Hubungan Status Gizi Antropometri Dan Usia Menarche Pada Siswi Di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013

(1)

HUBUNGAN STATUS GIZI ANTROPOMETRI DAN USIA

MENARCHE

PADA SISWI MTS N TANGERANG II

PAMULANG TAHUN 2013

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Septia Wahyuni

NIM: 1110103000047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

LPoTS Penelitian Diajukm kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokterm dan Ilnu Kesehatan untuk Mesrenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar'Sa6ana feOotaeran

(S.Ked)

Pembimbing

j4-dr Taufik zain, Sp6C (K) dr Fika Ekayanti, M.Md.Bl.

PROGRAM STUDI PENDIDIIAN DOKTER

F'AKT]LTAS KEDOKTERAN DAI{ ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF ItrDAYATULI"AH JAI(ARTA

1434H/2013M

HUBI]NGAI\I STATUS GIZI AI\TROPOMETRI DAh[ USIA MENARCHEPADA

SISWI DI MTS N TAIYGERANG II PAMUII\NG TAHI]N 2013

Oleh Sentia Wahvrmi

NIM: 11101CI3000047

Pmbimbing I

iii


(4)

Laporan penelitian bedudul Hubungan Status Gizi Antropometri Dan Usia Mmarche

Pada Siswi Di MTS N Tangerang

II

Pamulang Tahun 2013 yang diajukan oleh Septia Wahyuni (NIM : 1110103000047), telah diujikan dalam gidang di Fakulras Kedokteran dan

ILnu Kesehatan pada Juli 2013. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dolder.

Ciputat, 10 September 2A13

Ketua Sidang

DEWAN PENGUJI

Penbimbing

I

Pembimbing2

P+'

dr Taufik\zain, SpoG

(K)

dr FikI Ekayanti, M.Med.Ed

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN SH Jakarta

Prof Dr (

Kaprodi PSPD FKIK UIN SH

, M.Gizi, SpGK dr.

tv


(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat yang tiada terkira kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Hubungan Status Gizi Antropometri Dan Usia Menarche Pada Siswi Di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013”. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. DR. (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr Taufik Zain, SpOG (K) dan dr Fika Ekayanti, M.Med.Ed, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis selama penelitian dan penyusunan laporan ini.

4. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK dan dr. Francisca A. Tjakradidjaja, M.S, SpGK selaku penguji sidang yang telah banyak memberikan saran kepada penulis.

5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset PSPD 2010 yang selalu mengingatkan kami untuk menyelesaikan riset.

6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh civitas akademika Program Studi Pendidikan Dokter yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.

7. Pihak Kementrian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan menerima beasiswa kuliah sampai penulis menyelesaikan riset ini.

8. Pihak guru dan petugas UKS MTS N Tangerang II Pamulang yang telah memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan pengambilan data di lokasi penelitian.


(6)

vi

hentinya memberikan kasih sayang, nasihat, serta doa yang senantiasa dipanjatkan demi kesuksesan penulis.

10. Teman-teman kelompok 17 riset, Maulida Nur Soraya, Novita Vidi Yanty, Syrojudin Hadi, yang telah memberikan motivasi dan mengingatkan agar menyelesaikan riset tepat waktu.

11. Sahabat-sahabat di Program Studi Pendidikan Dokter 2010 yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi dalam kebersamaan selama 3 tahun ini.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan riset ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semuanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan riset ini masih kurang dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang akan datang.

Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi para pembacanya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho-Nya kepada kita semua. Amin.

Ciputat, Agustus 2013


(7)

vii ABSTRAK

Septia Wahyuni. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Status Gizi Antropometri dan Usia Menarche pada Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Pada Tahun 2013.

Latar belakang: Berbagai penelitian menunjukkan bahwa usia menarche semakin menurun pada 20 tahun terakhir, baik di negara-negara Amerika, Eropa, maupun Asia dan hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan usia menarche pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013. Metode: Studi analitik cross-sectional. Subjek penelitian berjumlah 121 orang yang diambil dengan teknik random sampling dan diuji menggunakan uji Chi-square. Hasil: Rata-rata usia menarche pada siswi MTs N Tangerang II Pamulang adalah 11,68 tahun dengan simpang baku 0,71. Uji statistik didapatkan p-value 0,033(p<0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dengan usia menarche.

Kata Kunci: Status Gizi, Menarche

Septia Wahyuni. Medical Education Study Program. Relationship Between Anthropometric Nutritional Status and Age at Menarche in Students at MTs N Tangerang II Pamulang in 2013.

Background: Various studies have shown that the age of menarche had been declined in the last 20 years, in the countries of America, Europe, and Asia, and it was influenced by various factors. Objective: To determine the relationship between nutritional status and age at menarche in female adolescents at MTsN Pamulang Tangerang II in 2013. Method: cross-sectional analytic study. Random sampling technique was used to take 121 subjects and processed with chi-quare statictical test. Results: The average age of menarche in girls at MTsN Tangerang II Pamulang is 11.68 years with standard deviations of 0.71. Statistic test obtained p-value 0.033(p<0,05). Conclusion: There is a relationship between nutritional status with age of menarche.


(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

LEMBAR PENGESAHAN...iv

KATA PENGANTAR...v

ABSTRAK...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR BAGAN...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan Penelitian...3

1.4 Manfaat Penelitian...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Landasan Teori...5

2.1.1 Menstruasi...5

2.1.2 Menarche...7

2.1.2.1 Faktor-Faktor Yang Berperan Terhadap Usia Menarche...8

2.1.3 Remaja...9

2.1.4 Neuroendokrinologi Pubertas...10

2.1.5 Pertumbuhan Organ Reproduksi Remaja Perempuan...11

2.1.6 Antropometri Gizi...12

2.1.6.1 Definisi...12

2.1.6.2 Jenis Parameter...12

2.1.6.3 Indeks Antropometri...13

2.2 Kerangka Konsep...19


(9)

ix BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian...21

3.2 Waktu Penelitian...21

3.2.1 Tempat Penelitian...21

3.2.2 Waktu Penelitian...21

3.3 Populasi dan Besar Sampel...21

3.3.1 Populasi...21

3.3.2 Sampel...21

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel...22

3.3.4 Kriteria Sampel...23

3.4 Cara Kerja Penelitian...23

3.5 Managemen Data...24

3.5.1 Pengumpulan Data...24

3.5.2 Pengolahan Data...24

3.5.3 Analisis Data...24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...26

4.2 Hasil Penelitian...26

4.2.1 Analisis Univariat...26

4.2.1.1 Gambaran Usia Responden...26

4.2.1.2 Gambaran Berat Badan Responden...27

4.2.1.3 Gambaran Tinggi Badan Responden...28

4.2.1.4 Gambaran IMT responden...29

4.2.1.5 Gambaran Status Gizi Responden...29

4.2.1.6 Gambaran Usia Menarche Responden...30

2.2.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Mengkonsumsi Fast food...31

4.2.2 Analisis Bivariat...32

4.3 Pembahasan...33

4.3.1 Status Gizi Responden...33

4.3.2 Usia Menarche Responden...33

4.3.3 Frekuensi Konsumsi Fast food...34

4.3.4 Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche...35


(10)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...37

5.1 Kesimpulan...37

5.2 Saran...37

DAFTAR PUSTAKA...38


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual Pada Anak Perempuan ...10

Tabel 2.2 Penggolongan Keadaan Gizi Menurut Indeks Antropometri...13

Tabel 2.3 Status Gizi Berdasarkan Grafik IMT/U...16

Tabel 2.4 Status Gizi Berdasarkan z-score Anak Perempuan Usia 5-18 Tahun...19

Tabel 4.1 Distribusi Usia siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013...26

Tabel 4.2 Distribusi Berat Badan siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013...27

Tabel 4.3 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Umur siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013...27

Tabel 4.4 Distribusi Tinggi Badan siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013...28

Tabel 4.5 Distribusi Klasifikasi Tinggi Badan siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013...28

Tabel 4.6 Distribusi IMT siswi di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013...29

Tabel 4.2 Distribusi Status Gizi Remaja Putri di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013...29

Tabel 4.3 Distribusi Usia Menarche Remaja Putri di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013...30

Tabel 4.4 Distribusi Pengelompokan Usia Menarche Remaja Putri di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013...30

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Mengkonsumsi Fast food pada Remaja Putri di MTS N Tangerang II Pamulang Tahun 2013...31


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor-Faktor Yang Dapat Menstimulasi dan menghambat Stimulasi GnRH...9

Gambar 2.2 Status Gizi Berdasarkan BB/U dan TB/U...15

Gambar 2.2 Status Gizi Berdasarkan IMT/U...17


(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2 Kerangka Konsep...19 Bagan 3.4 Cara Kerja Penelitian...23


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Statistik...37 Lampiran 2 Kuesioner Penelitian...45 Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup...48


(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Menarche merupakan episode pertama menstruasi dan merupakan indikator pubertas yang terjadi pada saat masa remaja pada perempuan.1 Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja akan terjadi penambahan kecepatan pertumbuhan/growth spurt, mulai munculnya tanda-tanda seks sekunder, terjadi menarche dan perubahan-perubahan psikososial. Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan dalam regulasi neuroendokrin pada remaja.2

Pubertas pada perempuan ditandai dengan pelepasan gonadotropin yang teratur, yang akan meningkatkan konsentrasi estradiol serum hingga 15-35 pg/ml (55-128 pnmol/L). Peningkatan sintesis dan sekresi estrogen dari ovarium ini akan menyebabkan maturasi tulang yang progresif. Onset pubertas menyebabkan peningkatan massa tulang yang berkorelasi dengan usia tulang. Tahap awal pubertas pada perempuan meliputi perkembangan payudara, diikuti dengan pertumbuhan folikel di ovarium. Hal diikuti dengan pertumbuhan rambut aksila dan pubik serta menarche, menandakan produksi estrogen yang cukup untuk menstimulasi proliferasi endometrium. Pada perempuan, konsentrasi leptin serum meningkat seiring proses perkembangan pubertas, dan peningkatan kadar leptin ini sesuai dengan peningkatan massa lemak tubuh.3

Menarche terjadi pada rata-rata umur 13 tahun. Umur saat menarche maju rata-rata 3-4 bulan tiap 10 tahun (berdasarkan penelitian yang diadakan pada tahun 1830-1990 di Norwegia, Prancis, Inggris, Islandia, Jepang, Amerika, dan China). Usia menarche juga ditemukan menurun pada negara industri. Sebelum tahun 1990, rata-rata usia menarche di Amerika Serikat adalah di atas 14 tahun. Sedangkan rata-rata usia menarche di Inggris tidak berubah dalam kurun waktu 20 hingga 30 tahun terakhir dan sekarang berkisar pada usia 12,9 tahun.1

Di Indonesia, hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa dari laporan responden yang sudah mengalami haid, rata-rata usia menarche adalah 13 tahun (20%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun. Secara nasional, pada 37,5 persen anak Indonesia


(16)

didapatkan rata-rata usia menarche 13-14 tahun. Rata-rata usia menarche 11-12 tahun terjadi pada 30,3 persen anak-anak di DKI Jakarta, dan 12,1 persen di Nusa Tenggara Barat. Rata-rata usia menarche 17-18 tahun terjadi pada 8,9 persen anak-anak di Nusa Tenggara Timur, dan 2 persen di Bengkulu. 2,6 persen anak-anak di DKI Jakarta sudah mendapat haid pertama pada usia 9-10 tahun, dan terdapat 1,3 persen anak-anak di Maluku dan Papua Barat yang baru mendapat haid pertama pada usia 19-20 tahun.4

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi usia saat menarche yaitu cuaca, lokasi geografis, pajanan terhadap cahaya, penyakit kronis, faktor diet, stress fisik maupun emosiaonal, faktor psikologis, dan faktor sosioekonomi. 5

Menarche dini (sebelum 12 tahun) dapat menyebabkan berbagai efek negatif. Menarche dini merupakan faktor resiko terjadinya kanker payudara dan berhubungan dengan resiko obesitas pada wanita post menopause dengan kanker payudara. Juga terdapat hubungan menarche lebih awal dengan peningkatan keparahan dismenore, dan kehamilan di usia muda.3 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa status gizi dapat mempengaruhi usia menarche. Secara khusus umur menarche didapatkan lebih awal pada anak obesitas. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nora Al-Awadhi dkk di Kuwait , rerata usia saat menarche adalah 12.41 tahun.6 Ada hubungan yang signifikan antara usia saat menarche dengan obesitas atau overweight. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Akbar Pejhan dkk di Iran (2011), usia menarche terbanyak di Iran adalah 11-13 tahun dengan rerata usia menarche adalah 12.5 tahun. Didapatkan bahwa terdapat hubungan antara usia saat menarche dengan BMI(p=0,02)7, sedangkan tertundanya menarche sering disebabkan oleh malnutrisi berat. Hal ini diperkirakan merupakan peranan leptin yang terhadap di jaringan adiposa. Adapun pemilihan tempat penelitian di tingkat SMP adalah karena usia rata-rata menarche di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas 2010 adalah 13-14 tahun. Pada usia ini umumnya remaja sedang berada di jenjang SMP/MTs.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai “Hubungan Status Gizi Antropometri dan Usia Menarche pada Siswi di MTs N


(17)

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Bagaimana hubungan status gizi antropometri dan usia menarche pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013?

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara status gizi antropometri dan usia menarche pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui gambaran usia pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013. 2. Mengetahui gambaran usia menarche pada remaja putri di di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.

3. Mengetahui gambaran tinggi badan pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.

4. Mengetahui gambaran berat badan pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.

5. Mengetahui gambaran indeks massa tubuh pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.

6. Mengetahui gambaran status gizi pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.


(18)

7. Mengetahui gambaran frekuensi konsumsi fast food pada siswi di MTs N Tangerang II Pamulang pada tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui berbagai hal tentang menarche dan hubungan status gizi dengan usia menarche.

Bagi tempat penelitian, penelitian ini dapat berguna sebagai informasi untuk penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada remaja.

Bagi subyek penelitian, penelitian ini dapat berguna sebagai informasi tentang status gizi dan menarche.

Bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat berguna sebagai referensi maupun sumber informasi tentang menarche pada remaja.


(19)

5 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Menstruasi

Menstruasi adalah pengeluaran darah dan sisa endometrium dari vagina. Hari pertama menstruasi dianggap sebagai permulaan siklus baru. Saat ini bersamaan dengan akhir fase luteal ovarium dan dimulainya fase folikular. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi akibat tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus sebelumnya, kadar progesteron dan estrogen darah turun tajam. Karena efek akhir progesteron dan estrogen adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi ovum yang dibuahi maka terhentinya sekresi kedua hormon ini menyebabkan lapisan dalam uterus yang kaya vaskular dan nutrien kehilangan hormon-hormon penunjangnya.8

Sistem reproduksi wanita menunjukkan perubahan siklik reguler yang dapat dianggap sebagai persiapan pembuahan dan kehamilan. Pada manusia dan primata lain, siklus ini adalah daur haid (siklus menstruasi), dan gambaran yang paling nyata adalah perdarahan vagina periodik yang terjadi dengan terlepasnya mukosa rahim (haid,menstruasi). Lama daur ini dapat bervariasi, tetapi angka rerata adalah 28 hari dari permulaan satu periode haid sampai permulaan periode berikutnya.8

Setelah pubertas dimulai, ovarium secara terus menerus mengalami dua fase secara bergantian: fase folikular,yang didominasi keberadaan folikel matang; dan fase luteal, yang ditandai dengan adanya korpus luteum.9

Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai berkembang. Namun hanya folikel yang berkembang selama fase folikular yang berlanjut melewati tahap-tahap awal perkembangan. Folikel yang lain mengalami atresia karena tidak mendapat bantuan hormon. Selama pembentukan folikel, seiring dengan pembentukan dan penyimpanan bahan oleh oosit primer yang digunakan jika dibuahi, terdapat perubahan-perubahan penting di sel-sel yang mengelilingi oosit dalam persiapan-persiapan penting di sel-sel yang mengelilingi oosit dalam persiapan untuk pembebasan sel telur dari ovarium.9


(20)

Pertama, satu lapis sel granulosa pada folikel primer berproliferasi untuk membentuk beberapa lapisan yang mengelilingi oosit. Sel-sel granulosa ini mengeluarkan zona pelusida yang membungkus oosit dan memisahkannya dari sel granulosa sekitar. pada saat yang sama ketika oosit sedang membesar dan sel-sel granulosa berproliferasi, sel-sel jaringan ikat ovarium khusus yang berkontak dengan sel granulosa berproliferasi dan berdiferensiasi membentuk suatu lapisan luar sel teka. Sel teka dan sel granulosa, yang secara kolektif disebut sel folikel, berfungsi sebagai satu kesatuan untuk mengeluarkan estrogen.9

Lingkungan hormon pada fase folikular mendorong terjadinya pembesaran dan pengembangan kemampuan sekresi sel-sel folikel, mengubah folikel primer menjadi folikel sekunder, atau folikel antrum, yang dapat mengeluarkan estrogen. Sewaktu sel folikel mulai mengeluarkan estrogen, sebagian dari hormon ini disekresikan ke dalam darah untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Namun, sebagian dari estrogen ini terkumpul di cairan antrum yang kaya hormon.9

Oosit telah mencapai ukuran penuh saat antrum mulai terbentuk. Perubahan ke folikel antrum ini memicu suatu periode pertumbuhan folikel yang cepat.

Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada yang lain, berkembang menjadi folikel matang (praovulasi, tersier, atau Graaf) dalam waktu sekitar 14 hari setelah dimulainya pembentukan folikel. Pada folikel matang, antrum menempati sebagian besar ruang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida dan satu lapisan sel granulosa, tergeser asimetris ke salah satu sisi folikel, dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam antrum.9

Folikel matang yang telah sangat membesar ini menonjol dari permukaan ovarium, menciptakan suatu daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat ovulasi. Pecahnya folikel ditandai dengan pelepasan enzim-enzim dari sel folikel untuk mencerna jaringan ikat di dinding folikel. Karena itu dinding yang menonjol tersebut melemah sehingga semakin menonjol hingga ke tahap dimana dinding tersebut tidak lagi mampu menahan isi folikel yang semakin membesar.9

Tepat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiotik pertamanya. Ovum masih dikelilingi oleh zona pelusida dan sel-sel granulosa (korona radiata), tersapu keluar folikel yang pecah ke dalam rongga abdomen oleh cairan antrum yang bocor. Ovum yang dibebaskan ini cepat tertarik ke dalam tuba uterina.9


(21)

7

Folikel-folikel lain yang sedang berkembang namun gagal mencapai kematangan dan berovulasi kemudian mengalami degenerasi dan tidak pernah menjadi aktif kembali. Folikel yang pecah yang tertinggal di ovarium setelah mengeluarkan ovum segera mengalami perubahan. Sel-sel granulosa dan sel teka yang tertinggal di sisi folikel mula-mula kolaps ke dalam ruang antrum yang kosong dan telah terisi sebagian oleh darah. Sel-sel folikel lama ini akan mengalami transformasi struktural drastis untuk membentuk korpus luteum, suatu proses yang disebut luteinisasi. Sel-sel folikel yang berubah menjadi sel luteal ini membesar dan berubah menjadi jaringan yang sangat aktif menghasilkan hormon steroid.9

Korpus luteum mengalami vaskularisasi hebat seiring dengan masuknya pembuluh-pembuluh darah dari daerah teka ke daerah granulosa yang mengalami luteinisasi. Sekresi estrogen pada fase folikular diikuti oleh sekresi progesteron pada fase luteal penting untuk mempersiapkan uterus untuk implantasi ovum yang akan dibuahi.

Jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan tidak terjadi implantasi maka korpus luteum akan berdegenerasi dalam waktu sekitar 14 hari setelah pembentukannya. Sel-sel luteal berdegenerasi dan difagositosis, vaskularisasi berkurang, dan jaringan ikat segera masuk untuk mebentuk massa fibrosa yang dikenal sebagai korpus albikans. Fase luteal usai, dan satu siklus ovarium telah selesai. Suatu gelombang baru pembentukan folikel, yang dimulai ketika degenerasi korpus luteum selesai, menandai dimulainya fase folikular baru.9 2.1.2 Menarche

Menarche merupakan pembentukan atau permulaan fungsi menstruasi.10 Menarche terjadi pada rata-rata umur 13 tahun, sedangkan perimenarche 11-15 tahun.11 Umur saat menarche maju rata-rata 3-4 bulan tiap 10 tahun (berdasarkan penelitian yang diadakan pada tahun 1830-1990 di Norwegia, Perancis, Inggris, Islandia, Jepang, Amerika, dan Cina). Usia menarche yang lebih awal dapat menyebabkan meningkatkan resiko berbagai penyakit seperti obesitas, sindrom metabolik, penyakit kardiovaskular dan kanker payudara. Usia menarche yang lebih awal dapat menyebabkan penutupan lempeng epifisis yang lebih cepat, sehingga perempuan yang mengalami menarche lebih awal akan memiliki tinggi badan saat dewasa yang lebih pendek daripada perempuan yang lain.12 Sebuah penelitian menemukan bahwa beberapa alel untuk penambah tinggi badan juga berhubungan dengan usia saat menarche, tapi pada lokus yang berbeda alel ini berhubungan dengan menarche cepat atau lambat. Hubungan paradoks ini menunjukkan bahwa ada hubungan saling mempengaruhi antara pertumbuhan dengan waktu pubertas.13 Umur saat menarche terutama dipengaruhi


(22)

oleh faktor genetik juga faktor eksternal seperti cuaca, penyakit kronis, sinar matahari;sedangkan faktor diet yang tidak sehat, stres atau faktor psikologis turut berperan.7 2.1.2.1 Faktor-Faktor yang Berperan Terhadap Usia Menarche

Genetik

Usia menarche dipengaruhi oleh herediter tetapi penentu genetik spesifik yang berperan masih belum diketahui. Bukti adanya pengaruh genetik terhadap usia menarche adalah studi yang menunjukkan bahwa usia ibu saat menarche dapat digunakan untuk memprediksi usia anak saat menarche.13

Studi genome wide association (GWA) yang terbaru dilakukan untuk mengidentifikasi varian yang umum yang berhubungan dengan waktu terjadinya pubertas. Untuk usia saat menarche hanya satu polimorfisme nukleotida yang berarti dalam statistik, rs314276 di intron 2 dari LIN28B pada kromosom 6. Tiap alel berhubungan dengan usia menarche yang lebih awal sebanyak 0,12 tahun.13

Perbedaan Etnis/Ras

Beberapa studi terutama yang dilakukan di Amerika menunjukkan perbedaan etnik/ras dalam maturasi pubertas dan menarche. Remaja perempuan berkulit hitam berusia lebih muda jika dibandingkan dengan remaja perempuan berkulit putih pada tahap perkembangan payudara, rambut pubik, dan menarche yang sama.14

Remaja perempuan di Eropa Selatan mengalami menarche lebih cepat jika dibandingkan dengan remaja perempuan di Eropa Utara, yang menunjukkan perbedaan geografis yang menunjukkan faktor genetik, etnik, dan faktor lingkungan. Perbedaan geografis dapat berupa ketinggian, suhu, kelembaban dan cahaya.14

Lemak Tubuh, Nutrisi, dan Aktivitas Fisik

Selama ini banyak diperdebatkan bahwa dalam keadaan normal terdapat suatu berat badan kritis yang harus dicapai agar pubertas dapat terjadi. Saat ini diketahui bahwa leptin, yaitu hormon yang berperan dalam menimbulkan rasa kenyang dan dihasilkan oleh sel lemak mungkin merupakan faktor yang berperan dalam hubungan berat badan dan pubertas. Pada percobaan pada mencit betina yang mengalami kegemukan dan steril, retriksi diet tidak mengembalikan fertilitas, tetapi injeksi leptin dapat membuat mencit yang diteliti mengalami ovulasi dan hamil.15

Berhubungan dengan nutrisi, peningkatan asupan kalori berhubungan dengan menarche lebih awal. Kualitas makanan yang dikonsumsi juga mempengaruhi pubertas.


(23)

9

Berkey dkk menemukan bahwa rasio protein hewani dan protein nabati yang tinggi pada usia 3-5 tahun berhubungan dengan menarche lebih awal, setelah mengontrol IMT.15

Berbagai studi menunjukkan bahwa menarche biasanya terlambat pada atlet jika dibandingkan dengan populasi pada umumnya, yang menunjukkan bahwa aktivitas berat dapat memperlambat menarche.15

Lingkungan

Faktor sosial ekonomi seperti tempat tinggal di kota/pedesaan, pendapatan keluarga, tingkat pendidikan orangtua, juga dapat mempengaruhi perkembangan pubertas. Remaja perempuan dari status sosial ekonomi tinggi mengalami menarche lebih cepat jika dibandingkan dengan remaja yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah. Stres lain seperti penyakit akut/kronik dapat menekan aksis hipotalamus-hipofisis-gonad sehingga memperlambat onset pubertas.15

2.1.3 Remaja

Remaja adalah bila seorang anak mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.1 Pada pembahasan mengenai remaja seringkali digunakan istilah pubertas dan adolesen. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi. Sedangkan adolesen dinyatakan sebagai perubahan psikososial yang menyertai pubertas.

Pada masa remaja terjadi pacu tumbuh berat badan dan tinggi badan, terjadi pertumbuhan yang pesat dari alat-alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda seks sekunder. Ada beberapa ciri pertumbuhan somatik pada remaja1:

1. Perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas. Sistem regulasi di hipotalamus, pituitari, kelamin (gonad), dan kelenjar adrenal akan menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada masa prapubertas sampai dewasa. Keadaan ini mengakibatkan pertumbuhan yang cepat dari tinggi badan dan berat badan;perubahan komposisi tubuh dan jaringan;timbulnya tanda-tanda seks primer dan sekunder.

2. Perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan berakhirnya, kecepatan dan sifatnya, tergantung masing-masing individu.

3. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat terjadinya pubertas, tetapi setiap remaja mengikuti sekuen/urutan yang sama dalam pertumbuhan somatiknya.


(24)

4. Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatik dari aktivitas gonad dan dibagi dalam berbagai tahap yang berurutan, yang oleh Tanner disebut sebagai Sexual Maturity Rating (SMR) atau Tingkat Kematangan Seksual (TKS). 5. Pertumbuhan somatik pada remaja, megalami perubahan pada abad terakhir dalam

ukuran dan umur mulainya pada remaja, hal ini disebabkan adanya perbaikan gizi dan lingkungan.

2.1.4 Neuroendokrinologi Pubertas

Onset pubertas terjadi setelah reaktivasi sistem sekretorik Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus. Sekresi pulsatil GnRH dan sekresi gonadotropin dari hipotalamus dipicu oleh aktivasi generator GnRH yang terdiri atas neuron yang menyebar di nukleus arkuatus dari bagian medial basal hipotalamus. Sekresi GnRH pulsatil bergantung pada aksi dari neuron-neuron tersebut. Kontrol neuron-neuron tersebut dikontrol oleh input trans sinaptik, sinhibitor dan stimulator, dan input glia ke neuron. Beberapa neuropeptida dan neurotransmiter diketahui memiliki efek stimulator (cth. Glutamat,noradrenalin) atau inhibitorik (cth GABA,opiat endogen,NPY).15 Hal ini dapat terlihat dalam gambar dibawah:


(25)

11

2.1.5 Pertumbuhan Organ Reproduksi Remaja Perempuan

Pada keadaan prapubertas kadar steroid seks dalam sirkulasi tertekan oleh umpan balik negatif pada hipotalamus. Pubertas dimulai dengan pengurangan hambatan hipotalamus dalam responsnya terhadap faktor-faktor yang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Hipotalamus merangsang pelepasannya selama tidak bekerjanya pulsa gonadotropin dan hormon pertumbuhan dari hipofisis anterior. Rangkaian akibat perubahan somatik dan fisiologis meningkatkan kecepatan maturitas seksual (sexual maturity rate/SMR) atau stadium Tanner.1

Tanda pubertas pertama yang dilihat pada anak perempuan adalah perkembangan tunas-tunas payudara (telarche), yang diikuti dengan rambut pubis (pubarche), dan menarche.8,9

Tanner membuat klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual remaja dalam 5 stadium, yaitu dari TKS 1 sampai TKS 5. Pembagian ini berdasarkan pertumbuhan rambut pubis dan payudara pada remaja perempuan. Gambaran pertumbuhan remaja memperlihatkan hubungan yang erat dengan tingkat kematangan seksual. Dimana TKS 1 dan 2 merupakan masa remaja awal, TKS 3 dan 4 masa remaja menengah, dan TKS 5 adalah masa remaja lanjut dan maturitas seksual penuh.1 Tingkat Kematangan Seksual Pada Anak Perempuan Menurut Tanner dapat dilihat dalam tabel di bawah:

Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual Pada Anak Perempuan (menurut Tanner JM)1

Stadium TKS Rambut Pubis Payudara

1 Pra pubertas Pra pubertas

2 Jarang, berpigmen sedikit, lurus, sekitar labia

Payudara dan papila menonjol, diameter areola bertambah

3 Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah

Payudara dan areola membesar, batas tidak jelas

4 Keriting, kasar, lebat, lebih sedikit dari orang dewasa

Areola dan papila membentuk bukit kedua

5 Bentuk segitiga, melebar ke bagian medial paha

Bentuk dewasa, papila menonjol, areola merupakan bagian dari bentuk payudara


(26)

Faktor yang paling mempengaruhi waktu mulai terjadinya pubertas adalah genetik, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi usia onset pubertas dan perkembagan pubertas. Yaitu status nutrisi, lokasi geografis, kesehatan tubuh secara umum, pajanan terhadap matahari, dan keadaan psikologis.10

2.1.6 Antropometri Gizi

2.1.6.1 Definisi

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbagan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.16

2.1.6.2 Jenis Parameter

Antropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain:, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit.16

Tinggi Badan

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur tinggi badan, baik langsung maupun tidak langsung. Metode langsung dapat berupa statiometer, dan individu yang diperiksa harus berdiri tegak. Metode tidak langsung, termasuk dengan jengkal, panjang ketika berbaring(dengan pita pengukur), dan pengukuran panjang lutut dapat digunakan bagi individu yang tidak bisa berdiri maupun berdiri tegak seperti skoliosis, kifosis, cerebral palsy, distrofi muskular, ataupun paralisis.17

Berat Badan

Berat badan merupakan pengukuran yang mudah dilakukan namun sangat bermafaat. Pada anak pengukuran berat badan lebih sensitif jika dibandingkan dengan tinggi badan, dan menggambarkan asupan nutrisi yang terbaru. Berat badan juga memperlihatkan evaluasi kasar dari simpanan lemak keseluruhan.17


(27)

13 

Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi; (1) baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk dilakukan di Indonesia, (2) kesalahan pengukuran pada LLA relatif lebih besar jika dibandingkan dengan pengukuran tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA daripada tinggi badan, (3) Lingkar lengan atas sensitif pada golongan tertentu (prasekolah) tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama dewasa.16

Cara mengukur:

o Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri. Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan kemudian dibagi dua.

o Lengan dalam keadaan tergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian.

o Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.

Jaringan Lemak Subkutan

Penelitian komposisi tubuh, termasuk mengenai informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak subkutan, dapat dilakukan dengan berbagai macam metode:

1. Analisis kimia dan fisik (melalui analisis seluruh tubuh pada autopsi) 2. Ultrasonik

3. Radiological Anthropometry (dengan menggunakan jaringan yang lunak) 4. Physical anthropometry (menggunakan skin-fold calipers)

Dari metode tersebut di atas, hanya antropometri fisik yang sering digunakan di lapangan dan praktis untuk dilakukan. Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden Calipers.16

2.1.6.3 Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan


(28)

baku Harvard yang disesuaikan untuk Indonesia dan untuk lingkar lengan atas (LLA) digunakan baku Wolanski.16

Berdasarkan ukuran baku tersebut, penggolongan status gizi menurut indeks antropometri adalah seperti tercantum dalam tabel

Tabel 2.2 Penggolongan Keadaan Gizi menurut Indeks Antropometri1

Status gizi Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks

BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB

Gizi baik >80% >85% >90% >85% >85%

Gizi kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%

Gizi buruk ≤60% ≤70% ≤80% ≤70% ≤75%

2.1.6.3 Berat Badan Menurut Umur(BB/U)

Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.

Dalam keadaan normal, dimana kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).16

Kelebihan indeks BB/U:

1. Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum 2. Baik untuk mengukur status gizi akut maupun kronis 3. Sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil


(29)

15

Kelemahan indeks BB/U:

1. Dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites.

2. Di daerah yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir karena pencatatan yang masih belum baik.

3. Memerlukan data yang akurat, terutama untuk anak di bawah 5 tahun.

2.1.6.4 Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi gizi terhadap tinggi badan akan tampak pada waktu yang relatif lama. 16 Grafik status gizi berdasarkan BB/U dan TB/U dapat dilihat pada gambar:


(30)

Gambar 2.2 Grafik Status Gizi Berdasarkan BB/U dan TB/U18 2.1.6.5 Lingkar Lengan Atas Menurut Umur

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas sebagaimana berat badan merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi masa kini.

Perkembangan lingkar lengan atas yang besarnya hanya terlihat pada tahun pertama kehidupan (5,4 cm), sedangkan pada umur 2 tahun sampai 5 tahun sangat kecil yaitu kurang lebih 1,5 cm per tahun dan kurang sensitif untuk usia selanjutnya. Indeks lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2 sampai 5 tahun perubahannya tidak tampak secara nyata.16


(31)

17

2.1.6.6 Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh adalah rasio antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat, yaitu sebagai berikut:

Penggunaan IMT pada remaja untuk penilaian status gizi menggunakan grafik IMT/U untuk umur 2-20 tahun dan dibedakan berdasarkan jenis kelamin karena pertumbuhan keduanya berbeda. Grafik Status Gizi Berdasarkan IMT/U pada anak perempuan usia 2-20 tahun dapat dilihat pada gambar:

Gambar 2.3 Grafik Status Gizi Berdasarkan IMT/U18 Indeks Massa Tubuh/Umur pada Anak Perempuan 2-20 Tahun


(32)

Berdasarkan grafik status gizi tersebut, status gizi dapat diklasifikasikan seperti terkihat pada tabel:

Tabel 2.3 Status Gizi Berdasarkan Grafik IMT/U18

Persentil Status gizi

≥95 Obesitas

≥85-95 Overweight

≥5-85 Normal

≤5 Underweight

Gambar 2.4 Status Gizi Berdasarkan IMT/U (z-score)

Adapun kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak20 adalah dengan menggunakan kurva z-score berdasarkan IMT/U dari WHO dengan kategori sebagai berikut:


(33)

19

Tabel 2.4 Status Gizi Berdasarkan z-score Anak Perempuan Usia 5-18 Tahun20 Kategori Status Gizi Ambang Batas (z-score)

Sangat kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 1 SD

Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas >2 SD

2.2 Kerangka Konsep

Status gizi Umur saat

menarche 1.Tingkat sosial

ekonomi 2.olahraga 3.psikologis 1. Penyakit kronis

2.Genetik

Konsumsi fast food


(34)

2.3 Definisi Operasional

No. Variabel Pengukur Alat Ukur Cara

Pengukuran

Skala Pengukuran

1. Umur saat menarche

Peneliti Kuesioner Angket Ordinal21:

1.cepat: <12 tahun 2.normal:12-15 tahun 3.lambat: >15 tahun 2. Status gizi Peneliti Timbangan

BB, meteran TB, tabel BMI/U

Observasi Ordinal20:

Berdasarkan ambang batas(z-score)

1.Sangat kurus: < -3 SD 2.Kurus: -3 SD sampai dengan < -2 SD

3.Normal: -2 SD sampai dengan 1 SD

4.Gemuk: >1 SD sampai dengan 2 SD

5.Obesitas: >2 SD

3. Frekuensi Konsumsi Fast food

Peneliti Kuesioner Angket Ordinal:

1.Sering: 4-7 kali seminggu

2.jarang: <3 kali seminggu


(35)

21 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik kategorik tidak berpasangan dengan rancangan penelitian menggunakan desain studi potong lintang (cross-sectional).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di MTs N Tangerang II Pamulang 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada April tahun 2013-Juni tahun 2013 3.3 Populasi dan Besar Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi terjangkau adalah seluruh siswi kelas VII dan VIII MTs N Tangerang II Pamulang tahun ajaran 2012/2013 yang sudah mengalami menarche.

3.3.2 Sampel

Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

N = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Zα= kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα= 1,64 Zβ= kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, sehingga Zβ = 0,84 P= proporsi rata-rata (P1 + P2)/2=0,4


(36)

P1 = P2 + 0,2 =0,5

P2 (dari kepustakaan)21= c/(c+d)= 0,3

Q = 1-P= 0,6 Q1= 1-P1= 0,5

Q2= 1-P2= 0,7

P1 – P2 = selisih minimal proporsi yang dianggap bermakna. Peneliti menetapkan nilai

P1 – P2 sebesar 0,2

Dengan demikian didapatkan bahwa: P1= 0,3+0,2= 0,5

P= 0,5+0,3/2= 0,4 Q1= 1-0,5= 0,5

Q2= 1-0,3= 0,7

Q= 1-0,4= 0,6

Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus besar sampel maka

Dari hasil perhitungan di atas didapatkan bahwa jumlah sampel minimal adalah orang 73 orang. Menurut Nursalam22 (2010), semakin banyak jumlah sampel maka hasil penelitian akan lebih representatif sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 121 orang.

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling. Data siswi kelas VII dan VIII yang sudah mengalami menarche diambil dari UKS dan 121 orang sampel ditentukan secara acak


(37)

23

3.3.4 Kriteria Sampel

3.3.4.1 Kriteria Inklusi

 Siswi MTs N Tangerang II Pamulang yang bersedia untuk menjadi responden.  Siswi MTs N Tangerang II Pamulang yang telah mengalami menarche.

3.3.4.2 Kriteria Eksklusi

 Siswi MTs N Tangerang II Pamulang yang hanya mendapat 1 kali menstruasi.  Siswi MTs N Tangerang II Pamulang yang menderita penyakit kronis.

 Siswi MTs N Tangerang II Pamulang dengan ibu yang mengalami menarche cepat atau menarche terlambat.

3.4 Cara Kerja Penelitian

Menetapkan siswi MTS N Tangerang II Pamulang yang akan menjadi

sampel

Informed consent

Ya

Pengumpulan dan pengolahan data dengan menggunakan SPSS

Tidak

Pengisian kuesioner dan Pengambilan data BMI

Analisis hubungan status gizi dengan umur saat menarche


(38)

3.5 Managemen Data

3.5.1 Pengumpulan Data

 Data primer

Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan pada siswi MTs N Tangerang II Pamulang yang telah ditetapkan sebagai sampel.

 Alat pengumpulan data

Alat yang digunakan adalah kuesioner, timbangan berat badan, meteran tinggi badan, dan tabel BMI/U.

3.5.2 Pengolahan Data

Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap yang diawali dengan menyunting data (data editing), yaitu dengan memeriksa hasil kuesioner yang telah dikumpulkan oleh responden. Selanjutnya dilakukan pengkodean data (data coding), yaitu pemberian kode ke tiap variabel yang telah dikumpulkan dan tahap selanjutnya adalah memasukkan data (data entry), yaitu dengan memasukkan data yang telah diberikan kode ke dalam program SPSS pada komputer. Setelah proses entry selesai, tahap selanjutnya adalah membersihkan data (data cleaning), yaitu pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada data yang salah agar data siap diolah dan dianalisis.

3.5.3 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

3.5.3.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan usia saat menarche, klasifikasi usia saat menarche, IMT, status gizi, dan frekuensi menkonsumsi fast food. Data pada kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.5.3.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji chi square. Pada penelitian ini uji chi square digunakan untuk menganalisis hubungan variabel independen (status gizi) dengan


(39)

25

variabel dependen (umur saat menarche). Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Jika nilai p≤0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan umur saat menarche. Sedangkan jika nilai p≥0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji.

3.5.3.3 Rencana Penyajian Data


(40)

26

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

MTs N Tangerang II Pamulang berdiri pada tahun 1981.MTS N Tangerang II Pamulang terletak di Jl. Pajajaran No. 31 Kecamatan Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dengan luas tanah 6.852 m2 dan luas bangunan 3.864 m2. Di sebelah timur, MTs N Tangerang II bersebelahan langsung dengan SDN Pamulang 1,2, dan 3. Pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah siswa di MTs N Tangerang II Pamulang adalah 1007 orang dengan jumlah guru 66 orang dan karyawan 20 orang.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1 Gambaran Usia Responden

Usia responden diukur dengan menggunakan kuesioner pada responden. Adapun gambaran usia responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Usia Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013 Variabel Rerata Median Modus Simpang

baku

Min. Max.

Usia responden

13,02 13 13 0,570 12 15

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata usia pada responden adalah 13,02 dengan simpang baku 0,570. Usia termuda responden adalah 12 tahun dan usia tertua reponden adalah 15 tahun.

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov didapatkan bahwa p=0,000. Karena nilai p<0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi usia tidak normal, sehingga median dan minimum-maksimum digunakan sebagai pasangan ukuran pemusatan data.


(41)

27

4.2.1.2 Gambaran Berat Badan Responden

Gambaran berat badan responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Berat Badan Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013 Variabel Rerata Median Modus Simpang

baku

Min. Max.

BB responden

46,79 45 37 10,623 25 79

Dari tabel di atas didapatkan bahwa rerata berat badan responden adalah 46,79 dengan simpang baku 10,623. Berat badan terendah pada responden adalah 25 kg dan berat badan tertinggi adalah 79 kg.

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov didapatkan bahwa p=0,000. Karena nilai p<0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi berat badan tidak normal, sehingga median dan minimum-maksimum digunakan sebagai pasangan ukuran pemusatan data.

BB/U memperlihatkan BB anak yang relatif terhadap usia pada masa sekarang. Indikator ini digunakan untuk menilai apakah seorang anak memiliki status gizi buruk maupun kurang, dan tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan seorang anak sebagai gemuk atau obesitas.

Tabel 4.3 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013

No. Status Gizi Jumlah Persentase

1. Gizi baik 103 85,1

2. Gizi kurang 18 14,9

3. Gizi buruk 0 0

Dari tabel 4.3 didapatkan bahwa sebanyak 103 orang (85,1%) responden memiliki status gizi baik, 18 orang (14,9 %) memiliki status gizi kurang dan tidak ada responden dengan status gizi buruk.


(42)

4.2.1.3 Gambaran Tinggi Badan Responden

Gambaran tinggi badan pada siswi MTs N Tangerang II Pamulang adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Distribusi Tinggi Badan Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013

Variabel Rerata Median Modus Simpang baku

Min. Max.

TB responden

152,54 153 153 5,282 135 165

Dari tabel 4.4 didapatkan bahwa rerata tinggi badan pada responden adalah 152,54 cm dengan simpang baku 5,282. Nilai median tinggi badan responden adalah 153 cm dan nilai modus yang berarti tinggi badan terbanyak pada responden adalah 153 cm. Tinggi badan terendah adalah 135 cm dan yang tertinggi adalah 165 cm.

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov didapatkan p 0,015. Karena nilai p<0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi tinggi badan tidak normal, sehingga median dan minimum-maksimum digunakan sebagai pasangan ukuran pemusatan data.

TB/U menunjukkan pertumbuhan pada tinggi yang dicapai oleh anak pada usia tertentu. Indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui anak yang mengalami stunted (pendek) akibat keadaan gizi buruk berkepanjangan maupun penyakit yang berulang. Anak yang tinggi untuk usianya juga dapat diidentifikasi, tetapi badan yang tinggi jarang menjadi masalah kecuali berlebihan dan dapat menunjukkan gangguan endokrin.

Tabel 4.5 Distribusi Klasifikasi Tinggi Badan Siswi di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013

No. Klasifikasi TB Jumlah Persentase

1. Sangat tinggi 0 0

2. Normal 117 96,7

3. Pendek 4 3,3


(43)

29

Dari tabel 4.5 didapatkan bahwa kebanyakan responden, yaitu sebanyak 117 orang (96,7%) memiliki tinggi badan yang normal dan sebanyak 4 orang (3,3%) pendek.

4.2.1.4 Gambaran Indeks Massa Tubuh Responden

Indeks massa tubuh responden didapatkan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan responden, lalu dihitung dengan menggunakan rumus berat badan dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Adapun gambaran IMT responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Indeks Massa Tubuh Remaja Putri di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013

Variabel Rerata Median Modus Simpang baku

Min. Max.

IMT responden

20,05 19 18 4,232 13 32

Berdasarkan hasil pengumpulan data, didapatkan bahwa rata-rata indeks massa tubuh responden adalah 20,05 dengan simpang baku 4,232. IMT terendah pada responden adalah 13, sedangkan IMT tertinggi adalah 32.

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov didapatkan p 0,000. Karena nilai p<0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi indeks massa tubuh tidak normal, sehingga median dan minimum-maksimum digunakan sebagai pasangan ukuran pemusatan data.

4.2.1.5 Gambaran Status Gizi Responden Berdasarkan IMT

Status gizi responden didapatkan dengan cara mengukur tinggi badan dan berat badan responden dan menentukan IMT. Kemudian hasil IMT responden dimasukkan ke dalam grafik z-score berdasarkan IMT/U dari World Health Organization (WHO). Adapun gambaran status gizi responden adalah sebagai berikut:


(44)

Tabel 4.7 Distribusi Status Gizi Remaja Putri di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013

No. Status Gizi Jumlah Persentase

1. Obesitas 14 11,6

2. Gemuk 13 10,7

3. Normal 92 76

4. Kurus 2 1,7

Dari tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 92 orang (76%) memiliki status gizi normal. Sebanyak 13 orang (10,7%) responden gemuk, 14 orang (11,6%) obesitas, dan 2 orang (1,7%) kurus.

4.2.1.6 Gambaran Usia Menarche Responden

Gambaran usia menarche responden adalah berdasarkan usia saat responden mengalami menstruasi untuk pertama kalinya. Adapun gambaran usia menarche responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Usia Menarche Remaja Putri di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013

Variabel Rerata Median Modus Simpang baku

Min Max

Usia menarche responden

11,68 12 12 0,710 9 13

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa usia rata-rata responden mengalami menarche adalah 11,68 tahun dengan simpang baku 0,710. Usia menarche termuda responden adalah 9 tahun, sedangkan usia menarche tertua responden adalah 13 tahun.

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov didapatkan p 0,000. Karena nilai p<0,05 maka dapat diambil


(45)

31

kesimpulan bahwa distribusi tinggi badan tidak normal, sehingga median dan minimum-maksimum digunakan sebagai pasangan ukuran pemusatan data.

Tabel 4.9 Distribusi Pengelompokan Usia Menarche Remaja Putri di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013

No. Usia menarche Jumlah Persentase

1. Cepat (<12 tahun) 38 31,4

2. Normal (12-15 tahun) 83 68,6

3. Lambat (>15 tahun) 0 0

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 83 orang (68,6%) memiliki usia menarche yang normal. Menarche yang cepat ditemukan pada 38 orang responden (31,4%).

4.2.1.7 Distribusi Frekuensi Responden Mengkonsumsi Fast food

Data frekuensi konsumsi fast food responden adalah berdasarkan konsumsi perminggu dengan kategori sering apabila dalam seminggu responden mengkonsumsi fast food 4-7 kali, dan jarang apabila dalam konsumsi fast food dalam seminggu <3 kali. Adapun gambaran frekuensi responden mengkonsumsi fast food dalam seminggu adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Mengkonsumsi Fast food Pada Remaja Putri di MTs N Tangerang II Pamulang Tahun 2013

No. Frekuensi Konsumsi Fast food Jumlah Persentase

1 Sering (4-7 kali seminggu) 26 21,5

2 Jarang (<3 kali seminggu) 95 78,5

Dari tabel 4.10 didapatkan bahwa responden dengan frekuensi mengkonsumsi fast food sering adalah sebanyak 26 orang (21,5%) dan yang jarang sebanyak 95 orang (78,5%).


(46)

4.2.2 Analisis Bivariat

Berdasarkan grafik pertumbuhan z-score menurut IMT/U dari WHO, terdapat lima kategori status gizi yaitu obesitas, gemuk, normal, kurus, dan sangat kurus. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada responden tidak ditemukan status gizi sangat kurus sehingga ada empat kategori status gizi pada responden. Namun setelah dilakukan pengujian, hasilnya tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-square. Oleh karena itu peneliti melakukan penggabungan sel sehingga didapatkan dua kategori.27 Peneliti menggabungkan kategori obesitas dan gemuk menjadi satu kategori. Kategori normal dan kurus juga digabung menjadi satu kategori. Pada penelitian tidak ditemukan adanya responden yang sangat kurus. Setelah dilakukan penggabungan sel, maka hasilnya diuji dengan menggunakan Chi-square dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hubungan Status Gizi Berdasarkan IMT Dengan Usia Menarche

No. Status Gizi Usia Menarche Responden p-value

Cepat Normal

N % N %

0,033 1. Obesitas & Gemuk 13 10,7 14 11,6

2. Normal & Kurus 25 20,7 69 57

Hasil penelitian pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki usia menarche cepat dengan obesitas atau gemuk adalah 13 orang (10,7%) dan jumlah responden yang memiliki usia menarche cepat dengan status gizi normal atau kurus adalah 25 orang (20,7%). Jumlah responden yang memiliki usia menarche normal dengan obesitas dan gemuk adalah 14 orang (11,6%) dan jumlah responden yang memiliki usia menarche normal dengan status gizi normal dan kurus adalah 69 orang (57%),

Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan nilai p 0,033(p<0,05) yang berarti secara statistik terdapat hubungan antara status gizi dan menarche.

Selain dengan IMT, status gizi juga dapat ditentukan dengan berat badan. Terdapat 3 kategori status gizi berdasarkan berat badan, yaitu gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk. Pada penelitian ini tidak didapatkan adanya responden dengan status gizi buruk. Setelah diuji dengan uji statistik Chi-square maka didapatkan hasil sebagai berikut:


(47)

33

Tabel 4.12 Hubungan Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Dengan Usia Menarche

No. Status Gizi Usia Menarche Responden p-value

Cepat Normal

N % N %

0,010

1. Gizi baik 37 30,6 66 54,5

2. Gizi kurang 1 0,8 17 14

Dari tabel 4.12 diketahui bahwa jumlah responden dengan gizi baik yang mengalami menarche cepat adalah 37 orang (30,6%) dan menarche normal sebanyak 66 orang (54,5%) sedangkan responden dengan gizi kurang yang mengalami menarche cepat adalah 1 orang (0,8%) dan menarche normal sebanyak 17 orang(14%).

4.3 Pembahasan

4.3.1 Status Gizi Responden

Pada status gizi berdasarkan BB didapatkan bahwa sebanyak 103 orang (85,1%) responden memiliki status gizi baik, 18 orang (14,9 %) memiliki status gizi kurang dan tidak ada responden dengan status gizi buruk.

Pada status gizi berdasarkan IMT didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 92 orang (76%) memiliki status gizi normal. Sebanyak 13 orang (10,7%) responden gemuk, 14 orang (11,6%) obesitas, dan 2 orang (1,7%) dengan status gizi kurus.

Remaja putri secara umum mengalami peningkatan berat badan dan tinggi badan yang besar setahun sebelum mengalami menarche dan kecepatannya akan menurun secara dramatis setelah menarche.23

Obesitas adalah gangguan nutrisi yang prevalensinya meningkat di seluruh dunia dan meningkat seiring bertambahnya usia. Remaja dihadapkan pada berbagai gangguan nutrisi, salah satu yang terpenting adalah obesitas. Obesitas dapat bermula pada masa kanak-kanak dan 80% anak yang mengalami obesitas akan mengalami obesita di masa dewasanya. anak dengan obesitas mempunyai resiko untuk mengalami arteriosklerosis, DM Tipe 2, peningkatan tekanan darah, stroke, osteoartritis, dan beberapa jenis kanker. Fatality rate pada wanita dengan obesitas meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan wanita normal.24


(48)

4.3.2 Usia Menarche Responden

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia rata-rata responden mengalami menarche adalah 11,68 tahun dengan simpang baku 0,710. Usia menarche termuda responden adalah 9 tahun, sedangkan usia menarche tertua responden adalah 13 tahun. Sedangkan berdasarkan pengelompokan usia menarche diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 83 orang (68,6%) memiliki usia menarche yang normal dan 38 orang (31,4%) mengalami menarche yang cepat.

Usia rerata responden mengalami menarche kurang lebih sama dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Asmika dkk25 yang menunjukkan rerata usia menarche adalah 11,23 tahun. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ida26 menunjukkan rerata usia menarche 11,8 tahun.

Dari usia menarche responden didapatkan adanya percepatan usia menarche. Berdasarkan penelitian yang diadakan pada tahun 1830-1990 di Norwegia, Perancis, Inggris, Islandia, Jepang, Amerika, dan Cina, usia menarche maju 3-4 bulan setiap 10 tahun.5 Usia menarche dini dapat menyebabkan dampak stres emosional pada remaja putri. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa usia menarche dini dapat menyebabkan peningkatan resiko terkena kanker payudara, obesitas abdominal, diabetes melitus tipe 2, resiko penyakit kadiovaskular dan hipertensi.16,25,26,27

4.3.3 Frekuensi Konsumsi Fast Food

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa responden dengan frekuensi mengkonsumsi fast food sering adalah sebanyak 26 orang (21,5%) dan yang jarang sebanyak 95 orang (78,5%).

Bukti menunjukkan bahwa fast food adalah salah satu penyebab utama obesitas, dengan jumlah yang meningkat dalam 30 tahun terakhir. Analisis nutrisi menunjukkan bahwa fast food kaya akan lemak, lemak jenuh, kalori, fruktosa, dan indeks glikemik, tetapi rendah serat, vitamin A, vitamin C, dan kalsium. Fast food juga sering dipasangkan dengan soft drink yang berkontribusi terhadap asupan kalori yang berlebih. Sebagai contoh, anak yang memakan fast food mengkonsumsi total energi yang lebih besar (187 kkal) dibandingkan dengan mereka yang tidak. Banyak studi cross-sectional yang mendapat hubungan antara fast food dengan obesitas dan resistensi insulin. Pada sebuah studi tentang kebiasaan makan fast food, ditemukan bahwa peningkatan asupan fast food berhubungan dengan peningkatan IMT


(49)

35

dan resistensi insulin, bahkan setelah pengontrolan faktor demografik dan komposisi makronutrien. 31

4.3.4 Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche

Hasil penelitian dengan menggunakan status gizi berdasarkan IMT menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki usia menarche cepat dengan obesitas atau gemuk adalah 13 orang (10,7%) dan jumlah responden yang memiliki usia menarche cepat dengan status gizi normal atau kurus adalah 25 orang (20,7%). Jumlah responden yang memiliki usia menarche normal dengan obesitas dan gemuk adalah 14 orang (11,6%) dan jumlah responden yang memiliki usia menarche normal dengan status gizi normal dan kurus adalah 69 orang (57%).

Setelah status gizi berdasarkan IMT dan usia menarche responden diuji dengan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p 0,033(p<0,05) yang berarti secara statistik terdapat hubungan antara status gizi dan menarche.

Hasil penelitian dengan menggunakan status gizi berdasarkan BB menunjukkan bahwa jumlah responden dengan gizi baik yang mengalami menarche cepat adalah 37 orang (30,6%) dan menarche normal sebanyak 66 orang (54,5%) sedangkan responden dengan gizi kurang yang mengalami menarche cepat adalah 1 orang (0,8%) dan menarche normal sebanyak 17 orang(14%).

Setelah status gizi berdasarkan BB dan usia menarche responden diuji dengan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p 0,010(p<0,05) yang berarti secara statistik terdapat hubungan antara status gizi dan menarche.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lilik32 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan usia menarche. Status gizi dapat mempengaruhi usia menarche karena penumpukan lemak dalam jaringan adiposa akan menyebabkan peningkatan leptin. Leptin akan memicu pengeluaran GnRh yang mempengaruhi FSH dan LH dalam merangsang pematangan folikel dan pembentukan estrogen.7


(50)

4.4Keterbatasan Penelitian

Desain penelitian berupa cross-sectional, sehingga pada penelitian ini peneliti hanya memperhitungkan BB dan TB sekarang dan tidak memantau BB dan TB sebelum dan saat responden mengalami menarche. Hal ini dapat mempengaruhi penelitian karena ada kemungkinan bahwa status gizi sekarang sudah berubah jika dibandingkan dengan status gizi saat menarche.


(51)

37 BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

1.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

a. Rata-rata usia menarche pada remaja putri di MTSN Tangeran II Pamulang pada Tahun 2013 adalah 11,68 ±0,710 tahun dengan usia termuda menarche adalah 9 tahun dan usia tertua menarche adalah 13 tahun.

b. Status gizi pada remaja putri di MTs N Tangerang II Pamulang adalah sebanyak 92 orang (76%) memiliki status gizi normal, 13 orang (10,7%) responden gemuk, 14 orang (11,6%) obesitas, dan 2 orang (1,7%) dengan status gizi kurus.

c. Berdasarkan pengelompokan usia menarche, sebanyak 83 orang (68,6%) memiliki usia menarche yang normal dan 38 orang (31,4%) memiliki menarche yang cepat.

d. Berdasarkan uji statistik chi-square terdapat hubungan antara status gizi dengan usai menarche dengan nilai p=0,033(p<0,05).

1.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan:

a. Pihak sekolah sebaiknya memberi edukasi tentang pentingnya menjaga pola makan dan masalah seputar reproduksi, terutama menarche cepat.

b. Untuk instansi kesehatan sebaiknya program kesehatan reproduksi remaja juga diarahkan pada remaja yang lebih muda mengenai menstruasi dan kesehatan reproduksi.


(52)

38

1. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:CV Sagung Seto.2010.

2. Molina, Patricia E. Endocrine Physiology. 2nd Ed. McGraw Hill.2007

3. Delavar MA, KO Hajian-Tilaki. Age at Menarche in Girls Born From 1985 to 1989 in Mazandaran, Islamic Republic of Iran. Eastern Mediteranian Health Journal,vol 14, no 1, 2008

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.2010.

5. Anwar, Mochammad, Baziad, Ali, Prabowo, Prajitno, editors. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011.

6. Al Awadhi, Nora et al. Age at Menarche and Its Relationship to Body Mass Index Among Adolescent Girls In Kuwait. BMC Public Health. 2013.

7. Akbar Pejhan, Hamideh Yazdi, Ladan Najjr. The Relationship Between Menarche Age and Anhtropometric Indexes of Girls in Sabzevar, Iran. Worls Appl Sci J. Diunduh pada Minggu, 21 Juli 2013] pada website http://www.idosi.org/wasj/wasj14(11)11/20.pdf

8. Behrman, Kliegman, dan Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. ed-15. Jakarta: EGC 9. Sherwood, Lauralee.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta:EGC;2012 10. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.2008

11. Berek, Jonathan S. Berek & Novak's Gynecology. 14th Ed. Lippincott William & Wilkins.2007

12. Oh, Cang-Mo, In-Hwan Oh, Kyung-Shik Choi, Bong-Keun Choe, Tai-Yong Yoon, Joong-Myung Choi. Relationship Between Body Mass Index and Early Menarche of Adolescent Girls in Seoul. J Prev Med Public Health.2012.[diunduh pada Rabu, 6 Maret 2013]. Pada website http://dx.doi.org/10.3961/jpmph.2012.45.4.227

13. Elks, Cathy E. et al. Thirty New Loci For Age at Menarche Identified by Meta-Analysis of Genome-Wide Association Studies. National Institute of Health.2010. [diunduh pada Rabu, 06 Maret 2013]. Pada website http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3140055/pdf/nihms306020.pdf

14. Speroff L, Fritz MA. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. 7th Ed. Lippincott William & Wilkins.2005


(53)

39

15. Karapanou, Olga and Anastasios Papadimitriou. Determinant of Menarche. Reproductive Biology and Endocrinology.2010. [diunduh pada Rabu, 06 Maret 2013]. pada website:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2958977/pdf/1477-7827-8-115.pdf 16. Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.2002

17. Mahan, L Kathleen. Krause’s Food & Nutrition Therapy. Canada: Elsevier.2008 18. http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/childrens_bmi/about_childrens_bmi

.html

19. Kaplowitz, Paul B. Link Between Body Fat and The Timing of Puberty. Pediatrics Official Journal of the Academy of Pediatrics.2008.[diunduh pada Sabtu, 09 Maret 2013] pada website:

http://www.pediatricsdigest.mobi/content/121/Supplement_3/S208.full.pdf1477-7827-8-115

20. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.2010.[diunduh pada Minggu, 25 Agustus 2013]. Pada website http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/02/BUKU-ANTROPOMETRI.pdf

21. Derina, Karis Amalia. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri di SMPN 155 Jakarta Tahun 2011.[skripsi]. Universitas UIN Syarif Hidayatullah:2011.

22. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.2010.

23. Brownlau. Underweight, short stature, and in adolescents and young women in LAC.2011. [diunduh pada Rabu, 1 Januari 2013]. Pada website www.paho.org

24. Berenjy, Shila and Parichehr Hanachi. Relation of Obesity and Menarche Age Among Adolescent Studies. Journal of Family and Reproductive Health. [diunduh pada Jumat, 19 April 2013]. Pada website http://kournals.tums.ac.ir

25. Asmika, Amalia Ruhana, Anggita Brilian. Hubungan Aktivitas Fisik dan Persentase Lemak Tubuh dengan Usia Menarche pada Siswi SMPN 3 Candi Sidoarjo. [skripsi].FKUB

26. Rahmawati, Ida Ayu. Hubungan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar pinggul dengan Usia Menstruasi Pertama (Menarche) pada Remaja Putri (Studi di SMP Negeri 8 Semarang).[skripsi]. Universitas Diponegoro:2010


(54)

27. Madina KD, Anette EB, Anntje S, Anja K. Birth and Early Life Influences on the Timing of Puberty Onset. The American Journal of Clinical Nutrition.2009.[diunduh pada Jumat, 02 Agustus 2013]. Available from Am J Clin Nutr.

28. Cheng G, Steffi G, Lars L, Sibylle K, Anke LB, Gunther. Diet Quality in Childhood is Prospectively Associated with The Timing of Puberty but Not With Body Composition at Puberty Onset. The Journal of Nutrition.2009. [diunduh pada Rabu, 09 Januari 2013]. Available from:jn nutrition

29. M.B Pierce, D Kuh, R Hardy. The Role of BMI Across the Life Course in The Relationship Between Age at Menarche and Diabetes in British Birth Cohort.2011 30. Dahlan, Muhammad Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika;2009.

31. Isganaitis, Elvira and Robert H Lustig. Fast Food, Central Nervous System Insulin Resistance, and Obesity. Journal of The American Heart Association.2005. [diunduh

pada Sabtu,31 Agustus 2013] pada website

http://atvb.ahajournals.org/content/25/12/2451.full.pdf

32. Hidayanti, Lilik. Studi Komparasi Status Menarche Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Siswi SMP. Journal.unsil.ac.id.[diunduh pada Jumat, 02 Agustus 2013] pada website

http://journal.unsil.ac.id/jurnal/dosen/smy004/smy004jurnal_menarkhe(sdh%20di%2 0publish).pdf


(55)

41

LAMPIRAN 1 Uji Statistik 1. Usia Responden

Statistics

umur responden

N Valid 121

Missing 0

Mean 13.02

Median 13.00

Mode 13

Std. Deviation .570

Skewness .280

Std. Error of Skewness .220

Kurtosis 1.107

Std. Error of Kurtosis .437

Minimum 12

Maximum 15

Sum 1576

umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 12 17 14.0 14.0 14.0

13 85 70.2 70.2 84.3

14 18 14.9 14.9 99.2

15 1 .8 .8 100.0


(56)

LAMPIRAN 1 Uji Statistik (lanjutan)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

umur responden .360 121 .000 .736 121 .000

a. Lilliefors Significance Correction

2. Berat Badan Responden Statistics

berat badan reponden

N Valid 121

Missing 0

Mean 46.79

Median 45.00

Mode 37

Std. Deviation 10.623

Skewness .691

Std. Error of Skewness .220

Kurtosis .204

Std. Error of Kurtosis .437

Minimum 25

Maximum 79


(57)

43

LAMPIRAN 1 Uji Statistik (lanjutan)

berat badan reponden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

25 1 .8 .8 .8

28 1 .8 .8 1.7

29 1 .8 .8 2.5

30 1 .8 .8 3.3

32 1 .8 .8 4.1

33 2 1.7 1.7 5.8

34 2 1.7 1.7 7.4

35 8 6.6 6.6 14.0

37 10 8.3 8.3 22.3

38 2 1.7 1.7 24.0

39 3 2.5 2.5 26.4

40 3 2.5 2.5 28.9

41 7 5.8 5.8 34.7

42 3 2.5 2.5 37.2

43 5 4.1 4.1 41.3

44 7 5.8 5.8 47.1

45 4 3.3 3.3 50.4

46 6 5.0 5.0 55.4

47 4 3.3 3.3 58.7

48 6 5.0 5.0 63.6

49 6 5.0 5.0 68.6

50 4 3.3 3.3 71.9

51 3 2.5 2.5 74.4

52 1 .8 .8 75.2


(58)

55 5 4.1 4.1 81.8

57 2 1.7 1.7 83.5

58 1 .8 .8 84.3

59 2 1.7 1.7 86.0

61 2 1.7 1.7 87.6

62 2 1.7 1.7 89.3

63 2 1.7 1.7 90.9

64 2 1.7 1.7 92.6

65 1 .8 .8 93.4

67 4 3.3 3.3 96.7

70 1 .8 .8 97.5

73 1 .8 .8 98.3

74 1 .8 .8 99.2

79 1 .8 .8 100.0

Total


(59)

45

LAMPIRAN 1 Uji Statistik (lanjutan) Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Berat badan

responden .360 121 .000 .736 121 .000

a. Lilliefors Significance Correction

3. Tinggi badan responden Statistics

tinggi badan responden

N Valid 121

Missing 0

Mean 152.54

Median 153.00

Mode 153

Std. Deviation 5.282

Skewness -.579

Std. Error of Skewness .220

Kurtosis 1.045

Std. Error of Kurtosis .437

Minimum 135

Maximum 165


(60)

LAMPIRAN 1 Uji Statistik (lanjutan) tinggi badan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 135 1 .8 .8 .8

136 1 .8 .8 1.7

140 1 .8 .8 2.5

142 2 1.7 1.7 4.1

143 3 2.5 2.5 6.6

144 2 1.7 1.7 8.3

145 2 1.7 1.7 9.9

146 3 2.5 2.5 12.4

147 2 1.7 1.7 14.0

148 3 2.5 2.5 16.5

149 7 5.8 5.8 22.3

150 10 8.3 8.3 30.6

151 9 7.4 7.4 38.0

152 9 7.4 7.4 45.5

153 12 9.9 9.9 55.4

154 11 9.1 9.1 64.5

155 9 7.4 7.4 71.9

156 9 7.4 7.4 79.3

157 7 5.8 5.8 85.1

158 7 5.8 5.8 90.9

159 1 .8 .8 91.7

160 4 3.3 3.3 95.0

161 1 .8 .8 95.9

162 3 2.5 2.5 98.3

164 1 .8 .8 99.2

165 1 .8 .8 100.0


(61)

47

LAMPIRAN 1 Uji Statistik (lanjutan) Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tinggi badan responden .092 121 .013 .973 121 .016

a. Lilliefors Significance Correction

4. Status gizi berdasarkan BB Statistics

bb_1

N Valid 121

Missing 0

bb_1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 103 85.1 85.1 85.1

kurang 18 14.9 14.9 100.0


(62)

LAMPIRAN 1 Uji Statistik (lanjutan) 5. Klasifikasi TB responden

Statistics

tb_1

N Valid 121

Missing 0

tb_1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal 117 96.7 96.7 96.7

pendek 4 3.3 3.3 100.0

Total 121 100.0 100.0

6. Usia Menarche Responden Statistics

usia saat menarche

N Valid 121

Missing 0

Mean 11.68

Median 12.00

Mode 12

Std. Deviation .710

Variance .504

Skewness -1.150

Std. Error of Skewness .220

Kurtosis 2.571

Std. Error of Kurtosis .437

Minimum 9


(63)

49

LAMPIRAN 1 Uji Statistik (lanjutan)

usia saat menarche

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9 2 1.7 1.7 1.7

10 4 3.3 3.3 5.0

11 32 26.4 26.4 31.4

12 76 62.8 62.8 94.2

13 7 5.8 5.8 100.0


(1)

Uji Statistik (lanjutan)

status_2 * menarche_1 Crosstabulation menarche_1

Total cepat normal

status_2 obesitas+gemuk Count 13 14 27

Expected Count 8.5 18.5 27.0

% of Total 10.7% 11.6% 22.3%

normal+kurus Count 25 69 94

Expected Count 29.5 64.5 94.0

% of Total 20.7% 57.0% 77.7%

Total Count 38 83 121

Expected Count 38.0 83.0 121.0

% of Total 31.4% 68.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.523a 1 .033

Continuity Correctionb 3.578 1 .059

Likelihood Ratio 4.315 1 .038

Fisher's Exact Test .058 .031

Linear-by-Linear Association 4.485 1 .034

N of Valid Casesb 121

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,48.

b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(2)

Uji Statistik (lanjutan)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.559a 1 .010

Continuity Correctionb 5.225 1 .022

Likelihood Ratio 8.361 1 .004

Fisher's Exact Test .012 .007

Linear-by-Linear Association 6.505 1 .011

N of Valid Casesb 121

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,65.

b. Computed only for a 2x2 table

bb_1 * menarche_1 Crosstabulation menarche_1

Total cepat normal

bb_1 baik Count 37 66 103

Expected Count 32.3 70.7 103.0

% within bb_1 35.9% 64.1% 100.0%

% within menarche_1 97.4% 79.5% 85.1%

% of Total 30.6% 54.5% 85.1%

kurang Count 1 17 18

Expected Count 5.7 12.3 18.0

% within bb_1 5.6% 94.4% 100.0%

% within menarche_1 2.6% 20.5% 14.9%

% of Total .8% 14.0% 14.9%

Total Count 38 83 121

Expected Count 38.0 83.0 121.0

% within bb_1 31.4% 68.6% 100.0%

% within menarche_1 100.0% 100.0% 100.0%


(3)

Kuesioner Penelitian

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya Septia Wahyuni mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah ingin meneliti tentang “Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Remaja Putri di MTs Negeri Pamulang”. Untuk itu, Saya memohon

kesediaan Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian Saya.

Pengumpulan data yang saya lakukan ini murni untuk tujuan pendidikan dalam menyelesaikan pendidikan S1 Program Studi Pendidikan Dokter di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun data yang terkumpul dari penelitian ini tidak akan disalahgunakan dan akan tetap dijaga kerahasiaannya. Maka dari itu, saya memohon kesediaan saudari untuk mengisi angket yang saya berikan.

Demikian informasi yang saya sampaikan, apabila saudari bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah tersedia. Atas perhatian dan kesediaan saudari saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ciputat, 23 Mei 2013

Peneliti


(4)

Kuesioner Penelitian (lanjutan)

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

(INFORMED CONCENT)

Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dari penelitian ini, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian mengenai

“Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Remaja Putri di MTs Negeri Pamulang”

dengan catatan bahwa bila saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak mengundurkan diri dari penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Pamulang , Mei 2013

Responden


(5)

Kuesioner Penelitian (lanjutan)

KUESIONER PENELITIAN “HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI MTS NEGERI TANGERANG II

PAMULANG”

Nomor Formulir:

Identitas Responden

Nama Kelas

Tanggal lahir Status Gizi

BB (diisi petugas) TB (diisi petugas)

Menstruasi

Kapan Anda mengalami menstruasi pertama kalinya?(usia saat menstruasi pertama) Anda sudah mengalami menstruasi sebanyak berapa kali?

a. 1 kali

b. >1 kali, tidak teratur c. >1 kali, teratur Apakah Anda sedang menderita suatu

penyakit dalam jangka waktu lama? Jika ya, penyakit apa?

Kapan ibu Anda mengalami menstruasi untuk pertama kalinya? (usia saat menstruasi)

Pola makan

Seberapa sering Anda makan dalam sehari? Seberapa sering Anda makan snack dalam 1 minggu?

a. Sering (4-7 kali/minggu) b. Jarang (≤3 kali/minggu) Seberapa sering Anda mengkonsumsi

makanan cepat saji/fastfood?

a. Sering (4-7 kali/minggu) b. Jarang (≤3 kali/minggu)


(6)

LAMPIRAN 3

Daftar Riwayat Hidup

Nama :Septia Wahyuni

Tempat Tanggal Lahir : Sibuhuan, 06 September 1992

Alamat : Perumahan Asri Bukit Tambusai Permai Blok 12 No 6 Kel. Balai Makam Kec. Mandau Kab. Bengkalis, Duri-Riau

Email : sharahap9@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

 SD N 045 Balai Makam (1998-2004)

 MTs S Darul Mursyid (2004-2007)

 MA S Darul Mursyid (2007-2010)