Pengubah daya DC-DC DC-DC Converter

4.4.4. Pengubah daya DC ke AC satu fase Konverter DC to AC

Dengan beban tahanan murni atau induktif sebuah konverter harus menghasilkan tegangan output dan frekwensi yang konstan Gambar 4.32 Blok diagram konverter DC ke AC Salah satu aplikasinya adalah pada elektro lokomotip yang modern atau pengendalian Mesin Motor. Gambar 4.33 Rangkaian pengubah tegangan DC ke AC dengan model jembatan Dari rangkaian diatas ada empat thyristor mempunyai masing-masing satu katup V1, V2, V3 dan V4. Setiap katup dapat dikendalikan buka tutupnya. Sehingga didapatkan tiga macam besarnya tegangan keluaran antara lain: 1. V1 dan V2 menghantar, V3 dan V4 menutup o v U u = Arus pada beban i v naik ekponensial dengan konstanta waktu R L T = dan hasilnya adalah R U o Gambar 4.34 Katup V1 dan V2 menghantar dan V3 dan V4 menutup 2. V3 dan V4 menghantar, V1 dan V2 menutup o v U u − = Arus pada beban naik eksponensial tetapi dengan polaritas negatif adalah R U o − Gambar 4.35 Katup V3 dan V4 menghantar dan V1 dan V2 menutup 3. V1 dan V3 menghantar, V2 dan V4 menutup = v u Arus pada beban mempunyai nilai nol. Gambar 4.36 Katup V1 dan V3 menghantar dan V2 dan V4 menutup 4. V2 dan V4 menghantar dan V1 dan V3 menutup = v u Identis dengan pada nomer 3 Jika langkah 1, 2, 3 dan 4 bergantian dan dengan kendali pulsa pada katupnya, maka akan terjadi pada beban sebuah tegangan dan mempunyai kontanta waktu R L T = . Dibawah ini salah satu contoh hasil tegangan keluran uv dengan kendali PWM. Gambar 4.37 Bentuk tegangan keluaran Pada system konverter DC ke AC yang menghasilkan tegangan tiga phase, prinsipnya sama dengan satu phase langkah prosesnya, tetapi terdiri tiga kolompok kombinasi katup pada thyristor. Bisa dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 4.38 Rangkaian DC ke AC tiga phase

4.4.5. Pengubah daya AC ke AC Konverter AC ke AC

Pada sistim pengubah ini merupakan gabungan dari pengubah daya dari AC ke DC penyearah dan Pengubah daya dari DC ke AC. Sehingga dapat digambarkan seperti dibawah ini: Gambar 4.39 Blok diagram konverter AC ke AC

BAB V. PENGUKURAN, PENGENDALI KONTROL DAN PENGATURAN

5.1. Definisi

Pengukuran berasal dari kata kerja mengukur dalam bahasa Inggris disebut “measuring” yang dalam bahasa Jerman dinamakan “messen”. Mengukur dalam ilmu teknik berarti mempersiapan, mentransfer dan menerangkan suatu informasi awal yang belum dimengerti oleh peralatan tertentu dalam hal ini adalah sinyal menjadi sinyal yang dapat diterima dan dimengerti oleh peralatan tersebut. Dengan mengukur akan diperoleh sinyal awal bisa berupa sinyal dengan besaran bukan listrik misalnya : temperatur “ o C; o F”, tekanan “bar; psi” dan bisa berupa sinyal dengan besaran listrik misalnya : tegangan “Volt”, arus “Ampere”, resistantahanan “Ohm”, dan lain-lainnya. Untuk keperluan pengendalian, pengaturan dan supervisi dari suatu peralatan teknik biasanya diperlukan alat pendeteksi berupa alat ukur sinyal listrik, dimana pada awalnya sinyal ini biasanya mempunyai besaran fisika yang bisa diukur sesuai dengan harga besarannya. Besaran sinyal fisika ini kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh sensordetektor melalui pengukuran. Sensor digunakan sebagai alat pendeteksipengukur sinyal bukan listrik menjadi sinyal listrik yang dalam istilah teknik pengaturan sebagai suatu blok pemberi sinyal harga terukur measuring value signal atau dalam bahasa Jerman biasa disebut “messwertgeber”. Blok ini antara lain terdiri dari piranti absorbsi “absorber device”, piranti sensor “sensing device”, dan elemen khusus yang diperlukan. Jadi pemberi sinyal harga terukur adalah suatu blok piranti sensor dengan keluaran sinyal listrik yang sudah terkalibrasi. Pengendali kontrol juga memerlukan sensor, hanya saja sensor pada pengendali kontrol ini biasanya digunakan hanya sebagai masukan input saja, yang dalam bahasa teknik kontrol sebagai referensi atau besaran sinyal komando command signal value dan biasanya digunakan pada kontrol 2dua titik. Yang jelas pada pengendali kontrol tidak menggunakan umpan balik feedback yang dalam bahasa Inggris disebut “Open Loop Control” atau dalam bahasa Jerman dinamakan “Steurung”. Pengaturan adalah mutlak harus menggunakan sensor untuk mendeteksimengukur keluaran yang akan dikembalikan sebagai umpan balik feed back untuk dibandingkan dengan masukan selaku referensi atau titik penyetelan setting point. Pengaturan dalam istilah bahasa Inggris disebut “Closed Loop Control” atau bahasa Jerman dinamakan “Regelung”.