Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terdiri dari : Hutan Produksi Tetap HP, Hutan Produksi
Terbatas HPT, dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi HPK. Jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan antara lain getah pinus, rotan dan getah karet.
77
Sebagian besar kondisi hutan di Samosir telah rusak parah karena banyaknya kegiatan yang merusak ekosistem seperti pembalakan liar, pertambangan, dan
pemanfaatan hutan menjadi industri.
78
D. Pihak-Pihak yang Berwenang Mengeluarkan Izin pengolahan hutan
Kawasan hutan dengan fungsi sosial, ekonomi dan ekologi yang dimilikinya tidak terbatas pada batas-batas administratif semata, namun kawasan hutan dengan
fungsi ekologinya hanya dapat dibatas oleh batas-batas ekologis. Sehingga kawasan satu ekosistem hutan terkadang terpapar luas melintasi batas-batas kabupaten, bahkan
provinsi.
Dalam hal perizinan, yang berwenang mengeluarkan izin adalah pejabat administratif, kaitannya adalah dengan tugas pemerintah dalam hal memberikan
pelayanan umum kepada masyarakat. Pemerintahan daerah dalam mengurus kewenangannya mengeluarkan kebijakan berbentuk Pemerintah Daerah, keputusan
kepala daerah, dan peraturan lainnya. Salah satu bentuk perwujudan kewenangan tersebut adalah perizinan. Perizinan sebagai bentuk ketetapan merupakan tindakan
sepihak dari administrasi negara.
79
77
http:www.dephut.go.id.html, diakses tanggal 28 Oktober 2014
78
http:bolmerhutasoit.wordpress.com20110227keadaan-hutan-sumatera-utara diakses
tanggal 28 Oktober 2014
79
http:ikomatussuniah-design.blogspot.com.html, Iko Matussuniah, “Hukum Perizinan”, diakses tanggal 24 Oktober 2014
Universitas Sumatera Utara
Memuat UU No.41 tahun 1999 tentang kehutanan bahwa dalam rangka penyelenggaraan kehutanan, pemerintah menyerahkan sebagian kewenangan kepada
pemerintah daerah.
80
Pemerintah danatau Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pencegahan perusakan hutan.
Secara langsung pada bagian ini dapat dikatakan pihak yang berwenang mengeluarkan izin tersebut adalah Pemerintah. Hanya saja dalam hal yang dernikian
harus dapat dilihat izin yang bagaimanakah yang dimohonkan oleh masyarakat, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui instansi pemerintah yang berwenang
mengeluarkan izin tersebut. Misalnya izin keramaian atau izin mengeluarkan pendapat di muka umum, maka izin tersebut di dapatkan rnelalui kepolisian setempat. Dalam
kajian pihak-pihak yang berwenang mengeluarkan izin maka dasarnya yang perlu dikaji adalah kedudukan aparatur pemerintah yang melakukan tugasnya di bidang
administrasi negara pemberian izin kepada masyarakat. Agar aparatur pemerintah sebagai bagian dari unsur administrasi negara dapat
melaksanakan fungsinya, maka kepadanya harus diberikan keleluasaan. Keleluasaan ini langsung diberikan oleh undang-undang itu sendiri kepada penguasa setempat. Hal
seperti ini biasanya disebut dengan kekeluasaan delegasi kepada pemerintah seperti Gubernur, BupatiWalikota untuk bertindak atas dasar hukum dan atau dasar
kebijaksanaan.
81
80
Undang-Undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 66 ayat 1
81
Op.Cit, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013, Pasal 6 ayat 1
Dalam rangka pencegahan perusakan hutan, Pemerintah membuat kebijakan berupa ; a koordinasi lintas sektor dalam pencegahan dan pemberantasan
perusakan hutan, b pemenuhan kebutuhan sumber daya aparatur pengamanan hutan;, c insentif bagi para pihak yang berjasa dalam menjaga kelestarian hutan, d peta
Universitas Sumatera Utara
penunjukan kawasan hutan danatau koordinat geografis sebagai dasar yuridis batas kawasan hutan; dan e pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pencegahan dan
pemberantasan perusakan hutan.
82
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan sumber kayu alternatif
dengan mendorong pengembangan hutan tanaman yang produktif dan teknologi pengolahan.
83
Upaya pencegahan perusakan hutan dilakukan melalui penghilangan kesempatan dengan
meningkatkan peran serta masyarakat.
84
Menurut Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara bahwa Pemanfaatan hutan khusus untuk kawasan konservasi dapat dimanfaatkan atau dilakukan pula kegiatan
sebagai berikut; a pada kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam, pengelolaannya diarahkan untuk terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya sehingga lebih dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu lingkungan hidup, b pada kawasan Suaka Alam dan Pelestarian
Alam, pengelolaannya disesuaikan dengan fungsi kawasan ; 1 sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan, sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya, dan untuk pemanfaatan secara lestari sumberdaya aiarn hayati dan ekosistemnya. c pada kawasan
Suaka Alam dan Pelestarian Alam dapat dimanfaatkan untuk keperluan; 1 penelitian dan pengembangan, 2 ilmu pengetahuan, 3 pendidikan, pelatihan, penerangan,
penyuluhan, 4 kegiatan penunjang budidaya dan budaya. d pada kawasan Pelestarian Alam dapat pula dilakukan kegiatan Wisata AlamRekreasi.
85
82
Ibid, Pasal 6 ayat 2
83
Ibid, Pasal 6 ayat 3
84
Ibid, Pasal 6 ayat 4
85
Op.Cit, Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002, Pasal 21
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka Pemanfaatan hutan harus memiliki izin usaha yang dikeluarKan oleh Kepala Dinas atas nama Gubernur.
86
Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan berkewajiban membuat Rencana Karya dan menjaga, memelihara, serta melestarikan tempat usahanya.
87
Rencana Karya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disahkan oleh Dinas atas nama Gubernur.
88
Dalam pelaksanaan kegiatannya setiap pemegang izin usaha wajib mengikutsertakan masyarakat disekitar hutan.
89
Izin usaha pemanfaatan kawasan hutan diberikan apabila telah memenuhi aspek kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat.
90
Izin usaha pemanfaatan kawasan hutan dapat diberikan kepada ; a perorangan dan b koperasi.
91
Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan dapat diberikan kepada ; a perorangan, b koperasi, c Badan Usaha
Milik Swasta Indonesia, d Badan Usaha Milik Negara, e Badan Usaha Milik Daerah.
92
Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu dapat diberikan kepada; a perorangan, b koperasi, c Badan Usaha Milik Swasta Indonesia, d Badan Usaha Milik
Negara, e Badan Usaha Milik Daerah.
93
Izin pemungutan hasil hutan non kayu pada hutan lindung diberikan kepada; a perorangan, b koperasi.
94
Tata cara pemanfaatan hasil hutan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
95
Industri primer hasil hutan terdiri dari; a Industri primer hasil hutan kayu, b Industri primer hasil hutan bukan kayu.
96
86
Ibid, Pasal 22 ayat 1
87
Ibid, Pasal 22 ayat 2
88
Ibid, Pasal 22 ayat 3
89
Ibid, Pasal 22 ayat 4
90
Ibid, Pasal 23 ayat 1
91
Ibid, Pasal 23 ayat 2
92
Ibid, Pasal 23 ayat 3
93
Ibid, Pasal 23 ayat 4
94
Ibid, Pasal 23 ayat 5
95
Ibid, Pasal 24
96
Ibid, Pasal 25 ayat 1
Sumber bahan baku industri primer hasil hutan dapat berasal dari hutan alam, hutan tanaman, hutan hak, dan hasil dari perkebunan berupa
Universitas Sumatera Utara
kayu.
97
Setiap pendirian atau perluasan industri primer hasil hutan kayu wajib memiliki izin usaha industri atau izin perbuatan industri primer hasil hutan kayu.
98
2 Perbuatan hukum publik yang berbagai pihak. Evaluasi
terhadap industri primer hasil hutan kayu dilakukan paling kurang 3 tiga tahun sekali. Di samping keleluasaan tali, kepada aparatur pemerintah selaku pelaksana
fungsi dalam administrasi negara juga diberikan suatu pembatasan agar pelaksanaan perbuatan-perbuatannya itu tidak menjadi apa yang disebut sebagai onrechtmatig
overheaddaat. Setidaknya perbuatan itu tidak boleh melawan hukum baik formil maupun materiil. Tidak boleh melampaui penyelewengan-kewenangan menurut
undang-undang kompetentie. Adapun bentuk-bentuk dari perbuatan administrasi negaraPemerintah itu dalam bentuk memberikan izin secara garis besar dapat dibagi
atas : 1. Perbuatan membuat peraturan
2. Perbuatan melaksanakan peraturan. Sementara itu menurut Van Poelje sebagaimana dikutip Victor Situmorang
perbuatan administrasi negaraPemerintah itu adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan faktor Feitlijke handeling.
2. Berdasarkan hukum recht handeling. a. Perbuatan hukum privat.
b. Perbuatan hukum publik, yang kemudian perbuatan ini dapat dibagi atas : 1 Perbuatan hukum publik yang sepihak
99
97
Ibid, Pasal 25 ayat 2
98
Ibid, Pasal 25 ayat 3
99
Op.Cit, Victor Situmorang, hal. 4
Kemudian Amrah Muslimin mengatakan bahwa dalam bidang eksekutif ada 2 dua macam tindakanperbuatan administrasi negarapemerintah, yakni :
Universitas Sumatera Utara
a. Tindakan-tindakanperbuatan-perbuatan yang secara tidak langsung menimbulkan
akibat-akibat hukum. b.
Tindakan-tindakanperbuatan-perbuatan yang secara langsung menimbulkan akibat-akibat hukum.
100
Pendapat lain tentang perbuatan hukum dari administrasi negara ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Prajudi Admosudirjo. Menurutnya perbuatan itu
dibagi ke dalam 4 empat macam perbuatan hukum administrasi negara, yakni : 1.
Penetapan beschiking, administrative dicretion. Sebagai perbuatan sepihak yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau instansi penguasa
negara yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu. Perbuatan hukum tersebut hams sepihak eenzijdig dan harus bersifat administrasi negara. Artinya
realisasi dari suatu kehendak atau ketentuan undang-undang secara nyata kasual, individual.
2. Rencana Planning. Salah satu bentuk dari perbuatan hukum Administrasi
Negara yang menciptakan hubungan-hubungan hulcuin yang mengikat antara penguasa dan para warga masyarakat.
3. Norma jabatan Concrete Normgeving. Merupakan suatu perbuatan hukum
rechtshandeling dari penguasa administrasi negara untuk membuat agar supaya suatu ketentuan undangundang mempunyai isi yang konkret dan praktis serta
dapat diterapkan menurut keadaan waktu dan tempat. 4.
Legislasi Semu Pseudo Weigeving. Adalah pencipataan dari aturan-aturan hukum oleh pejabat administrasi negara yang berwenang sebenarnya dimaksudkan
100
Amrah Muslimin, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, Penerbit Alumni, Bandung, 1982, hal 37
Universitas Sumatera Utara
sebagai garis-garis pedoman pelaksanaan policy kebijaksanaan suatu ketentuan undang-undang akan seperti yang dikemukakan oleh Prajudi Admosudirjo.
101
Memperhatikan batasan, ruing lingkup serta perbuatan-perbuatan dari Administrasi Negara di atas jelaslah bahwa Hukum Administrasi Negara itu adalah
merupakan suatu perangkat ketentuan yang mernuat sekaligus memberikan cara bagaimana agar organ-organ di dalam suatu organisasi yang lazim disebut negara
dapat melaksanakan fungsi dan kewenangannya demi terwujudnya suatu tujuan yang dikehendaki bersama. Dalarn praktek kehidupan sehari-hari acapkali kita
tnenyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa pada saat kewenangan aparatur pemerintah itu direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu Keputusan Pemerintah.
Selanjutnya menurut Ilukum Administrasi Negara bahwa Pemerintah itu mempunyai tu.gas-tugas istimewa, yakni tugas yang dapat dirumuskan secara singkat sebagai
suatu tugas Penyelenggaraan Kepentingan Umum. Instansipemerintah yang berhak memberikan izin pengolahan hutan di
Propinsi Sumatera Utara adalah Dinas kehutanan. Pemrosesan yang bersangkutan berkepentingan menyampaikan surat permohonan kepada Gubernur melalui Kepala
Dinas Kehutanan. Bentuk Izinnya berupa Surat izin Penebangan hutan, kemudian jangka waktu penyelesaian izin yaitu 6 enam hari tergantung lengkapnya
persyaratan. Jangka waktu berlakunya izin adalah satu surat izin berlaku 1 kali kegiatan sesuai yang dimohon.
102
Jenis-jenis izin yang dikeluarkan oleh pihak Dinas Kehutanan terdiri dari tiga jenis yaitu, pertama izin pemanfaatan kayu IPK. Kedua izin pemanfaatan kayu
IPK pada areal penggunaan lain APL atau kawasan budidaya non kehutanan
101
Op.Cit,Prajudi Admosoedirjo, hal. 102
102
https:arief1004.wordpress. com Arief, sekilas bunga rampai perizinan hutan untuk rakyat, .html, diakses tanggal 4 Maret 2014
Universitas Sumatera Utara
KBNK, dan yang ketiga izin pemanfaatan kayu pada kawasan hutan produksi yang dikonversi, dan penggunaan kawasan hutan dengan pinjam pakai.
103
2. Setiap orang badan yang akan melakukan pengelolaan hutan yang berada diluar
kawasan hutan harus mendapat ijin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk;
Dalam hal ini dibahas mengenai Peraturan Daerah tentang Penertiban Pengelolaan hutan, umumnya yaitu:
3. Pengelolaan hutan diluar kawasan hutan wajib memperhatikan prinsip-prinsip
konservasi; 4.
Pengelolaan hutan tersebut diatas harus dilaksanakan secara selektif dengan diikuti usaha-usaha konservatif sesuai petunjuk teknis instansi yang berwenang;
5. Ijin dapat diberikan kepada perorangan atau badan, berlaku 1satu kali.
104
BAB IV UPAYA PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERKAIT