsepsi masyarakat tentang ajaran Islam yang benar dengan cara menghidupkan sunnah, ijtihad, dan menghilangkan seluruh ajaran yang merusak kemurnian
4
Ibid.,h. 14.
5
Abi al-Fadl Jahal al-Din Muhammad ibn Makram ibn Manzur, Lisan al-‘Arab, (Beirut:
Dar al-Fikr, 1994),vol 3, Cet. ke-3, h. 111.
6
Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, (Beirut: PT Dar ibn
(21)
Islam.7Pembaharuan dapat diartikan degan apa saja yang belum dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh penerima pembaharuan, meskipun mungkin bukan hal yang baru bagi orang lain.
Menurut Abdul Rahman Saleh dalam Armai Arief, pembaharuan biasanya dipergunakan sebagai proses perubahan untuk memperbaiki keadaan yang ada sebelumnya ke cara atau situasi dan kondisi yang lebih baik dan lebih maju, untuk mencapai satu tujuan yang lebih baik dari sebelumya.8Sedangkan L. Stoddard menyatakan bahwa pembaharuan dapat disamakan artinya dengan reformasi. Menurutnya, pembaharuan adalah reformation is radical change for better in social, political or religious affair (perubahan secara radikal ke arah yang lebih baik dalam bidang sosial, politik, maupun masalah-masalah keagamaan).9
Selain pembaharuan, tajdiddalam bahasa Indonesia sering juga diartikan sebagai inovasi, restorasi, dan modernisasi.10Hal ini berkaitan erat dengan sifat tajdid yang seolah-olah melahirkan kembali sesuatu yang telah lama ada dalam bentuk yang baru dan asli. Oleh karenanya,
tajdiddapat juga diartikan عإا „pemulihan’ atau „pemurnian’, ن بإا yakni
„pembedaan yang sunnah dan bid’ah’, danء يْحإا yang berarti
„menghidupkan kembali’ atau „revitalisasi’.11
Kata modernisasi lahir dari belahan dunia barat.Modernisasi terkait erat dengan peristiwa renaisans yang membawa barat pada pencerahan ilmu pengetahuan dan pengkondisian agama terhadap zaman dan perkembangan ilmu saat itu.12Beberapa penjelasan mengenai modernisasi
7
Bustami, op. cit.,h. 281.
8
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Isam di Minangkabau, (Jakarta: PT Suara ADI,
2009), h 19.
9
Ibid.,h. 19.
10
Tim Penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam,vol. 2, (Jakarta: PT Pustaka Pustazet
Perkasa, 1988), h. 703.
11
Tim Penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam,vol. 2, h. 703. Lihat juga John L Esposito,
ed., Ensiklopedia Oxford Dunia Islam Modern, penerjemah Evay. N, et.al., vol. 3, (Bandung:
Mizan, 2001), h. 133.
12
M. Yusran Asmuni, Dirasah Islamiah III: Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan
(22)
sebagai arti dari tajdid di atas, tidak menjadi ukuran dari makna tajdid. Dalam Ensiklopedia Islam Indonesiasendiri, tajdid lebih condong diartikan sebagai pembaharuan, bukan modernisasi, demikian Abdul Sani memaparkan.13
Dalam bahasa Indonesia selalu dipakai kata modern, moderenisasi
dan modernisme, seperti yang terdapat umpamanya dalam “aliran-aliran
modern dalam Islam” dan “Islam dan modernisasi”. Modernisasi dalam
masyarakat barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat-istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi modern.14
Hasil penyelidikan kaum orientalis barat ini segera melimpah ke dunia Islam. Kaum terpelajar Islam mulailah pula memusatkan perhatian pada perkembangan modern dan Islam dan kata modernisme pun mulai pula diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang dipakai dalam Islam seperti al-tajdid dalam bahasa Arab dan pembaharuandalam bahasa Indonesia.
2.
Pengertian Pendidikan Islam
Sebelum kita tinjau lebih lanjut apa yang dimaksud dengan pendidikan, terlebih dahulu perlu kiranya diterangkan dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie
artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak -anak.Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari
13
Abdul Sani, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 2.
14
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:
(23)
sekolah.15Juga di rumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu.Jadi, nyatalah bahwa pendidikan anak-anak Yunani kuno sebagaian besar diserahkan pada paedagogos itu.
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).Perkataan paedagogos yang mulanya berarti
“rendah” (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan yang
mulia.Paedagogos (pendidik atau ahli didik) ialah seorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.
Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.Dilihat dari sisi pelakunya, pendidikan merupakan upaya untuk mengubah manusia dari suatu kondisi tertentu menjadi manusia yang memiliki suatu kepribadian.Sementara itu dilihat dari sisi anak didiknya pendidikan merupakan usaha sadar untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kata education yang berarti pendidikan16 secara konseptual dikaitkan dengan kata-kata lain educare yang menurut al-Attas berarti menghasilkan, mengembangkan dari kepribadian yang tersembunyi atau potensial yang di dalamnya proses menghasilkan dan mengembangkan mengacu kepada segala sesuatu yang bersifat fisik dan material.17
Hasan Langgulung mempunyai redaksi lain ketika membahas kata
education. Menurutnya, istilah education berasal dari bahasa
latin‘educare’ yang berarti memasukkan sesuatu, barangkali bermaksud memasukkan ilmu ke kepala seseorang. Jadi, disini ada tiga hal yang terlibat: ilmu, proses memasukkan dan kepala orang, kalaulah ilmu itu memang masuk di kepala.18
15
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 3.
16
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,
1990), h. 207.
17
Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan,
1992),h. 64.
18
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988),
(24)
Jika pengertian secara semantik (kebahasaan) dari kata pendidikan, pengajaran (education atau teaching) sebagaimana disebutkan di atas jika diperhatikan secara seksama, Nampak bahwa kata-kata tersebut lebih menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut belum menunjukan adanya program, sistem dan metode yang lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan atau pengajaran.19
Di dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan pesrta didik untuk memimpin perkembangan potensi jasmani dan rohaninya ke arah kesempurnaan.
Dalam khazanah Islam terdapat sejumlah istilah yang merujuk
langsung pada pengertian pendidikan dalam pengajaran seperti “tarbiyah”,
“ta’dib”, dan “tadris”.20 Adapun istilah Arab yang umum digunakan
adalah “tarbiyah”. Hal tersebut dapat dibuktikan, diantaranya banyaknya
buku yang dikarang oleh para ilmuan Arab tentang konsep pendidikan
Islam dengan menggunakan judul “tarbiyah”, misalnya “at-Tarbiyah
al-Islamiyah”.
Dari berbagai uraian mengenai beberapa pengertian pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa, pendidikan itu adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada generasi muda untuk menyelamatkan
19
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet.
ke-1, h. 5.
20
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya.(Jakarta: Logos Wacana Ilmu
(25)
kehidupan umat manusia dari ketidaktahuan kepada kepandaian, dari tidak berkepribadian mulia menjadi pribadi yang mulia dan dihargai serta dapat menciptakan umat yang cerdas, dinamis dan berkemampuan yang tinggi dalam berbagai nilai kehidupan.
Banyak Para ahli yang berbeda pendapat dalam mengemukakan definisi pendidikan karena tidak ada batasan mendefinisikan pendidikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa, “Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengejaran dan
latihan, proses, perbuatan, cara mendidik”.21
Ramayulis mendefinisikan pendidikan melalui pendekatan
etimologis. Dalam bahasa Inggris “education” yang berarti pengembangan
atau bimbingan, dan dalam bahasa Arab “tarbiyah” yang berarti
pendidikan. Jadi, pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap peserta didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.22
Ngalim Purwanto, menjelaskan bahwa “pendidikan adalah segala
usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”.23Alisuf Sabri
dalam bukunya “Ilmu Pendidikan” memaparkan, bahwa yang dimaksud dengan “Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk
membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan”.24
Lebih jauh, Azumardi Azra mengemukakan “pendidikan merupakan
suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet.ke-1, h. 263.
22
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet.ke-1, h.1.
23
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1993), Cet.ke- 6, h. 11.
24
(26)
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien”.25 Pendidikan lebih sekedar pengajaran yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
Dengan demikian, pengajaran hanya sekedar proses pemberian materi pelajaran kepada anak didik yang hanya akan membentuk para spesialis, yang terkurung pada bidangnya saja. Sedangkan pendidikan, lebih dari itu, di samping proses transfer ilmu dan keahlian, juga lebih menekankan pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik, sehingga menjadikan mereka dapat menyongsong kehidupannya di masa yang akan datang dengan lebih efektif dan efisien.
Selain pendidikan secara umum, juga ada pendidikan berdasarkan atau menurut Islam. MenurutAhmad Tafsir pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.26Sayyid Sabiq, sebagaimana dikemukakan oleh Agus Basri mendefinisikan pendidikan Islam sebagai usaha mempersiapkan anak dalam membentuk kepribadiannya, agar menjadi anggota masyarakat yang baik.27Hasil rumusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan
pengertian pendidikan Islam sebagai “bimbingan terhadap pertumbuhan
rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran
Islam”.28
Melalaui pendidikan Islam, pertumbuhan jasmani dan rohani dapat dibimbing ke arah kedewasaan dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam
25
Azyumardi Azra, PendidikanIslam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: Ogos Wacana Ilmu, 2002), h. 3-4.
26
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2010), Cet.ke- 9, h.32.
27
Agus Basri, Pendidikan Islam sebagai Penggerak Pembaharuan, (Bandung: PT
Al-Maarif, 1984), h.12.
28
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), h. 13-14.
Dengan mengutip keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia di Cipayung-Bogor, l 7-11 Mei 1960.
(27)
serata menggunakan pendekatan psikologis dalam pelaksanaannya. Muhammad al-Naquib al-Attas mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pengenalan dan pengakuan, yang berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan di dalam tatanan wujud dan kepribadian.29
Menurut Zarkowi Soejati pengertian pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat, semangat dan cita-cita menanamkankan nilai-nilai Islam baik yang tercermin dalam lembaganya maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakannya. Dalam konteks ini kata Islam akan ditempatkan sebagai sumber nilai yang akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan pendidikannya.
b. Jenis pendidikan Islam yang memberikan perhatian dan sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan program studi yang diselenggarakannya. Kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi, sebagai ilmu dan diperlakukan seperti ilmu yang lain.
c. Jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian tersebut. Dalam hal ini, Islam ditempatkan sebagai sumber nilai dan sebagai bidang studi yang ditawarkan melalui bidang studi yang diselenggarakannya.30
Muhammad Athiyah al-Abrasy yang dikutip oleh Armai Arief, berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, cakap dalam pekerjaannya dan manis tutur katanya.31
Kemudian, Armai Arief mengartikan “Pendidikan Islam adalah
sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan
29
Muhammad al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam,(Bandung: Mizan,
1992), h, 61-62, Lihat Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembanganya. (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu 1999), Cet. ke-1, h. 19.
30
A. Malik Fadzar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam. (Jakarta: LP3NI, 1998), Cet.
ke-1, h. 3.
31
(28)
merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik
kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnnya”.32
Sedangkan Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa “Pendidikan Islam
adalah pembentukan kepribadian, pendidikan Islam ini telah banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, karena itu pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis atau pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan
amal”.33
Melalaui pendidikan Islam, pertumbuhan jasmani dan rohani dapat dibimbing ke arah kedewasaan dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam serata menggunakan pendekatan psikologis dalam pelaksanaannya.
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian pendidikan Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha dalam proses bimbingan secara sadar dan sistematis untuk melahirkan perubahan-perubahan yang progresif pada tingkah laku manusia dan mengembangkan potensi yang ada pada diri anak secara maksimal, sehingga terbentuk kepribadian dan nilai-nilai yang berasaskan Islam.
Dengan demikian, pendidikan agama Islam yang diselenggarakan pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan mestinya tidak hanya menekankan pada aspek kognitif atau pengetahuan terhadap Islam, tetapi juga menekankan pada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Abdul Sani pembaharuan pendidikan Islam adalah upaya atau aktivitas untuk mengubah kehidupan umat Islam yang terbelakang kemudian menggiringnya mengadakan pencapaian kemajuan sesuai tuntutan zaman.
32
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), Cet.ke-1, h. 40-41.
33
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.
(29)
Sedangkan Azyumardi Azra menjelaskan bahwa “pembaharuan
pendidikan Islam adalah segala upaya untuk menata kembali struktur-struktur pendidikan Islam yang belum mapan dan ketinggalan zaman (out
dated) agar menghasilkan perubahan signifikan dibanding dengan
pendidikan Islam sebelumnya”. Pembaharuan pendidikan Islam
merupakan tuntutan kebutuhan dunia pendidikan Islam saat ini. Melihat ketertinggalan dan keterbelakangan umat Islam dewasa ini, maka inti dari pembaharuan pendidikan Islam adalah berupaya meninggalkan pola pikir lama yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman (future oriented) dan berupaya meraih aspek-aspek-aspek yang menopang untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman.
Jadi, dari berbagai uraian mengenai pengertian pembaharuan dan pendidikan Islam diatas dapat disimpulkan bahwa pembaharuan pendidikan Islam adalah suatu usaha pembaharuan untuk melahirkan perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan Islam untuk membentuk umat muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencapai tujuan hidupnya.
3.
Unsur-Unsur Pendidikan Islam
Dalam implementasi pendidikan Islam sangat memperhatikan aspek yang mendukung atau unsur yang turut mendukung terhadap tercapai tujuan dari pendidikan Islam. Adapun aspek atau unsur-unsur tersebut adalah
a. Pendidik
Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungan jawab untuk mendidik.34 Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupakan suatu perbuatan sosial, fundamental yang secara utuh
34
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif,
(30)
membantu anak didik dalam perkembangan daya-dayanya dalam penetapan nilai-nilai.
Pendidik yang utama dan pertama adalah orang tua anak didik sendiri karena merekalah yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya,35 sejak dalam kandungan sampai mereka beranjak dewasa. Oleh karena itu, kesuksesan anak dalam mewujudkan dirinya sebagai khalifah Allah juga merupakan kesuksesan orang tua sebagai pendidiknya. Allah SWT berfirman:
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS.
al-Tahrim: 6)
Akan tetapi, karena perkembangan masa semakin maju dan kompleks, maka tuntutan orang tua semakin banyak terhadap perkembangan anaknya, dan mereka tidak mungkin lagi untuk sanggup menjalankan tugas mendidik itu. Oleh karena itu, anaknya diserahkan kepada lembaga sekolah. Sehingga pendidik di sini mempunyai arti mereka yang memberi pelajaran kepada anak didik, yang memegang suatu mata pelajaran tertentu di sebuah sekolah.36
Penyerahan orang tua kepada lembaga sekolah bukan berarti bahwa orang tua lepas tanggung jawabnya sebagai pendidik pertama dan yang paling utama, tetapi orang tua masih mempunyai saham dalam membina dan mendidik anak kandungnya untuk mencapai apa yang diharapkan dan untuk mencapai tingkat kedewasaan.37
Seorang guru harus memiliki kepribadian yang baik. Karena, kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak-anaknya, ataukah akan
35
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya,
1990), h. 168.
36
Ibid., h. 75.
37
(31)
menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak-anaknya, terutama bagi anak didik yang masih kecil dan mereka yang sedang mengalami keguncangan jiwa. Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan, baik yang ringan maupun yang berat.38
Al-Abrasyi menyebutkan bahwa guru dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut ini:
1) Zuhud: tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena mencari keridaan Allah
2) Bersih tubuhnya: jadi, penampilan lahiriahnya menyenangkan 3) Bersih jiwanya: tidak mempunyai dosa besar
4) Tidak ria: ria akan menghilangkan keikhlasan 5) Tidak memendam rasa dengki dan iri hati 6) Tidak menyenangi rasa permusuhan 7) Ikhlas dalam melaksanakan tugas 8) Sesuai perbuatan dan perkataan 9) Tidak malu mengakui ketidaktahuan 10) Bijaksana
11) Tegas dalam perkkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar 12) Rendah hati (tidak sombong)
13) Lemah lembut 14) Pemaaf
15) Sabar, tidak marah karena hal-hal kecil 16) Berkepribadian
17) Tidak merasa rendah diri
18) Bersifat kebapakan (mampu mencintai murid seperti mencintai anak sendiri)
19) Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan, dan pemikiran.39
Mahmud Yunus menyatakan bahwa Ibnu Sina mengajukan beberapa sifat lain yang belum terlihat secara eksplisit dalam sifat-sifat yang di sebutkan oleh al-Abrasyi diantaranya sebagai berikut:
38
Zakiyah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 9.
39
Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam persepektif Islam, (Bandung: PT Remaja
(32)
1) Tenang
2) Tidak bermuka masam
3) Tidak berolok-olok dihadapan anak didik 4) Sopan santun.40
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik adalah orang yang membimbing dan memimpin anak didik dalam proses belajar mengajar, tidak hanya bertugas memberikan pengajaran yang mentransformasikan ilmu pengetahuan, melainkan juga bertugas membentuk kepribadian peserta didik menjadi manusia yang susila dan beradab. Oleh karena itu, seorang pendidik harus dibekali dengan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasai ilmu pengetahuan yang luas serta dapat mempraktekkan pendidikan yang menjadi bidang spesialisnya. Karena pendidik adalah orang yang selalu dipandang dan dicontoh oleh anak didiknya.
b. Peserta Didik
Peserta didik merupakan “raw material” (bahan mentah)
dalam proses transformasi pendidikan. Karena ia akan dididik sedemikian rupa sehingga menjadi manusia yang mempunyai intelektualitas tinggi dan akhlak yang mulia. Mungkin di satu pihak peserta didik sebagai objek pendidikan namun di lain pihak peserta didik bisa dikatakan sebagai subjek pendidikan.
Secara umum, peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik merupakan objek dan sekaligus subjek pendidikan. Dalam UUSPN, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.41
40
Ibid.,h. 83.
41
(33)
Peserta didik mempunyai ketergantungan dengan pendidik, ada juga yang mengatakan bahwa kedudukan peserta didik dalam pendidikan Islam adalah sebagai mitra pendidik. Dengan demikian, pendidik dan anak didik sama-sama merupakan subjek pendidikan, keduanya sama penting. Mereka tidak boleh dianggap sebagai objek pendidikan, yang dapat diperlakukan dengan sesuka hati. Kegiatan pendidikan pada dasarnya adalah pemberian bantuan kepada mereka dalam upaya mencapai kedewasaan dan tercapainya tujuan pendidikan dengan sempurna.
Dalam kewajibannya sebagai peserta didik, menurut HAMKA
“seorang peserta didik harus berupaya memiliki akhlak mulia, baik
secara vertikal maupun horizontal dan senantiasa mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan seperangkat ilmu pengetahuan, sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang telah dianugerahkan Allah melalui fitrah-Nya”.42 Oleh karena itu, dengan keluasan ilmu dan akhlak yang dimilikinya, peserta didik dapat memiliki wawasan yang luas, kepribadian yang baik, dan meraih kesempurnaan hidup sebagai makhluk Allah.
Dengan demikian, peserta didik sangat membutuhkan sosok pendidik yang banyak pengalaman, luas pengetahuannya, bijaksana, pemaaf, tenang dalam memberi pengajaran,43 karena bagi peserta didik sosok pendidik itu sebagai contoh bagi mereka, sehingga mereka dapat menguasai ilmu pengetahuan luas dan kepribadian yang baik.
c. Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus sebagai
42
HAMKA, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), jilid 6, h. 4033-4036
dalam Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 159.
43
(34)
pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan.
Kata “kurikulum” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia
pendidikan sejak kurang-lebih stau abad yang lalu.Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam kamus Webster tahun 1856.Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang olah raga, yakni suatu alat yang membawa orang dari start sampai kefinish.
Barulah pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran disuatu perguruan. Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua macam, yaitu:
1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan.44
Terdapat banyak rumusan pengertian kurikulum dari para ahli, diantaranya Crow dan Crow merumuskan bahwa kurikulum adalah
“rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang
disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan suatu program didikan tertentu”.45
Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty dalam bukunya "Reorganizing The High School
Curriculum " mengartikan “kurikulum dengan aktivitas/kegiatan
yang dilakukan murid sesuai dengan peraturan-peraturan sekolah”.46Zakiah Daradjat menyatakan kurikulum adalah “suatu
44
Ahmad Tafsir, op. cit, h. 53.
45
Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Graha Media Pratama, 2005), h. 123.
46
Zuhairini,dkk.,Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
(35)
program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu”.47
Oleh karena itu, untuk memahami kurikulum sekolah, tidak hanya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Dari pengertian diatas dapat dilihat kalau kurikulum senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga cakupan kurikulum, dengan berbagai aliran, pendekatan, dan coraknya amat beragam. Sebagai agama yang terbuka dan dinamis. Keberadaan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan, karena dengan kurikulum itulah kegiatan belajar mengajar akan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, baik tujuan yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Dilihat dari definisi pendidikan Islam, pendidik, maupun peserta didik secara umum, maka pendidikan juga tidak ada bedanya antara pendidikan laki-laki dan perempuan, tetap sama dan mengacu kepada rumusan-rumusan pendidikan Islam itu sendiri, sebagaimana para tokoh pendidikan Islam memberikan pandangan tentang pengertian pendidikan Islam.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Islam sangat menginginkan kaum perempuan dan laki-laki, bisa memperoleh pendidikan yang layak agar mereka memiliki pengetahuan yang seimbang, sehingga mereka dapat berjalan seiring dalam berbagai aspek kehidupan dan beribadah demi mencapai kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
Muhammad Ali Pasya juga memperhatikan ketiga unsur pendidikan Islam tersebut. Sejak dimulainya pendidikan Islam sampai kepada masa sebelum pemerintahan Muhammad Ali Pasya,
47
(36)
meskipun sudah melalui zaman yang cukup panjang, namun Mesir hanya mempunyai satu macam sistem pendidikan saja yaitu sistem pendidikan tradisional. Muhammad Ali Pasya melihat bahwa pendidikan sangat perlu bagi kemajuan suatu negara, tetapi bukan pendidikan yang bercorak tradisional yang ada di zaman itu. Ia melihat madrasah-madrasah tradisional tidak dapat mengeluarkan tenaga-tenaga ahli dan terampil yang diperlukan dalam usaha pembaharuannya. Dengan demikian tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman dan masyarakat modern yang sudah mementingkan ketrampilan. Sebaliknya hanya sekolah-sekolah modernseperti di Barat lah yang dapat mengeluarkan tenaga-tenaga ahli dalam berbagai bidang pekerjaan, seperti sekolah modern inilah yang hendak dicontohkan oleh Muhammad Ali Pasya.
Dengan didirikannya sarana pendidikan seperti tersebut diatas maka muncullah persoalan baru yaitu keterbatasan tenaga pengajar atau guru. Ia menyadari sepenuhnya bahwa guru-guru yang ada ketika itu tidak dapat diharapkan untuk mengajarkan ilmu-ilmu baru yang telah dikenal di Eropa, karena mereka ahli dibidang ilmu-ilmu agama. Untuk mengatasi masalah tersebut Muhammad Ali Pasya mencoba mendatangkan guru-guru dari Eropa. Kemudian para pelajar dikirim untuk belajar ke Eropa. Cara ini dimaksudkan dengan harapan kelak mereka dapat menggantikan tenaga guru-guru dari Eropa itu.48Kemudian untuk calon siswa muhammad Ali mendirikan Sekolah Dasar di Kairo pada tahun 1883 hingga tiga tahun kemudian yaitu pada tahun 1836, jumlah Sekolah Dasar sudah mencapai 50 buah yang tersebar di Kairo dan di propinsi-propinsi, siswa-siswanya berusia dari 7-12 tahun. Kemudian karena lembaga pendidikan kuttab tidak dapat mempersiapkan calon-calon siswa sekolah tinggi,
48Ris’an Rusli,
Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 59.
(37)
maka untuk mengatasi hal ini pada tahun 1825 dibuka sebuah sekolah menengah umum di Kasr al-„Ayni dan memiliki 500 orang berusia 6-12 tahun. Jumlah siswanya bertambah di setiap tahunnya hingga pada tahun 1833 muridnya mencapai 1200 orang.
Selanjutnya pada kurikulum, Muhammad Ali Pasya melihat kurikulum tradisional yang telah ada sejak berabad-abad lamanya baik yang dilaksanakan pada kuttab, mesjid maupun madrasah yang bersifat tradisional hanya mementingkan pengetahuan agama dan bahasa Arab. Pelajar-pelajar tidak diberikan pendidikan apalagi ilmu-ilmu modern atau science seperti yang sudah dikenal di tentara Perancis pada akhir abad ke-18. Dengan demikian kurikulum tradisional tidak lagi menampung aspirasi masyarakat modern dan tuntutan zaman oleh karena itu diperlukan pembaharuan dengan memasukan ilmu-ilmu modern ke dalam kurikulum.
B.
Pembaharuan Pendidikan Islam di Era Modern
1.
Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periode
Modern
Modernisasi yang mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham, adat istiadat, intitusi, dan sebagainya, agar dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan yang baru yang timbul oleh kemajuan ilmu pengetahuan serta tekhnologi modern.49Modernisasi atau pembaharuan juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai tuntutan hidup masa kini.
Dengan demikian, jika kita kaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam dapat diartikan sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang
49
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
(38)
tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.
Periode modern dalam sejarah Islam dimulai dari tahun 1800 M dan berlangsung hingga sekarang. Di awal periode ini kondisi Islam secara politis berada dibawah penetrasi kolonialisme. Dan pada pertengahan abad ke-20M, dunia Islam mulai bangkit dan memerdekakan negrinya dari penjajahan kolonialisme.
Periode ini dilatar belakangi oleh munculnya renaissance di Eropa. Dan kejadian tersebut membangkitkan bangsa Barat dari keterpurukan yang telah lama terjadi dan mencapai kemajuan. Dengan kemajuan mereka, mereka mulai melakukan berbagai riset dan perjalanan ke belahan bumi yang lain hingga mengalami kemajuan dalam berbagai bidang. Dan terjadilah perputaran nasib yang hebat dalam kesejarahan umat manusia.Dengan kekuasaan bangsa barat terhadap lautan, dengan bebas mereka melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan keseluruh dunia, tanpa mendapat hambatan yang berarti dari lawan-lawan mereka.Sehingga satu persatu Negara Islam mulai jatuh ke dalam genggamannya sebagai Negara jajahan.
Keadaan tersebut menyadarkan umat Islam akankemunduran umat islam dan mulai membangun untuk kebangkitan Islam. Dan kebangkitan ini dipengaruhi oleh beberapa factor yang diantaranya adalah pertama,
timbulnya kesadaran dikalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Dan ajaran-ajaran tersebut bertentangan dengan ajaran Islam yang semestinya.Kedua, pada periode ini barat mendominasi dunia dibidang politik dan peradaban. Hal ini menyadarkan para intelektual muslim yang meneruskan studinya di Barat atas ketertinggalan umat Islam oleh Barat.50Dengan kesadaran umat Islam akan ketertinggalan mereka oleh bangsa Barat, para intelektual muslim
50
Badri Yatim, Sejarah Budaya Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.
(39)
mulai melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan umat Islam dari keterpurukkannya yang diantaranya melalui bidang pendidikan.
Tercatat beberapa nama ulama besar yang berperan sebagai pembaharu bidang pendidikan Islam yang muncul di Timur Tengah, seperti Muhammad Ali Pasya, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dari Mesir. Kemudian tercatat nama Muhammad Iqbal dari India dan sebagainya. Pada masa kemunduran Islam abad 13-18, segala warisan filsafat dan ilmu pengetahuan diperoleh Eropa dari Islam, ketika umat Islam larut dalam kegemilangan sehingga tidak memperhatikan lagi pendidikan, maka Eropa tampil mencuri ilmu pengetahuan dan belajar dari Islam. Eropa kemudian bangkit dan Islam mulai dijajah dan mengalami kemunduran.Hampir seluruh wilayah dunia Islam dijajah oleh Bangsa Eropa termasuk Indonesia.51
2.
Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
Dengan meperhatikan berbagai macam sebab kemunduran dan kelemahan umat Islam serta kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa Barat, maka secara garis besarnya pembahruan umat islam terbagi menjadi tiga pola, yaitu:
a. Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat Pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan bangsa Barat disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang mereka capai. Dan pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan bangsa barat tidak lain bersumber dari yang pernah berkembang dari dunia Islam. Oleh karena itu, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kejayaan tersebut harus dikuasai kembali. Cara
51
Edi Yusrianto, Lintasan Sejarah Pendidikan Islam,(Pekanbaru: Intania Grafika, 2008),
(40)
pengembalian itu tidak lain adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif, maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan atau sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya.Jadi intinya, Islam harus meniru Barat agar bisa maju. Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H /17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu.52
b. Gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber ajaran Islam yang murni
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Dan Islam telah membuktikannya pada masa kejayaannya.Menurut analisa mereka, sebab kemunduran umat Islam, adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan semestinya.Ajaran Islam yang mengandung sumber kemajuan dan kekuatan telah ditinggalkan dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang tidak murni yang dimulai sejak berhentinya perkembangan filsafat Islam dan ditinggalkannya pola pemikiran secara rasional yangt dialihkan kearah pemikiran yang pasif. Dan selain itu, menutupnya pintu ijtihad membuat berkurangnya daya kemampuan umat Islam untuk mengatasi problematika hidup yang terus berubah.
Pola pembaharuan ini telah dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh (akhir abad 19 M). Menurut Jamaluddin Al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadist dalam artinya yang sesungguhnya, tidaklah mungkin tidak dilakukan. Ia
52
Zuhairini dkk,Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
(41)
berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan.Dalam hal ini, apabila ditemukan adanya pertentangan antara ajaran Islam dengan kondisi yang ada pada perubahan zaman, penyesuaian akan diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru pada ajaran Islam. Oleh karenanya, pintu ijtihad harus dibuka.53
Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam. Jadi, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau manusia berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya.
c. Usaha pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme Rasa nasionalisme muncul bersamaan dengan berkembangan pola kehidupan modern yang dipelopori oleh bangsa Barat. Bangsa barat dapat maju dan berkembang dikarenakan rasa nasionalismenya yang kemudian menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Dan hal ini mendorong pada umumnya bangsa-bangsa timur dan bangsa yang terjajah, menyorakan semangat nasionalisme masing-masing.Umat Islam menyadari keberagaman bangsa yang berlatar belakang dan sejarah yang berbeda-beda.Mereka hidup beragama dengan agama lainnya yang sebangsa.54Dan hal ini mendorong perkembangan rasa nasionalisme di dunia Islam.
Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari budaya warisan bangsa
53
Ibid., h. 121.
54
(1)
Rais, M. Amien,
Prospek Pebangunan Islam,
dalam Akmal Nasery B, ed.,
Percakapan Cendikiawan tentang Pembaharuan Pemikiran Islam,
Bandung: Mizan, Cet. IV, 1996.
Ramayulis,
Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IV, 1994.
Sa’id, Bustami Muhammad,
Mafhum Tajdid al-Din,
Kuwait: PT Dar al-
Da’wat,
1984
Sabri, Alisuf Sabri,
Ilmu Pendidikan,
Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I,
1999.
__________,
Pengantar Ilmu Pendidikan,
Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I,
2005.
Sani, Abdul,
Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam
Islam,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.
Shiddiqy, M. Hasbi,
Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist
, Jakarta: Bulan Bintang,
Cet. XI, 1993.
Shihab, M. Quraish,
Logika Agama; Kedudukan Wahyu dan Batas-batas Akal
dalam Islam
, Jakarta: Lentera Hati, Cet. IV, 2005.
Sugiono,
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D,
Bandung: PT Alfabeta, 2008.
Sulaiman, Abu Daud,
Sunan Abu Dawud
, Beirut: PT Dar ibn Hazm, 1998
Susanto, A,
Pemikiran Pendidikan Islam,
(Jakarta: AMZAH, Cet. I, 2009.
Sunanto, Musyrifah,
Sejarah Peradaban Islam Indonesia,
Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2012.
Syalabi, Ahmad,
Mausu’at al
-Tarikh wa al-Hadarat al-Islamiyat,
Jilid V,
tp.:Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyat, 1973.
Tafsir,
Ahmad,
IlmuPendidikandalamPersepektif
Islam,
Bandung:
PT
RemajaRosdakarya, Cet. VII, 2007.
Tamara, M. Natsir, dan Elza Peldi Taher,
Agama dan Dialog Antar
Peradaban,
Jakarta: Paramadina, 1996.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta:
Balai Pustaka, Cet. I, 2002.
(2)
Tim Penyusun Pustaka Azet,
Leksikon Islam,
vol. 2, Jakarta: PT PustakaPustazet
Perkasa, 1988.
Wibisono, A Fattah,
Pemikira Para Lokmotif Pembaharuan di Dunia Islam,
Jakarta: Rabbani Press, 2009.
Yatim, Badri,
Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.
__________,
Sejarah Budaya Islam,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Yunus,
Mahmud,
MetodikKhususPendidikanAgama,
Jakarta:
PT
HidakaryaAgung, Cet. 17, 1992.
Yusrianto, Edi,
Lintasan Sejarah Pendidikan Islam,
Pekanbaru: Intania Grafika,
2008
Zuhairini,dkk.,
Metodik Khusus Pendidikan Agama
, Surabaya: Usaha Nasional,
1983.
__________,
Sejarah Pendidikan Islam
, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1986.
(3)
UJI
REFERENSI
Nama
: Nisa AssajdahNim
:1110011000131JurusanL/Prodi : Pendidikaa Agama Islam
Judul Skripsi :
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
ISLAM
(Studi aras MuhammadAli
pasya)No
ReferensiParaf
A.
Fattah Wibisono,Pemikira Para
Lolcmotif Pembaharuandi
Dunia
Islam,Jakarta: Rabbani Press, 2009.
^l1l-2 A. Sunanto, Perz
ikiran
Pendidikan Islam, (Iakarta:AMZAH,
Cet. I, 2009.4,.\
J
Abdul
Fattah
Abu
Guddah,
Qimahaz-Zaman
'inda
al-'Ulama,
h.
30.Liha
ihnu-dari-seiak-lahir-buaian-sampai-liane-lahatbetapa-p
.(padatanggal 22 Januari 2013).
-{^-.
4
AbdulMukti,
Pembaharuan Lembaga Pendidiktrn di Mesir, Bandung:Citapustaka Media Perintis, 2008.
-{L
5 Abdul
Mukti,
Tesis: Pembaharuan MuhammadAli
Pasya dalam Lembaga Pendidikan di Mesir, Jakarta:i993.
6
Abdul
Sani,
Lintas
Sejarah Pemikiran
Perkembangan
Modern
dalamLvlcun,lakarta'. PT Raja Grafindo Persada, 1998.
<r-\
7Abdul
Wahab
Kallaf,
Kaidah-Kaidah Hukunt Islam,
Jakarla:
PT.
RajaGrafindo
Persada,
1994.
Lihat
Noviarti,
Hajjah
Raltmah
el-YunusiyyahPelopor
l(anita
dalant
Pendidikan AgamaIslam
di
Minangkabau, lakafta:1999.
+
8 Hasan Langgulung, Asas-osas Pendidikan
Islam,
Jakafta: Pustaka Al-Husna,Cet.
II,
1988.-0a
9 Abdurralrman M o eslim,
I
s I am Tr ans fo r mat if, l akarta: Pustaka Firdaus, 1 997.--4^
i0
Abdurrahman
R
Effendi dan Gina Pwpita, Abuya
Syekh
Imant
Ashari
Muhammad at-Tamimi Diaknh Mujaddid
di Kurun ini?,
Jakarta: PT GiliraanTimur,2003.
--+\
11
Abu
Abdullah
Muhammad, Sahih ql-Bukharr,
Kairo:
Maktabah
al-lman,2003.
-t^
12 Abu Daud Sulaiman, Sunan Abu Dawi;d, Beirut: PT Dar ibn Hazm, 1998. 13
Abuddin Nata,
Filsafat
Pendidikan
Islam,
Iakarta:
GrahaMedia
Pratama,200s.
l4
Abuddin Nata, FilsafatPendidikanIslam,
lakarta: Logos Wacanallmu, Cet. I,1997.
,tA
15 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspehif
Al-Qur'an,
Jakarta'.UIN
JakartaPress, 2005.
-'\W
(4)
2004.
11 Agus
Basri,
PendidikanIslam
sebagai penggerakpembahaiian,
Bandung:PT
Al-Maarif,
1984.18
Ahmad
D.
Narimba, Pengantar
Fitsafat
Pendidikan
hlai,
Vondrng;
AL
Ma'arif,
1989.19 Ahmad Syalabi, Mausu'at al-Tarikh wa al-Hadarat at-Islamiyat,
Jilidy
,
tp. :Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyat, 1 973.
I
20
AhmadTafsir,
IlmuPendidikandalamPersepehifIslam,Batdwg: pT
RemajaRosdakarya, CeL.
VII,
2007.21
Alisuf
Sabri, 1iz u Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet.I.
1999.22
Alisuf
Sabri, Pengantarllmu
Pendidikan, Jakarta:UIN
Jakarta Press, Cet.I,
2005.23 Ara Hidayah, P engelolaan P endidikan, Bandtng: Pustaka Educa, 201 0.
24
Armai
Arief,
Pembaharuan Pendidikanlsamdi
Minangkabaa
Jakarta:pf
Suara
ADI,
2009.25
ArmaiArief
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga PendidikanIslam Klasik, Bandung: Angkasa,
Cet.1,2005,
26
Armai
Arief,Pengantar
llmu
dan
Metodologi Pendidikan
Islam,
lakarta.. Ciputat Press, C et.I, 2002.27
Azyumardi Azra, Pendidikanlslam Tradisi dan Modernisasi MenujuMilenium
Baru, Iakarl"a'. Ogos Wacana I1mu,2002.
t"
)o
Badri Yatim, Sejarah Budaya Islam, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2008t
29
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.'30
Bustami Muhammad
Sa'id,
MaJhumTajdid
al-Din, Kuwait:
PT
Dar
al-Da'wat,
1984.JI Departemen Agama
RI,
al-Qur'an
dan Terjemahannya, Buldul;lg: PT. Sygma Exarnedia Arkanleema, 2009.32 Edi Yusrianto, Lintasan Sejarah Pendidikan Islam, Pekanbaru: Intania
Grafika,2008
)
JJ Emzir, Metodologi Penelitian
Kualitatif:
AnlisisData,
Jakarta: Raja GrafindoPersada, Cet.
Il,
201 1.)t+ Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam
di Indonesia, Ed. I, Jakarta: Kencana, Cet.
II,
2009.I
35
HAMKA,
Lembaga Hidup, Jakarta: Pustaka Paniimas, 2001.36
HAMKA,
Tafsir
al-Azhar,
jilid
6,
Jakarta: PustakaPanjimas,
1998. dalamSamsul
Nizar,
MemperbincangkanDinamika
Intelehual
dan
PemikiranHAMKA
tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.Harun Nasution, Islam
Ditinjau
dari Berbagai Aspelmya, Jllid,-II, Jakarta:UI-Press, Cet.
VI,
1986.3B Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
Jakarta: Bulan Bintang 1975.
a1t,-39
Hasan Asari, Modernisasi IslaLn, Bandung: CitapustakaMedia,2002.
(5)
\rlzutrEutft,
Iyyu.
41 Jurnal F. Robert
Hlnter, E
to a Mofurn Administrative Elite, JSTOR. Tavlor&Francis C,toun
^"1 rvl.
rrrnren
Kars,rrospek
?ebangunanIslam,
dalamAkmal
NaseryB,
ed.,Percakapan Cendikiawan tentang pembaharuan
pemikiran
Islam, Ban&ng:
Mizan, Cet.
IV,
1996.43 rvr.
Arrrn,
rtrca1atrendtdtkdn
lslam, Jakarta: pT. Bina Aksara, 19g7. Denganmengutip keputusan
seminar pendidikan
Islam
se-Indonesiadi
Cipayung_ Bogor, I 7-1 1Mei
1960.44
M.
Arifin, IImu Pendidikan IslamPendekatan
Interdisipline,
Jakarta: pT. Bumi Aksara. Edisi Revisi 2009.\
45
ivr.
uawam
KahardJo,rsram
Kemod.ernandan
Keindonesiaan Nurcholish,Majld, Bandung:
MIZAN,
1981.\
46
M.
Hasbi Shiddiqy, Seiorah
d
Bintang. Cet.Xl,
1993.\
'11
rvr.
Nars(
Iamara,
dan Elza
peldi
Taher, Agama
dan
Dialog
Antar
Peradaban,Jakarta: Paramadina. 1996_
\
,+8
M. Ngalim
Purwanto,Ilmu
Pendidikan
Teor@
Bgmaja Rosdakarya. I 995.
49 rvI.- \2urarsn Snfiab, Logit@ Agama; Kedudukan Wahyu dan Bqtas_batas
Ak)l
dolam Islam, Jakarta:LenteruHati, Cet.Iy
,2005.
50
M.
YusranAsrnuni,
Dirasah
Islamiah
ru:@
Gerakan Pembaharuan
dalam Dunia
Islam,
Jakarta:pT
Raja
GrafindoPersada, 1995.
I
5l
M. YusranAsmuti,
Pengantar Studi pemikiran clan Geraka"pembah.rrm
dalam Dunia Islam, Iakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2001.
I
52Malrrnud
Yunus,
MetodikKhususprndi@
HidakaryaAgung , Cet. 17
,
1992.I
5l
Maksum, Madrasah Ilniu, Cet.I,
1999.Sejarah dan P er kemb angannya. J akafia..
Logos
Wacan-54
Malik
Fadzar, Visi Pentbaharuanpendidikan
fsE.,
.]ato.ti
t_f:NI,
C"t.
I,1998.
tA.
55 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama
Isr@.
56 Muhammad Naquib Attas, Kons"p
pendidika@,
1992.57 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradobo,
Ittom
indon"siq
Jakurta: pT. RaSuGrafindo Persada,2012.
('
58
Purwardaminto,
WIS,
Kamus umum
Bohaso
iiiirnsiaiakid
Balu
Pugq!3, tC91.
Q.
Ie9l
59 Ramayulis, Ilmu Pendidikctn Islant,Ja\arta:
KalaniMulia,
C"i
Iq
1D9460 Samsul Nizar', Pengantar Dasar-dasar Pemikiran
prrdittiko,,
tskm
J"kartu
Gaya Media Pratama, 2001.6r Sugiono, Metode
Penelitian Pendidikan
PendekatanKuantitatif,
Xuotitatif,
(6)
ol
SuharsimiArikunto, Manajemen
peneli@
2009.
/
63 Taufik
Adnan
Amal,Islam dan TantanganMM
Hukum Fazlur Rahman, Bandtmg:- Mizan, 1996. 64 Tim PenyusunKa^us
PusatBah
Balai Pustaka, Cet.
I,
2002.65
Tim
Penyusun Pustaka
Azet,
Lelaikon
M
PustakaPustazet Perkasa,
i988.
66 Uhbiyati Nur, IlmuPendidikan Islam, Bal&;r,;rg PustakaSelia,
D9Z
67 Wahyudin Nur, P erkembangan Pemikiran
Mofurn
di Dunia Istam, Medarr:IAIN
SU,2OOO.68
Yuli
Emma Handayani, Skripsi: MuhammadAli
Pasha danAl-Azha4ipltat:
20t1.
69 Zakiah Daradjat dlr*.,
Ilmu
PendidikanIslam,
lakNta:Bumi
Aksara,Cer
IIt,
1996.70 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
11
Zuhairini dkk.,
Metodik Khusus
Pendidikan
Agama, Srrabaya:
Usaha Nasional, 1983.72 Zuhairini, Sejarah Pendidiknn Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1986.
H
Jakarta, 02
April
2015 PengujiAhmad Irfan