mendapat perlakuan atau mendapat pengajaran dari 1 guru yang sama, Siswa juga mendapat fasilitas pembelajaran yang sama, nilai rata- rata di stiap kelas
juga hamper sama. Peneliti mengambil 1 kelas sebagai sampel penelitian. Peneliti
mengambil sampel sebanyak kurang lebih 15 dari populasi yang dipilih secara acak yaitu kelas IX A, sehingga dalam penelitian ini hanya ada satu
kelas experimen dan tidak ada kelas control. Kelas ini akan dilakukan kegiatan pre test pada pertemuan pertama untuk memperoleh data awal sebelum siswa
dikenai perlakuan berupa penerapan model pembelajaran TGT dalam kegiatan pembelajaran.
1. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan pembelajaran dikelas dilaksanakan pada siswa Kelas IX SMP Islam Sudirman Ambarawa semester ganjil tahun ajaran 20152016
tanggal 11 Agustus – 29 Agustus 2015. Pembelajaran pada kelas
eksperimen dengan menggunakan metode ceramah disertai dengan diskusi, materi tersebut disajikan dalam bentuk power point yang ditampilkan pada
LCD proyektor yang ada di kelas dengan alokasi waktu 1 x 40 menit. Pada awal pembelajaran, guru memberi salam pembuka pada siswa,
memimpin doa sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, kemiudian guru mempersilahkan peneliti untuk memperkenalkan diri dengan siswa,
memeriksa kehadiran dan mengkondisikan kelas kemudian melakukan pre- test. Soal pre-test terdiri dari 25 butir soal dan diberi waktu 40 menit untuk
mengerjakannya.
Sumber: Data Penelitian 2015 Gambar 4.2 Pelaksanaan Pre-test
Setelah melakukan pre-test siswa mendapatkan materi dari guru dengan metode ceramah disertai dengan diskusi, materi tersebut disajikan
dalam bentuk power point yang ditampilkan pada LCD proyektor yang ada di kelas. Pada akhir pembelajaran guru melakukan sedikit diskusi dengan
siswa melalui Tanya jawab mengenai materi yang belum jelas, dengan guru sebagai penengah dan meluruskan permasalahan yang terjadi antar siswa
dan mencari kebenaranya.
Sumber: Data Penelitian 2015 Gambar 4.3 Proses pembelajaran dengan metode ceramah dengan
media power point
2. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua dalam kegiatan pembelajaran materi Negara maju- Negara berkembang siswa menggunakan penerapan model
pembelajaran TGT dalam kelas. Alur pembelajaran TGT seperti yang dijelaskan dalam buku Slavin, 2000 dan dituliskan dikajian pustaka
bahwa pembelajaran Team Games Tournament terdiri dari empat tahapan, antara lain 1 penyajian kelas, 2 belajar tim 3 game tournament 4
penghargaan tim. Pertama penyajian kelas, peneliti mengamati guru dengan lembar keterlaksanaan bagaimana guru menyajikan materi pembelajaran
dengan model TGT, dimulai dari guru membuka pelajaran, memberikan materi dengan metode ceramah dan diskusi di pertemuan hari pertama lalu
dan ditutup dengan refleksi. Setelah penyajian kelas langkah kedua yaitu belajar tim. Guru
membagi siswa ke dalam enam kelompok sesuai ketentuan yang dijelaskan dalam kajian pustaka pembagian kelompok dalam TGT. Siswa kelas IX A
yang berjumlah 36 orang dibagi ke dalam enam kelompok Indonesia, Brazil, Mesir, Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda. Dengan demikian
setiap kelompok terdiri dari enam siswa dengan kemampuan yang heterogen dimana pembagian kelompok berdasarkan nilai yang diperoleh
dari daftar nilai guru.
Sumber: Data Penelitian 2015 Gambar 4.4 Proses pembentukan tim heterogen
Guru dibantu penelitian menyiapkan 42 soal yang dimasukan ke dalam amplop yang dibagi sesuai kriteria tingkat kesulitan yang berbeda.
Dalam kelompok heterogen siswa memilih wakil kelompoknya yang akan mewakili kelompoknya di meja turnamen. Meja turnamen sendiri
terdari dari 6 meja, dimana setiap kelompok heterogen bisa mengajukan satu orang anggota untuk bisa main di meja turnamen, dalam pengajuan
wakil kelompok, guru memberi arahan sesuai dengan tingkat kemampuan akademi siswa.
Sumber: Data Penelitian 2015 Gambar 4.5 Meja Turnament
Kemudia siswa masuk kedalam meja turnamen, guru menyiapkan enam soal dan enam jawaban,dan lembar skor yang diberi nama dan
jumlah skor siswa. Guru menjelaskan bagaimana kriteria pencatatan skor, siswa yang membacakan skor mendapat poin 5 jika soal tersebut
dianggap gugur, karena tidak bisa dijawab dengan betul oleh 3 orang peserta turnamen, sedangkan siswa yang menjawab dengan betul
mendapat skor 25. Permainan dimulai disalah satu meja, siswa mengambil satu amplop yang berisi pertanyaan dan jawaban yang
disiapkan oleh guru, kemudian siswa membacakan soal tersebut, setelah soal selesai dibaca, peserta yang lain berebut menjawab dengan
mengacungkan tangan, kemudian pembaca soal berhak menentukan siapa yang bisa menjawab soal terlebih dahulu. Begitu seterusnya permainan
berlangsung dan dihitung skor individu yang di dapat dari meja permainan dan kemudian permainan selesai saat semua soal dibaca dan
dijawab.
Sumber: Data Penelitian 2015 Gambar 4.6 Meja Turnament
Setelah game tournament selesai, guru memberi arahan pada siswa untuk melaporkan skor yang didapat pada meja permainan ke kelompok
heterogen dan guru mencatat skor permainan di papan tulis. Setelah diketahui semua skor, guru memberi tambahan soal yang akan didapat
masing- masing tim heterogen 1 soal untuk dijawab sebagai tambahan skor, akan tetapi jika tim yang mendapat soal tidak bisa menjawab soal maka
boleh diperebutkan tim lain, setelah pencatatan skor akhir maka akan diketahui kelompok siapa yang akan memenangkan semua game. Setelah itu
guru memberi apresiasi tambahan nilai kepada kelompok yang berhasil memenangkan game.
3. Pertemuan Ketiga