tertarik dalam mengikuti pembelajaran serta memudahkan penyerapan materi yang diajarkan sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat tidak hanya ranah
kognitif, namun pada semua ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.2. KAJIAN EMPIRIS
Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap model Problem Based Learning, model Numbered Heads Together dan
penggunaan media audio visual dalam meningkatkan pembelajaran. Adapun hasil penelitian tersebut adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Saputra 2011 dengan judul “Penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS kelas IV B di SDN Bareng 1 Kecamatan Klojen kota Malang”. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model Problem Bassed
Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas IV SDN Bareng 1
Kecamatan Klojen kota Malang. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada siklus I adalah 66,32 dan hanya 20
siswa saja yang tuntas belajar dengan mencapai angka 70 sesuai dengan KKM yang telah ditentukan, sedangkan 14 siswa yang lain belum tuntas belajar belum berhasil.
Ketuntasan klasikal yang diperoleh dari siklus I ini sebesar 59 saja. Rata-rata kelas pada siklus II adalah 74,71 dan 27 siswa yang tuntas belajar sedangkan 7 siswa yang
lainnya belum tuntas belajar belum berhasil. Ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus II adalah sebesar 79.
Hasil penelitian yang dilakukan Prihatini 2012 dengan judul “peningkatan kualitas pembelajaran IPS melalui Problem Bassed Learning dengan media audio
visual pada siswa kelas IV SDN Karanganyar 01 Semarang” menunjukan bahwa
penerapan Problem Based Learning dengan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan guru. Pada siklus I prosentase mencapai 59,4, siklus II meningkat
menjadi 72,9 dan siklus III presentase 84,38. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari 62,08 pada siklus I menjadi 75,5 pada siklus II dan siklus III
83,3. Presentase kelulusan juga mengalami peningkatan siklus I 59,09, siklus II 70,45 dan siklus III 81,8.
Penelitian yang dilakukan Lestari 2010 dengan judul “Meningkatkan kemampuan menulis melalui media audio visual pada siswa kelas V SDN Sutojayan
01 kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar”. Hasil belajar menulis siswa pada siklus I, secara individual sebanyak 30 dari jumlah siswa kelas V telah melakukan proses
belajar secara tuntas dan sebanyak 14 anak atau 70 dari jumlah siswa kelas V belum tuntas belajar. Hasil belajar menulis siswa pada siklus II, secara individual
sebanyak 20 anak atau 100 dari jumlah siswa kelas V telah melakukan proses belajar secara tuntas dan tidak ada siswa kelas V belum tuntas belajar. Secara klasikal
mereka ini sudah dapat dinyatakan tuntas belajar karena secara keseluruhan sudah lebih dari 80 .
Penelitian yang dilakukan oleh Nilasari 2013 dengan judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar IPS kelas
V Sidoarjo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus I sebesar 57,50 40, siklus II sebesar 69,10 60, dan siklus III sebesar
82,60 95. Selain itu, dari hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa, afektif siswa, dan psikomotor siswa. Dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT Numbered Heads Together
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Penelitian dilakukan oleh ambarwati 2013 dengan judul “Peningkatan hasil
belajar IPS melalui model kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siswa kelas V SDN 05 Gempolsewu Kabupaten Kendal Tahun pelajaran 20122013”. Hasil
penelitian menunjukan bahwa keterampilan guru mengalami peningkatan. pada siklus I adalah mendapatkan skor 16 dengan kriteria baik, pada siklus II mendapatkan skor 9
dengan kriteria sangat baik, dan pada siklus III mendaatkan skor 11 dengan kriteria sangat baik. aktivitas siswa pada siklus I dengan nilai 519 dengan rata-rata penilaian
1,8 mendapatkan kriteria cukup, pada siklus II dengan nilai 587 dengan rata-rata penilaian 12,9 mendapatkan kriteri baik, dan pada siklus III dengan nilai 777 dengan
rata-rata penilaian 16,1 dan memperoleh kriteria sangat baik. peningkatan hasil belajar pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 57,1 dengan ketuntasan belajar 45,8
atau 22 siswa tuntas belajar, kemudian pada siklus II diperoleh nilai rata – rata 66,8 dengan ketuntasan belajar 62,5 atau 30 siswa tuntas belajar, dan pada siklus III
diperoleh nilai rata-rata 81,4 dengan ketuntasan belajar 95,8 atau 46 siswa tuntas belajar dengan kriteria ketuntasan minimal KKM mendapatkan nilai
≥ 60. Temuan-temuan tersebut menunjukan bahwa penerapan model Problem Based
Learning, Numbered Heads Together , serta media audio visual terbukti dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Penelitian-penelitian tersebut memperkuat penerapan model
terpadu Problem Based Learning dan Numbered Heads Together dengan media audio visual. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menerapkan model Problem
Based Learning, Numbered Heads Toigether , dan media audio visual secara terpisah,
dalam penelitian ini peneliti menerapkan model terpadu Problem Based learning dan Numbered Heads Together
dengan media audio visual. Model Problem Based Learning
diterapkan secara terpadu dengan model Numbered Heads Together serta didukung dengan pemanfaatan media audio visual. Indikator kualitas pembelajaran
yang menjadi fokus dalam penelitian ini meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar. Pada penelitian sebelumnya tidak semua indikator tersebut dikaji
secara menyeluruh, dalam penelitian ini semua indikator tersebut dikaji secara menyeluruh. Secara khusus pada variabel hasil belajar dalam penelitian sebelumnya
hanya mengkaji hasil belajar pada ranah kognitif saja, sedangkan dalam penelitian ini hasil belajar yang dikaji mencakup ranah kognitif, afektif, serta psikomotor siswa.
2.3. KERANGKA BERPIKIR