3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Disain Penelitian
Berdasarkan perlakuan observasional dengan metode pengukuran secara cross sectional, tidak diberi perlakuan, hanya merupakan pengamatan dan pengukuran
dilakukan satu kali.
3.2 Tempat dan Waktu
Tempat : Klinik Spesialis Ortodonti Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan FKG USU.
Waktu penelitian : 3 bulan
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi :
Model studi dari pasien yang datang ke Klinik Spesialis Ortodonti Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan FKG USU tahun 2008 - 2012 dan praktek
dokter gigi swasta di Medan dengan data-data lengkap.
Sampel :
Model studi pasien maloklusi Klas II divisi 1 dengan pola pernafasan normal dan bernafas melalui mulut.
Universitas Sumatera Utara
Besar sampel di hitung dengan menggunakan rumus
20
n ≥ Z
0,5- α
+ Z
0,5- β
Sd
2 2
d n
≥ 1.96 + 1,282 1,89
2
1,5 n
≥ 15.6 dua kelompok, masing-masing kelompok enam belas sehingga jumlah sampel tiga puluh dua orang.
Keterangan: n = besar sampel
Z
0.5- α
2
= nilai distribusi normal baku alpha.Untuk
α =
0.05 1.96
Z
1- β
= nilai distribusi normal baku betha. Untuk
ᵝ
= 0.10 1.282 SD = Standar deviasi = 1.89
d = selisih rata-rata yang bermakna, ditetapkan sebesar 1,5
3.4 Kriteria Sampel
3.4.1 Kriteria inklusi
• Pasien berumur 15 - 25 tahun. • Pasien maloklusi Klas II divisi 1 dengan pola pernafasan normal dan
bernafas melalui mulut • Pasien belum pernah mendapat perawatan ortodonti .
Universitas Sumatera Utara
• Pasien yang datang ke Klinik Spesialis Ortodonti Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan FKG USU tahun 2008-2012 dan praktek dokter gigi swasta di
Medan • Kesehatan umum yang baik
• Laki-laki dan perempuan • Tidak ada gigi yang hilang atau diekstraksi hingga molar kedua
• Data-data pasien lengkap.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
• Pasien yang sudah pernah dirawat ortodonti • Kesehatan umum yang kurang baik
• Data-data pasien tidak lengkap • Model gigi yang rusak, misalnya anatomis gigi tidak jelas
• Pergeseran garis median baik dental maupun skeletal.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian
3.5.1 Hubungan antar variabel
3.5.2 Variabel bebas
- Pola pernafasan normal melalui hidung - Pola pernafasan melalui mulut
3.5.3 Variabel tergantung
- Tinggi palatum - Panjang lengkung gigi anterior maksila dan mandibula
- Lebar interkaninus maksila dan mandibula - Lebar interpremolar maksila dan mandibula
Variabel Bebas
• Pola pernafasan normal maloklusi
Klas II • Pola pernafasan
mulut maloklusi Klas II
Variabel Tergantung
• Tinggi palatum • Panjang lengkung gigi anterior
maksila dan mandibula • Lebar interkaninus maksila dan
mandibula • Lebar interpremolar maksila dan
mandibula • Lebar intermolar maksila dan
mandibula
Variabel Terkendali
• Umur sampel 15 – 25 thn • Belum pernah dilakukan
perawatan ortodonti • Tidak ada pencabutan gigi
tetap kecuali M3 • Kesehatan umum baik
• Alat dan teknik pengambilan data dan model studi sampel
Variabel Tak Terkendali
• Penyusutan model studi
• Jenis kelamin
Universitas Sumatera Utara
- Lebar intermolar maksila dan mandibula
3.5.4 Variabel terkendali
- Umur sampel 15 - 25 tahun - Maloklusi Klas II dengan pola pernafasan normal dan pernafasan melalui
mulut. - Belum pernah dilakukan perawatan ortodonti
- Kesehatan umum baik - Alat dan teknik pengambilan data dan model studi sampel
3.5.5 Variabel tidak terkendali
- Penyusutan model studi - Jenis kelamin
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian
- Maloklusi Klas II divisi 1 adalah suatu keadaan mandibula dengan lengkung gigi terleak lebih ke distal terhadap maksila sebesar minimal setengah lebar
premolar atau satu tonjolmolar pertama permanen yang memiliki insisivus maksila berinklinasi ke labial.
1,15
- Bernafas melalui hidung atau bernafas normal dapat dilihat hasil anamnese dan Roentgen foto sefalometri bahwa lebar saluran udara pharynx atas 14,98
± 1,89
21
Universitas Sumatera Utara
- Bernafas melalui mulut dapat dilihat dari hasil anamnesedan roentgen foto sepalometri bahwa lebar saluran udara pharynx atas 11,9 ± 1,79
21
- Tinggi cekungan palatal diukur pada pertengahan dari garis yang menghubungkan fosa centralis kedua molar pertama maksila dengan bantuan
jangka Korkhaus. Jangka Korkhaus dibuka hingga batang tengah menyentuh palatum di garis median dan tinggi palatum dicatat dari pembacaan pada
jangka Korkhaus.
4
- Panjang lengkung anterior maksila pada model adalah garis yang ditarik dari intra dental superior palatal insisivus pertama kiri dan kanan sepanjang
dataran midsagital yang dipotong oleh garis yang ditarik melintasi palatum menghubungkan titik kontak antara distal pit premolar pertama kiri dan
kanan.
4
- Panjang lengkung anterior mandibula pada model adalah garis yang ditarik dari intradental inferior lingual insisivus pertama kiri dan kanan sepanjang
dataran midsagital yang dipotong oleh garis yang melintasi lingual menghubungkan titik kontak antara interproksimal premolar pertama dan
kedua.
4
- Lebar interkaninus maksila adalah garis yang menghubungkan titik tengah mesiodistal dari kaninus kanan dan kiri maksila.
4
Universitas Sumatera Utara
- Lebar interkaninus mandibula adalah garis yang menghubungkan interproksilmal kaninus dan premolar satu kiri dan kanan.
4
- Lebar interpremolar maksila adalah garis yang menghubungkan titik distal pit dari premolar pertama kiri dan kanan.
4 -
Lebar interpremolar mandibula adalah garis yang menghubungkan interproksimal premolar satu dan premolar dua kiri dan kanan.
4
- Lebar intermolar maksila adalah garis yang menghubungkan sentral fossa dari molar pertama kiri dan kanan.
4
- Lebar intermolar mandibula adalah garis yang menghubungkan tonjol mesio bukal molar pertama kiri dan kanan.
4
3.7 Alat dan Bahan