Bogor. Pelaksanaan diklat ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi individu peserta sehingga mampu mengembangkan diri sesuai dengan potensi
dan kompetensi yang ada pada dirinya dan untuk meningkatkan kompetensi personal peserta sehingga menjadi pribadi efektif yang mampu mengenali
kekuatan dan kelemahan pada dirinya serta mampu mengelola dan mengendalikannya.
Secara umum PT Taspen Persero Cabang Bogor telah menerapkan sebagian dari model sistem organisasi pembelajar. Hal ini terlihat dari
pencerminan visi, strategi, struktur organisasidan nilai kerja Taspen yang berlaku dan diterapkan dalam pelaksanaan kegiatannya. Pembelajaran pada
PT Taspen Persero Cabang Bogor perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM yang nantinya berguna dalam upaya peningkatan kinerja
perusahaan untuk mengantisipasi terjadinya berbagai perubahan dalam kompetisi bisnis.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan model sistem organisasi pembelajar pada PT
Taspen Persero Cabang Bogor? 2.
Apakah ada perbedaan persepsi antara pimpinan dan karyawan PT Taspen Persero Cabang Bogor terhadap penerapan model sistem organisasi
pembelajar?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi penerapan model sistem organisasi pembelajar pada PT
Taspen Persero Cabang Bogor. 2.
Mengidentifikasi ada atau tidaknya perbedaan persepsi antara pimpinan dan karyawan PT Taspen Persero Cabang Bogor terhadap penerapan
model sistem organisasi pembelajar.
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan pembelajaran, meningkatkan pengetahuandan penerapan
ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama dibangku kuliah. 2.
Sebagai masukan bagi pihak manajemen perusahaan untuk melakukan perbaikan-perbaikan atau evaluasi dalam rangka membangun model
sistem organisasi pembelajar menurut Marquardt 1996. 3.
Sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut di bidang yang sama.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini terarah dan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu ditetapkan ruang lingkup penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Karyawan yang dijadikan sebagai kajian penelitian ini adalah semua
karyawan tetap PT Taspen Persero Cabang Bogor. 2.
Penelitian ini berfokus pada penerapan model sistem organisasi pembelajar yang terdiri atas sub sistem pembelajaran, organisasi, orang-
orangmanusia, pengetahuandan teknologi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Organisasi Pembelajar
Marquardt 1996 mendefinisikan bahwa pembelajaran dalam organisasi memfokuskan diri pada “apa” karakteristik, prinsip-prinsip dari
suatu organisasi yang belajar secara kolektif, sedangkan organisasi pembelajar mengacu pada “bagaimana” tingkat penguasaan dan proses
pengembangan pengetahuan.
Menurut Argyris dan Schon yang diacu Budi 2006, seseorang
dikatakan belajar bila ia mengubah perilakunya menjadi lebih efektif karena pengetahuan yang diakuisisinya dari lingkungan eksternal dan asimilasi
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan saratnya perubahan dilingkungan eksternal, maka agar dapat tetap mempertahankan posisi
bersaing yang menguntungkan di industri, perusahaan perlu memiliki kemampuan belajar yang tinggi Goh dikutip Budi, 2006.
Sangkala 2007, mengemukakan bahwa organisasi pembelajar secara sistematis didefinisikan sebagai organisasi yang belajar dengan sekuat tenaga,
secara kolektif dan secara terus-menerus mengubah dirinya agar lebih baik dalam mengumpulkan, mengelola dan menggunakan pengetahuan bagi
kesuksesan perusahaan. Organisasi pembelajar didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru yang
dihasilkan melalui perubahan dalam perilaku dan tindakan. Hal tersebut berlangsung dalam aspek kognitif intellectual, afeksi emotional, dan
psikomotorik physical. Organisasi pembelajar berarti membangun kemampuan untuk menciptakan yang sebelumnya tidak pernah seseorang
ciptakan, yang pada akhirnya kemampuan tersebut diperluas lintas individu, kelompok, dan bahkan intra dan antar organisasi.
Pengertian lain dikemukakan oleh Lunberg Ginting ,2004 yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan bertujuan yang
diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan keterampilan dan pengetahuan serta aplikasinya. Menurutnya pembelajaran organisasi adalah:
1. Tidaklah semata-mata jumlah pembelajaran masing-masing anggota.
2. Pembelajaran itu membangun pemahaman yang luas terhadap keadaan
internal maupun eksternal melalui kegiatan-kegiatan dan sistem-sistem yang tidak tergantung pada anggota-anggota tertentu.
3. Pembelajaran tidak hanya tentang penataan kembali atau perancangan
kembali unsur-unsur organisasi. 4.
Pembelajaran lebih merupakan suatu bentuk meta-pembelajaran yang mensyaratkan pemikiran kembali pola-pola yang menyambung dan
mempertautkan potongan-potongan sebuah organisasi dan juga mempertautkan pola-pola dengan lingkungan yang relevan.
5. Pembelajaran organisasi adalah suatu proses yang seolah-olah mengikat
beberapa sub-proses, misalnya perhatian, penafsiran, pencarian, pengungkapan dan penemuan, pilihan, pengaruh, dan penilaian.
6. Pembelajaran organisasi mencakup baik unsur kognitif, misalnya
pengetahuan dan wawasan yang dimiliki bersama oleh para anggota organisasi maupun kegiatan organisasi yang berulang-ulang, misalnya
rutinitas dan perbaikan tindakan. Ada proses yang sah dan tanpa henti untuk memunculkan ke permukaan dan menguji praktek-praktek
organisasi serta penjelasan yang menyertainya. Dengan demikian organisasi pembelajar ditandai dengan pengertian kognitif dan perilaku.
Senge dan Koffman dikutip Sangkala 2007 melihat bahwa organisasi pembelajar berdiri diatas tiga landasan utama yaitu sebuah kultur
yang berdasarkan kepada nilai-nilai manusia seperti cinta, keingintahuan, kerendahan hati, perasaan terharu, praktik yang melahirkan percakapan dan
koordinasi tindakan dan suatu kemampuan untuk melihat dan bekerja dengan alur kehidupan dari satu sistem. Menurut Pedler, et al. yang dikutip dari
Ginting 2004 suatu organisasi pembelajar adalah organisasi yang: 1.
Mempunyai suasana dimana anggota-anggotanya secara individu terdorong untuk belajar dan mengembangkan potensi penuh mereka.
2. Memperluas budaya belajar ini sampai pada pelanggan, pemasok, dan
stakeholder lain yang signifikan.
3. Menjadikan strategi pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat
kebijakan bisnis.
4. Berada dalam proses transformasi organisasi secara terus-menerus.
Tujuan proses transformasi sebagai aktivitas sentral adalah agar perusahaan mampu mencari secara luas ide-ide baru, masalah-masalah baru
dan peluang-peluang baru untuk pembelajaran dan mampu memanfaatkan keunggulan kompetitif dalam dunia yang semakin kompetitif.
2.2.Karakteristik Organisasi Pembelajar
Megginson dan Pedler dikutip dari Ginting, 2004 memberikan sebuah panduan mengenai konsep organisasi pembelajar, yaitu suatu ide yang
dapat bertindak sebagai bintang penunjuk. Ia bisa membantu orang berpikir dan bertindak bersama menurut apa maksud gagasan semacam ini bagi
mereka sekarang dan di masa yang akan datang. Seperti halnya semua visi yang bisa membantu menciptakan kondisi dimana sebagian ciri-ciri
organisasi pembelajar dapat dihasilkan. Kondisi-kondisi tersebut adalah: 1.
Strategi pembelajaran. 2.
Pembuatan kebijakan partisipatif. 3.
Pemberian informasi, yaitu teknologi informasi digunakan untuk menginformasikan dan memberdayakan orang untuk mengajukan
pertanyaan dan mengambil keputusan berdasarkan data-data yang tersedia.
4. Akunting formatif, yaitu sistem pengendalian disusun untuk membantu
belajar dari keputusan. 5.
Pertukaran internal. 6.
Kelenturan penghargaan. 7.
Struktur-struktur yang memberikan kemampuan. 8.
Pekerja lini depan sebagai penyaring lingkungan. 9.
Pembelajaran antar perusahaan. 10.
Suasana belajar. 11.
Pengembangan diri bagi semua orang Suatu organisasi tidak otomatis menjadi organisasi pembelajar
walaupun telah melakukan semua hal tersebut. Perlu dipastikan bahwa tindakan-tindakan tidak dilakukan hanya berdasarkan kebutuhan. Tindakan-
tindakan tersebut harus ditanamkan, sehingga menjadi cara kerja sehari-hari
yang rutin dan normal. Strategi pembelajaran bukan sekedar strategi pengembangan sumber daya manusia. Dalam organisasi pembelajar,
pembelajaran menjadi inti dari semua bagian operasi, cara berprilaku dan sistem. Mampu melakukan transformasi dan berubah secara radikal adalah
sama dengan perbaikan yang berkelanjutan. Schein dikutip dari Ginting, 2004 mengemukakan karakteristik
organisasi pembelajar sebagai berikut: 1.
Dalam hubungan dengan lingkungan maka organisasi bersifat lebih dominan dalam menjalin hubungan.
2. Manusia hendaknya berprilaku proaktif.
3. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang baik.
4. Manusia pada dasarnya dapat diubah.
5. Dalam hubungan antar manusia, individualisme dan kolektivisme sama-
sama penting. 6.
Dalam hubungan atasan bawahan kesejawatan atau partisipatif dan otoritatif atau paternalistik sama-sama pentingnya.
7. Orientasi waktu lebih berorientasi pada masa depan yang pendek.
8. Untuk penghitungan waktu lebih digunakan satuan waktu yang medium.
9. Jaringan komunikasi dan informasi berkesinambungan secara lengkap.
10. Orientasi hubungan dan orientasi tugas sama-sama pentingnya.
11. Perlunya berpikir secara sistematis.
Menurut Marquardt 1996, ada beberapa dimensi dan karakter penting yang ditimbulkan bila organisasi telah menjadi organisasi
pembelajar, yaitu sebagai berikut: a.
Pembelajaran dilakukan oleh organisasi secara keseluruhan, seolah-olah organisasi mempunyai satu otak.
b. Anggota organisasi merasakan pentingnya proses pembelajaran organisasi
secara terus-menerus untuk kepentingan meraih kesuksesan saat ini dan dimasa yang akan datang.
c. Pembelajaran dilakukan secara terus-menerus dan dari sisi strategi
pembelajaran digunakan serta disejajarkan dengan pekerjaan. d.
Ada suatu fokus atau kreativitas dan melahirkan pembelajaran.
e. Berpikir sistem merupakan hal yang bersifat fundamental.
f. Orang-orang memiliki akses yang berkesinambungan terhadap sumber
informasi dan data yang penting bagi kesuksesan organisasi. g.
Iklim organisasi mendorong, menghargai dan mempercepat pembelajaran individu dan kelompok.
h. Pekerja memiliki jaringan bagi upaya melakukan inovasi.
i. Perubahan merupakan bagian yang melekat, sementara kejutan yang tidak
diinginkan serta kesalahan yang terjadi dipandang sebagai peluang untuk belajar.
j. Organisasi pembelajar cerdas dan fleksibel.
k. Setiap orang didorong oleh keinginan untuk melakukan perbaikan kualitas
secara berkelanjutan. l.
Aktivitas dicirikan oleh aspirasi, refleksi, dan konseptualisasi. m.
Ada pengembangan kompetensi inti yang baik sebagai dasar bagi produk dan layanan baru.
n. Anggota organisasi memiliki kemampuan untuk secara berkelanjutan
beradaptasi, memperbarui, dan merevitalisasi dirinya dalam merespons perubahan lingkungan.
2.3.Model Sistem Organisasi Pembelajar
Menurut Marquardt
dan Reynolds yang dikutip dari Sangkala 2007,
agar proses pembelajaran terjadi, dibutuhkan sebelas elemen pokok dalam organisasi yaitu, struktur organisasi yang memadai, budaya pembelajaran
dalam organisasi, pemberdayaan, kreasi ilmu pengetahuan dan transfer pengetahuan, teknologi pembelajaran, kualitas pembelajaran, strategi
pembelajaran, lingkungan yang mampu mendukung, kelompok kerja dan jejaring kerja, visi pembelajaran dan keterkaitan antarbudaya. Selain itu, ada
faktor lain yang memungkinkan proses pembelajaran lebih mudah berlangsung, yang dikenal dengan faktor disiplin pembelajaran.
Senge diacu Priyono, 2007 mengemukakan bahwa didalam organisasi pembelajar yang efektif sangat diperlukan lima faktor disiplin
pembelajaran yang harus diwujudkan dan dikembangkan dalam terciptanya organisasi pembelajar, yaitu:
a. Disiplin personal mastery, antara lain menunjukkan kemampuan untuk
senantiasa mengklarifikasi dan mendalami visi pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan kesabaran dan memandang realitas secara
objektif. Penguasaan pribadi juga merupakan kegiatan belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi kita, untuk menciptakan hasil yang paling
diinginkan, dan menciptakan suatu lingkungan organisasi yang mendorong semua anggotanya untuk mengembangkan diri ke arah sasaran dan tujuan
organisasi. b.
Disiplin berbagi visi, menggambarkan kemampuan organisasi dalam mengikat anggotanya untuk secara bersama-sama mencapai sasaran yang
disepakati. Dengan disiplin berbagi visi, organisasi dapat membangun suatu rasa komitmen bersama dengan menetapkan gambaran-gambaran
tentang masa depan yang diciptakan bersama, dan sekaligus menetapkan prinsip-prinsip serta rencana-rencana jangka panjang sebagai arahan
bertindak para anggotanya. c.
Disiplin model mental, menggambarkan kemampuan para anggota organisasi untuk melakukan perenungan, mengklarifikasikan dan
memperbaiki gambaran-gambaran internal pemahaman tentang dunia yang dilandasi oleh prinsip-prinsip serta nilai-nilai yang sarat dengan
moral dan etika. Disiplin model mental berpengaruh pada kemampuan seseorang atau organisasi saat memahami permasalahan yang dihadapinya.
Disiplin model mental dapat menjelaskan bagaimana seseorang berpikir, sehingga dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana seseorang atau
organisasi menetapkan suatu keputusan atau melakukan tindakan. d.
Disiplin berpikir sistematik, menggambarkan kemampuan untuk melihat organisasi sebagai satu kesatuan dari seluruh komponen yang membentuk
atau mempengaruhinya. Dengan berpikir sistematik kita dapat: 1
Melihat gambaran yang lebih besar dari organisasi sebagai keseluruhan yang dinamis, sehingga mampu memahami bagaimana organisasi
bergerak dan bagaimana individu-individu dalam organisasi berinteraksi.
2 Melakukan analisis dan sekaligus mampu menyusun kerangka kerja
konseptual yang lengkap, karena memiliki cara pandang dan cara berpikir tentang satu kesatuan dari keseluruhan prinsip-prinsip
organisasi pembelajar. 3
Melihat bagaimana kita sebaiknya mengubah sistem-sistem yang ada agar proses belajar dan tindakan organisasi dapat dilakukan dengan
lebih efektif. e.
Disiplin tim pembelajar, merupakan suatu keahlian para anggota organisasi untuk melakukan proses berpikir kolektif dan sinergis, sehingga
organisasi mampu mengembangkan kecerdasan dan mampu membangun kapasitas real yang jauh lebih besar daripada sekedar jumlah dari
kemampuan individual para anggotanya. Marquardt, 1996 menggambarkan model sistem organisasi pembelajar
secara matematis berupa gambar irisan antara lain: pembelajaran learning, organisasi organization, anggota organisasi people, pengetahuan
knowledge, dan teknologi technology dengan pembelajaran terletak dipusat irisan. Model sistem organisasi pembelajar digambarkan seperti pada
Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Model Sistem Organisasi Pembelajar Marquardt, 1996
Gambar tersebut menjelaskan bahwa proses pembelajaran juga merupakan bagian dan harus terjadi baik dalam sub sistem manusia,
teknologi, pengetahuan, dan organisasi. Jika proses pembelajaran dalam organisai pembelajar terjadi, akan terjadi perubahan persepsi, prilaku,
kepercayaan, mentalitas, strategi, kebijakan dan prosedur baik yang berkaitan dengan manusia maupun organisasi.
Organisasi Orang
Pengetahuan Teknologi
Pembelajaran
2.3.1. Sub sistem pembelajaran
Sub sistem pembelajaran berkenaan dengan tingkat-tingkat pembelajaran, tipe dari pembelajaran yang krusial bagi
pembelajaran yang terorganisasi, dan keahlian kritis dalam pembelajaran yang terorganisasi. Sub sistem pembelajaran dapat
digambarkan seperti pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Subsistem Pembelajaran Marquardt, 1996
Organisasi pembelajar
termanifestasi melalui tiga tingkatan pembelajar yaitu individu, tim atau kelompok, dan organisasi
Sangkala, 2007. Pada tingkatan individu, pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, sikap,
dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh seseorang melalui pelatihan, belajar sendiri, pemahaman, observasi, dan refleksi diri.
Tingkatan kelompok atau tim dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi oleh dan
di dalam kelompok. Pembelajaran tim dapat terjadi melalui upaya- upaya penyelesaian konflik dengan menyatukan sudut pandang
yang berbeda ke dalam pemahaman yang dapat diterima tanpa kompromi. Pembelajaran tim juga dapat terjadi melalui ujicoba
terhadap satu hipotesis atau menemukan sesuatu yang baru, dua atau
Pembelajaran Tingkatan:
1. Individual
2. Group
3. Organisasi
Tipe: 1.
Adaptive 2.
Anticipaty 3.
Deutero 4.
action
Keterampilan: 1.
System thinking 2.
Mental models 3.
Personal mastery 4.
Team learning 5.
Share vision 6.
Dialogue
lebih orang atau tim berkomunikasi untuk mencapai satu tujuan yang positif.
Tingkatan organisasi sebagai bagian dari organisasi pembelajar berperan menawarkan berbagai peluang untuk belajar.
Melalui pembentukan divisi, departemen, komite, dan tim kerja pada dasarnya merupakan sarana dan peluang bagi kelompok untuk
belajar, mempercepat proses pembelajaran, memperdalam pembelajaran, serta memperluas pembelajaran.
Menurut Senge yang dikutip dari Priyono 2007, ada lima faktor disiplin pembelajaran yaitu visi bersama share vision,
model mental mental models, tim pembelajaran team learning, individu yang ahli dibidangnya personal mastery, dan berpikir
sistem system thinking. Visi bersama menggambarkan kemampuan organisasi dalam mengikat anggotanya untuk secara
bersama-sama mencapai sasaran yang disepakati. Model mental menggambarkan kemampuan para anggota organisasi untuk
melakukan perenungan, mengklarifikasikan dan memperbaiki gambaran-gambaran internal pemahaman tentang dunia yang
dilandasi oleh prinsip-prinsip serta nilai-nilai yang sarat dengan moral dan etika.
Tim pembelajar merupakan suatu keahlian para anggota organisasi untuk melakukan proses berpikir kolektif dan sinergis,
sehingga organisasi mampu mengembangkan kecerdasan dan mampu membangun kapasitas real yang jauh lebih besar daripada
sekedar jumlah dari kemampuan individual para anggotanya. Personal mastery
menunjukkan kemampuan untuk senantiasa mengklarifikasi dan mendalami visi pribadi, memfokuskan energi,
mengembangkan kesabaran, dan memandang realitas secara objektif. Berpikir sistematik menggambarkan kemampuan untuk
melihat organisasi sebagai satu kesatuan dari seluruh komponen yang membentuk atau mempengaruhinya.
2.3.2. Sub sistem transformasi organisasi
Organisasi adalah struktur dan badan dimana pembelajaran organisasi secara luas, kelompok, dan individu terjadi. Berubah dari
suatu organisasi non pembelajar menjadi suatu organisasi pembelajar memerlukan suatu transformasi yang signifikan.
Struktur dan strategi perusahaan harus berubah hampir secara dramatis menjadi suatu organisasi pembelajar. Untuk tumbuh
dengan subur sebagai organisasi pembelajar, perusahaan harus mengatur kembali dirinya sendiri melalui suatu fokus yang penuh
perhatian pada empat dimensi sub sistem organisasi yaitu visi, budaya, strategi, dan struktur atau dikenal dengan empat dimensi
kunci transformasi organisasi, yang digambarkan seperti pada Gambar 3 berikut Marquardt, 1996.
Budaya Visi
Organisasi Struktur
Strategi
Gambar 3. Sub sistem Transformasi Organisasi Marquardt, 1996
Menurut Sangkala
2007, visi mengungkapkan tujuan,
sasaran, dan arah yang ingin dituju oleh organisasi. Visi organisasi pembelajar mengungkapkan pentingnya pembelajaran untuk
mencapai sasaran masa depan yang diinginkan, membangun keinginan organisasi, serta terus-menerus memperbarui organisasi
dalam rangka mempertahankan pertumbuhan dan perkembangannya. Kultur organisasi terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, sikap, praktik,
prosedur, dan kebiasaan-kebiasaan organisasi Marquardt dikutip Sangkala, 2007. Kultur organisasi pembelajar menekankan pada
pentingnya pembelajaran yang terus-menerus dilakukan pada semua tingkatan, fungsi, dan divisi organisasi. Kultur pembelajar
mendorong individu dan tim tumbuh dan berkembang melalui
kreatifitas, tim kerja, perbaikan yang berkelanjutan, dan manajemen diri.
Strategi mengacu pada tindakan, taktik, dan metode yang digunakan untuk mencapai visi dan sasaran organisasi. Dalam
organisasi pembelajar, strategi ini mendorong dan memaksimalkan pembelajaran yang diperlukan, penyebaran,dan pemanfaatan oleh
seluruh departemen, tindakan, dan inisiatif organisasi. Sementara itu, struktur organisasi mencakup konfigurasi unit, departemen dan
divisi. Organisasi pembelajar menunjukkan struktur yang sederhana yang meminimalkan pemisahan antara orang dengan proses, sambil
memaksimalkan kontak, alur informasi, dan kolaborasi di antara individu dan tim Sangkala, 2007.
2.3.3. Sub sistem pemberdayaan orang-orangmanusia
Sub sistem ketiga dari organisasi pembelajar adalah pemberdayaan orang-orangmanusia. Marquardt 1996
menyebutkan enam dimensi kunci dari sub sistem pemberdayaan orang-orangmanusia yaitu pegawai, manajer, pelanggan, supplier,
mitra kerja, dan kelompok-kelompok komunitasmasyarakat yang digambarkan seperti pada Gambar 4. Masing-masing kelompok
tersebut diberi kuasa dan dimungkinkan untuk belajar.
Gambar 4. Sub sistem pemberdayaan manusia Marquardt, 1996
Manusia Konsumen
Pegawai Manajer
Mitra kerja
Supplier Masyarakat
Menurut Marquardt 1996, para pegawai diberi wewenang dan diharapkan untuk belajar, merencanakan kompetensi masa depan
mereka, mengambil tindakan dan risiko, dan memecahkan masalah. Para manajerpemimpin menjalankan tugas-tugas pelatihan,
penasehatan, dan pemodelan dengan suatu tanggungjawab utama membangkitkan dan mempertinggi kesempatan pembelajaran bagi
orang-orang disekitar mereka. Para pelanggan berpartisipasi dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan, menerima pelatihan, dan
dihubungkan dengan pembelajaran organisasi. Para supplier dapat menerima dan memberi kontribusi terhadap instruksi program. Para
partner aliansimitra kerja dapat berbagi kompetensi dan pengetahuan. Kelompok-kelompok komunitas masyarakat termasuk
wakil-wakil ekonomi, pendidikan, dan sosial dapat berbagi dalam menyediakan dan menerima pembelajaran.
2.3.4. Sub sistem pengetahuan
Marquardt 1996
menyatakan bahwa pengetahuan menjadi lebih penting untuk organisasi dibanding sumberdaya keuangan,
menjual posisi, teknologi, atau asset perusahaan lainnya. Pengetahuan dilihat sebagai sumberdaya yang utama digunakan
didalam penyelenggaraan organisasi. Kultur tradisi organisasi, teknologi, operasi, sistem dan prosedur adalah semua keahlian dan
pengetahuan yang didasarkan pada pengetahuan. Organisasi pembelajar yang sukses secara sistematis memadu
pengetahuan diseluruh organisasi melalui empat langkah sehingga dapat dengan sukses diterapkan dan digunakan. Sub sistem
pengetahuan digambarkan seperti Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Sub sistem pengetahuan Marquardt, 1996
Dimensi kunci dari sub sistem pengelolaan pengetahuan adalah penguasaan, penciptaan, penyimpanan, transfer dan
penggunaan. Akuisisi penguasaan berkenaan dengan pengumpulan informasi dan data yang ada dari dalam dan luar organisasi.
Penciptaan melibatkan pengetahuan baru yang diciptakan dalam organisasi melalui wawasan dan pemecahan masalah. Penyimpanan
adalah pengkodean dan pemeliharaan pengetahuan berharga organisasi untuk akses yang mudah oleh anggota staf pada suatu
waktu dan dari mana pun. Transfer dan penggunaan termasuk mekanikal, elektronik, dan pergerakan interpersonal dari informasi
dan pengetahuan, secara sengaja dan tidak sengaja, diseluruh organisasi serta aplikasinya dan kegunaannya oleh para anggota
organisasi.
2.3.5. Sub sistem teknologi
Sebagaimana dikemukakan oleh Marquardt 1996, sub sistem kelima dari organisasi pembelajar adalah teknologi, yang
terdiri dari teknologi informasi, pembelajaran berbasis teknologi, dan kinerja sistem dengan dukungan elektronik atau Electronic
Performance Support System EPSS. Sub sistem teknologi adalah
pendukung, jaringan teknologi yang terintegrasi dan alat informasi yang membolehkan akses dan pertukaran terhadap informasi dan
pembelajaran. Hal itu termasuk proses teknik, sistem-sistem, dan struktur untuk kolaborasi, pelatihan, koordinasi, dan keahlian
Pengetahuan Penguasaan
Penciptaan
Penyimpanan Transfer dan
penggunaan
pengetahuan lainnya. Sub sistem teknologi dapat digambarkan seperti Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Sub sistem teknologi Marquardt, 1996
Tiga komponen utama dari sub sistem teknologi adalah teknologi informasi, pembelajaran berdasarkan teknologi, dan
kinerja sistem dengan dukungan elektronik EPSS. 1.
Teknologi informasi berkenaan dengan teknologi berdasarkan komputer yang gathers, codes, stores, dan transfer informasi
lintas organisasi dan lintas dunia. 2.
Pembelajaran berbasis teknologi yang melibatkan penggunaan video, audio, dan pelatihan multimedia dengan komputer untuk
maksud pengiriman dan berbagi pengetahuan dan keahlian. 3.
Kinerja sistem dengan dukungan elektronik EPSS menggunakan data teks, visul, dan audio dan dasar pengetahuan untuk
menangkap, menyimpan, dan mendistribusikan informasi diseluruh organisasi sehingga dapat membantu para pekerja
mencari tingkat kinerja tertinggi mereka dalam waktu secepat mungkin, dengan dukungan personel paling sedikit.
2.4. Kondisi yang Dibutuhkan dalam Membangun Organisasi Pembelajar