Kajian Pengembangan Penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari untuk pemberdayaan masyarakat miskin

27 Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kec. Berbah Kab. Sleman Yogyakarta 2006. NO JENIS KEGIATAN TAHUN 2005 TAHUN 2006 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1. Pemetaan Sosial Desa 2. Evaluasi Program

3. Kajian Pengembangan

Program 4. Penulisan Laporan 5. Seminar dan Ujian 6. Penggandaan Laporan Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data kajian ini merujuk tipe kajian eksplanatif yaitu, cara pengumpulan data dengan mencari pemahaman dan pengetahuan yang benar antar variabel. Data yang diperoleh selanjutnya dijelaskan faktor penyebab suatu kejadian atau gejala sosial yang dipertanyakan, kemudian mengidentifikasi jaringan sebab-akibat berkenaan dengan suatu gejala sosial melalui data kualitatif. Kajian komunitas dengan metode eksplanatif dilakukan oleh pengkaji melalui tiga tahapan pelakasanaan, antara lain : 1. Mengkaji situasi sosial masyarakat tempat kajian 2. Mengkaji proses kegiatan pengembangan masyarakat miskin di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto melalui kegiatan Simpan Pinjam Rukun Lestari. 3. Mengkaji pelaksanaan pencapaian tujuan kegitan Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk pemberdayaan masyarakat miskin sebagai anggotanya. 28 Melalui kegiatan kajian komunitas dengan metode eksplanatif tersebut diharapkan dapat diperoleh data berupa kata-kata lisan, pendapat, pandangan, keterangan, kesan, tanggapan serta data yang diperoleh dari responden maupun informan yang terdiri dari Tokoh Masyarakat, Perangkat Desa, Pengurus lembaga, masyarakat anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari. Adapun Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam kajian ini adalah : 1. Studi dokumentasi, mempelajari data yang didapat dari monografi desa. 2. Wawancara mendalam, dengan jalan menggali informasi dari tokoh masyarakat pemrakarsa, pengurus dan anggota lembaga simpan-pinjam serta aparat desa untuk digunakan sebagai bahan kajian. Pelaksanaan kajian dengan cara melakukan wawancara, melakukan snowballing atau mencari respondeninforman berdasarkan rujukan atau keterangan yang didapat dari respondeninforman sebelumnya. 3. Observasi, yaitu kegiatan meneliti potensi sumber daya lokal yang dilakukan penulis sendiri atau bersama responden. 4. Diskusi kelompok terfokus Focus Group Disscussion FGD, dan Participatory Rural Appraisal PRA, yaitu kegiatan untuk memahami kemampuan dan kemauan masyarakat berdasarkan potensi dan permasalahan yang ada untuk membuat program pemberdayaan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui pendekatan partisipatif dimana informan berperan serta dalam menemukenali serta melakukan assessment terhadap masalahnya, pengkaji bertindak sebagai fasilitator serta melakukan diskusi mendalam dalam kegiatan PRA. Data yang dibutuhkan dalam kajian pemberdayaan masyarakat merupakan data yang bersifat kualitatif berdasarkan kasus yang dikaji, kemudian data tersebut dikumpulkan guna proses pemberdayaan masyarakat di dalamnya terdapat : gambaran sosial budaya dan ekonomi masyarakat Desa Sendangtirto, program pembangunan pada masyarakat Desa Sendangtirto, serta melihat faktor pendukung pemberdayaan masyarakat miskin RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto pada upaya penyusunan program pemberdayaan masyarakat miskin dalam penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari. 29 Data yang diperoleh dipilah, dikategorikan dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan analisis. Analisis data dihubungkan dengan landasan teoritis, selanjutnya dihubungan dengan pokok permasalahan yang dianalisis secara mendalam terhadap hal yang menjadi pokok persoalan. Pengumpulan data untuk mempermudah kerja kajian dengan jalan membuat tabel rincian responden dan cara pengumpulan data seperti Tabel 2 di bawah : Tabel 2. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data NO Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data P D W SD 1 1. Kapasitas lembaga simpan pinjam - Kepeminpinan Aparat Desa V V V -Norma Tokoh Masyarakat V V -Manajemen organisasi Pengurus dan V V V -Modal Aggota lembaga simpan pinjam V V V 2. Kapasitas Anggota Pengurus dan Anggota V v -Pendidikan V V -Pendapatan V V V -Keberfungsian sosial V V V V 2. Performa Lembaga Simpan pinjam - Sejarah Simpan Pinjam Pengurus dan Anggota V V - Keanggotaan Tokoh Masyarakat V V - Program Kerja Stakeholder V V V - Kegiatan dan ADART V V V 3. Sistem Sumber Formal : - Aparat Desa Aparat Desa V V - Dinas Koperasi Kantor Dinas Koperasi Kab. Sleman Yogyakarta V V - Perbankan Lembaga Perbankan V V - Lembaga Sejenis Lembaga sejenis di lokasi kajian V V V V Sistem Sumber Non Formal - Tokoh Masyarakat Tokoh Agama, Tokoh Pembangunan V -PerkumpulanKaryawan Karyawati Pengurus Karyawan Karyawati V V Keterangan : P : Pengamatan, D : Diskusi, W : Wawancara, SD : Studi dokumentasi Untuk menentukan sumber data, tipe informan dan jumlah responden informan dapat dilihat pada Tabel 3, di bawah ini : 30 Tabel 3. Sumber Data, Tipe Informan dan Jumlah RespondenInforman Sumber Data Tipe Informan Jumlah Responden Informan Aparat Desa Sendangtirto Dinas Koperasi, Perbankan dan Lembaga Sejenis Lurah, Kaur Ekonomi Pembangunan dan Kaur Kesra, Kantor Koperasi, Lembaga Perbankan dan Lembaga Sejenis 8 orang Perkumpulan KaryawanKaryawati Pengurus dan Anggota 2 orang Tokoh Masyarakat Tokoh Agama, Tokoh Informal 2 orang Lembaga Simpan Pinjam Ketua dan Pengurus 3 orang Anggota Simpan Pinjam Anggota 26 orang Untuk mempermudah mendapatkan data-data yang lengkap, maka variabel kajian, disusun indikator dan parameter kajian sebagaimana Tabel 4, di bawah : Tabel 4. Variabel, Indikator dan Parameter Kajian N o Variabel Indikator Parameter 1 2 3 4 1 Kapasitas lembaga simpan-pinjam 1. Kepemimpinan 2. Norma 3. Manajemen organisasi 4. Modal • Perkembangan permodalan • Bentuk-bentuk kepercayaan kepada pengurus • Bentuk-bentuk hubungan antar anggota • Administrasi • Perencanaan, pengorganisasian, pelaksana -an dan penilaian program kerja SP • Jalinan dan bentuk-bentuk kerjasama 2 Kapasitas Anggota simpan pinjam 1. Pendidikan 2. Pendapatan 3. Keberfungsian sosial • Pendidikan terakhir • Tingkat pengeluaran dalam satu bulan dan satu tahun. • Kapabilitas anggota dalam memenuhi kebutuhan kelompok • Melaksanakan tanggjung jawab dan peranan sosial • Melaksanakan usaha menghadapi masalah. 3 Performa lembaga simpan pinjam 1. Perkembangan lembaga • Jumlah anggota • Jumlah dana bergulir • Jumlah simpanan dan pinjaman • Jumlah tunggakan b. Pola Pengelolaan • Perencanaan • Pelaksanaan • Evaluasi - berkembangnya jumlah anggota - meningkatnya jumlah pinjaman - meningkatnya simpanantabungan - kelancaran perguliran modal - berkurangnya tunggakan - adanya perencanaan kegiatan - adanya indikator keberhasilan kegiatan - aturan pengelolaan perguliran - pelaksanaan rencana kegiatan - penilaian pelayanan kepada anggota - penilaian mekanisme lembaga 31 1 2 3 4 4 Penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam 1. Meningkatnya kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial 2. Kemandirian usaha sosial-ekonomi 3. Meningkatnya aksebilitas anggota terhadap pelayanan sosial 4. Peningkatan jumlah asset anggota - Tertatanya peraturan dalam pemberdayaan masyarakat miskin - mampu mengambil keputusan - dimanfaatkannya hasil kajian pengembangan masyarakat sebagai model penanganan masalah kelembagaan - meningkatnya kualitas sumber daya manusia - mampu membuka jejaring pada lembaga permodalan atau lembaga sejenis dengan kerjasama kolaboratif - mampu mengakses sistem sumber 5 Pemberdayaan anggota lembaga simpan pinjam a. Kemampuan memenuhi kebutuhan pokok b. Meningkatnya kepedulian dan tanggung jawab sosial c. Kemampuan mengatasi masalah Tersajinya program pemberdayaan dalam lembaga simapan pinjam untuk : - meningkatkan penghasilan keluarga - terpeliharanya penghasilan keluarga secara berkesinanbungan - meningkatkan tabungan keluarga - meningkatkan peran aktif anggota dalam program pemberdayaan - meningkatkan tanggung jawab sosial terhadap program pengembangan lembaga - meningkatkan kepedulian anggota dalam program pengembangan lembaga Analisis Dan Pelaporan Rancangan Analisis Pemberdayaan empowerment masyarakat miskin merupakan strategi pembangunan berpusat pada kepentingan dan kebutuhan rakyat people centered development arah yang diharapkan adalah adanya kemandirian masyarakat. Memahami dan mengetahui kondisi masyarakat miskin serta lembaga simpan- pinjam Rukun Lestari, pendekatannya melalui Participatory Rural Appraisal PRA. Metode analisis tersebut digunakan selama kajian berlangsung. Aktor utama dalam kajian PRA adalah masyarakat miskin dan lembaga, dengan peneliti berperan sebagai fasilitator. Pendekatan PRA digunakan sebagai : 1. Identifikasi potensi, permasalahan dan kebutuhan yang diharapkan masyarakat miskin anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari 2. Penyusunan program kerja. 32 Selain PRA, dilakukan FGD untuk menyepakati program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin guna penguatan kapasitas lembag ekonomi lokal yang diusulkan berdasarkan masalah dan potensi yang dimiliki masyarakat. Rancangan Penyusunan Program Penyusunan program Penguatan Kapasitas Lembaga simpan pinjam melalui Pemberdayaan Masyarakat miskin dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat melalui metode PRA, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan maupun evaluasi program pemberdayaan lembaga simpan pinjam dijalankan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat miskin anggota simpan pinjam Rukun Lestari. Tujuannya memperkuat kamandirian masyarakat dalam mengelola dan melakukan pengawasan terhadap lembaga, sehingga penguatan kapasitas lembaga dapat memenuhi kebutuhan anggotanya secara berkelanjutan. Penyusunan program dilakukan dengan rancangan sebagai berikut: 1. Latar Belakang, berisi analisis masalah, kebutuhan berdasarkan hasil kajian 2. Penetapan Tujuan, berisi analisis terhadap tujuan 3. Analisis terhadap sumber daya, berisi analisis terhadap sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk penguatan kapasitas lembaga. 4. Analisis alternatif program, berisi analisis terhadap berbagai program yang dapat dilakukan untuk memperkuat kapasitas lembaga simpan pinjam 5. PemilihanPenentuan program dan strategi penguatan kapasitas lembaga yaitu: - Strategi penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam. - Program penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam. - Pemberdayaan Pengurus dan anggota lembaga simpan pinjam. PETA SOSIAL MASYARAKAT DESA SENDANGTIRTO Keadaan Geografis Secara administratif Desa Sendangtirto berada di wilayah Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman, terletak di ujung selatan timur berbatasan dengan Kabupaten Bantul. Desa Sendangtirto merupakan salah satu dari 4 Desa yang ada di Kecamatan Berbah antara lain: Desa Sendangtirto, Desa Tegaltirto, Desa Jogotirto, dan Desa Kalitirto. Batas-batas wilayah Desa Sendangtirto adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Akademi Angkatan Udara AAU 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sitimulyo Piyungan Kabupaten Bantul. 3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tegaltirto, Kecamatan Berbah dan Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Banguntapan dan Desa Potorono Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Desa Sendangtirto dibagi dalam 18 dusun, empat puluh tiga Rukun Warga RW dan sembilan puluh sembilan Rukun Tetangga RT dengan wilayah seluas 522,730 ha. Secara fisik desa Sendangtirto dibelah oleh jalan propinsi yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Kabupaten Gunung Kidul, lintasan jalan tersebut merupakan jalan alternatif selatan menuju Jawa Timur melalui Wonogiri Jawa Tengah. Desa Sendangtirto juga dilalui sungai Kuning dari utara menuju ke selatan, airnya dapat digunakan untuk mengaliri sawah sepanjang tahun serta keperluan hidup lain. Jarak fisik dengan ibukota Kecamatan Berbah 2,5 km dapat ditempuh dengan angkutan pedesaan mikrolet dengan biaya Rp. 1.000,00 dengan waktu tempuh berkisar 6 menit, sedangkan jarak fisik dengan ibukota Kabupaten Sleman sejauh 35 km dapat ditempuh dengan angkutan bus umum kopata dengan biaya Rp. 4.000,00 dengan waktu tempuh berkitar 35 menit. Akses ke kota Yogyakarta, kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berjarak 9 km bisa ditempuh dengan 34 bus umum dengan ongkos Rp. 2.000,.00 sedangkan akses pelayanan ekonomi, Bank, kantor pos terdapat di Kecamatan Berbah. Perubahan lahan sesuai peruntukannya berdasarkan data di Desa Sendangtirto bisa dijelaskan pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Luas Lahan Sesuai Peruntukannya di Desa Sendangtirto Desember 1996 dan Juni 2005 No Luas lahan Jenis penggunaan Tahun 1996 Tahun 2005 Luas tanah ha Presentase Luas tanah ha Presentase 1 Tanah sawah 222,650 42,59 202,650 38,77 2 Tegalanladang 153,523 29,37 146,477 28,02 3 Pekarangan 122,800 23,49 118,560 22,68 4 Fasilitas umum 4,262 0,82 12,480 2,39 5 Pelayanan umum 6,115 1,17 11,485 2,20 6 Tempat usaha dan industri 2,680 0,51 9,378 1,79 7 Perumahan 10,700 2,05 21,700 41,50 Jumlah 522,730 100,00 522,730 100,00 Sumber: Monografi dan profil Desa Sedangtirto Juni 2005 Dilihat dari data tahun 1996 dengan membandingkan tahun 2005 fungsi tanah terjadi perubahan sesuai peruntukannya, antara lain; menyempitnya luas tanah sawah sebesar 20 ha atau 3,83, tegalanladang sebesar 7,076 ha atau 1,29 dan pekarangan sebesar 4,240 ha atau 0,81. Jumlah peralihan fungsi tanah tersebut seluas 30,993 ha atau 5,93 beralih pada lintasan umum sebesar 8,228 ha atau 1,57, pelayanan umum sebesar 5,3 ha atau 1,03, tempat usaha dan industri sebesar 6,698 ha atau 1,28 dan perumahan sebesar 11 ha atau 2,10. 35 Kependudukan Komposisi penduduk Desa Sendangtirto berdasarkan usia dan jenis kalamin dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Sendangtirto Menurut Usia dan Jenis Kelamin Desember 1995 dan Juni 2005 No Jenis kelamin Golongan umur Desember 1995 Juni 2005 L Jiwa P Jiwa Jumlah Jiwa L Jiwa P Jiwa Jumlah Jiwa 1 0 – 4 th 321 325 646 327 368 695 2 5 – 9 th 423 397 820 361 353 714 3 10 – 14 th 407 445 852 569 603 1172 4 15 – 19 th 459 452 911 543 527 1070 5 20 – 24 th 496 464 960 538 523 1061 6 25 – 29 th 495 442 937 626 686 1312 7 30 – 34 th 430 456 886 552 663 1215 8 35 – 39 th 327 343 670 539 592 1131 9 40 – 44 th 301 361 662 406 441 847 10 45 – 49 th 290 326 616 349 377 726 11 50 – 54 th 301 328 629 306 334 640 12 55 – 59 th 253 264 517 272 308 580 13 60 – 64 th 215 219 434 194 229 423 14 65 – 69 th 190 155 345 264 233 497 15 70 – 74 th 172 142 314 191 222 413 16 75 + 107 160 267 123 167 290 Jumlah 5187 5279 10466 6200 6586 12786 Sumber: Monografi dan Profil Desa Sendangtirto Juni 2005 Secara detail maka komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin dapat dilihat dalam Gambar 2 piramida penduduk Desa Sendangtirto di bawah berikut: 36 Gambar 2 : Piramida Penduduk Desa Sendangtirto Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Berdasarkan Jumlah Penduduk Juni 2005 Dilihat dari data Tabel 6 di atas, bisa diketahui jumlah penduduk Desember 1995 sebesar 10466 jiwa dan jumlah penduduk Juni 2005 sebesar 12796 jiwa, dengan kelahiran laki-laki lebih kecil dibanding angka kelahiran wanita masa kurun waktu tahun 1995 sampai dengan 2005. Data dari Tabel 6 di atas, juga menjelaskan angka kelahiran di Desa Sendangtirto semakin menurun, hal ini ditunjukkan pada Gambar 3 di atas dengan bentuk piramida penduduk yang mengembung di atas serta diperkuat dengan penurunan penduduk kelompok umur 5 - 9 tahun dari tahun 1995 sejumlah 820 jiwa dan tahun 2005 sebesar 714 jiwa. Penurunan tingkat kelahiran tersebut Jumlah Penduduk Perempuan 6200 jiwa Juni 2005 Jumlah Penduduk Laki-Laki 6586 jiwa Juni 2005 75+ 70-74 65 -69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5 - 9 0 - 4 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 Laki-laki Perempuan Penduduk dihitung dalam ratusan jiwa Sumber data : Monografi data Profil Penduduk Desa Sesndangtirto Juni 2005 37 membuktikan program keluarga berencana di Desa Sendangtirto berhasil, sehingga akses penduduk ke sektor pertanian semakin menurun dan sebuah keluarga tidak perlu mempunyai banyak anak untuk tenaga kerja di sektor pertanian. Rasio beban tanggungan penduduk bisa disebutkan pada tahun 1995 kelompok usia produktif 15 – 64 tahun sebesar 7222 jiwa dan usia non produktif 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas sebesar 3244 jiwa, jumlah penduduk tahun 1995 sebesar 10466 jiwa hal ini bisa diketahui bahwa rasio beban tanggungan pada tahun 1995 sebesar 45 yang berarti setiap 100 orang usia produktif di desa Sendangtirto menanggung 45 orang penduduk usia non produktif. Dibanding rasio beban tanggungan penduduk tahun 2005 dengan kelompok usia produktif 15-64 tahun sebesar 9005 jiwa dan usia non produktif 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas sebesar 3781 jiwa, jumlah penduduk tahun 2005 sebesar 12786 jiwa mempunyai rasio baban tanggungan sebesar 42 pada tahun 2005. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa rasio beban tanggungan tahun 1995 dan tahun 2005 terjadi penurunan 3. Data Tabel 6 di atas, diketahui penduduk usia umur 15-64 tahun pada tahun 1995 sebesar 69 dan tahun 2005 sebesar 70,43 terjadi kenaikan kependudukan usia tahun 1995 ke tahun 2005 sebesar 1,43 yang berarti penambahan lapangan kerja baru yang harus dipersiapkan, bila hal tersebut tidak terpenuhi akan berakibat makin besarnya angka pengangguran serta meningkatnya angka kemiskinan. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2005 sebesar 7222 jiwa atau 65,48 dari jumlah penduduk sebesar 12786 jiwa, dari data tersebut juga diketahui Angkatan Kerja sejumlah 2333 jiwa serta diketahui usia kerja 15-64 tahun sejumlah 9005 jiwa pada tahun 2005 berarti RPAK Reit Penganggur Angkatan Kerja sebesar 25,91 . Hal lain yang penting untuk diketahui adalah semakin sempitnya lapangan kerja yang tersedia akan berakibat mempengaruhi kelembagaan ekonomi yang ada di desa Sendangtirto, sehingga pengembangan inovasi sangat diperlukan dalam rangka menciptakan daya saing yang lebih baik serta upaya membuka peluang kerja bagi mengantisipasi bertambahnya pengangguran. 38 Pendidikan Penduduk Pendidikan penduduk Desa Sendangtirto dari data yang diperoleh menunjukkan, perkembangan pendidikan penduduk pada tahun 1995 dan tahun 2005 bisa dipaparkan pada Tabel 7 berikut: Tabel 7 Tingkat Perkembangan Pendidikan Penduduk Desa Sendangtirto Desember 1995 dan Juni 2005 No Jumlah penduduk menurut pendidikan Tingkatan Pendidikan Tahun 1995 Tahun 2005 Jumlah Jiwa Prosentase Jumlah Jiwa Prosentase 1 Belum Sekolah 984 28.85 637 14,93 2 Tidak Sekolah 273 8,00 223 5,23 3 SD tidak tamat 214 6,27 230 5,39 4 SD tamat 699 20,49 812 19,04 5 SLTP tidak tamat 64 1,88 86 2,03 6 SLTP tamat 552 16,18 730 17,12 7 SLTA tidak tamat 63 1,85 111 2,60 8 SLTA tamat 390 11,43 997 23,37 9 AkademiPerguruan tinggi 172 5,05 439 10,29 Jumlah 3.411 100,00 4.265 100,00 Sumber data: Monografi desa Sendangtirto Juni 2005 Data Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa penduduk pada tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Pertama kebawah dari tahun 1995 sebanyak 2849 jiwa atau 83,52 dan Penduduk dengan pendidikan AkademiPerguruan tinggi sebesar 172 jiwa atau 5,05 , sedangkan pada tahun 2005 penduduk pada tingkat Sekolah Lanjutan Pertama kebawah sebanyak 2829 jiwa atau 66,34 dan Penduduk dengan pendidikan AkademiPerguruan tinggi sebesar 439 jiwa atau 10,29 . Hal ini mengindikasikan bahwa, terjadi penurunan penduduk dengan tingkat pendidikan SLTP kebawah dari tahun 1995 ke tahun 2005 sebesar 17,18 dan untuk tingkat pendidikan AkademiPerguruan tinggi terjadi peningkatan pendidikan sebesar 5,24 . Perubahan tingkat pendidikan penduduk tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan sumber daya manusia di Desa Sendangtirto, namun penduduk dengan pendidikan rendah masih mendominasi tingkat pendidikan penduduk yaitu sebesar 60,34 pada tahun 2005. Banyaknya penduduk yang mengalami kemiskinan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari 39 juga menunjukkan indikasi pendidikan penduduk masih rendah, disamping pekerjaan yang digeluti menghasilkan penghasilanupah yang rendah. Mata Pencaharian Penduduk Menurut data yang ada dan informasi yang didapat di lapangan, beralih fungsi tanah sesuai peruntukannya telah mempengaruhi perubahan jenis mata pencaharian pokok petani berjumlah 1002 jiwa atau 30,05 dan buruh tani berjumlah 755 jiwa atau 23,64 pada Desember 1995 berubah menjadi petani berjumlah 627 jiwa atau 15,12 dan buruh tani berjumlah 1240 jiwa atau 29,90 dengan data yang bisa dipaparkan pada Tabel 8 berikut: Tabel 8 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Sendangtirto Desember 1995 dan Juni 2005 No Jumlah penduduk menurut pekejaan Jenis mata pencaharian Tahun 1995 Tahun 2005 Jumlah Jiwa Prosentase Jumlah Jiwa Prosentase 1 Petani 1.002 30,05 627 15,12 2 Buruh tani 755 22,64 1.240 29,90 3 Peternakan 89 2,66 94 2,27 4 PNS 350 10,71 466 10,23 5 Pegawai Swasta 260 7,79 528 12,74 6 Pertukangan 294 8,81 399 9,63 7 ABRIPOLRI 69 2,07 185 4,46 8 Pensiunan 83 2,48 92 2,22 9 Wiraswasta 415 12,44 476 11,47 10 TKI 10 0,29 40 0,96 Jumlah 3.334 100,00 4.147 100,00 Sumber data: Monograi desa Sendangtirto Juni 2005 Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa berkurangnya jumlah petani 14,93 dari Desember 1995 dan Juni 2005 disebabkan banyaknya penjualan tanah pertanian berakibat berubahnya mata pencaharian pokok penduduk dari petani menjadi buruh tani, pertukangan, pegawai swasta serta TKI, hal ini terlihat bahwa penduduk Desember 1995 dengan mata pencaharian pokok terbanyak petani sejumlah 1002 jiwa atau 30,05 menjadi buruh tani terbanyak Juni 2005 sejumlah 1240 jiwa atau 29,90. Perubahan juga terjadi pada pegawai swasta, bila Desember 1995 berjumlah 260 jiwa atau 7,79 berubah menjadi 528 jiwa atau 12,74 pada tahun 2005. Peningkatan sebesar 4,95 pada pegawai swasta 40 disebabkan adanya pembukaan industri pembuatan sarung tangan, perakitan sepeda motor Daiheyo dan industri televisi swasta Jogja TV dan RS. Bedah Dharma serta berkembangnya warung dan pertokoan selama 10 tahun terakhir. Jenis pekerjaan pertukangan meningkat sejalan banyaknya pembangunan perumahan juga mengalami peningkatan sebesar 0,82 dari data tahun 1995 sebesar 294 jiwa atau 8,81 dan tahun 2005 menjadi 399 jiwa atau 9,63 . Bertambahnya jumlah mata pencaharian penduduk ABRIPOLRI sebesar 2,39, terjadi karena pada tahun 1995 jumlah mata pencaharian penduduk ABRIPOLRI sebesar 69 jiwa atau 2,07 meningkat pada Juni 2005 menjadi sebesar 185 jiwa atau 4,46 disebabkan banyak ABRIPOLRI yang tinggal di desa Sendangtirto menempati perumahan umum untuk mendekati tempat pekerjaan. Dari data di atas, mata pencaharian penduduk petani dan buruh tani Juni 2005 masih cukup banyak yaitu 45,02 sedangkan sektor mata pencaharian penduduk non pertanian sebanyak 4,98. Struktur Komunitas Pelapisan sosial terdapat pada semua komunitas dimana mereka tinggal, sedangkan pelapisan sosial yang ada di desa Sendangtirto bisa dilihat pada sistem sosial masyarakat yang berlaku. Pelapisan sosial tersebut bertitik berat pada sesuatu yang dihormati, dihargai dan berpengaruh terhadap lingkungan sesuai anggapan yang disampaikan komunitas dan bukan didasarkan pada kepemilikan harta benda atau kepemilikan lahan dan rumah yang megah. Dilihat atas dasar tersebut, maka pelapisan sosial di desa Sendangtirto cenderung bersifat terbuka, dimana seseorang dengan kemampuan dirinya untuk dihormati, dihargai serta pengaruh yang besar terhadap lingkungan berpeluang memasuki lapisan sosial di atasnya. Pelapisan sosial masyarakat Sendangtirto dapat dilihat dalam Gambar 3 di bawah ini: 41 I Ulama II Aparat DesaDusun III PNSABRI IV Masyarakat Gambar 3. Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Sendangtirto Pada Tahun 2005 Lapisan sosial yang pertama adalah ulama, karena desa Sendangtirto sebagian besar 90 penduduk merupakan pemeluk Agamar Islam dengan organisasi masyarakat terbesar Muhammadiyah, maka ulamanya seperi KH Hisham Safei yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim mempunyai pengaruh sangat luas bukan di desa Sendangtiro sendiri namun cakupannya sampai pada tingkat propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini terbukti dari beberapa kejadian tawuran yang dialami desa Sendangtirto tahun 2003 antara dusun Maredan dan dusun Lodangan, tahun 2004 antara dusun Gandu dan dusun Noyokerten. serta tahun 2005 antara dusun Maredan dan dusun Lodangan, melalui ketokohan ulama tersebut dengan siraman rohani dan arahan beliau tawuran tersebut bisa dilerai tanpa harus pihak kepolisian turun tangan. Lapisan sosial yang kedua adalah aparat desadusun, aparat tersebut dipilih dan diberikan mandat oleh lingkungannya untuk memimpin komunitas dan diharapkan dapat menjembatani kepentingan-kepentingan komunitas dengan pihak pemerintah, swasta, serta unsur lainnya. Pengaruh yang mereka punyai bisa digunakan dalam memberikan persetujuan dalam pengembangan masyarakat di desa Sendangtirto. Lapisan yang ketiga adalah kelompok Pegawai Negeri Sipil dan ABRI sebab kelompok ini dianggap bisa memberikan tauladan serta mempunyai kemampuan untuk mengakses kepentingan-kepentingan masyarakat ke dalam birokrasi pemerintahan. Kelompok ini untuk di desa Sendangtirto kebanyakan 42 oleh komunitas ditunjuk sebagai RT dan RW, sering mereka dijadikan juru bicara atau wakil-wakil masyarakat atas kepentingan-kepentingan komunitas setempat dengan pihak pemerintah maupun swasta atau unsur lainnya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di komunitas RT atau RW. Lapisan sosial yang ke empat adalah masyarakat, merupakan unsur dari semua lapisan masyarakat terdiri dari berbagai macam status pekerjaan baik petani atau buruh tani, tukang kayu, tukang batu, pegawai swasta, wiraswasta, PNS dan ABRI dan unsur lainnya yang tidak masuk ke dalam unsur pelapisan sosial yang pertama, kedua dan ketiga. Kelembagaan Dinamika perkembangan komunitas dan kebudayaannya selalu ada kelembagaan sosial yang bersifat stabil, sah dan diakui oleh masyarakat. Kelembagaan sosial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, kelembagaan tersebut dapat dikatagorikan berdasarkan jenis-jenis kebutuhan pokok sebagai berikut Dharmawan Nasdian 2003 antara lain : 1. Kelembagaan kesenian dan estetika, untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan yang ada di Desa Sendangtirto antara lain : Kesenian Jatilan, Kesenian Hadrah, Kesenian Salawatan dan Campursari serta Lembaga Trah. 2. Kelembagaan ekonomi, untuk memenuhi pencaharian hidup, memproduksi, menimbun, mendistribusi harta benda yang ada di Desa Sendangtirto adalah Koperasi, arisan dan simpan-pinjam, Kelompok Tani dan Kelompok P2KP. 3. Kelembagaan pendidikan, untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan, agar menjadi anggota masyarakat yang berguna yang ada di Desa Sendangtirto adalah pendidikan formal antara lain ; Sekolah Dasar, SMA serta melalui Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim diantaranya MTs, Aliyah sedangkan kegiatan informal melalui Kelompok belajar paket Kejar A yang dilakukan PKB Pamor Lestari Karang Taruna. 4. Kelembagaan keagamaan, untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan. Di Desa Sendangtirto Majelis Talim yang diselenggarakan melalui program dari Muhammadiyah dan NU dengan kegiatan Senenan, Selosopon dan Kamispon. 43 5. Kelembagaan politik, untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan kelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara di antaranya Badan Perwakilan Desa BPD, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa LPMD, PKK . 6. Kelembagaan somatik, untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah manusia di Desa Sendangtirto adalah Puskesmas, Posyandu, Bidan dan Dokter Praktek Umum. Kelembagaan sosial lain yang ada di desa Sendangtirto dan mencerminkan pola hubungan asli masyarakat pedesaan adalah kelompok ronda dan sambatan. Pada perkumpulan kelompok ronda, pola jimpitan beras dan uang fungsinya dapat digunakan untuk pembangunan serta perawatan sarana dan prasarana fasilitas umum yang dimiliki oleh lingkungan. Penggunaan dana tersebut dipakai pada perbaikan jalan lingkungan kampung, pos ronda dan perbaikan mushola, perawatan sarana dan prasarana milik umum. Pola pengerjaannya melalui sambatan yang dilakukan setiap hari minggu, hal ini dilakukan karena semua lapisan masyarakat dapat berpartisipasi pada hari dimaksud. Pembagian kerja dilakukan antara lain, oleh bapak-bapak dan remaja putra melakukan kegiatan pembangunan sedangkan remaja putri dan ibu- ibu membantu pekerjaan-pekerjaan ringan dan menyediakan konsumsi. Simbol atau tanda diadakannya gotong-royong melalui sambatan ini dilakukan lewat mushola, masjid maupun kentongan yang masih efektif dalam mengumpulkan warga. Pola sambatan yang mengarah pada pekerjaan individu perorangan dalam rehababilitasi rumah maupun pembangunan rumah, sekarang polanya telah diganti dengan sistem upah yang disesuaikan dengan kesepakatan pada umumnya dengan besaran upah sesuai sistem yang berlaku. Proses pengasuhan anak dalam masyarakat desa Sendangtirto masih dilakukan dalam lingkungan keluarga bagi masyarakat asli. Namun bagi pendatang yang tinggal di perumahan perannya sudah digantikan pembantu rumah tangga atau babby sister, bagi komunitas penduduk pendatang peran pembantu rumah tangga, satpam dan tukang sampah serta pembayaran listrik banyak mengambil dari masyarakat setempat yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal. 44 Sistem kekerabatan masih dijunjung tinggi oleh masyarakat desa Sendangtirto seperti kelembagaan trah sangat berperan dalam masyarakat, perkumpulan keluarga “Trah” ini biasanya diadakan pertemuan bulanan atau triwulan dan di dalamnya terdapat kegiatan arisan, pendidikan dan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh anggota trah tersebut. Adanya berbagai kelembagaan, organisasi dan kelompok sosial di desa Sendangtirto merupakan fenomena natural yang terdapat pada masyarakat tradisional rural yang masih menjunjung tinggi rasa saling menghormati, kerjasama dan gotong royong untuk tujuan bersama, yaitu memajukan desa dan mensejahterakan masyarakat. Proses asosiatif masih terjaga dalam masyarakat yang terlihat pada kerjasama kelompok tani, arisan, kelompok ronda, kelompok salawatan dan kelompok budaya seperti jatilan, camapursari dan hadrahterbang. Namun demikian juga tidak bisa dipungkiri bahwa di Desa Sendangtirto telah terjadi proses-proses pelunturan nilai dan norma masyarakat dalam semangat “sambatan” di kalangan masyarakat. Sumber Daya Lokal Sumber daya lokal di desa Sendangtirto yang dominan adalah tanah dan air. namun demikian lingkungan degan pola mata pencaharian penduduk di sektor pertanian telah terjadi perubahan. Informasi dari responden maupun informan menunjukan bahwa penduduk usia kerja di bawah umur 30 tahun sudah kurang meminati sektor tersebut, hal ini disebabkan sektor pertanian kurang bisa menjanjikan dan menghasilkan pendapatan yang kurang memadai pada ekonomi keluarga. Pekerja atau pencari kerja sesuai tabel 8 di atas menunjukkan bahwa banyak pekerja ataupun pencari kerja memilih jenis mata pencaharian lain, seperti pertukangan, pegawai swasta dan TKI yang lebih cepat menghasilkan pendapatan dengan hasil lebih besar dari sektor pertanian. Munculnya permasalahan tersebut di karenakan pemerintah kurang memproteksi sektor pertanian akan tata niaga ekonomi pertanian yaitu, antara biaya produksi dan hasil penjualan beras, disamping akibat lain adalah master plan penggunaan tata ruang yang kurang sesuai peruntukannya dengan tidak ada pembatasan penjualan tanah pertanian subur untuk fungsi industri, jasa dan perumahan sehingga ke 45 depan akan berpengaruh pada penyediaan ketahanan pangan di daerah maupun nasional. Seharusnya kebijakan pemerintah ke depan harus mengedepankan sektor pertanian walaupun tidak meninggalkan sektor industri, bila kita melihat Indonesia sebagai negara agraris dan mengurangi arus migrasi penduduk. Jadi perencanaan yang sinergis untuk semua sektor perlu dilakukan dan tidak berdasarkan pada kepentingan masing-masing instansi yang ada di birokrasi pemerintahan. Sektor pertanian di desa Sendangtirto masih banyak digeluti oleh petaniburuh tani usia di atas umur 40 tahun dengan data tahun 1995 sampai dengan tahun 2005 cenderung menurun 7,67 yang menggeluti sektor pertanian. Mata pencaharian yang lain seperti pengolahan mete, emping mlinjo, pembuatan tahu, pembuatan roti dan peternakan dan anyaman bambu masih sebagian besar mengandalkan ketersediaan bahan baku yang dihasilkan lingkungan dan alam sekitar. Pemanfaatan lahan di lingkungan rumah tangga juga masih terlihat dengan ditanami rambutan, mangga, pepaya, pisang, jati dan munggur untuk mendukung perekonomian keluarga masyarakat desa Sendangtirto. Pada sumber daya air, melalui organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A “Tri Mulyo Sejati Bendung Klampok Kiri” diatur penggunaan air untuk pertanian juga perikanan darat. Sistem penguasaan sumber daya agraria, data yang diperoleh di desa Sendangtirto dilakukan secara turun-temurun yang diwariskan oleh orang tua, dengan tanah sawah mayoritas belum bersertifikat dan hanya tercatat dalam tanah persil desa. Pola perimbangan sumber daya agraria pada luas tanah sawah relatif tidak seimbang, dari 202, 690 ha tanah sawah yang ada, jumlah petani pemilik lahan sebanyak 1482 jiwa. Hal ini bisa dipaparkan dalam Tabel 9 di bawah ini: 46 Tabel 9. Struktur Kepemilikan Tanah Sawah Desa Sendangtirto Juni 2005 No Luas Pemilikan Tanah ha Jumlah Jiwa Persentase 1 0,1 785 52,97 2 0,1 – 0,5 623 42,03 3 0,6 – 1,0 52 3,50 4 1,1 – 1,5 20 1,35 5 1,6 – 2,0 2 0,15 6 3,0 – 5,0 7 6,0 – 8,0 8 9,0 Jumlah 1.482 100,00 Sumber : Monografi Desa Sendangtirto Juni 2005 Dari data tersebut sebanyak 785 jiwa atau 52,97 petani memiliki lahan seluas kurang dari 0,1 ha, sebanyak 623 jiwa atau 42,03 petani memiliki lahan seluas 0,1 sampai dengan 0,5 ha, sebanyak 52 jiwa atau 3,50 petani memiliki lahan seluas 0,6 sampai dengan 1,0 ha, sebanyak 20 jiwa atau 1,35 petani memiliki lahan seluas 1,1 sampai dengan 1,5 ha dan hanya 2 jiwa atau 0,15 yang memiliki lahan seluas 1,6 sampai dengan 2,0 ha. Data pola perimbangan seperti Tabel 9 di atas menunjukkan rata-rata penguasan lahan pertanian oleh petani adalah 0,14 ha, artinya rata-rata petani di desa Sendangtirto mempunyai luas lahan seluas 0,14 ha atau 1400 m 2 . Memperhatikan rata-rata penguasaan lahan pertanian oleh petani sebesar 0,14 ha maka desa Sendangtirto penduduknya bisa digolongkan pada buruh tani, bila masalah pengalihan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya berkembang terus tanpa ada proteksi dari pihak pemerintah terhadap master plan pembangunan daerah di pedesaan bukan tidak mungkin permasalahan kemiskinan di desa Sendangtirto semakin meningkat di waktu-waktu mendatang dan berpengaruh pada munculnya permasalahan-permasalahan sosial yang sebelumnya tidak ada. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS Latar Belakang Berdirinya Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari berdiri atas prakarsa dan keprihatinan perkumpulan karyawan-karyawati Dusun Dawukan Desa Sendangtirto, dari pertemuan perkumpulan karyawan pada pertengahan tahun 1999 timbul pemikiran yang intinya ingin membantu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat kurang beruntung di lingkungan RW 04 Dusun Dawukan. Munculnya pemikiran tersebut disebabkan oleh tidak adanya sentuhan bantuan dari pemerintah Desa Sendangtirto selama ini terhadap warga miskin di RW 04 Dusun Dawukan, sehingga melalui perkumpulan tersebut diputuskan : Bagaimana caranya meningkatkan kesejahteraan saudara-saudara di sekeliling RW 04 Dusun Dawukan yang kebetulan mereka tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dari kesepakatan rapat yang dicapai, selanjutnya pada bulan Agustus 1999 karyawan karyawati mulai mengundang warga masyarakat di sekitar RW 04 Dusun Dawukan untuk diajak membicakan solusi bagi keluarga ekonomi lemah. Hasil pembicaraan adalah disetujui pendirian lembaga simpan pinjam diberi nama Rukun Lestari, dana awal diperoleh dari perkumpulan Karyawan Karyawiti untuk memulai simpan pinjam pada bulan Oktober 1999 dengan anggota masyarakat miskin yang tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan tidak tetap dhuafa. Tujuan Didirikannya Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari bertujuan untuk : 1. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT bagi semua anggota, karena tanpa memberi solusi pemecahan masalah ekonomi keluarga kaum ekonomi lemah, akan sulit mengajak mereka meningkatkan ibadahnya. 2. Meningkatkan persatuan dan kesatuan anggota, dengan dibentuk program simpan pinjam diharapkan tumbuh rasa persatuan dan kesatuan diantara anggota dan terjaga pola gotong-royong dalam kegiatan sosial. 3. Meningkatkan tingkat sosial ekonomi anggota, dengan kegiatan simpan-pinjam diharapkan anggota dapat mengelola ekonomi keluarga lebih baik serta efektif 48 dan efisien, sehingga anggota diharapkan tidak sekedar hanya sebagai peminjam, akan tetapi juga bisa menyisihkan penghasilannya untuk di tabung. 4. Memberi kemudahan-kemudahan kepada semua anggota terutama dari segi keuangan, hal ini ditempuh karena tidak mungkin para anggota yang notebennya sebagai keluarga ekonomi lemah akan dapat pinjaman dari perbangkan tanpa mempunyai anggunan. Keanggotaan dan Modal Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari semula beranggotakan orang-orang yang berpenghasilan tidak tetap dan tergolong ekonomi lemah berjumlah 27 orang, kemudian beberapa tahun kemudian tiga orang keluar karena pindah rumah sehingga tinggal 24 orang. Pada awal tahun 2004 timbul pemikiran baru bahwa perkumpulan ini mulai terbuka bagi siapapun boleh masuk menjadi anggota dengan aturan-aturan khusus, mulai saat itu dua orang Bapak Kadar dan Bapak Isman yang semula hanya sebagai tenaga bantu di pengurusan lembaga simpan pinjam rukun lestari kemudian bergabung menjadi anggota dan menjadi 26 orang sampai sekarang. Seorang kepala rumah tangga yang ingin menjadi anggota baru perkumpulan ini diwajibkan menyetor uang sebanyak rata-rata tabungan anggota dan bersedia mentaati tata tertib yang berlaku, iuran anggota pada saat ini adalah Rp. 2.000,00 per bulan dengan iuran kesejahteraan sosial sebesar Rp. 1.000,00 yang diperuntukan bagi anggota atau keluarganya yang sakit. Adapun perkembangan tabungan anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari sampai dengan 31 Desember 2005 bisa dipaparkan pada Tabel 10 di bawah ini : 49 Tabel 10 Tabungan Anggota, Pekerjaan, Tanggungan Anggota Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Keadaan 31 Desember 2005 No. Nama Anggota Pekerjaan Tanggungan Jiwa Tabungan Rp Keterang an 1. Abdullah Umar 1 2 189.400,00 Anggota 2. Dwi Suatmaji 3 3 258.700,00 Pengurus 3. Jumadi 5 2 252.700,00 Anggota 4. Kantiyo 2 3 172.300,00 Anggota 5. Kaswadi 3 2 189.700,00 Anggota 6. Maryam 6 2 142.200,00 Anggota 7. Pardiman 2 2 248.700,00 Anggota 8. Purnomo 4 4 180.700,00 Pengurus 9. Rumijan 2 3 250.700,00 Anggota 10. Sudiman 5 2 244.200,00 Anggota 11. Sumarji 2 3 234.700,00 Anggota 12. Risman W 2 2 235.700,00 Pengurus 13. Sumedi 3 3 289.700,00 Pengurus 14. Suroyo 1 3 248.700,00 Anggota 15. Suryanto 2 2 237.700,00 Pengurus 16. Tini Sulistyo 6 3 237.700,00 Anggota 17. Tatik 6 3 211.600,00 Anggota 18. Pawiro 6 3 181.700,00 Anggota 19. Suroso 5 3 224.800,00 Anggota 20. Kuntarto 8 - 203.300,00 Anggota 21. Ratinen 7 - 224.300,00 Anggota 22. Sudimolyo 7 2 215.300,00 Anggota 23. Mulyono 5 3 226.300,00 Anggota 24. Triatmini 7 3 170.300,00 Anggota 25. Kadar Bisri PNS 3 199.500,00 Pengurus 26. Isman PNS 3 182.000,00 Pengurus Jumlah 5.652.600,00 Sumber : Hasil Pengkajian, 2006. Keterangan : 1. Tani 2. Tukang batukayumebel 3. Karyawan Pabriktoko 4. Bengkel sepedatambal ban 5. Buruh 6. Pedagang kecil 7. Ibu rumah tangga 8. lain-lain. Perkembangan keangotaan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dari tahun 1999 sampai dengan Pebruari 2006 bisa disampaikan sebagai berikut : 50 Tabel 11. Perkembangan Anggota Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari dari Tahun 1999 sampai dengan Februari 2006 Tahun Anggota Keterangan Masuk Jiwa Keluar Jiwa Jumlah Jiwa 1999 25 - 25 Oktober 1999 awal berdiri 2000 2 - 27 2001 - - 27 2002 - 1 26 1 meninggal 2003 - 2 24 2 pindah 2004 2 - 26 2 orang masuk 2005 - - 26 2006 - - 26 Jumlah Keseluruhan 29 3 26 Sumber : Hasil Wawancara. Awal tahun 2004 lembaga simpan pinjam Rukun Lestari mulai membuka diri untuk segala kalangan namun dengan aturan-aturan khusus. Artinya anggota yang tergolong orang yang mampu menurut ukuran setempat dibedakan dengan anggota yang tergolong ekonomi lemah dhuafa antara lain, dia tidak berhak menerima uang yang diberikan oleh pihak luar sebagai infaksodaqohzakat atau lainnya yang memang ditujukan untuk kaum dhuafa. Keterbukaan untuk angggota baru tidak pernah dipublikasikan dan diinformasikan pada masyarakat sekelilingnya, akibatnya jumlah anggota juga belum banyak berkembang. Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari didirikan dengan struktur organisasi sebagai berikut : Susunan Pengurus Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari adalah : Ketua : 1. Kadar Bisri, 2. Sumedi Sekretaris : 1. Risman W, 2. Ade Purnomo Bendahara : 1. Isman M, 2. Suryanto Seksi Sosial : 1. Dwi Suatmaji, 2. Pardiman Seksi Usaha : 1. Sulistyo, 2. Kuntarto 51 Pengembangan Ekonomi Masyarakat Kegiatan Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat Program kegiatan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat adalah kegiatan Simpan Pinjam yang pelaksanaannya digunakan dalam membantu anggota pada sektor : 1. Usaha untuk meningkatkan ketakwaan pada Allah SWT dengan mengisi kegiatan simpan pinjam dengan pengajian di awal acara kegiatan bulanan. 2. Kegiatan simpan pinjam di bentuk untuk mempererat tali persaudaraan dan ketetanggaan, disamping mendidik dengan budaya menabung dan belajar mengatur pendapatan ekonomi rumah tangga bagi anggota. 3. Memberi kemudahan bagi anggota untuk memanfaatkan simpan pinjam tanpa perlu adanya jaminan, penggunaan pinjaman oleh anggota sangat bervariasi antara lain : biaya sekolah, modal usaha pengelolaan lahan pertanian, warungan, bengkel sepeda disamping adanya bantuan walaupun kecil pada jaminan kesehatan bagi anggota melalui iuran kesejahteraan sosial. Kegiatan simpan pinjam Rukun Lestari masih tetap memiliki manfaat bagi anggota, walaupun perkembangan kegiatannya berjalan lamban, terbukti kegiatan tersebut sampai sekarang masih dapat berkelanjutan. Adapun perkembangan permodalan kegiatan simpan-pinjam bisa dipaparkan pada Tabel 12 di bawah ini : Tabel 12. Perkembangan Keuangan Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Februari 2006 Tahun Masuk Keluar Rp Saldo Akhir Rp Saldo Tabungan Anggota Rp Keuntungan Rp BantuanInfak Lain 2 akumulatif Rp 1999 - - 490.000,00 - 490.000,00 2000 3.400.500,00 311.500,00 490.000,00 311.500,00 2.890.500,00 2001 3.211.700,00 529.900,00 - 529.900,00 3.211.700,00 2002 3.853.700,00 575.000,00 - 575.000,00 3.853.700,00 2003 4.147.400,00 583.000,00 - 583.500,00 4.147.400,00 2004 4.355.400,00 683.000,00 - 683.000,00 4.355.400,00 2005 5.652.600,00 647.000,00 2.946.500,00 647.000,00 8.599.100,00 2006 - 4.086.500,00 - 9.739.100,00 Sumber : Hasil Pengkajian, 2006 . 52 Hambatan-hambatan yang dialami oleh simpan pinjam rukun lestari dalam melaksanakan pelayanan terhadap anggota bisa di analisis merujuk pendapat Syaukat Hendrakusumaatmaja 2004 hambatan lembaga ekonomi lokal dalam melakukan pelayanan, meliputi antara lain : 1. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar. 2. Terbatasnya kemampuan masyarakat untuk menggunakan kesempatan- kesempatan peluang-peluang dalam mengakses kelembagaan lokal, modal, pasar dan teknologi. 3. Lemahnya kelembagaan sosial-ekonomi pada tingkat kelompok dan komunitas untuk menunjang perbaikan pendapatan dan kehidupan rumahtangga- rumahtangga miskin. 4. Kurang terpadunya program-program pengentasan penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh berbagai pihak, dan program-program tersebut tidak memunculkan secara nyata partisipasiketerlibatan masyarakat. Dari aspek alat-alat analisis yang disampaikan Syaukat Hendrakusumaatmaja 2004, maka hambatan-hambatan yang terdapat pada lembaga simpan pinjam Rukun Lestari terletak pada terbatasnya ketersedian sarana dan prasarana yang terkait dengan kemampuan anggota dan pengurus dalam meningkatkan aspek iuran anggota yang masih kecil yaitu Rp. 2.000,00 perbulan bila di total pertahun perkembangan hanya Rp. 624.000,00 dengan 26 anggota. Hal ini berarti dalam meningkatkan pinjaman bagi anggota sebagai modal usaha belum mampu di lakukan lembaga dengan bukti, sampai sekarang lembag tersebut hanya mampu memberi pinjaman kepada anggota simpan pinjam rukun lestari sebesar Rp. 400.000,00 per orang sedangkan besarnya dana untuk kecukupan modal berkisar Rp. 2.000.000,00. Pemupukan modal yang digunakan untuk meningkatkan pinjaman masih banyak mengandalkan bantuan sodakoh, infaq dan zakat dari para dermawan di lingkungannya. Perkembangan tersebut disebabkan lembaga belum punya akses ke sistim permodalan dari pihak Bank maupun koperasi sejenis. Adapun pengetahuan tentang administrasi dan pengelolaan usaha simpan pinjam juga masih belum dipunyai secara baku bagi suatu kegiatan perkoperasian. 53 Pemanfaatan Potensi Ekonomi Lokal Potensi ekonomi lokal yang terdapat di Desa Sendangtirto yang mendukung usahakegiatan ekonomi masyarakat RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto, adalah adanya kesadaran dari perkumpulan Karyawan karyawati Dusun Dawukan untuk dapat membantu para ekonomi lemah dalam pengembangan potensi masyarakat lingkungannya. Pada akhir praktek lapangan II di Desa Sendangtirto pengkaji mengetahui adanya kegiatan proyek P2KP yang pelaksanaannya masih dalam rangka membentuk Lembaga Badan Keswadayaan Masyarakat BKM sebagai persiapan turunnya dana P2KP proyek yang di jalankan Kantor Kimpraswil Kabupaten Sleman pada kegiatan Proyek tahun 2005. Pencairan dana kegiatan dimaksud menunggu kesiapan dari terbentuknya BKM dan usulan kegiatan dari masing-masing Kelompok Swadaya Masyarakat KSM dari 18 Dusun yang ada di wilayah Desa Sendangtirto, jadi bila kegiatan P2KP telah berjalan dengan rencana pencairan dana pinjaman tersebut sekitar bulan Juli 2006, maka dimungkinkan lembaga simpan pinjam rukun lestari dengan anggotanya dapat mengakses dana dari P2KP tersebut untuk meningkatkan Kapasitas Usaha simpan pinjam. Keterkaitan Program Ekonomi Lokal dengan Pasar Kegiatan simpan-pinjam Rukun Lestari memang masih sebatas kegiatan rutinitas saja berupa pemenuhan pinjaman yang kaitannya terhadap usaha membantu rumah tangga keluarga ekonomi lemah, belum mengarah pada usaha ekonomis produktif yang sifatnya dapat secara langsung mendorong potensi ekonomi anggota lembaga simpan-pinjan Rukun Lestari. Akibat kondisi tersebut, lembaga dalam memberi pinjaman anggota masih berkisar Rp. 400.000,00 disamping di pengaruhi oleh iuran anggota yang masih kecil dan belum adanya akses kepada Lembaga Keuangan Mikro serta pengetahuan pengurus dan anggota yang cenderung menunggu pihak-pihak lain memperhatikan kepada anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari yang 95 adalah kaum ekonomi lemah dhuafa. 54 Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial Pengembangan modal sosial yang di laksanakan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari melalui tujuh pendekatan yang khas atau unik untuk setiap komunitas dan modal sosial di dalamnya merujuk pendapat Nasdian Utomo 2004 yaitu : 1. Kepemimpinan Komunitas; tokoh-tokoh masyarakat yang diharapkan berperan penting dalam setiap kegiatan pengembangan pemberdayaan Masyarakat 2. Dana Komunitas ; dana komunitas merupakan segala bentuk dana yang dapat dihimpun oleh dan dari masyarakat. Konsep dana bukan hanya uang sebagai alat tukar yang umum dipakai sekarang, tetapi juga hubungan yang terjalin di antara anggota, kekerabatan dan kebersamaan juga merupakan sumber dana. 3. Sumberdaya material : sumberdaya material merupakan kelengkapan sarana organisasi di komunitas. Aspek ini bersifat menunjang pemupukan kepercayaan antar anggota komunitas, jika keberadaannya diakui dan digunakan untuk kepentingan komunitas itu sendiri. 4. Pengetahuan komunitas : komponen ini sering dianggap salah satu aspek yang lemah dalam organisasi akar rumput. 5. Proses pengambilan keputusan : hal ini merupakan suatu proses dimana masyarakat sebagai anggota komunitas berhak menyampaikan aspirasi yang menyangkut kepentingan bersama anggota. 6. Teknologi komunitas : teknologi ini merupakan teknologi tepat guna yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakatorganisasi untuk menjalankan peran sesuai yang diharapkan. 7. Organisasi komunitas : unsur ini merupakan wadah dimana unsur-unsur komunitas lainnya mengalami modifikasi atau menjadi lebih dinamis. Ketujuh pendekatan yang khas tersebut ada beberapa hal yang telah dimiliki oleh lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, namun ada dua hal yang belum dipunyai yaitu mengenai pengetahuan komunitas dan teknologi komunitas yang belum dimiliki. Secara keseluruhan, dengan dibentuknya lembaga simpan pinjam Rukun Lestari oleh Perkumpulan Karyawan Karyawati Dusun Dawukan tahun 1999 adalah untuk mengangkat harkat dan martabat kaum ekonomi lemah di lingkungan RW 04 Dusun Dawukan agar tidak sulit mengakses pinjaman uang 55 dengan anggunan, disamping dengan terbentuknya simpan-pinjam juga untuk menambah keeratan bertetangga, memunculkan kepercayaan antar anggota dan partisipasi aktif dalam proses pembangunan. Menurut Baldridge dikutip dalam Nasdian Utomo 2004 ada dua pendekatan dalam membangun gerakan sosial yaitu : 1 berangkat dari gejala ketertindasan sosial, atau 2 berangkat dari gejala pengharapan yang meningkat. Mengacu pada pendapat tersebut di atas, maka dasar dibentuknya lembaga simpan pinjam Rukun Lestari adalah adanya pengharapan yang tinggi akan pengentasan dari ketertindasan struktural oleh Perkumpulan Karyawan Karyawati Dusun Dawukan. Agar lingkungan yang awalnya banyak kaum ekonomi lemah dapat meningkatkan pendapatan dan akhirnya mau dan mampu dalam berpartisipasi di lingkungannya. Kegiatan Pengorganisasian masyarakat dari gerakan Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari di RW 04 Dusun Dawukan Sebagai bentukan dari perkumpulan karyawan dan karyawati, lembaga simpan pinjam Rukun Lestari masih diketuai oleh tokoh masyarakat yang merupakan anggota dari perkumpulan karyawan karyawati, tetapi wakil kepengurusan lembaga simpan pinjam rukun lestari sudah ditunjuk dari anggota simpan-pinjam yang merupakan keluarga ekonomi lemah. Dari mulai berdiri sampai sekarang kegiatan pengorganisasian memang berjalan lancar dan mulai perlahan masyarakat oleh tokoh masyarakat di maksud juga dilatih dalam berorganisasi yang baik, yaitu memunculkan saling percaya. Keuangan dikelola dengan terbuka dan masing-masing mempunyai buku simpanan dan pinjaman sendiri-sendiri disamping assetnya juga dimaksukan kebuku induk. Aturan dibuat berdasarkan partisipasi anggota melalui diskusi terfokus, bila ada sesuatu yang kurang dalam aturan tersebut masing-masing anggota diberikan kesempatan untuk berbicara, namun bila keputusan tidak bisa diambil maka keputusan akhir dicapai melalui musyawarah dan mufakat oleh anggota yang hadir. Pemanfaatan Modal Sosial yang ada dalam masyarakat Modal Sosial yang dipunyai anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari merupakan bukti adanya kepercayaan sosial, norma sosial, norma budaya lokal 56 dan religi memberikan dasar yang berhubungan kuat bagi munculnya gerakan pemberdayaan dan gerakan simpan-pinjam walaupun merupakan dana hibah dari perkumpulan dan karyawati yang jumlah awalnya kecil yaitu Rp. 575.000,00. Namun adanya unsur pengharapan dari kaum dhuafa atau ekonomi lemah yang sangat kuat dalam ikut berpartisipasi, maka dengan modal kejujuran dan ketaatan anggota terhadap pengurus yang merupakan tokoh masyarakat sehingga sampai sekarang anggotanya bisa memanfaatkan pinjaman hingga Rp. 400.000,00 hal ini memang cukup dirasakan oleh Pak Purnomo yang mengatakan : ”...Semula kami susah mengembangkan tambal ban ini, namun dengan bertambahnya pinjaman yang sekarang bisa mencapai Rp. 400.000,00 saya mendukung istri saya buka warungan pada pertengahan 2005 dan hingga sekarang hasilnya dapat membantu pendapatan keluarga...’. Begitu juga yang dituturkan oleh Bapak Sumedi : ”...Dengan dana pinjaman yang sekarang sebesar Rp. 400.000,00 bisa kami gunakan untuk modal bercocok tanam padi bila musim tanam tiba, dulu kami susah untuk mendapatkan karena masalah kepercayaan dan siapa yang pinjam serta pinjam kesiapa, tetangganya juga tidak punya uang yang bisa dipinjam repot memang...”. Aspek psikologi sosial dari pengembangan modal sosial dan gerakan sosial Perkembangan gerakan sosial pemberdayaan masyarakat di Dusun Dawukan Desa Sendangtirto bila dilihat dari aspek psikologi sosial merupakan gerakan simpan pinjam melalui perspektif Teori Konvergensi dimana perilaku anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari di dalam mengikuti kegiatannya bisa dilihat dari dua faktor, yaitu faktor internal faktor yang muncul dari dalam diri individu yang merupakan ungkapan pengharapan untuk dapat merubah kondisi sosial keluarga ekonomi lemah dan faktor eksternal faktor yang muncul dari luar individu atau anggota simpan pinjam dimana faktor internal dan eksternal bila berinteraksi akan memunculkan perilaku atau kondisi dimana keduanya akan muncul saling percaya dari hasil interaksi secara timbal balik, saling memberi dan menerima serta mempengaruhi satu sama lainnya. 57 Pemberdayaan keluarga ekonomi lemah melalui kegiatan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari bisa dipahami sebagai sistem yang bekerja didalamnya terdapat subsistem yang saling berinteraksi, saling mempengaruhi serta saling menyesuaikan diri satu sama lain, melalui : input yang diterima yaitu faktor internal ataupun dari faktor eksternal, kemudian terjadi proses melalui kegiatan pemberdayaan komunitas melalui simpan pinjam anggota tersebut secara cognitional subsystem maupun motivational affective subsystem bisa dilihat dari aspek-aspek modal sosial yang terbentuk. Gerakan simpan pinjam dicanangkan oleh kelompok karyawan karyawati memunculkan feedback mempengaruhi kemauan keluarga ekonomi lemah untuk dapat mengikuti kegiatan simpan pinjam Rukun Lestari terhadap input yang di dapat dari kelompok karyawan karyawati. Kebijakan dan Perencanaan Sosial Adanya keprihatinan akan kondisi lingkungan sekitar Dusun Dawukan Sendangtirto yang banyak terdapat keluarga ekonomi lemah dhuafa dan kurang tersentuhnya program pemerintah masuk ke wilayah Dusun tersebut, berakibat kelompok Karyawan karyawati Dusun Dawukan merasa perlu dengan partisipasi dan gotong-royong melalui kegiatan ibadahpengajian yang dilakukan di lingkungan Dusun Dawukan, menggugah masyarakat miskin RW 04 Dusun Dawukan untuk merencanakan merangkul mereka dalam mengikuti kegiatan pengajian dan arisan rutin bulanan, namun ajakan inipun masih belum bisa menyentuh mereka kalangan keluarga ekonomi lemah, adapun solusi yang ditempuh oleh kelompok pertemuan karyawan karyawati yaitu dengan membentuk lembaga simpan pinjam rukun lestari. Setelah terdapat harapan dan mau mengikuti, selanjutnya kelompok pertemuan karyawan karyawati menugaskan dua orang tokoh masyarakat untuk membimbing kegiatan dimaksud Setelah berdiri lembaga simpan pinjam Rukun Lestari kemudian sosialisasinya dilaksanakan pada Agustus 1999 serta mulai betul-betul berjalan pada Oktober 1999 hingga sekarang. Kegiatan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dengan anggotanya kaum dhuafa atau pekerja tidak tempat, lembaga tersebut didirikan juga dikandung maksud sebagai tempat untuk menyalurkan Zakat, Infak dan Shodakoh bagi kalangan yang mampu di lingkungan Dusun Dawukan. PROFIL LEMBAGA SIMPAN PINJAM DAN ANGGOTA Dalam bagian ini pengkaji akan mempaparkan hasil kajian pengembangan masyarakat terhadap profil lembaga simpan pinjam Rukun Lestari RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta, terhadap kapasitas lembaga, kapasitas anggota, sistem sumber baik formal maupun informal, potensi lokal serta performa lembaga simpan pinjam dengan hasil penelitian yang bisa dipaparkan sebagai berikut : Kapasitas Lembaga Pada kajian kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari aspek yang berkaitan dengan pertanyaan kajian kapasitas lembaga antara lain menyangkut : Kepemimpinan Kegiatan lembaga akan berhasil berjalan dengan baik, bila salah satu faktor kepemimpinan atau manajer yang menjalankan dapat mengelola lembaga dengan baik dan benar sesuai tujuan yang diharapkan. Hasil wawancara dengan anggota dan pengurus simpan pinjam Rukun Lestari menunjukkan bahwa ketua rukun lestari dianggap baik dan benar dalam memimpin sesuai tujuan lembaga, hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu Tini Sulistiyo sebagai berikut : ...Disamping kegiatan simpan pinjam kegiatan lain yang dapat membuat perekat anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari yaitu, kegiatan pengajian untuk memberikan siraman rohani bagi anggota, pengajian dapat juga untuk mengingatkan sekaligus sebagai sarana untuk berkumpul antar anggota. Kegiatan pengajian juga penting untuk digunakan sebagai kegiatan tolong menolong antar warga, hal ini diprakarsai oleh Pak Kadar sebagai Ketua lembaga simpan pinjam rukun lestari. Pak Kadar sebagai ketua telah memasukkan pengajian sebagai rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka meningkatkan ketakwaan anggota terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai tujuan lembaga, sedangkan menurut Pak Kantiyo kepemimpinan Ketua Rukun Lestari di nilai dapat mengayomi serta 59 memberikan kemudahan bagi semua anggota, karena prinsip kebersamaan dan kegotongroyongan ditanamkan pada semua anggota terutama dari segi keuangan. Adapun apa yang dikemukakan Pak Kantiyo sebagai berikut : ...Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dapat bertahan karena ada yang dapat memimpin seperti Pak Kadar ketua dan Pak Isman bendahara I , adapun hubungannya dengan ketua anggota seperti Pak Kantinyo itu baik-baik saja. Kaitannya dengan pinjaman memang Pak Kantinyo sering menunggak dan sering di bicarakan oleh anggota lainnya, namun bagaimana kata Pak Kantinyo dia tidak mempunyai uang untuk mengansur itupun oleh ketua rukun lestari tidak apa-apa menunggak, tapi ketua mengingatkan bila sudah mempunyai uang ya segera mengangsur. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, kepemimpinan ketua Rukun Lestari tersebut dianggap selaras dengan tujuan yang ditetapkan lembaga. Kepemimpinan yang baik dan benar membawa masyarakat miskin sebagai anggota, dapat dengan tenang mengikuti kegiatan simpan pinjam disamping pengurus menjalankan tugas mendapatkan perlindungan dan dukungan. Hal ini ditunjukkan dengan apa yang dijalankan lembaga sampai sekarang masih berjalan baik dan berkelanjutan. Norma Proses perkembangan kelembagaan sosial meliputi lahirnya peraturan dan norma baru yang mengatur hubungan dan interaksi anggota, norma atau peraturan merupakan ciri yang membedakan satu lembaga dengan lembaga yang lain. Norma lembaga memiliki tujuan untuk mengatur anggota masyarakat bertingkah laku dalam mencapai kebutuhan yang diharapkan anggotanya. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Polak, 1996 yang dikutip oleh Nasdian dan Utomo 2003 Nilai dan norma suatu lembaga bisa diartikan sebagai sejumlah aturan. Merujuk pendapat tersebut Rukun Lestari sebagai lembaga simpan pinjam didirikan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat miskin di lingkungan RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto, atas dasar kebersamaan dan gotong royong yang berbasis masyarakat miskin. Perkembangan lembaga ditandai disepakati aturan untuk mengatur kegiatan pengelolaan simpan pinjam melalui musyawarah antar pengurus dan anggota dari Oktober 1999 sampai 60 dengan Agustus 2006, namun demikian realitas yang terjadi adalah aturan ditulis oleh sekretaris dan tidak dibukukan. Baru bila terjadi permasalahan, pengurus mengingatkan kembali pada anggota terhadap aturan pelaksanaan kegiatan simpan pinjam. Hasil wawancara mendalam baik dengan pengurus dan anggota, bisa disebutkan bahwa aturan yang telah dibuat antara lain : 1. Anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari diwajibkan membayar iuaran wajib sebesar Rp. 2.000,00 dan Iuran Kesejahteraan sebesar Rp. 1.000,00 adapun penggunaan iuran kesejahteraan digunakan memberi santunan bagi anggota yang sakit dengan besaran santunan sejumlah Rp. 25.000,00 2. Besaran pinjaman yang disepakati adalah Rp. 400.000,00 pengembalian 10 kali dipotong bunga di muka 10 Rp. 40.000,00, anggota yang menyebarak aturannya besaran pinjaman tidak melebihi besaran yang disepakati yaitu Rp. 400.000,00. Sebrakan sudah harus dikembalikan bulan berikut ditambah besaran cicilan pinjaman yang telah diterima sebelumnya. 3. Kegiatan simpan pinjam diadakan setiap bulan sekali, dimulai dengan pengajian dan dilanjutkan dengan kegiatan usaha simpan pinjam. Penawaran pinjaman di lakukan pengurus dengan menyampaikan ketersedian dana kas yang ada, acara ini digunakan juga oleh pengurus untuk melaporkan keadaan keuangan pada anggota yang datang. Akhir kegiatan meliputi acara lain-lain yang diisi dengan musyawarah membahas bila ada permasalahan yang ada kaitannya dengan kegiatan simpan pinjam, hal tersebut akan ditampung baik saran ataupun masukan. 4. Tempat dan jadwal kegiatan simpan pinjam diatur menurut anggota yang ketepatan, bagi anggota yang seharusnya ketepatan tetapi tidak bisa menyelenggarakan bisa diganti oleh anggota lainnya dengan ketentuan jadwal anggota yang mengganti akan digantikan oleh anggota yang berhalangan ketepatan kegiatan dimaksud. 5. Keanggotaan baru, anggota baru yang akan menjadi anggota simpan pinjam Rukun Lestari diwajibkan membayar iuran sebesar kurang lebih sama dengan tabungan anggota lama, disamping bila anggota baru bukan dhuafa atau pekerja tetap tidak akan menerima Zakat, sodhakoh atau infak dari muzaki, tetapi bila anggota baru tersebut dhuafa atau pekerja tetap akan disamakan dengan anggota lama yang merupakan dhuafa atau pekerja tidak tetap. Norma atau aturan yang telah dibuat dari hasil wawancara mendalam dengan pengurus menyebutkan bahwa aturan yang paling diperlukan lembaga simpan pinjam saat ini adalah sangsi, disamping aturan lain yang sebenarnya belum memadai. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Pak Suryanto Bendahara II simpan pinjam rukun lestari yaitu : 61 ...Hambatan yang dirasa dalam memberi pelayanan disamping modal masih kurang, juga kesadaran anggota untuk menaati aturan. Semisal sudah diputuskan bahwa simpan pinjam dilakukan sewaktu kegiatan bulanan atau nyebrak seharusnya aturan awalnya harus sudah dikembalikan bulan berikut, tapi aturan tersebut kadang tidak ditaati dan tidak bisa dijalankan. Hal ini terjadi, karena kebutuhan mendesak sering tidak menunggu kegiatanpertemuan bulanan. Kadangkala ada anggota datang kerumah untuk pinjam ini yang merepotkan, kalau tidak diberikan pinjaman Pak Suryanto jadi tidak enak dengan peminjam tapi kalau diberi saya berarti tidak menjalankan aturan dengan benar, dan hal ini menyebabkan Pak Suryanto kadang diluaran dicurigai oleh anggota lainnya. Repotnya lagi bila yang menyebrak aturannya tidak boleh melebihi besaran pinjaman yang ditetapkan sebesar Rp. 400.000,00 dan sebrakan harus dikembalikan pada bulan berikutnya, tapi yang meminjam tidak menepati janjinya. Hal-hal itulah yang disebabkan karena belum adanya sangsi yang mengikat kegiatan simpan pinjam. Aturan-aturan yang ada hasil kesepakatan sebenarnya harus dilembagakan oleh pengurus dan ditaati, serta dilaksanakan baik oleh pengurus sendiri maupun anggota simpan pinjam Rukun Lestari, tetapi karena tidak terlembagakannya aturan tersebut berdampak sedikit sekali anggota maupun pengurus memahami dan mengerti akan aturan perguliran dana dari simpan pinjam. Aturan hasil kesepakatan baru dimengerti kembali oleh anggota bila terjadi permasalahan dengan tunggakan yang menyebabkan kemacetan dana bergulir, bila tunggakan berlangsung terus dan bertambah jumlahnya bukan tidak mungkin hal tersebut akan berakibat macetnya kegiatan pengelolaan simpan pinjam, walaupun kenyataannya peminjam hanya 3 tiga atau 4 empat orang yang menunggak serta sebrakkan sebelum pelunasan banyak dilakukan anggota. Munculnya kesalahan pengelolaan sebagai dampak usaha mengaktifkan anggota pada pertemuan bulanan, adalah dengan di keluarkannya aturan sebrakan. Sejalan dengan kurang memadainya aturan dan tidak adanya sangsi berakibat pengurus juga kurang bisa menjalankan tugas dengan baik, kenyataan tersebut sesuai yang dikatakan oleh Pak Riswan Wandono sebagai berikut. ...Persepsi anggota dengan sistim simpan pinjam banyak belum memahami betul, hal ini dilihat dengan sikap yang ditunjukkan anggota yang menunggak kadang acuh tak acuh dan berharap bisa nyebrak dan pinjam terus, sebenarnya sebrakan harus dikembalikan pada bulan berikutnya. Tapi kadang hal tersebut tidak dilakukan dan menjadi tunggakan lagi. 62 Dampak dari aturan yang tidak dilembagakan berakibat anggota tidak paham dan tidak mengerti akan fungsi dan manfaat perguliran dana, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Pak Isman sebagai berikut : …Hambatan memenuhi pinjaman yang pasti pada modal, serta kesadaran anggota akan manfaat simpan pinjam. Jadi keduanya seharusnya berimbang, dalam menyelesaikan tunggakan pengurus mengambil kebijakan pertama tama mengingatkan atau menghimbau agar anggota yang menunggak untuk berusaha mengangsur pinjaman, Bagi penunggak yang tidak hadir dalam pertemuan biasanya pengurus menugasi salah seorang pengurus untuk mendatangi rumah anggota yang menunggak, bila hal tersebut tidak terselesaikan baru pengurus mengambil jalan memotong lewat pembagian hasil penjualan kulit kurban dan tabungan anggota yang menunggak. Aturan anggota baru memang dari hasil musyawarah yaitu harus membayar modal awal sesuai dengan anggota lainnya, disamping anggota baru tidak berhak mendapat pembagian bila ada sumbangan dari Muzaki ataupun dari hasil penjualan kulit kurban di hari raya haji. Namun demikian pengurus mempunyai jalan keluar bila anggota itu dhuafa, modal awal tersebut dianggap pinjaman dan bisa diangsur. Pengamatan Pak Isman, anggota lama ada semacam keengganan kecurigaan dengan anggota baru yang akan masuk, karena anggota baru tersebut akan mengurangi pembagian bila ada sumbangan serta mengurangi jumlah pinjaman. Hal tersebut pernah dialami Pak Isman dan Pak Kadar Ketua setelah menjadi anggota tahun 2004, kata pak isman setiap ada sumbangan dari muzaki atau dari hasil penjualan kulit, beberapa orang mencurigai kami bila juga dapat bagian. Padahal itukan bisa dilihat dilaporan setiap bulan jadi saya pikir kesadaran anggota berpengaruh dengan perkembangan anggota baru. Persepsi anggota menunjukkan bahwa belum ada kesadaran dan pemahaman pola pengelolaan usaha simpan pinjam disebabkan 19 orang atau 73,07 anggota simpan pinjam Rukun Lestari berlatar belakang pendidikan SMP ke bawah, sehingga aturan yang telah ada tidak mudah untuk dimengerti dan dipahami. Dilain pihak dikesampingkannya aturan tersebut disebabkan oleh belum adanya sangsi yang tegas, sehingga bila kebutuhan sifatnya mendesak walaupun mengerti aturan tetapi tetap dilanggar. Dari hasil kajian juga diketahui bahwa aturan lembaga masih mengatur lembaga dengan anggota, tetapi belum ada aturan mengenai hak dan kewajiban pengurus seperti adanya rapat koordinasi antar seksi di pengurusan secara rutin, dua bulanan atau tiga bulanan sekaligus membuat perencanaan dan mengevaluasi kegiatan untuk pengembangan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari. 63 Dari hasil paparan tersebut bisa disebutkan bahwa lambannya pengembangan masyarakat miskin sebagai anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari disebabkan adanya tingkat kesadaran, pengetahuan dan pemahaman anggota serta pengurus yang kurang memahami pengelolaan kelembagaan, dan berpengaruh pada keberdayaan masyarakat miskin sebagai anggota simpan pinjam Rukun Lestari. Jadi melembagakan aturan serta mensosialisasikan aturan yang ada perlu dilakukan oleh pengurus secara terus- menerus disamping anggota juga dengan kesadarannya mendukung aturan yang ada dengan mentaatinya. Manajemen Organisasi Manejemen dalam Kamus bahasa Inggris, Indonesia oleh Echols dan shadily 1995 disebutkan bahwa manajemen berasal dari kata to manage berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola serta memperlakukan. Penerapannya manejemen di lembaga biasa digunakan untuk memecahkan permasalahan yang timbul dengan pelaksanaan berorganisasi, merujuk pendapat Siagian, yang dikutip dalam Tjahjono 2004 mendefinisikan manajemen sebagai proses kegiatan perencanaan, pengorgnisasian, pemberian motivasi dan pengawasan yang dilakukan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Definisi manajemen tersebut dapat diartikan bahwa lembagaorganisasi seperti lembaga simpan pinjam Rukun Lestari merupakan wadah dimana kegiatan administrasi dan manajemen dijalankan relatif statis permanen. Perwadahannya akan menjadi penting bila ada beban kerja yang jelas, hasil kajian pengembangan masyarakat pada lembaga simpan pinjam Rukun Lestari menunjukkan bahwa kegiatan manajemen organisasi masih berkisar pada kegiatan perencanaan kegiatan rutin seperti kegiatan pertemuan bulanan yang diselenggarakan sesuai jadwal yang telah disepakati bersama. Kegiatan manajeman di lembaga simpan pinjam rukun lestari masih terfokus pada usaha mengelola usaha simpan pinjam, jadi belum mengarah membicarakan perencanaan dan pengelolaan simpan pinjam yang ditujukan bagi pengembangan kegiatan ekonomi atau produksi yang bisa meningkatkan pendapatan anggota. 64 Kegiatan evaluasi dalam pengelolaan simpan pinjam selama ini juga belum didukung adanya unsur pengawasan yang dilembagakan, hal tersebut sesuai yang dikemukakan hampir semua anggota simpan pinjam rukun lestari. Adapun pendapat dari salah satu orang anggota yaitu Pak Suroyo mengemukakan sebagai berikut : ...Pengelolaan simpan pinjam yang ada dijalakan oleh pengurus dengan cara, pada mulanya pengurus menawarkan kepada anggota siapa saja yang akan pinjam pada pertemuan tersebut disamping pengurus juga menjelaskan berapa dana yang dapat dipinjam oleh anggota, bila dana tersebut masih tersisa maka kemudian ditawarkan bagi anggota yang akan nyebrak. Setelah kegiatan simpan pinjam dirasa cukup kemudian pengurus menjelaskan posisi terakhir keuangan juga menjelaskan siapa saja anggota yang belum bisa mengangsur cicilan bulanan. Bila acara tersebut dianggap cukup, selanjutnya dibuka acara lain-lain dengan menampung bila ada masalah atau saran dan masukan dari anggota dan dibahas dengan musyawarah. Adapun perencanaan program kedepan menurut Pak Suroyo belum ada, disamping badan pengawas juga belum ada. Perencanaan kedepan kaitannya dengan usaha untuk menghasilkan pendapatan anggota dan lembaga serta pengawasan belum dipunyai lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, hal ini disebabkan pengurus maupun anggota semuanya belum mengerti akan pelaksanaan usaha simpan pinjam yang benar. Pola pengelolaan usaha simpan pinjam belum bisa dijalankan dengan baik, disebabkan oleh semua pengurus belum mendapat pengetahuan, pelatihan maupun penyuluhan akan informasi mengenai pengelolaan usaha simpan pinjam. Hal itu terjadi karena simpan pinjam rukun lestari belum punya kerjasama dengan Dinas Koperasi sebagai unsur pemerintah, lembaga simpan pinjam yang sejenis ataupun belum ada akses ke pihak pemerintah Desa Sendangtirto. Modal Pada perkembangan lembaga ekonomi seperti usaha simpan pinjam Rukun Lestari, modal merupakan unsur penting dalam rangka meningkatkan pinjaman yang dapat digunakan bagi peningkatan usaha dan menggerakkan ekonomi anggota, walaupun hal itu tidak juga meninggalkan pengetahuan, ketrampilan, informasi serta pasar bagi kelangsungan pelaksanaan usaha. Bidang ekonomi yang dikemukakan oleh firth,1969 yang dikutip dalam Sumartini dkk 2005 65 menyebutkan bahwa konsep modal secara fungsional dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu : 1. modal sebagai asset produktif, 2. modal sebagai kontrol terhadap daya beli, 3. modal sebagai dana untuk investasi. Pengertian bidang ekonomi yang dikemukanan oleh Firth tersebut, menyebutkan modal merupakan salah satu unsur penting bagi pelaksanaan usaha. Hasil kajian menunjukkan bahwa modal yang dipunyai oleh lembaga simpan pinjam rukun lesatri belum mampu menunjang asset produktif dan sebagai dana untuk investasi dalam mengatasi harapan anggota, yaitu sebagai lembaga yang dapat membantu memberi solusi pemecahan masalah anggota sesuai tujuan yang ditetapkan lembaga tersebut. Modal usaha yang diperlukan anggota untuk memulai usaha yang sesuai dengan kecukupan modal adalah kurang lebih Rp. 2.000.000,00 bagi usahanya, namun kemampunan lembaga simpan pinjam rukun lestari dalam menyediakan modal yang berbentuk pinjaman anggota masih sebesar Rp. 400.000,00, hal ini menunjukkan lembaga simpan pinjam masih belum mampu menyediakan modal dari kecukupan untuk usaha, sesuai yang diungkapkan Pak Sumedi sebagai wakil ketua Rukun Lestari menyebutkan sebagai Berikut : ...Sebagai wakil ketua sebenarnya Pak Medi sudah pernah bicara pada pak Kadar sebagai ketua lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, bagaimana mengupayakan usaha yang nyata yang berpengaruh pada pendapatan anggota. Bila modal pinjaman belum mencukupi sebagai modal perorangan, bisa ditempuh dengan berkelompok serta bagaimana sangsi bagi yang nunggak perlu diterapkan bukan sekedar himbauan. Memang usaha simpan pinjam belum banyak berpengaruh pada peningkatan ekonomi keluarga anggota dan yang pasti bagaimana mencari modal, meningkatkan modal untuk pinjaman bisa digunakan untuk modal usaha. Kelihatannya Pak Kadar maupun Pak Isman sebagai pendiri lembaga simpan pinjam Rukun Lestari banyak kesibukan dengan pekerjaan dan kegiatan lainnya, akibatnya program usaha simpan pinjam rukun lestari masih berjalan apa adanya seperti sekarang. Sedangkan pengurus lain bergerak dan tidak masih banyak bergantung kepada kedua orang tersebut Ketidak cukupan modal untuk pinjaman di usaha simpan pinjam Rukun Lestari sebagai modal usaha diungkapkan oleh Ibu Mariyam sebagai berikut ...Saya itu ya kadang nunggak angsuran, itu terjadi karena kadang penghasilan pekerjaannya dapat sedikit pada jual beli rongsokan 66 barang bekas. Untuk dapat pendapatan banyak harus punya modal yang juga harus mencukupi. Bila Ibu Mariyam menunggak biasanya dia diingatkan oleh pengurus untuk tertib dalam pengembalian pinjaman. Harapanya kalau bisa pinjaman bisa dinaikan biar dapat untuk modal dalam usaha jual beli barang bekas, hal ini dikatakan biar modal yang cukup tersebut bisa menambah penghasilan. Bukan seperti sekarang modal yang Ibu Mariyan punyai kadang digunakan untuk kebutuhan yang tidak terduga, seperti musin hajatan dan usaha suami gaduh sawah menghasilakan panen yang kurang bagus. Kurang kecukupan modal yang dipunyai lembaga usaha simpan pinjam Rukun Lestari tersebut masih tetap bermanfaat bagi semua anggota, hal ini bagi yang sudah mempunyai usaha bisa untuk tambahan modal seperti yang diungkapkan oleh Ibu Pawiro sebagai berikut : ...Saya usaha jualan ini ya sudah lama, daripada saya hanya diam saja lebih baik usaha yang masih berguna untuk hidup. Usaha ini juga untuk membatu anak-anaknya, juga cucu-cucunya bila kepingin jajanan. Adanya lembaga simpan pinjam Rukun Lestari itu cukup baik, hal itu bisa untuk mencari pinjaman bila Ibu Prawiro kehabisan modal untuk kolakan. Kurangnya modal yang dapat digunakan untuk meningkatkan pinjaman sesuai harapan anggota sebagai modal usaha yang mencukupi, disebabkan kesibukan pengurus intinya yaitu Pak Kadar dan Pak Isman dalam membuka peluang akan jejaring juga akses yang memungkinkan akan adanya informasi, pengetahuan dan ketrampilan serta dukungan modal dari pihak luar, disamping juga disebabkan adanya ketergantungan pengurus dengan kedua pendiri lembaga simpan pinjam Rukun Lestari tersebut. Pada hal lain upaya pemupukan modal yang dilakukan pengurus dengan meningkatkan iuran wajib belum disetujui anggota, disebabkan kurang ada kesadaran dan tidak mengerti pentingnya modal sebagai upaya meningkatkan pinjaman yang manfaatnya langsung pada anggota. Pada hal lain kegiatan perencanaan program yang mengarah pada upaya usaha ekonomi produktif belum dijalankan oleh pengurus, disamping juga belum ada unsur pengawas yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program kegiatan yang telah dilakukan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari. Seharusnya perencanaan program yang mengarah pada kegiatan ekonomi produktif perlu dilaksanakan disamping adanya badan pengawas yang digunakan untuk mengevaluasi serta memonitor kegiatan apa saja yang telah dilakukan dalam pengelolaan usaha simpan pinjam. 67 Kapasitas Anggota Adapun kapasitas anggota dalam kajian pengembangan masyarakat terhadap kegiatan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari bisa disampaikan sebagai berikut Pendidikan Anggota Pendidikan anggota suatu lembaga ekonomi akan berpengaruh pada tingkat kemampuan dalam memahami, dan mengerti pola pengelolaan usaha lembaga. Dengan tingkat pendidikan anggota tersebut akan berpengaruh pada tingkat kesadaran, akan aturan yang ditetapkan lembaga dalam rangka pengembangan usaha yang diupayakan oleh lembaga ekonomi tersebut. Hal ini terkait dengan pendidikan anggota simpan pinjam Rukun Lestari, dari hasil kajian yang dilakukan pada pengembangan masyarakat bisa disampaikan sebagai berikut. Dari Tabel 13 dibawah disebutkan bahwa sebanyak 2 orang atau 7,69 anggota berpendidikan pergurunan tinggi yang merupakan pelopor atau penggerak berdirinya lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dan sebanyak 5 orang atau 19,23 anggota berpendidikan SMA serta sebanyak 19 orang atau 73,07 anggota berpendidikan SMP ke bawah yang menunjukkan pendidikan anggota tersebut berhubungan dengan pekerjaan sebagai pegawai tidak tetap yang tidak memungkinkan berpenghasilan memadai untuk kebutuhan ekonomi keluarga. Pendidikan sebagian besar anggota simpan pinjam Rukun Lestari adalah dibawah SMP berpengaruh terhadap pengetahuan, pemahaman dan kesadaran akan pola pengguliran dana simpan pinjam. Dari paparan permasalahan tersebut menunjukkan, masyarakat miskin sebagai anggota usaha simpan pinjam Rukun Lestari perlu adanya pemberdayaan melalui lembaga simpan pinjam dengan pengembangan masyarakat. Adapun data pendidikan, pendapatan anggota simpan pinjam rukun lestari bisa dilihat pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13 Pendidikan dan Pendapatan Anggota Simpan Pinjam Rukun Lestari Agustus 2006 No Nama Jenis Kelamin Status Umur Th Pendidikan Jumlah Tanggungan Keluarga orang Pekerjaan Kondisi Ekonomi Keluaga Pendapatan Perbulan Rp Pengeluaran Perbulan Rp Sisa Pendapatan Perbulan Rp 1. Abdullah Umar L Kawin 70 SR 2 Buruh Tani 500.000,00 435.000,00 65.000,00 2. Dwi Suatmaji L Kawin 39 SMA 3 Karyawan 1.135.000,00 1.003.000,00 132.000,00 3. Jumadi L Kawin 45 SD 3 Buruh Bangunan 650.000,00 628.000,00 22.000,00 4. Kantiyo L Kawin 48 SD 3 Tukang Batu 600.000,00 594.000,00 6.000,00 5. Kaswadi L Kawin 37 SMA 2 Tukag Kayu 700.000,00 690.000,00 10.000,00 6. Mariyam P Kawin 55 - 2 Jual Rongsokan 600.000,00 588.000,00 12.000,00 7. Pardiman L Kawin 46 SMP 2 Tukang Listrik 700.000,00 67.3000,00 27.000,00 8. Purnomo L Kawin 32 SMP 4 Bengkel Sepeda 700.000,00 683.000,00 17.000,00 9. Rumijan L Kawin 34 SMP 3 Tukang Pelitur 650.000,00 630.000,00 20.000,00 10. Sudiman L Kawin 48 SD 2 Buruh 450.000,00 443.000,00 7.000,00 11. Sumarji L Kawin 36 SD 3 Buruh 560.000,00 556.000,00 4.000,00 12. Riswan W L Kawin 43 SMA 2 Karyawan 720.000,00 690.000,00 30.000,00 13. Sumedi L Kawin 50 SMP 3 Satpam 960.000,00 908.000,00 52.000,00 14. Suroyo L Kawin 38 SMA 3 Tukang Batu 650.000,00 648.000,00 2.000,00 15. Suryanto L Kawin 30 SMA 2 Karyawan 1.300.000,00 1.073.000,00 227.000,00 16. Tini Silistiyo P Janda 53 SD 3 Warungan 1.250.000,00 1.193.000,00 57.000,00 17. Tatik P Kawin 46 SMP 3 Warungan 600.000,00 603.000,00 -3.000,00 18. Ibu Pawiro P Kawin 60 - 3 Buruh Tani 450.000,00 403.000,00 47.000,00 19. Suroso L Kawin 30 SD 3 Buruh Bangunan 700.000,00 670.000,00 30.000,00 20. Kuntarto L Bujang 28 SMP - Ternak 250.000,00 200.000,00 50.000,00 21. Ratinem P Janda 65 - - - - - - 22. Sudimulyono P Janda 60 - 2 Buruh Tani 300.000,00 288.000,00 12.000,00 23. Mulyono L Kawin 60 - 3 Buruh 500.000,00 468.000,00 32.000,00 24. Triatmini P Kawin 36 SMP 3 Ibu Rumah Tangga 1.300.000,00 1248.000,00 52.000,00 25. Kadar Bisri L Kawin 52 Sarjana Muda 3 Lebih 1.000.000.00 26. Isman L Kawin 50 Sarjana 3 Lebih 1.000.000,00 Sumber: Hasil Wawancara Mendalam 68 69 Pendapatan Anggota Dari Tabel 13 di atas bisa disebutkan bahwa mereka yang berpenghasilan cukup sebanyak 6 orang atau 23,07 yaitu anggota dengan penghasilan lebih dari Rp. 1.000.000,00 sedangkan 6 orang tersebut dengan pekerjaan antara lain, 4 orang PNS dan Pensiunan PNS serta 2 orang baik suami dan istri anggota tersebut merupakan TKI yang memungkinkan berpenghasilkan lebih dari anggota lainnya, serta sebanyak 2 orang atau 7,69 berpenghasilan antar Rp. 750.000,00per bulan sampai dengan Rp. 1.000.000,00 yang bisa digolongkan pada ekonomi keluarga yang berkembang dengan mengacu ukuran penghasilan berdasarkan kriteria BPS Kabupaten Sleman , 2005 yang antara lain menyebutkan :1 Keluarga dengan pendapatan perorang Rp. 180.000,00per bulan sampai dengan Rp.200.000,00per bulan digolongan keluarga berkembang, 2 Keluarga dengan pendapatan perorang Rp. 150.000,00per bulan sampai dengan Rp. 180.000,00per bulan digolongakan keluarga hampir miskin, 3 Keluarga dengan pendapatan di bawah Rp. 150.000,00 per bulan digolongkan keluarga miskin dan sangat miskin. Sedangkan sebanyak 3 orang atau 11,53 merupakan keluarga dengan penghasilan hampir miskin serta 15 orang atau 57,69 merupakan keluarga dengan penghasilan miskin. Penghitungan tersebut pengkaji golongkan berdasarkan asumsi masing-masing keluarga mempunyai 4 orang anggota keluarga sesuai data dari hasil kajian lapangan. Dari uraian kondisi pendapatan anggota lembaga simpan pinjam rukun lestari tersebut bisa dilihat, pendapatan anggota ada hubungannya dengan pegawai tidak tetap, disebabkan oleh pendidikan anggota untuk mendapatkan pendidikan dengan penghasilan yang kurang memadai. Hal ini juga dalam mengembangkan usaha bagi anggota yang telah mempunyai usaha ekonomi produktif tidak dapat berkembang, disebabkan tidak adanya akses informasi, pengetahuan dan ketrampilan, disamping anggota maupun lembaga belum punya wadah pengembangan usaha ekonomi produktif yang dapat digunakan bagi peningkatan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan lembaga untuk mensejahterakan anggotanya. 70 Keberfungsiansosial Anggota Keberfungsiansosial pada kajian pengembangan masyarakat ini difokuskan terhadap kapabilitas anggota dalam pemenuhan kebutuhan dasar, kapabilitas keluarga dalam melaksanakan peran sosial serta kapabilitas anggota dalam menghadapi permasalahan keluarga disamping pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta persepsi anggota dalam penggunaan dana pinjaman. Sebagai penjelasan hasil kajian tersebut bisa dipaparkan sebagai berikut : Kapabilitas Anggota Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Dari segi pendapatan anggota dengan pengeluaran sesuai data pada Tabel 13 di atas, terlihat kondisi anggota simpan pinjam Rukun Lestari sebanyak 18 orang atau 69,22 merupakan keluarga miskin dan hampir miskin, hal ini juga bisa dijelaskan bahwa dalam pembelian pakaian anggota keluarga dilakukan setahun sekali menjelang lebaran. Begitu juga dalam menghadapi keluarga sakit, anggota masih kadang-kadang datang ke Puskesman atau paramedis. Tempat tinggal anggota simpan pinjam rukun lestari kebanyakan tinggal di rumah hasil pembagian warisan dan sebagain masih tinggal dengan keluarga besar, serta bagi anggota yang mengkontrak rumah merupakan keluarga pendatang dan boro kerja. Kapabilitas dalam menjangkau pendidikan dasar dapat dijadikan ukuran dalam memenuhi kebutuhan human capital. Walaupun hampir sebanyak 19 orang atau 73,97 anggota merupakan berpendidikan rendah yaitu SMP kebawah, namun dari hasil kajian alokasi penggunaan dana pendapatan keluarga hampir rata-rata 5 sampai dengan 10 pendapatannya digunakan untuk menyekolahkan anak-anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa ada keinginan atau kesadaran masyarakat miskin anggota simpan pinjam rukun lestari untuk berupaya merubah generasi dan investasi pendidikan di masa depan. Kapabilitas Anggota Dalam Melaksanakan Peran Sosialnya Pada kajian ini kapabilitas anggota yang menjadi focus kajian adalah mencari nafkah, mangasuh anak, mengerjakan kegiatan kerumah tangganan 71 mendorong pendidikan dan mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam masyarakat miskin anggota simpan pinjam pada umumnya telah melaksanakan peran ekonomi keluarga secara optimal , yaitu telah berupaya menggunakan semua potensi yang dimiliki untuk mendapatkan penghasilan yang layak. Mengasuh anak oleh anggota simpan pinjam rukun lestari karena baik suami dan istri yang bekerja, banyak pengasuhan anak dilakukan oleh keluarga lain bahkan nenek atau kakeknya. Kegiatan kemasyarakatan banyak diikuti oleh anggota simpan pinjam rukun lestari semenjak adanya lembaga rukun lestari, kegiatan yang diikuti antara lain; aktif dalam kegiatan hajatan, kematian maupun gotongroyongsambatan. Hasil yang nyata adalah adanya musibah gempa Yogyakarta, mereka termasuk aktif membantu bagi keluarga dilingkungan RW 04 atau sekitar Pedukuhan Dusun Dawukan yang kena musibah gempa bumi. Dengan cara bergilir waktunya mereka membantu menurunkan genteng merobohkan bangunan dan pembersihan puing-puing bangunan, hal itu juga pengkaji alami adanya lembaga tersebut pengkaji sempat diringankan bebannya dengan dibantu menurunkan genteng akibat rumah pengkaji kena gempa bumi dengan kondisi rusak sedang. Kapabilitas Anggota Dalam Menghadapi Permasalahan Keluarga Dalam menghadapi permasalahan ekonomi keluarga, rata-rata keluarga anggota simpan pinjam rukun lestari istri-istri turut membantu mencari nafkah, disamping juga melalui kerja sampingan dengan jalan berternak, membuat batu- bata, jual beli ternak dan sebagai penggoreng kacang ataupun membuka warung. Pada kebutuhan mendesak anggota simpan pinjam rukun lestari memanfaatkan pinjaman dan sebrakan disamping kebutuhan kesehatan kurang menjadi prioritas, hal ini digunakan untuk mengurangi pengeluaran keluarga, selain juga meminta bantuan keluarga untuk membantu ekonomi keluarga akibat munculnya permasalahan yang dihadapi anggota terhadap masalah ekonomi. Dari beberapa macam cara menghadapi permasalahan keluarga, ada cara untuk menanggulangan kemiskinan melalui SLT santunan langsung tunai terhadap 2 orang anggota dan 12 orang mendapat jatah pembelian beras raskin. 72 Pengetahuan, Ketrampilan Serta Persepsi Dan Sikap Anggota Dalam Penggunaan Dana Pinjaman Perencanaan dan cara menggunakan dana pinjaman dari lembaga simpan pinjam rukun lestari oleh anggota pola penggunaannya bervariasi, antara lain: bagi anggota yang sudah mempunyai usaha ekonomis produktif, pinjaman adalah upaya untuk menambah usaha atau sebagai jaganan bila modal habis atau berkurang. Jadi merupakan alternatif untuk menjaga keberlangsungan usaha anggota, mereka yang telah mempunyai usaha beranggapan keberlangsungan lembaga simpan pinjam sangat penting guna digunakan sebagai penjamin usaha dan diperlukan dananya sewaktu-waktu. Tapi bagi yang tidak punya usaha, pinjaman merupakan bagian untuk menghadapi gonjangan atau permasalahan ekonomi keluarga, sebab bila pendapatan tidak memungkinkan sebagian anggota yang tidak mempunyai usaha pinjaman dapat untuk menjaga keberlangsungan pendidikan anggota keluarga, disamping digunakan untuk menutupi kebutuhan konsumtif seperti listrik, pakaian ataupun pangan, bila sakit dan membeli barang yang dibutuhkan oleh anggota rukun lestari. Kesimpulan penggunaan dana pinjaman adalah bagi yang mempunyai usaha biasanya pinjaman telah direncanakan sebelumnya, bagi yang tidak mempunyai usaha ekonomis produktif dalam meminjan tanpa perencaan terlebih dahulu. Sistem Sumber Formal Dan Non Formal Sistem Sumber Formal Sistem sumber formal dan non formal merujuk pada Kamus Sosiologi Soekanto 1985 adalah suatu sistem kerja yang cara pelaksanaannya berhubungan dengan organisasi, sistem sumber formal merupakan sistem organisasi dengan formulasi secara eksplisit organisasi formal; organisasi resmi dalam hal ini organisasi Pemerintahan melalui birokrasi secara terstruktur sedangkan sistem sumber non formal merupakan sistem hubungan-hubungannya yang tidak terformulasikan secara eksplisit dalam suatu organisasi organisasi informal. 73 Merujuk pengertian tersebut di atas, maka sistem sumber bagi kegiatan pengembangan masyarakat merupakan salah satu unsur penting bagi suatu lembaga ekonomi dalam usaha untuk membuka jaringan kerja dengan lembaga sejenis maupun akses terhadap birokrasi pemerintah maupun swasta, stakeholders dalam rangka mendapatkan permodalan, pasar, pengetahuan, teknologi serta ketrampilan bagi pengembangan usaha lembaga ekonomi yang dapat memberdayakan anggotanya. Sistem sumber formal yang ada di pemerintah Desa Sendangtirto kaitannya dengan simpan pinjam Rukun Lestari belum terakses oleh lembaga dimaksud, disebabkan karena pengurus belum ada upaya mengembangkan usaha ekonomi produktif bagi pelayanan masyarakat miskin sebagai anggotanya disamping akses yang ada di pemerintah Desa Sendangtirto bisa didapat bila pengurus Rukun Lestari berupaya menjemput bola dan tidak hanya berharap pemerintah Desa Sendangtirto turun ke masing-masing kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat dilingkungan pemerintahan Desa Sendangtirto. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Aparat Desa Sendangtirto yaitu, Bapak Amir J Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat menyebutkan : … kegiatan arisan dan simpan pinjam, memang tidak semuanya bisa aparat Desa Sendangtirto ikuti apalagi sampai sekarang belum terdata secara tepat berapa kegiatan arisan dan simpan pinjam yang bergerak untuk menopang ekonomi masyarakat, tapi biasanya bagi kegiatan simpan pinjam yang mau mengembangkan aktifitasnya. Baru kami arahkan dimana harus mengurus kegiatannya dan berhubungan dengan Instansi mana. Jadi memang selama ini masyarakat penggeraknya yang harus aktif mencari akses dan kami sebagai aparat biasanya hanya merekomendasi kegiatan kepada Instansi Pemerintah yang mengarahkan kegiatan proyek wilayah Desa Sendangtirto pada kelembagaan kemasyarakatan mana yang kelihatannya sudah siap. Hasil kajian melalui wawancara mendalam dengan pihak Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal P2KPM Kabupaten Sleman yang disampaikan oleh Bapak Drs Baker Kepala Seksi Kelembagan dan Badan Hukum Dinas P2KPM Kabupaten Sleman mengatakan : …Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari bisa difasilitasi oleh Dinas P2KPM dengan cara antara lain : 1. pada dasarnya lembaga dimaksud bisa diarahkandikembangkan menjadi koperasi walau tidak memakai nama koperasi, 74 2. untuk menjadikan koperasi lembaga dimaksud jangan dipaksa, tetapi tumbuh dari kesadaran semua anggota yang di sesuaikan dengan kebutuhan lembaga tersebut, 3. untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang tentang aspek usaha, permodalan dan jaringan kerjasama tentang kelembagaan. Lembaga tersebut terlebih dahulu harus melayangkan surat yang ditujukan kepada Kepala Dinas P2KPM di Kabupaten Sleman, selanjutnya baru kami dengan staf bisa memberikan penyuluhan mengenai kelembagaan tersebut, 4. Persyaratan yang ditempun pada lembaga ekonomi lokal untuk menjadi koperasi yang berbadan hukum yaitu, langkah pertama : diberi penyuluhan atas pendirian koperasi oleh Dinas P2KPM Kabupaten Sleman, langkah kedua : lembaga tersebut mengadakan rapat anggota pendirian koperasi di hadiri Dinas P2KPM, dalam rapat anggota dibuat lima keputusan antara lain : 1 ADART, 2 Program kerja 3 tahun kedepan, 3 menetapkan pengurus, 4 menetapkan pengawas, 5 menetapkan kuasa pendiri. Langkah ketiga, diadakan penelitian oleh Dinas P2KPM Kabupaten Sleman dengan terlebih dahulu melengkapi berkas yang diperoleh dari kantor Dinas P2KPM Kabupaten Sleman mengenai pendirian koperasi dan minimal anggotanya 20 orang dengan dana awal sebesar Rp. 15.000.000,00 modal sendiri disertai dengan KTP anggota yang berdomisili di wilayah Kabupaten Sleman. Adapun hasil wawancara pengkaji dengan lembaga sejenis usaha simpan pinjam yang disampaikan oleh Ibu Mulyati Saminu sebagai ketua seksi usaha koperasi simpan pinjam Kelompok Tani Sendang Mulyo Dusun Sembung Desa Sendangtirto dengan usahanya pengolahan mete mengatakan : ...Bila lembaga simpan pinjam Rukun Lestari mau mendapat pengetahuan bagaimana cara berusaha mengolah mete, bisa saja dari Kelompok Tani Sendang Mulyo memberikan pengetahuan caranya mengolah mete dan bila sudah bisa Kelompok Tani Sendang Mulyo bisa juga diajak kerjasama. Sistem Sumber Non Formal Selain sistem sumber formal, sistem sumber non formal juga penting yang dapat digunakan sebagai pendukung, pengawas bahkan bila mampu sebagai sumber informasi, pendanaan dengan modal penyertaan ataupun sebagai stakeholders yang dapat menfasilitasi kegiatan simpan pinjam Rukun Lestari dengan akses yang dipunyai oleh tokoh masyarakat dengan pemerintah Desa Sendangtirto, adapun bentuk dukungan, pengawasan yang dilakukan tokoh 75 masyarakat yang pengkaji temui dan wawancarai yaitu Bapak Drs Sarijo yang merupakan pengurus LPMD Desa Sendangtirto mengemukakan sebagai berikut : … mengenai manfaat adalah terjaganya solidaritas anggota serta partisipasinya dalam gotong royong, seperti adanya kematian, hajatan dan musibah seperti gempa bumi yogya. Adanya beberapa rumah roboh dan retak-retak. Adanya anggota Rukun Lestari yang diprakarsai pengurusnya telah meringankan beban masyarakat sekitar dengan kegiatan kerja bakti secara bergilir. Disamping itu Pak Sarijo sebagai pengurus P2KP Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Desa Sendangtirto mengatakan akan membantu lembaga simpan pinjam Rukun Lestari agar mendapat suntikan modal berupa pinjaman bagi pengembangan ekonomi anggotanya melalui P2KP. Informasi sistem sumber non formal juga pengkaji lakukan dengan mewawancarai Bapak Sumeru SH yang merupakan Ketua RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto disamping sebagai anggota Perkumpulan Karyawan Karywati mengemukakan sebagai berikut : … aktifitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari kelihatannya berkembang dan berlanjut sampai sekarang, sedangkan kondisi kehidupan anggota sekarang ini bisa dikatakan banyak anggota merupakan ekonomi lemah. Namun sebenarnya dengan adanya gemba bumi yogya disamping menurunkan daya beli masyarakat, tetapi juga merupakan peluang anggota paguyuban rukun lestari yang sebagian merupakan kuli bangunan. Dengan adanya gemba bumi yogya menjadikan peluang kerja di sektor pembangunan perumahan cukup tersedia dan ongkos kerja tukang maupun peladen menjadi naik yang semula tukang itu bayarannya Rp. 25.000,00 per hari menjadi Rp. 35.000,00 per hari begitu juga untuk pembantu tukang peladen yang semula hanya Rp. 17.500,00 per hari naik menjadi Rp. 25.000,00 per hari. Sedangkan untuk ibu-ibunya dengan banyaknya dibangun perumahan sebagainya merupakan peluang kerja dibidang pembantu rumah tangga, jualan sayur maupun membuka angkringan ataupun makanan jadi sebab kata beliau dilingkungan perumahan ibu-ibunya banyak yang berkerja jadi ada peluang untuk makanan serta warungan atau jualan sayur. Dari hasil paparan terhadap sistem sumber formal maupun non formal, memang diperlukan kemauan dan kesadaran serta memberikan waktu luang yang lebih bagi pengurus lembaga simpan pinjam Rukun Lestari untuk dapat menjemput bola akan akses yang sebenarnya ada dan dapat digunakan sebagai jalan membuka jejaring dalam upayanya mengembangkan usaha yang bergerak dibidang ekonomi produktif dalam upayanya meningkatkan tingkat sosial 76 ekonomi anggota yang lebih baik, sehingga diharapkan anggota tidak sekedar hanya sebagai peminjam saja akan tetapi juga bisa menyisihkan penghasilannya untuk di tabung sesuai tujuan yang ditetapkan lembaga dan merupakan harapan masyarakat miskin sebagai anggota. Potensi Lokal Potensi yang dimaksud di sini adalah variasi pada kemampuan masing- masing pribadi untuk mempengaruhi perubahan sosial atau mengarahkan proses sosial, perbedaan kemampuan sosial potensial Soekanto 1985 di lingkungan sosial atau lembaga yang menjadi tujuan semua anggota dengan perubahan sosial yang dikehendaki bersama. Atas dasar pengertian potensi lokal tersebut, dari hasil kajian teridentifikasi potensi yang mungkin bisa digunakan untuk generator penggerak perubahan sosial dari lembaga simpan pinjam Rukun lestari, yaitu yang mengarah pada tiga hal : 1. Hubungannya dengan aktifitas Individu masyarakat miskin anggota lembaga simpan pinjam rukun lestari, yaitu :a Usaha warungan, b Usaha gorengan kacang, c Pembuatan batu bata, d Usaha warung angkringan, e Ternak kambing, f Ternak kenari, g Tukang kayu, h Tukang politur, i Jual beli barang bekasrongsokan, j Usaha bengkel sepeda. 2. Hubungannya dengan aktifitas kelompok lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, yaitu: a Usaha simpan pinjam, b Kegiatan pengajian, c Gotong-royong sambatan. 3. Hubungannya dengan aktifitas lingkungan sekitar dimana lembaga simpan pinjam Rukun Lestari berada, yaitu; ƒ Sarana prasarana ekonomi antara lain : a Usaha perikanan oleh kelompok tani ikan Minajaya Dusun Wotgaleh Desa Sendangtirto, b Usaha pengolahan mete oleh kelompok tani Sendang Mulyo Dusun Sembung Desa Sendangtirto, c Usaha kerajinan tangan di Dusun Sekarsuli Desa Sendangtirto, d Usaha penggemukan sapi oleh 77 kelompok tani Serba Usaha di Dusun Klodangan Desa Sendangtirto, d Badan Keswadayaan Masyarakat BKM pelaksana P2KP Desa Sendangtirto. ƒ Sarana prasarana pendidikan antara lain : a SD Negeri dan Swasta, b SMP Muhamadiyah, c Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim. ƒ Sarana prasarana kesehatan adanya Puskesmas Pembantu di Desa Sendangtirto dan Rumah Sakit Bedah. ƒ Sarana prasarana informasi dan pengetahuan yaitu adanya TV Swasta Yogya TV. ƒ Sarana prasarana pasar adanya pasar rakyat untuk menjual produksi hasil pertanian dan ternak yaitu Pasar Pahing Potensi lokal yang ada bisa digunakan untuk rujukan kegiatan ekonomis produktif dalam pembuatan strategi dan program penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, adalah dengan membuka jaringan kolaborasi dengan lembaga yang sejenis dalam rangka peningkatan pendapatan lembaga dan anggota. Performa Lembaga Simpan Pinjam Perkembangan Lembaga Perkembangan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari bisa dilihat dari keragaan atas nasabah, besarnya dana bergulir, simpanan dan pinjaman disamping tunggakan yang terjadi di lembaga dimaksud. Adapun perkembangan lembaga tersebut bisa disampaikan sebagai berikut. Berdasarkan Tabel 14 di bawah diketahui bahwa secara akumulatif jumlah peminjam dari tahun ketahun semakin berkurang, hal ini dengan ditunjukkan peminjam tahun 2000 sebanyak 27 orang menjadi 24 orang pada tahun 2005 sedangkan jumlah anggota dari tahun 1999 sampai dengan 2006 tidak banyak mengalami perubahan dan cenderung tetap walaupun ada anggota yang keluar dan masuk. Besaran nilai pinjaman untuk anggota dari tahun 2000 dan tahun 2001 sebesar Rp. 100.000,00 dan meningkat pada tahun 2002 menjadi sebesar Rp. 150.000,00 serta pada tahun 2003 sampai tahun 2004 besaran pinjaman meningkat 78 menjadi sebesar Rp. 200.000,00 hingga tahun 2005 pinjaman meningkat menjadi Rp. 400.000,00 sampai sekarang tahun 2006 sewaktu kajian dilaksanakan. Simpanan anggota dari hasil kajian menunjukkan, simpanan anggota turun naik dengan keluar masuknya anggota yang berpengaruh pada kurang mendukung iuran bulanan untuk pemupukan modal secara signifikan dalam membantu meningkatkan besaran pinjaman. Hal ini disebabkan iuran anggota masih terlalu kecil sebesar Rp. 2.000,00 per bulan dimulai tahun 2004 dan pada tahun sebelumnya besarnya iuran bulanan hanya sebesar Rp. 1.000,00 per bulan. Dana sebagai pemupukan modal yang cukup mendukung dalam meningkatkan besaran pinjaman adalah dari dana infak, zakat dan shodakoh para muzaki, disamping adanya kesadaran warga di RW 04 Dusun Dawukan untuk memberikan sodakoh dari hasil penjualan tanah bagi lembaga simpan pinjam paguyuban rukun lestari serta hasil penjualan kulit kurban diwaktu hari raya haji. Rendahnya kesadaran anggota simpan pinjam rukun lestari sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap atas kepercayaan anggota pada lembaga dimana anggota bernaung, hal ini terlihat bahwa kesadaran anggota memang perlu untuk ditumbuhkan, karena kelihatan anggota lebih suka meminjam daripada menyimpan sebagai akibat masih banyak sumbangan dari pihak luar seperti sodakoh dan infak. Menumbuhkan kesadaran anggota sangat diperlukan, karena adanya kesadaran berarti juga menciptakan budaya menabung yang bermanfaat ganda, dari satu sisi anggota diajarkan untuk dapat mengatur keuangan atas ekonomi keluarga disisi lain dengan dana tersebut bisa digunakan untuk pemupukan modal yang bermanfaat untuk menunjang meningkatkan jumlah pinjaman yang dengan sendirinya bermanfaat kembali pada anggotanya. Tunggakan di simpan pinjam Rukun lestari terlihat dari tahun ketahun juga cenderung mengalami peningkatan, hal ini disebabkan antara lain; belum ada sangsi yang mengatur tunggakkan anggota, disamping kurangnya kinerja pengurus mensosialisasikan aturan yang telah dibuat dan melembagakan aturan- aturan yang telah disepakati bersama oleh semua anggota. Kajian tersebut juga menunjukkan bahwa aturan yang ada di lembaga tersebut memang belum memadai bagi pelaksanan pengelolaan simpan pinjam. Perkembangan tunggakan yang sangat mencolok peningkatannya adalah pada tahun 2004 sebesar 79 Rp. 1.250.000,00 meningkat pada tahun 2005 menjadi Rp. 2.760.000,00 atau meningkat hampir 220 , jadi semakin besar modal dan jumlah pinjaman yang diberikan berpengaruh pula dengan semakin besarnya jumlah tunggakan. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kurang aktifnya anggota dalam mengikuti pertemuan rutin, disebabkan kesadaran dan pemahaman anggota tentang kemanfaatan perguliran dana belum dipunyai. Faktor rendahnya pendidikan dan pekerjaan sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan kesadaran anggota untuk pengembalian pinjaman, karena besaran pinjaman kurang dapat mendukung sebagai modal usaha, sehingga pinjaman bagi anggota yang tidak memiliki usaha banyak mengarah penggunaannya untuk kebutuhan konsumtif. Meningkatnya besaran pinjaman oleh anggota juga menunjukkan mulai tumbuh kesadaran anggota akan kemanfaatan dari lembaga simpan pinjam rukun lestari, tetapi hal tersebut juga harus diikuti oleh kinerja pengurus perlu ditingkatkan dalam rangka memotivasi dan melembagakan aturan serta mulai terpikirkan upaya merencanakan kegiatan usaha ekonomis produktif bagi peningkatan pendapatan dan evaluasi program sebagai cara untuk memperbaiki pola pengelolaan usaha simpan pinjam. Kurang aktifnya anggota juga mempengaruhi pemahaman pengurus tentang pola pengelolaan yang diharapkan oleh anggota, aturan sebrakan merupakan cara memotivasi anggota untuk datang bagi anggota yang kurang aktif dan tidak bisa mengasur pinjaman. Aturan sebrakan bisa diberikan asalkan besaran sebrakan tidak melebihi besaran pinjam yang ditetapkan sebesar Rp. 400.000,00. Padahal aturan sebrakan tersebut memberi celah terjadi bertambah besarnya kemacetan pinjaman, hal ini kelihatan tidak disadari oleh pengurus akan dampak yang ditimbulkannya yaitu bertambah besar tunggakan dikemudian hari bisa berpengaruh pada macetnya pengelolaan simpan pinjam, karena modal macet tersebut berpengaruh pada proses pengelolaan usaha simpan pinjam. Tidak adanya mekanisme perencanaan untuk meningkatkan pendapatan anggota melalui usaha ekonomis produktif dan pengawasan serta evaluasi secara berencana, dipengaruhi oleh belum dipunyainya pengetahuan pengelolaan usaha simpan pinjam dan kurangnya kinerja pengurus simpan pinjam rukun lestari. Adapun perkembangan kelembagaan bisa dilihat pada Tabel 14 di bawah ini : Tabel 14. Jumlah Nasabah, Dana Bergulir, Dana Infak, Shodaqoh, Simpanan dan Pinjaman Anggota, Serta Tunggakan Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Th 1999 – 2005 Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Aspek Nasabah orang - 27 27 26 22 24 24 Dana bergulir Rupiah - 2.890.500,00 3211700,00 3.853.700,00 4.147.400,00 4.355.400,00 8.599.100,00 Dana Infak Rupiah 490.000,00 490.000,00 - - - - 2.946.500,00 Simpanan Rupiah - 459.000,00 324.000,00 312.000,00 288.000,00 624.000,00 624.000,00 Pinjaman Rupiah - 2.170.000,00 2.450.000,00 3.350.000,00 3.670.000,00 3.980.000,00 7.094.000,00 Tunggakan Rupiah - 360.000,00 430.000,00 580.000,00 870.000,00 1.250.000,00 2.760.000,00 Sumber: Laporan Tahunan Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari 80 81 Pola Pengelolaan Merujuk pada ilmu manajemen dalam pola pengelolaan kegiatan yang baik dan sesuai tujuan yang ditetapkan lembaga, bisa diukur mengacu pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang digunakan untuk melihat hasil pelaksanaan tugas yang dilakasanakan baik seseorang atau sekelompok orang dalam lembagaorganisasi. Pada lembaga usaha simpan pinjam Rukun Lestari untuk melihat maju mundurnya pengelolaan usaha simpan pinjam tersebut bisa mengacu pada perencanaan sebelumnya, dengan cara mengevalusi kegiatan dari aspek perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi kegiatan. Adapun pola pelaksanaan kegiatan simpan pinjam Rukun Lestari bisa dilihat dari ketiga aspek tersebut, yaitu ; Perencanaan : Pola pengelolaan usaha suatu lembaga akan berjalan dengan baik apabila pelaksanaan kegiatannya didukung oleh suatu perencanaan yang terprogram dengan baik. Pada pelaksanaan kegiatan suatu perencanaan yang baik memang membutuhkan suatu proses yang panjang dan direncanakan secara bertahap. Pola pelaksanaan perencanaan yang dilakukan oleh lembaga simpan pinjam rukun lestari dijalankan secara isidentil dengan melihat apabila terjadi masukan, saran dan permasalahan. Kegiatan perencanaan di simpan pinjam rukun lestari belum dilakukan, walaupun sebenarnya melalui acara lain-lain pada setiap pertemuan bulanan bisa membahas hal tersebut sesuai urgensinya. Partisipasi dalam perencanaan program menunjukkan kesadaran yang kurang dari anggota, hal ini terjadi karena banyak anggota pada setiap pertemuan bulanan mewakilkan kehadiran pada istri atau anggota keluarga lain. Dari paparan tersebut menunjukkan kurangnya partisipasi anggota disebabkan lemahnya kinerja pengurus dalam memotivasi dan mengkoordinasi masyarakat miskin sebagai anggotanya, hal lain kurangnya kesadaran anggota akan petingnya pembahasan suatu rencana kerja berakibat penguruspun tidak masksimal dalam memahami, mengerti apa yang diharapkan oleh anggota. 82 Pelaksanaan : Pelaksanaan pelayanan terhadap anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dari tahun ke tahun memang sudah ada peningkatan dari jumlah peningkatan besarnya pinjaman, disamping adanya perubahan iuran mulai tahun 2004 dari iuran bulanan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 2.000,00 dan dimaksukkannya penggalangan dana sosial melalui iuran kesejahteraan sosial sebesar Rp. 1.000,00 bagi santunan anggota yang mengalami sakit dengan santunan yang diberikan sebesar Rp. 25.000,00 walaupun jumlah satunan bagi anggota yang sakit tersebut masih kecil namun hal ini paling tidak dapat membantu meringankan anggota yang sakit, dengan kunjungan anggota yang lain untuk menjenguk bisa berpengaruh secara psikis untuk mempercepat penyembuhan. Perbaikan pelayanan dari beberapa yang sudah diupayakan menunjukkan masih kurangnya pelayanan yang dirasakan oleh sebagain besar anggota, yaitu adanya aturan yang tidak tegas terhadap sangsi atas kesadaran anggota yang menunggak sehingga anggota kurang tergugah dan cepat mengupayakan pengembalian. Munculnya aturan mengenai sebrakan dengan tidak dibarengi adanya sangsi yang tegas akan memicu peningkatan tunggakan baru dan bisa berubah menjadi dana macet semakin bertambah, disamping memungkinkan terjadinya pengelolaan usaha simpan pinjam dikemudian hari akan tidak berjalan. Kondisi yang ada sekarang seharusnya juga sudah mulai dipikirkan adanya aturan-aturan penunjang untuk menjaga kesinambungan pengelolaan simpan- pinjam akan sangsi yang tegas untuk ditaati, baik oleh pengurus maupun anggotanya. Jadi kurang aktifnya anggota untuk datang di pertemuan bulanan bukan berarti terus dibuat aturan yang longgor untuk menarik anggota untuk aktif datang. Seharusnya dengan kinerja pengurus yang kurang maksimal tersebut baik anggota dan pengurus sudah terpikir bagaimana membuat program usaha ekonomi produktif bagi peningkatan pendapatan anggota dan memberdayakan melalui pengembangan masyarakat miskin, partisipasi aktif anggota dilakukan melalui pertemuan bulanan di acara lain-lain dengan musyawarah seluruh anggota dan tidak harus menunggu diadakan pada akhir tahun pelaksanaan pengelolaan usaha simpan pinjam rukun lestari. 83 Selain itu bila unsur lembaga kurang menunjang peningkatan pelayanan karena faktor rendahnya pendidikan, pengetahuan, ketrampilan dan pendapatan anggota yang rendah, maka lembaga harus berupaya lain dengan menjemput bola seperti peluang atas akses sistem sumber formal maupun non formal dengan membuka jaringan kerja baik dengan pemerintah, swasta atau lembaga sejenis. Evaluasi : Evaluasi merupakan unsur penting dalam pelaksanan manajemen lembaga simpan pinjam, karena dengan evaluasi akan didapat kekurangan dan kelebihan dari pola pengelolaan lembaga simpan pinjam. Dilain pihak adanya evaluasi dapat untuk mengetahui hambatan-hambaan apa saja yang berpengaruh pada pelaksanan pengelolaan usaha, sehingga pengelolaan usaha tidak bisa dijalankan dengan baik dan lancar akan dapat diketahui dengan adanya evaluasi. Hal ini juga dapat untuk mengetahui program apa saja yang telah berhasil dan kemudian dipertahankan dan program yang tidak berhasil untuk dicari solusi pemecahan masalahnya melalui partisipasi aktif seluruh anggota lembaga simpan pinjam. Hasil dari evaluasi tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan usaha simpan pinjam Rukun Lestari masih belum dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan anggota, disebabkan oleh kinerja pengurus yang belum maksimal. Kecilnya jumlah pinjaman merupakan faktor yang mempengaruhi pengelolaan usaha simpan pinjam tidak masksimal, disamping produk aturan yang kurang tepat dalam upaya memberdayakan masyarakat miskin sebagai anggota, seperti : 1. aturan anggota baru, masih dianggap berat bagi anggota yang akan masuk. 2. aturan pinjaman dan sebrakan masih memberi peluang terjadinya kemacetan pinjaman, dan diperkirakan bertambah besar diwaktu mendatang, 3. aturan yang ada belum memadai, disamping belum ada sangsi untuk mencegah terjadinya penyelewangan keuangan, kemacetan modal lembaga, 4. kecilnya iuran bulanan belum bisa digunakan untuk penambahan pemupukan modal dan peningkatan jumlah pinjaman anggota, 5. belum adanya program ekonomi produktif yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan anggota, disamping belum ada unsur pengawasan, 84

6. kurangnya kesadaran dan pemahaman pengurus, anggota terhadap kemanfaatan