Tabel 2.4 Pengobatan lini 2 untuk p.falciparum dan p.vivax
Hari Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur Species
0-1 bulan
2-11 bulan
1-4 tahun
5-9 tahun
10-14 tahun
15 tahun
1 Kina
Falciparum 3x½
3x1 3x1½
3x 2-3 Doksisiklin
- -
- -
2x1 2x1
Primaquin -
- ¾
1½ 2
3 H2- 7
Kina 3x½
3x1 3x1½
3x 2-3 Doksisiklin
- -
- -
2x1 2x1
ATAU
1 Kina
3x½ 3x1
3x1½ 3x 2-3
Tetrasiklin -
- -
- 4x1
Primaquin -
- ¾
1½ 2
3 H2- 7
Kina 3x½
3x1 3x1½
3x 2-3 Tetrasiklin
- -
- -
4x1
Vivax H1-7 Kina
3x½ 3x1
3x1½ 3x3
H1-14 Primaquin -
- ¼
½ ¾
1
Keterangan : dosis diberikan kgbb
2x50 mg doksisiklin
2x100mg doksisiklin
4x250 mgbb tetrasiklin
Tabel 2.5 Pengobatan malaria pada pasien defisiensi G6PD
Lama minggu
Jenis Obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1 bulan
2-11 bulan
1-4 tahun
5-9 tahun
10-14 tahun
15 tahun
8 sd 12 Artesunat ¼
½ 1
2 3
3-4 8 sd 12 Amodiaquin ¼
½ 2
3 4
4-4
Pengobatan untuk p.malariae cukup diberikan ACT artemisinin combination therapy satu kali perhari selama tiga hari, dengan dosis sama pengobatan malaria
lainnya. Sedangkan pengobatan untuk p.ovale sama seperti pengobatan pada p.vivax. Pengobatan untuk mix species p. falciparum + p.vivax diberikan ACT
selama tiga hari serta pemberian primaquin pada hari satu dengan dosis 0,75kgbb dilanjutkan pada hari 2-14 primaquin dengan dosis 0,25 mgkgbb. Pengobatan
kasus malaria vivax relaps sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primaquin ditingkatkan, primaquin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5
mgkgbbhari. Pemberian dosis obat malaria perlu diperhatikan dengan ketat terutama pada ibu
hamil, anak-anak dan balita, karena efek samping obat anti malaria yang keras. a.
Artesunate +Amodiaquin, dapat menimbulkan efek samping seperti: mual, muntah, sakit perut, diare, gatal-gatal, sakit kepala, demam dan perdarahan
abnormal, hematuria. Namun obat ini tidak menunjukkan efek samping yang
berat sehingga dapat diberikan pada ibu hamil trimester dua dan tiga, anak- anak dan balita
b. Primaquin, efek sampingnya: anorexia, mual, muntah, sakit perut dan kram,
kejang-kejang gangguan kesadaran, gangguan system hemopoitik. Karena efek samping obat yang keras pemberian primaquin tidak dianjurkan pada: wanita
hamil dan anak-anak dibawah satu tahun 1 tahun, penderita defisiensi G6PD, penderita rheumatoid artritis dan lupus eritematosus
c. Kina, merupakan obat malaria tertua yang masih efektif terhadap parasit
malaria dan merupakan pilihan utama untuk malaria berat. Efek samping kina: tinitus telinga berdenging, gangguan pendengaran dan vertigo. Kina aman
untuk wanita hamil, bayi dan anak-anak d.
Doksisiklin, merupakan pilihan terapi ke dua mempunyai efek samping: iritasi saluran pencernaan, reaksi fototoksik, depresi sum-sum tulang yang reversible,
perubahan warna gigi dan hypoplasia. Tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui, dan anak dibawah 10 tahun.
e. Tetrasiklin, merupakan pilihan terapi ke dua mempunyai efek samping:
gangguan pada saluran pencernaan, perubahan warna gigi dan displasia enamel yang permanen pada anak, reaksi fototoksik, pemakaian lama akan
menimbulkan flora usus, dan pertumbuhan jamur candida. Tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui, dan anak dibawah 10 tahun.
2.1.8. Follow Up Pemeriksaan Ulang Darah Tepi
Sifat parasit malaria yang cenderung hipnozoit diperlukan kontrol ulang yang ketat untuk memastikan perkembangan parasit setelah pengobatan. Follow up
merupakan salah satu tahap pengobatan untuk memantau perkembangan parasit dan efektifitas obat anti malaria. WHO 2003 menetapkan standar follow up
untuk setiap penderita yang didiagnosa malaria untuk melakukan follow up pada hari ke tiga, hari tujuh, hari 14, dan hari ke 28 atau tiga bulan setelah pengobatan.
Depkes,2008. Namun Dinas Kesehatan Sumba Barat menatapkan untuk follow up sebanyak tiga kali yaitu: hari ke tiga, hari ke tujuh dan hari ke 14, dengan
berbagai pertimbangan banyak hal. Mengacu pada peraturan Dinas Kesehatan , Klinik Malaria Sumba Foundation menetapkan untuk follow up sebanyak tiga
kali yaitu: hari ke tiga, hari ke tujuh dan hari ke 14 Dinkes Sumba Barat, 2008 Relaps atau kambuh adalah adanya serangan ulang dari suatu penyakit setelah
serangan pertama hilang atau sembuh. Istilah ini juga digunakan untuk penyakit malaria, namun sedikit lebih spesifik. Relaps pada penyakit malaria dapat bersifat
rekrudesensi relaps jangka pendek, yang timbul karena parasit dalam darah daur eritrosit menjadi banyak. Demam timbul lagi dalam waktu delapan minggu
setelah serangan pertama hilang. Rekurens atau relaps jangka panjang yang timbul karena parasit daur eksoeitrosit yang dormant, hipnozoit dari hati masuk
dalam darah dan menjadi banyak, sehingga demam timbul lagi dalam waktu 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama hilang Prabowo, 2004.
1. Mekanisme Terjadinya Malaria Relaps
Mekanisme terjadinya relaps pada penyakit malaria sebagai berikut: a.
Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk ke dalam peredaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di hati
hipnosoit tetapi beberapa di fagositosis. Pada P.vivax dan P.ovale, sebagian sporozoit yang menjadi hipnozoit setelah beberapa waktu beberapa bulan
hingga lima tahun menjadi aktif kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses ini dianggap sebagai timbulnya relaps jangka
panjang long term relaps atau rekurens recurrence Harijanto, 2010. b.
Perkembangannya P.falciparum dan P.malariae tidak memiliki fase eksoeritrosit sekunder. Parasit dapat tetap berada di dalam darah selama
berbulan-bulan atau bahkan sampai beberapa tahun dan menimbulkan gejala berulang dari waktu ke waktu. Timbulnya relaps disebabkan oleh proliferasi
stadium eritrositik dan dikenal dengan istilah rekrudesensi short term relapse. Malaria falsifarum dan rekrudesensi dapat terjadi dalam kurun waktu
28 hari dari serangan awal dan ini mungkin menunjukkan adanya suatu resistensi terhadap chloroquine. Rekrudesensi yang panjang kadang dijumpai
pada P.malariae yang disebabkan oleh stadium eritrositik yang menetap dalam sirkulasi mikrokapiler jaringan Harijanto, 2010.
2. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Relaps
Timbulnya relaps atau serangan ulang pada penderita malaria berkaitan dengan keadaan berikut:
a Tidak efektifnya respon imun dari penderita
Suatu kenyataan bahwa terjadinya penyakit akan menimbulkan respons imun dari hospes yaitu dengan adanya reaksi radang, hal tersebut bergantung pada derajat
infeksinya. Terjadinya relaps dan timbulnya penyakit erat hubungannya dengan rendahnya titer antibodi atau peningkatan kemampuan parasit melawan antibodi
tersebut. Respon imun terhadap malaria bersifat spesies spesifik, seseorang yang imun terhadap P.vivax akan terserang penyakit malaria lagi bila terinfeksi oleh
P.falciparum httpwww.malariasite.com, 22 November 2008. b
Pengobatan yang tidak sempurna Obat-obat malaria yang bersifat skizontisid darah efektif menekan proses
skizogoni fase eritrosit dan mengurangi gejala klinis. Merasa sudah sehat penderita tidak melakukan follow up dan berhenti minum obat sebelum seluruh
dosis obat habis. Kebiasaan lain adalah penderita berbagi obat dengan penderita lain sehingga dosis yang diharapkan tidak tercapai. Ini mengakibatkan relaps
jangka pendek. Pada kasus p.vivax dan P.ovale dapat terjadi pengaktifan kembali dari
hipnozoit di
hati dan
menyebabkan relaps
jangka panjang
httpwww.malariasite.com, 22 November 2008. c
Reinfeksi atau terpapar dengan gigitan nyamuk yang berulang, Penyebab paling sering terutama di daerah endemis adalah adanya reinfeksi atau
infeksi ulang yang terjadi segera setelah penderita menyelesaikan pengobatannya. Reinfeksi bisa terjadi 14 hari setelah pengobatan. Hal ini dimungkinkan bila
lingkungan penderita mendukung berkembangnya vektor malaria sehingga penderita selalu terpapar dengan gigitan nyamuk yang infektif