Musyawarah Dalam Pengadaan Tanah

commit to user membuka peluang yang luas dan bebas kepada masyarakat awam agar secara bubbling up para warga ini dapat memutuskan sendiri secara bertanggung jawab kegunan lahan-lahan mereka untuk kepentingan orang banyak. b. Menggunakan pendekatan hukum, namun dengan memprioritaskan prosedur dan proses yang privaatrechtelijk yang pada hakikatnya adalah juga suatu proses yang demokratis daripada mendahulukan yang publiekrechtelijk, yang dalam masa-masa transisi di kebanyakan negeri berkembang, umumnya terkesan masih amat berwarna kekuasaan ekstralegal Adrian Sutedi, 2007: 85. Pembahasan mengenai prinsip-prinsip kepentingan umum dalam pengadaan tanah untuk pembangunan tersebut menjadi penting karena: a. Dalam sarana pembangunan, terutama dibidang materiil baik di kota maupun di desa banyak memerlukan tanah. b. Sebagai titik tolak didalam pembebasan tanah, pengadaan tanah, dan pencabutan hak atas tanah. c. Setelah lahirnya otonomi daerah, dalam rank untuk menampung aspirasi masyarakat di daerah, kepentingan umum dalam penafsirannya harus disesuaikan dengan masyarakat setempat Adrian Sutedi, 2007: 48-49.

4. Tinjauan Tentang Musyawarah dan Ganti Kergugian

a. Musyawarah Dalam Pengadaan Tanah

Pengadaan tanah menurut Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dilakukan atas dasar musyawarah langsung. Yang dimaksud musyawarah adalah: kegiatan yang mengandung proses saling mendengar, saling memberi, dan saling menerima pendapat serta keinginan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan masalah lain commit to user yang berkaitan dengan kegiatan pengadaan tanah atas dasar kesukarelaan dan kesetaraan antara pihak yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah dengan pihak yang memerlukan tanah. Nilai nyata atau harga pasaran yang wajar inilah yang sebenarnya harus ditetapkan atas dasar perti mbangan dari tim penilai harga tanah yang profesional dan independent. Musyawarah hendaknya langsung melibatkan semua warga yang tanahnya terkena proyek dimaksud, sehingga untuk pembicaraan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dilakukan secara transparan. Apabila musyawarah dilakukan tanpa atau hanya melibatkan beberapa orang warga saja, maka apa bentuk ganti kerugian, dan berapa besarnya ganti kerugian yang akan mereka terima menjadi tidak diketahui dengan jelas, dan akan terbuka peluang terjadinya manipulasi bentuk dan besar ganti kerugian. Dalam pengadaan tanah untuk pembangunan ini, biasanya banyak bermunculan para calo atau makelar tanah, sehingga dengan dilakukannya musyawarah ini dapat menghindarkan warga masyarakat dari para calo atau makelar tanah yang dapat merugikan mereka. Musyawarah yang dilakukan tersebut dilakukan agar dalam pelaksanaan pengadaan tanah dapat membahas mengenai besar dan bentuk ganti kerugian, dilakukan beberapa kali musyawarah dengan warga masyarakat yang tujuan utamanya adalah untuk membicarakan mengenai besaran dan bentuk ganti kerugian. Apabila tidak dimungkinkan dilakukan musyawarah dengan para pemilik tanah, maka para pemilik tanah dapat mewakilkannya kepada orang yang telah ditunjuk sebagai kuasa hukumnya. Penunjukan kuasa hukum dari para pemilik tanah harus dilakukan secara tertulis, disertai materai cukup dan diketahui oleh Kepala Desa, atau surat kuasa tersebut dibuat di hadapan pejabat yang berwenang.

b. Ganti Kerugian Dalam Pengadaan tanah

Dokumen yang terkait

PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL SEMARANG SOLO DI DESA LEMAHIRENG KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG

0 25 167

SKRIPSI Ganti Rugi Tanah Yang Tidak Tercapai Kesepakatan Antara Pemilik Dan Panitia Pelaksana. (Studi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Proyek Jalan Tol Solo-Kertosono di Kabupaten Ngawi).

0 3 12

PENDAHULUAN Ganti Rugi Tanah Yang Tidak Tercapai Kesepakatan Antara Pemilik Dan Panitia Pelaksana. (Studi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Proyek Jalan Tol Solo-Kertosono di Kabupaten Ngawi).

0 4 17

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TEMBUS (JALAN ALTERNATIF) KABUPATEN MAGETAN KABUPATEN KARANGANYAR

0 17 86

SKRIPSI TINJAUAN TENTANG PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN JALAN TOL DI KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 12

PENDAHULUAN TINJAUAN TENTANG PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN JALAN TOL DI KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 13

PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO KERTOSONO RUAS SOLO MANTINGAN DI WILAYAH KABUPATEN SRAGEN.

0 8 13

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGADAAN TANAH DALAM PEMBANGUNAN TOL SEMARANG-SOLO (RUAS JALAN BAWEN- SALATIGA).

0 1 210

PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA DI KECAMATAN TEGINENENG KABUPATEN PESAWARAN

0 1 18

PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM DALAM PERSPEKTIF KEADILAN (Studi Pengadaan Tanah untuk Jalan Tol Semarang-Solo di Kabupaten Boyolali Desa Kiringan)

0 0 12