tertentu atau sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi
standar yang telah ditetapkan. e.
Durability, yaitu tingkat keawetan produk atau lama umur produk. f.
Serviceability, yaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudahan memperoleh komponen produk tersebut.
Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan pada produk yang dihasilkan, juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi. Hal
terbaik adalah apabila perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir, melainkan proses produksinya atau produk yang masih ada dalam proses
work in process, sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan masih dapat diperbaiki, sehingga tidak ada lagi pemborosan yang harus dibayar
mahal karena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan ulang Ariani, 1999. Dimensi kualitas dapat dijadikan dasar bagi pelaku
bisnis utuk mengetahui apakah ada kesenjangan gap atau perbedaan antara harapan pelanggan dan kenyataan yang mereka terima. Jika kesenjangan
antara harapan dan kenyataan cukup besar, menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggannya Yamit, 2004.
2.3. Pengendalian Mutu
Menurut Prawirosentono 2004, pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses
produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen, agar barang jasa yang dihasilkan sesuai dengan
spesifikasi mutu yang direncanakan. Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah untuk mengetahui sampai sejauhmana proses dan hasil produk jasa
yang dibuat sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Dalam pengendalian mutu ini semua kondisi barang diperiksa berdasarkan standar
yang ditetapkan, bila terdapat penyimpangan dari standar dicatat untuk dianalisis, dan hasil analisis tersebut digunakan untuk perbaikan sistem
kerja, sehingga produk yang bersangkutan sesuai dengan standar yang ditentukan. Pelaksanaan pengawasan mutu dan kegiatan produksi haru
terjadinya penyimpangan dari rencana standar agar dapat dengan segera diperbaiki.
Kegiatan pengendalian mutu merupakan bidang pekerjaan yang sangat luas dan kompleks karena semua variabel yang mempengaruhi mutu harus
diperhatikan. Menurut Prawirosentono 2004, secara garis besarnya, pengendalian mutu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1 Pengendalian mutu bahan baku. 2 Pengendalian dalam proses pengolahan work in process.
3 Pengendalian mutu produk akhir.
Tolak Tolak
Pengerjaan Ulang
Terima
Terima
Laporan Pelanggan Kontrak
Teknologi Standar
Biaya Penggambaran
Gambar 1. Sistem Pengendali Kualitas Tersine dalam Ariani, 2003
2.4. Proses Produksi
Suatu proses didefinisikan sebagai integrasi sekuensial berurutan dari orang, material, metode, dan mesin atau peralatan, dalam suatu lingkungan
guna menghasilkan nilai tambah output untuk pelanggan. Suatu proses mengkonversi input terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah
Pemasok Buang
Output Produk
Akhir Proses
Produksi Input
Penerima QC Dept
Proses QC Dept
Manajemen Mutu
1998, produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau utility suatu barang atau jasa.
Manajemen produksi dan operasi adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memungkinkan terselenggaranya proses produksi melalui
pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya teknologi dan sumberdaya manusia serta jejaring bisnis untuk mencapai tujuan atau
sasaran tertentu Supari, 2001. Proses produksi dapat diartikan suatu proses yang berniat mentransformasikan berbagai masukan yang diperlukan dengan
harapan bisa menjadi produk yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas yang telah direncanakan dan dapat memuaskan pelanggan yang
telah ditargetkan. Proses produksi akan tercapai dengan lebih efisien bila hubungan
antara kegiatan dan prosesnya dikelola sebagai suatu sistem terpadu. Proses tersebut mengubah nilai-nilai yang masuk pada organisasi perusahaan
Ariani, 1999. Menurut Baroto 2002, produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Proses produksi adalah
aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dll. Proses produksi ini terdiri atas
beberapa subproses produksi, misalkan pengolahan bahan baku menjadi komponen, perakitan komponen menjadi sub-assembly dan proses perakitan
sub-assembly menjadi produk jadi.
Informasi Informasi
Gambar 2. Skema Proses Produksi Supari, 2001
Masukan Manajemen
Produksi Operasi
Keluaran Kembali
Dalam kegiatan pengendalian harian mutu secara rutin, ada beberapa alat yang sering digunakan dalam memperbaiki kondisi perusahaan untuk
dapat meningkatkan kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya. Alat dan teknik tersebut sebenarnya lebih merupakan alat dan teknik penyelesaian
masalah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas perusahaan atau organisasi. Alat dan teknik tersebut biasanya digunakan untuk menemukan
kesalahan, mencari penyebab kesalahan – kesalahan tersebut. Apabila hal tersebut berhasil dilakukan, maka perbaikan kualitas atau continuous quality
improvment dapat tercapai Ariani, 1999
Ariani 1999 menyatakan bahwa teknik dan alat tersebut dapat berwujud dua jenis, yaitu yang menggunakan data verbal atau kualitatif dan
yang menggunakan data numerik atau kuantitatif. Teknik yang menggunakan data kualitatif antara lain : Flow chart, Brainstorming,
Diagram sebab akibat, Affinity diagram, Diagram pohon, sedangkan yang menggunakan data kuantitatif antara lain : Lembar periksa, Diagram pareto,
Histogram, Scatter diagram, Grafik kendali, Run chart.
2.5.1. Flow Chart
Flow chart adalah gambaran skematik atau diagram yang
menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukkan bagaiman langkah itu saling berinteraksi satu sama lain. Flow chart
digambarkan dengan simbol-simbol, dan setiap orang yang bertanggung jawab untuk memperbaiki suatu proses harus
mengetahui seluruh langkah dalam proses tersebut Ariani, 1999. Flow chart
digunakan untuk berbagai tujuan antara lain : 1 Memberikan pengertian dan petunjuk tentang jalannya proses
produksi 2 Membandingkan proses sesungguhnya dengan proses ideal
3 Mengetahui langkah-langkah yang duplikatif dan langkah- langkah yang tidak perlu
4 Mengetahui dimana atau dalam bagian proses yang mana pengukuran dapat dilakukan
2.5.2. Brainstorming
Brainstorming adalah cara untuk memacu pemikiran kreatif
guna mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif singkat. Ide dalam brainstorming dapat digunakan dalam
analisis selanjutnya Ariani, 1999. Brainstorming dapat digunakan berkaitan dengan hal – hal berikut Gasperz,2003 :
1. Menentukan penyebab yang mungkin dari masalah – masalah dalam proses danatau solusi terhadap masalah – masalah itu.
2. Memutuskan masalah apa kesempatan peningkatan apa yang perlu diselesaikan.
3. Anggota tim merasa bebas untuk berbicara dan menyumbangkan ide-ide kreatif mereka.
4. Menginginkan untuk menjaring sejumlah besar persepsi alternatif.
5. Kreatifitas merupakan karakteristik outcome yang diiinginkan. 6. Fasilitator dapat secara efektif mengelola tim kerja sama itu.
2.5.3. Diagram Sebab Akibat Cause and Effect Diagram
Cause and effect diagram diagram sebab akibat, seperti yang
digambarkan dalam Gambar 3, sering disebut juga sebagai “diagram tulang ikan” fishbone diagram atau diagram ishikawa ishikawa
diagram.
Bahan Metode
Penyebab
Penyebab
Peralatan Manusia
Gambar 3. Diagram sebab akibat Crocker et al, 2004 Persoalan
dan Akibat
yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan
kesenjangan yang terjadi Nasution,2004.
2.5.4. Affinity Diagram
Affinity diagram dikembangkan oleh Jiro Kawakita pada tahun
1950-an dan sering menggunakan hasil brainstorming untuk mengorganisasikan informasi sehingga mudah dipahami untuk
mengadakan perbaikan proses. Affinity diagram ini sangat berguna untuk menyaring data yang berjumlah besar dan menciptakan pola
pikir baru Ariani, 1999
2.5.5. Diagram Pohon Tree Diagram
Tree diagram atau diagram pohon, menurut Ariani 1999
merupakan alat yang digunakan untuk menghubungkan tujuan yang harus ditempuh dengan tugas yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
2.5.6. Lembat Periksa Checksheet
Checksheet adalah alat yang sering digunakan untuk
menghitung seberapa sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan data. Data yang sudah terkumpul
tersebut kemudian dimasukkan kedalam grafik seperti diagram pareto
ataupun histogram untuk kemudian dilakukan analisis terhadapnya. Selain Checksheet, penggumpulan data dapat juga
menggunakan datasheet. Pada datasheet, data khusus dicatat dalam ruangan pada lembar kerja Ariani, 1999.
2.5.7. Diagram Pareto Pareto Diagram
Pereto diagram yang merupakan diagram yang dikembangkan
oleh seorang ahli bernama Vilfredo Pareto adalah alat yang digunakan untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori
kejadian yang disusun menurut ukurannya atau sebab-sebab yang
sebab-sebab yang mempunyai dampak terbesar terhadap kejadian tersebut Ariani, 1999.
2.5.8. Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan
variasi data pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart
yang penyusunannya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar kekiri hingga proporsi terkecil, histogram ini
penyusunannya tidak menggunakan urutan apapun Ariani, 1999.
2.5.9. Scatter Diagram
Scatter Diagram adalah gambaran yang menunjukkan
kemungkinan hubungan korelasi antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua variabel
tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi. Diagram ini berupa titik yang menghubungkan paling tidak dua variabel, X
dan Y yang menunjukkan keeratannya, sehingga dapat dilihat apakah suatu kesalahan dapat disebut berhubungan atau terkait dengan
masalah atau kesalahan yang lain.
2.5.10. Run Chart
Run chart adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran
sepanjang waktu, kecenderungan, daur, dan pola – pola lain dalam suatu proses dan memperbandingkan performansi beberapa
kelompok, tetapi tanpa menyebutkan sebab-sebab terjadinya kecenderungan, daur, atau pola-pola tersebut Ariani, 1999.
2.5.11. Grafik Kendali Menurut Ariani 1999, Grafik kendali adalah grafik yang
digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam keadaan in control atau out control. Batas pengendalian yang
meliputi batas atas upper control limit dan batas bawah lower control limit dapat membantu untuk menggambarkan performansi
tersebut konsisten. Bentuk dasar grafik kendali ditunjukkan pada
Gambar 4.
Gambar 4. Bentuk dasar Grafik Kendali Montgomery, 1990
Dengan mengetahui kondisi proses, maka kita dapat mengetahui sumber variasi proses, pada dasarnya variasi adalah
ketidakseragaman dalam sistem sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada produk yang sama. Terdapat dua sumber atau
penyebab timbulnya variasi Deming dalam Gasperz, 2001, yaitu : 1 Penyebab umum common cause adalah faktor-faktor didalam
sistem atau yang melekat pada proses operasi yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab
umum menimbulkan variasi acak random variation dalam batas-batas yang dapat diperkirakan, dan sering disebut penyebab
acak random cause atau penyebab sistem system cause. 2 Penyebab khusus special cause adalah kejadian-kejadian diluar
sistem yang mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor seperti : manusia, peralatan,
material, lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini
Batas pengendali atas
Garis tengah
Batas pengendali bawah
Nomor Contoh atau Waktu Karakteristik
kualitas
aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan variasi.
Secara umum menurut Prawirosentono 2004, Grafik kendali
control chart dapat digunakan untuk memperoleh informasi berikut: 1. Kemampuan proses produksi, artinya apakah mesin-mesin masih
berjalan baik sesuai rencana atau tidak. 2. Pengendalian produk akhir, agar produk akhir tetap baik
mutunya. Jadi, kegunaan control chart adalah untuk membatasi toleransi
penyimpangan variasi yang masih dapat diterima, baik karena akibat tenaga kerja, mesin, dan sebagainya.
Menurut Trisyulianti, dkk 2003, keuntungan dari grafik kendali atau BKM Bagan Kendali Mutu adalah :
1 mengendalikan produksi secara on process, 2 memantau proses secara terus menerus agar tetap stabil, 3 meningkatkan produksi,
4 pengendali efektif dalam pencegahan cacat, 5 mencegah penyesuaian yang tidak perlu, dan 6 memberikan informasi yang
diagnotis. BKM dapat disebut juga pengendalian kualitas statistikal, atau Statistical Quality Control SQC, yang merupakan teori
probabilitas dalam pengujian atau pemeriksaan sampel. SQC merupakan metode statistik untuk mengumpulkan dan menganalisis
data hasil pemeriksaan terhadap sampel dalam kegiatan pengawasan kualitas produk. SQC dilakukan dengan pengambilan sampel
sampling dari “populasi” dan menarik kesimpulan berdasar karakteristik sampel tersebut secara statistik statistical inference.
SQC tidak menciptakan resiko, ataupun menghilangkan resiko. Tujuan SQC adalah untuk menunjukkan tingkat reliabilitas sampel
dan bagaimana cara mengawasi resiko Handoko, 1989. Pengendalian kualitas statistik statistical quality control
secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu pengendalian pengendalian proses statistik statistical process control atau yang
atau yang sering dikenal dengan acceptance sampling Ariani, 2003. Hal ini dapat digambarkan dalam gambar 5. Prosedur – prosedur
SQC yang memeriksa produk jadi disebut acceptance sampling, dan dapat digunakan untuk mengawasi proses selama barang – barang
sedang dibuat sekaligus kualitas produk yang sedang dikerjakan. Acceptance sampling
berarti penerimaan atau penolakan keseluruhan kumpulan produk jadi atas dasar jumlah cacat dalam sampel
Handoko, 1984.
Gambar 5. Pengendalian Kualitas Statistik Mitra dalam Ariani, 2003
SQC mempunyai tiga penggunaan umum yaitu 1 untuk mengawasi pelaksanaan kerja sebagai operasi – operasi individual
selama pekerjaan sedang dilakukan; 2 untuk memutuskan apakah menerima atau menolak sejumlah produk yang telah diproduksi baik
dibeli atau dibuat dalam perusahaan; dan 3 untuk melengkapi manajemen dengan audit kualitas produk – produk perusahaan
Handoko, 1984. Pada suatu perusahaan, SQC sangat bermanfaat sebagai alat pengendali mutu. Pengendalian mutu juga meliputi
pengawasan pemakaian bahan – bahan, berarti secara tidak langsung statistical quality control
bermanfaat pula mengawasi tingkat Pengendalian
Kualitas Statistik
Rencana Penerimaan Sampel Produk
acceptance sampling Pengendalian Kualitas
Proses Control Chart
Data Atribut Data Variabel
Data Atribut Data Variabel
kerusakan dengan dengan cara menolak reject dan menerima accept berbagai produk yang dihasilkan mesin, sekaligus upaya
efisiensi Prawirosentono, 2004. SQC dapat juga berguna dalam membuat produk sesuai dengan
spesifikasi sejak dari awal proses hingga akhir proses. Dalam banyak proses produksi, akan selalu ada gangguan yang dapat timbul secara
tidak terduga. Apabila gangguan tidak terduga dari proses ini relatif kecil biasanya dipandang sebagai gangguan yang masih dapat
diterima atau masih dalam batas toleransi. Apabila gangguan proses ini relatif besar atau secara kumulatif cukup besar, dikatakan tingkat
gangguan yang tidak dapat diterima. Gangguan proses kadang- kadang timbul dari tiga sumber, yaitu mesin yang dipasang tidak
wajar, kesalahan operator human error, dan bahan baku yang rusak atau tidak sesuai standar. Akibat dari gangguan tersebut
menyebabkan proses produksi tidak dalam keadaan terkendali dan produk yang dihasilkan tidak dapat diterima.
Menurut Montgomery dalam Liana dan Arkeman 2002 menyatakan suatu proses dinyatakan tidak terkendali apabila
dipenuhi salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Satu atau beberapa titik di luar batas kendali.
2. Suatu kecenderungan titik naik atau turun dengan paling sedikit tujuh atau delapan titik yang terletak diatas atau dibawah nilai
tengahnya. 3. Dua tau tiga titik yang berurutan di luar batas peringatan 2-
sigma, tetapi masih didalam batas kendali. 4. Empat atau lima titik yang berurutan di luar batas 1-sigma.
5. Pola tidak biasa atau tidak random dalam data. 6. satu atau beberapa titik dekat satu batas peringatan atau kendali.
Sebaran data yang bersifat random dan dalam batas kendali atau tidak membentuk pola yang sistematik menunjukkan bahwa proses
terkendali. Sedangkan sebaran data yang membentuk pola yang
menunjukkan proses tidak terkendali. Pola data yang sistematik seperti dijelaskan pada dalam Tabel 2, dikategorikan menjadi tujuh
yaitu, perubahan mendadak, siklis, campuran, stratifikasi, pergeseran proses, trend, dan pelarian. Trisyulianti dkk, 2003
Tabel 2. Interpretasi BKM untuk pola data yang sistematik
No Pola
Interpretasi
1 Perubahan mendadak
Satu titik berada di luar kontrol secara mendadak
Operator : Seorang
yang baru
atau tidak
berpengalaman atau salah menghitung batas kontrol
Bahan baku : Sifat fisik dan kimia bahan baku yang
bervariasi, perbedaan bahan baku Mesin :
Mesin memiliki peralatan baru yang merubah setting dasar
Lingkungan : Perubahan
lingkungan fisik
seperti kelembaban
dan kontaminasi
yang mengganggu kualitas bahan baku
2 Siklis atau Periodisitas
Bila titik-titik menunjukkan pola perubahan yang sama
sepanjang interval
yang sama.
Operator : Perbedaan operator dalam suatu proses
yang berbeda rotasi operator Mesin :
Proses dan pemeriksaan peralatan pada perbedaan shifts adalah berbeda.
Lingkungan : perubahan lingkungan karena suhu dan
kelembaban
3
Campuran atau
merangkul batas kendali
Bila titik-titik mendekati garis batas kendali
Metode : Perbedaan
operator menggunakan
perbedaan metode untuk memproduksi produk
Mesin : Satu grafik memperlihatkan produksi dari
dua mesin, terutama dengan merk berbeda.
4 Stratifikasi
atau merangkul garis pusat
Bila titik-titik mendekati garis pusat
Operator : Perhitungan batas kendali yang salah,
proses pengambilan sampel mengumpulkan satu atau beberapa unit dari beberapa
distribusi pokok yang berbeda. Jika unit terbesar dan terkecil dalam setiap sampel
relatif serupa, maka variabilitas yang diamati akan kecil tidak wajar.
Sumber : Trisyulianti, dkk 2003
No Pola
Interpretasi
5 Pergeseran dalam tingkat
proses
Bila titik-titik
cenderung bergeser dari garis pusat
Operator : Pengenalan operator baru, perubahan
dalam perhatian, keterampilan dan motivasi
Bahan baku : Penggunaan bahan baku baru.
Metode : Pengenalan metode baru, atau standar
pemeriksaan baru Mesin :
Penggunaan mesin baru, ukuran, atau setting baru dari suatu peralatan .
6 Trend
Bila terdapat kenaikan atau penurunan kontinu, tepatnya 6
titik menurun atau meningkat
Operator : Pengawas pengukur produk yang baru
dan kelelahan operator Metode :
Metode dirubah lebih dari waktu untuk memproduksi lebih baik atau lebih
buruk. Trend akan meningkat atau menurun
Mesin : Fixture
atau die
dalam mesin
mengalami kelonggaran secara gradual, atau pengukuran peralatan dirubah.
Atau penurunan mesin secara perlahan- lahan dan semakin memburuk .
7 Pelarian
Bila titik cenderung terletak pada satu sisi saja dari garis
median, bila pergeseran atau pelarian mempunyai 7 titik
atau 8 titik atau bila 10 keluar dari 11 titik.
Operator : Pengawas pengukur produk yang baru
Mesin : Fixture
atau die
dalam mesin
mengalami kelonggaran secara gradual, atau pengukuran peralatan dirubah
Lingkungan : Debu atau kontaminan di dalam
ruangan
bertambah banyak
dan membentuk sesuatu yang memburuk
Sumber : Trisyulianti, dkk 2003
2.6. Air Minum Dalam Kemasan
Air minum adalah semua air baik yang masih bersifat alami maupun yang telah mengalami proses tertentu, misalnya desalinasi pada air laut dan
memenuhi standar air minum yang telah ditetapkan. Standar air minum dibedakan menjadi air biasa, air mineral, air mineral alami, dan air minum
dalam kemasan SII dalam Amelia, 2004. Menurut Dewan Standardisasi
diolahdiproses, dikemas dan aman diminum. Beberapa persyaratan mutu yang harus dipenuhi dalam proses produksi air minum dalam kemasan,
yaitu:
Tabel 3. Persyaratan mutu air minum dalam kemasan
No Kriteria Uji
Satuan Persyaratan
1. Keadaan
• Bau • Rasa
• Warna -
Unit PtCo -
Tidak berbau Normal
Maks. 5
2. pH
6,5 – 8,5 3.
Kekeruhan NTU
Maks. 5 4.
Kesadahan, sebagai CaCO
3
Mgl Maks. 150
5. Zat yang terlarut
Mgl Maks. 500
6. Zat organik angka KmnO
4
Mgl Maks. 1,0
7. Nitrat dihitung sebagai NO
3
Mgl Maks. 45
8. Nitrit dihitung sebagai NO
2
Mgl Maks. 0,005
9. Amonium NH
4
Mgl Maks. 0,15
10. Sulfat SO
4
Mgl Maks. 200
11. Klorida Cl
Mgl Maks. 250
12. Fluorida F
Mgl Maks. 1
13. Sianida CN
Mgl Maks. 0,05
14. Besi Fe
Mgl Maks. 0,3
15. Mangan Mn
Mgl Maks. 0,05
16. Klor bebas
Mgl Maks. 0,1
17. Cemaran logam
• Timbal Pb • Tembaga Cu
• Kadmium Cd • Raksa Hg
Mgl Mgl
Mgl Mgl
Maks. 0,005 Maks. 0,5
Maks. 0,005 Maks. 0,001
18. Cemaran arsen As
Mgl Maks.0,05
19. Cemaran mikroba :
• Angka lempeng total awal • Angka lempeng total akhir
• Bakteri bentuk coli
• C.perfringens • Salmonella
Koloniml Koloniml
APM100ml Koloniml
- -
Maks. 1,0 x 10
2
Maks. 1,0 x 10
5
2 nol
negatif100ml negatif100ml
Sumber: Dewan Standarisasi Nasional DSN, 1996
Dua standar nasional yang mengatur kualitas air minum, yaitu SNI 01 3553 - 1996 Standar Nasional Indonesia dari Departemen Perindustrian
dan Perdagangan,
serta Peraturan
Menteri Kesehatan
No 907MenkesSKVII2002, air minum harus memenuhi persyaratan tingkat
kontaminasi nol untuk keberadaan bakteri coliform. Menurut PERMENKES
makanan dan minuman 2003, kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan adalah :
a. Syarat Fisik : Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan temperature tidak
melebihi suhu udara. b. Syarat Kimia :
Tidak mengandung bahan kimia yang beracun dan zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
c. Syarat Bakteriologi : Tidak mengandung kuman parasit, kuman patogen, bakteri E coli
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit
tertentu secara langsung, tetapi keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah. Oleh karena itu, dipersyaratkan
bahwa air minum harus bebas dari bakteri semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform maka akan semakin tinggi pula
resiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan
Suara Karya Online, 2005
.
2.7. Penelitian Terdahulu