Tinjauan Tentang Prinsip Penghormatan Hak Atas Tanah

commit to user 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Prinsip Penghormatan Hak Atas Tanah

Hak atas tanah yang dimiliki seseorang sesuai dengan hukum tanah nasional dilindungi dari gangguan pihak lain tanpa alas hak yang sah, dalam segala bentuk fisik maupun nonfisik. Demikian juga hak atas tanah seseorang tidak boleh dirampas dengan sewenang-wenang dan secara melawan hukum, termasuk oleh penguasa. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, tampak usaha untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan umum yaitu dalam Pasal 36 ayat 1 setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa, dan masyarakat dengan cara yang tidak melanggar hukum, ayat 2 tidak seorangpun boleh dirampas miliknya dengan sewenang-wenang dan secara melawan hukum, dan ayat 3 hak milik mempunyai fungsi sosial. Sedangkan berkenaan dengan pengambialalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 37 ayat 1 bahwa pencabutan hak milik atas suatu benda demi kepentingan umum, hanya diperbolehkan dengan mengganti kerugian yang wajar dan segera serta pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan ayat 2 apabila suatu benda berdasarkan ketentuan hukum demi kepentingan umum harus dimusnahkan atau tidak diberdayakan baik untuk selamanya maupun untuk sementara waktu maka hal itu dilakukan dengan mengganti kerugian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kecuali ditentukan lain Maria S.W. Sumardjono, 2008: 269. commit to user Pedoman dalam pengaturan pengadaan tanah hendaknya mengakomodasikan tiga hal, yakni: a. Penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia dalam bentuk penghapusan kemiskinan, perluasan lapangan kerja, dan pemerataan pembangunan. b. Keberlanjutan kapasitas produktif masyarakat. c. Pemberdayaan masayrakat melalui pengembangan dan pelaksanaan good governance partisipasi, transparasi, akuntabilitas dan rule of law Maria S.W. Sumardjono, 2008: 271. Kebijakan pemerintah mengenai pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, semuanya mengarah pada prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah. Secara mutlak ini harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh pemerintah, agar tidak menimbulkan rasa sakit kepada pemilik atau pemegang hak atas tanah yang menyerahkan atau melepaskan hak atas tanahnya dalam pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Walaupun dilaksanakan oleh pemerintah yang mewakili negara dalam penerapan konsep hak menguasai negara atas tanah yang menjadikan negara sebagai pengatur peruntukan, pemeliharaan, pemberian hak atas tanah dan sebagainya, yang merupakan amanat dari Pasal 33 ayat 3 Undang- Undang Dasar 1945, dimaksudkan bahwa hak menguasai negara tersebut harus dapat memberikan kemakmuran kepada seluruh rakyat Indonesia. Selama ini peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap pengadaan tanah belum mengakomodasikan paradigma pembangunan tersebut. Hal ini tampak dari ketidakesuaian antara bentuk pengaturan dan materi muatannya Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993, Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 jo Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, karena materi muatan terkait dengan hak dasar manusia terhadap tanah yang dijamin oleh UUD 1945, maka bentuk peraturannya adalah undang-undang Maria S.W. Sumardjono, 2008: 271. commit to user Dalam proses pengadaan tanah yang terjadi selama ini, kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang tanahnya diperlukan untuk kegiatan pembangunan pasca pengadaan tanah tidak memperoleh perhatian. Proses pengadaan tanah dianggap telah selesai dengan diserahkannya ganti kerugian, dilepaskannya hak atas tanah dan diberikannya hak atas tanah kepada pihak yang memerlukan tanah tersebut. Bahwa jika kemudian ternyata kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat yang terkena dampak itu menurun bila dibandingkan dengan keadaan pra-pengadaan tanah, masyarakat seolah-olah dibiarkan untuk mencari solusinya sendiri.

2. Tinjauan Tentang Asas-Asas Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan

Dokumen yang terkait

PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL SEMARANG SOLO DI DESA LEMAHIRENG KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG

0 25 167

SKRIPSI Ganti Rugi Tanah Yang Tidak Tercapai Kesepakatan Antara Pemilik Dan Panitia Pelaksana. (Studi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Proyek Jalan Tol Solo-Kertosono di Kabupaten Ngawi).

0 3 12

PENDAHULUAN Ganti Rugi Tanah Yang Tidak Tercapai Kesepakatan Antara Pemilik Dan Panitia Pelaksana. (Studi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Proyek Jalan Tol Solo-Kertosono di Kabupaten Ngawi).

0 4 17

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TEMBUS (JALAN ALTERNATIF) KABUPATEN MAGETAN KABUPATEN KARANGANYAR

0 17 86

SKRIPSI TINJAUAN TENTANG PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN JALAN TOL DI KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 12

PENDAHULUAN TINJAUAN TENTANG PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN JALAN TOL DI KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 13

PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO KERTOSONO RUAS SOLO MANTINGAN DI WILAYAH KABUPATEN SRAGEN.

0 8 13

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGADAAN TANAH DALAM PEMBANGUNAN TOL SEMARANG-SOLO (RUAS JALAN BAWEN- SALATIGA).

0 1 210

PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA DI KECAMATAN TEGINENENG KABUPATEN PESAWARAN

0 1 18

PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM DALAM PERSPEKTIF KEADILAN (Studi Pengadaan Tanah untuk Jalan Tol Semarang-Solo di Kabupaten Boyolali Desa Kiringan)

0 0 12