Kurikulum 1975 Perkembangan Pendidikan Masa Orde Baru a. Kurikulum 1968
72
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.
3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang. 5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa PSPB sebagai
bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
6. Pengadaan program studi baru seperti di SMA untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
Perbaikan Kurikulum 1984 didasarkan pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0461U1983 tertanggal 22 Oktober 1983
tentang Perbaikan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah khususnya Pasal 2 dan 4, yang menyatakan bahwa:
1. Perbaikan terhadap kurikulum mencakup: a. Peninjauan dan perbaikan kurikulum secara menyeluruh, melalui
pendekatan pengembangan dengan bertirik tolak pada: 1 Pilihan kemampuan dasar, pengetahuan dan keterampilan yang
perlu dikuasai dalam pembentukan kemampuan dan watak 2 Keterpaduan dan keserasian antara ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik 3 Penyesuaian tujuan dan struktur program dengan perkembangan
masyarakat, pembangunan dan tehnologi b. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa sebagai
bidangprogram pendidikan yang berdiri sendiri dari Taman Kanak- Kanak sampai dengan Sekolah Menengah Atas, termasuk Pendidikan
Luar Sekolah. c. Pengadaan program studi baru sebagai usaha memenuhi kebutuhan di
lapangan pekerjaan. 2. Upaya perbaikan kurikulum berlangsung bertahap dan terus menerus
dengan bertitik tolak dan mengarah pada pemantapan usaha: a. Penerapan analisis sistem dalam penentuan bidang minat dan sasaran
kurikulum
73
b. Perwujudan azas keluwesan dalam isi kurikulum maupun pengelolaan proses belajar-mengajar dalam kerangka pengembangan intrakulikuler,
kokulikuler dan ektrakulikuler c. Kemungkinan penyesuaian dengan kecepatan belajar anak didik, secara
perorangan maupun kelompok d. Pendekatan program kepada ketuntasan belajar dalam masing-masing
bagian maupun keseluruhan program kurikulum e. Efisiensi proses belajar
f. Penerapan konsep berorientasi pada lapanganbidang pekerjaan dalam kurikulum pendidikan kejuruan
g. Pemanfatan hasil
penelitian dan
pengembangan yang
telah dilaksanakan Mas Aboe Dhari Mukayat, 1986: 14.
Perbedaan antara intrakulikuler, kokulikuler, dan ektrakulikuler perlu dijelaskan. Kegiatan Intra-Kurikuler dilakukan di sekolah yang jatah
waktukreditnya telah ditentukan dalam struktur program. Kegiatan Ko-Kurikuler adalah kegiatan di luar jatah waktukreditnya yang telah ditentukan dalam
struktur program. Tujuan kegiatan ini adalah agar peserta didik dapat memperdalam, menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan Intra-Kurikuler.
Kegiatan Ko-Kurikuler adalah kegiatan seperti mempelajari buku-buku tertentu, merancang dan melakukan penelitian sederhana, membuat karangan, dan
kegiatan-kegiatan lain yang sejenis. Hasil kegiatan peserta didik ini diperhitungkan dalam menentukan nilai peserta didik.
Kegiatan Ekstra-Kurikuler adalah kegiatan di luar jatah waktukredit yang telah ditentukan dalam sturktur program, termasuk waktu libur sekolah. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk memperluas pengetahuan peserta didik, mengenal hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat , dan
melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan Ekstra-Kurikuler antara lain dapat berupa kunjungan ke obyek-obyek tertentu misalnya gunung,
pantai, candi, museum, membuat drama, palang merah remaja, dokter kecil, pramuka, dan sebagainya.
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif
74
b Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif CBSA.
c Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar
berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
d Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. e Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa..
f Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan keterampilan
memperoleh pengetahuan
dan mengkomunikasikan perolehannya.
Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut : a Adanya perangkat mata pelajaran inti. Kalau pada Kurikulum 1975 terdapat