Gambar 5.Permukaan enameldilihat dengan scanning electron microscop
SEM setelah pengetsaan dengan asam fosfor 37, proses pencucian,
dan pengeringan200x pembesaran
19
2.3.3Perlekatan terhadap Dentin
Perlekatan terhadap dentin lebih sulit dibandingkan perlekatan terhadap enamel. Hal ini dikarenakan dentin merupakan jaringan yang hidup, memiliki
kandungan air yang tinggi, dan berisi jaringan termineralisasi yang lebih sedikit dibandingkan enamel.
31,20
Dentin bersifat heterogen dan terdiri atas bahan anorganik hidroksiapatit 50 volume, bahan organik khususnya kolagen tipe I 30 volume,
dan cairan 20 volume. Tubulus dengan saluran-saluran cabangnya juga dapat digunakan untuk meningkatkan retensi mekanis. Tantangan lain terhadap perlekatan
termasuk adanya lapisan pada permukaan dentin yang terpotong serta kemungkinan efek samping biologi yang disebabkan oleh berbagai bahan kimia terhadap
pulpa.Untuk alasan-alasan tersebut perkembangan bahan bonding dentin menjadi terhambat dibandingkan dengan perkembangan bahan bonding enamel.
30
2.3.4 Smear Layer
Smear layer adalah lapisan adheren, yang merupakan debris dari hasil
preparasi gigi menggunakan hand instrument atau rotary instrument. Smear layer memiliki ukuran 1-2 µ m dan menutupi seluruh dentin bila dilihat menggunakan
SEM.Pada orifisi tubulus dentin ditutup oleh debris tag, yang disebut juga smear
Universitas Sumatera Utara
plug, dimana smear plug ini dapat masuk ke tubulus dentin hingga kedalaman 1-10
µm.
32
Komposisi smear layer hingga saat ini belum dapat diuraikan dengan baik. Namun, komposisismear layer diperkirakan sama dengan komposisi dentin yang
berada dibawahnya. Smear layer dipercaya terdiri dari hidroksiapatit yang telah rusakhancur serta kolagen yang sudah mengalami fragmentasi dan denaturasi.Smear
layer dapat mengakibatkan perlekatan yang lemah terhadap dentin.
32
Terdapat dua cara untuk mengatasi perlekatan yang kurang baik yang disebabkan oleh smear layer.Pertama, dengan membuang smear layer terlebih dahulu
sebelum mengaplikasikan bahan bonding. Kedua, dengan menggunakan bahan bonding
yang dapat berpenetrasi menembus smear layer.
32
2.3.5 Hybrid Layer
Untuk memperoleh perlekatan yang baik, diperlukan infiltrasi bahan primer danatau resin ke dalam dentin yang sudah didemineralisasi dengan asam
sebelumnya.Selanjutnya diaktivasi baik secara kimiawi ataupun dengan cahaya, supaya dapat berpolimerisasi.Lapisan tipis ini, yang merupakan resin-infiltrated dentin,
pertama kali diperkenalkan oleh Nakabayashi et al, pada tahun 1982, yang disebut hybrid layer.
Lapisan ini merupakan gabungan dari dentin dan resin.
11
Gambar 6.Hybrid layer membentuk adhesive interface, lapisan ini membentuk ikatan yang menghubungkan jaringan gigi dan bahan restorasi
11
Universitas Sumatera Utara
Hybrid layer yang terbentuk pada sistem adhesif total-etch lebih tebal
dibandingkan pada sistem adhesif self-etch.
6
Hal ini disebabkan karena pengetsaan dengan asam fosfor pada sistem adhesif total-etch menyebabkan demineralisasi yang
lebih besar, sehingga penetrasi bahan adhesif ke tubulus dentin semakin baik. Selanjutnya, bahan primer danatau resin akan berpenetrasi ke dalam tubulus dentin
dan membentuk suatu hybrid layergambar 7. Resin
komposit
Gambar 7. A. Hybrid layer pada total-etch system, B.Hybrid layer pada self-etch system
6
Banyak yang berasumsi bahwa semakin tebal hybrid layer, semakin baik. Faktanya, hybrid layer yang dihasilkan oleh sistem adhesif total-etch, hanya memiliki
sedikit keuntungan bila dihubungkan dengan kekuatan perlekatan. Pembentukkan hybrid layer
yang baik dilihat dari infiltrasi resin pada zona demineralisasi yang dihasilkan oleh pengetsaan. Dari definisi ini, dapat disimpulkan bahwa proses
hibridisasi yang efektif dinilai dari penetrasi hybrid layer secara sempurna ke dalam dentin yang telah terdemineralisasi, berapapun ketebalannya.
11
Resin komposit
Bahan adhesif
Hybrid layer
Resin menembus
smear plug
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kekuatan Perlekatan pada Kavitas Klas I