Hubungan antara Langit-langit dengan Kejadian Malaria Hubungan antara Dinding dengan Kejadian Malaria

59 kondisi ventilasi yang tidak terpasang kawat kasa mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit malaria 5 kali dibanding keluarga yang tinggal di rumah yang ventilasinya dipasang kawat kasa. Adanya kejadian malaria disebabkan rumah yang tidak terpasang kawat kasa akan mempermudah masuknya nyamuk ke dalam rumah. Kawat kasa merupakan penghalang bila kawat kasa dalam keadaan baik Lestari dkk, 2007. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Darmadi 2002 di Desa Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa kondisi ventilasi yang tidak dipasang kawat kasa mempunyai kecenderungan untuk terjadinya penyakit malaria dengan p value = 0,021. Sesuai juga dengan pernyataan subdit malaria bahwa pemasangan kawat kasa pada ventilasi rumah akan memperkecil kontak dengan nyamuk.

2. Hubungan antara Langit-langit dengan Kejadian Malaria

Kondisi rumah dengan langit-langit yang tidak ada pada semua atau sebagian ruangan rumah pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kejadian malaria pada rumah yang tidak ada langit-langit sebesar 40,5 pada kasus dan 16,7 pada kontrol. Hasil analisis statistik melalui uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara langit-langit rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada = 0,05 dengan p value = 0,002. Besar hubungan tersebut dari odds ratio diperoleh 8,5 yang berarti bahwa keluarga yang tinggal di rumah dalam kondisi tidak 60 terdapat langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit malaria 8-9 kali dibanding keluarga yang tinggal di rumah yang terdapat langit-langit pada semua bagian ruangan rumah. Hal ini disebabkan rumah yang seluruh ruangannya tidak diberi langit-langit akan mempermudah masuknya nyamuk ke dalam rumah. Langit-langit merupakan pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu halus. Jika tidak ada langit-langit berarti ada lobang atau celah antara dinding dengan atap sehingga nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam rumah. Dengan demikian risiko untuk kontak antara penghuni rumah dengan nyamuk Anopheles lebih besar dibanding dengan rumah yang ada langit-langitnya Depkes RI, 1999. Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Darmadi 2002 di Desa Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa kondisi rumah yang seluruh ruangannya tidak diberi langit-langit mempunyai kecenderungan untuk terjadinya penyakit malaria dengan p value = 0,014. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Gambiro 1998, menyatakan langit-langit sangat menentukan mudah tidaknya nyamuk masuk ke dalam rumah.

3. Hubungan antara Dinding dengan Kejadian Malaria

Kondisi rumah dengan dinding yang tidak rapat pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kejadian malaria pada rumah dengan dinding yang tidak rapat sebesar 35,7 pada kasus dan 16,7 pada kontrol. 61 Hasil analisis statistik melalui uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo pada = 0,05 dengan p value = 0,013. Besar hubungan tersebut dari hasil odds ratio diperoleh angka sebesar 5,00 berarti keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi dinding yang tidak rapat mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit malaria 5 kali dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi yang rapat. Hal ini disebabkan keadaan dinding rumah responden yang terbuat dari pasang batu bata maupun yang terbuat dari anyaman bambu ataupun kayu terdapat lubang lebih dari 1,5 mm². Keadaan dinding yang demikian akan mempermudah masuknya nyamuk ke dalam rumah lebih besar bila dibandingkan dengan kondisi dinding rumah yang rapat. Kondisi tersebut menyebabakan penghuni rumah lebih potensial digigit nyamuk Anopheles, karena nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam rumah, sehingga akan memperbesar risiko terjadinya penularan penyakit malaria Handayani dkk, 2008. Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Darmadi 2002 di Desa Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi dinding yang tidak rapat mempunyai kecenderungan untuk terjadinya penyakit malaria dengan p value = 0,016. 62

B. Hubungan antara Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah dengan Kejadian

Dokumen yang terkait

Hubungan Kualitas Fisik Rumah Terhadap Kejadian ISPA Pasca Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tiganderket Karo Sumatera Utara Pada Tahun 2015

3 93 139

Kondisi Fisik Rumah Dan Lingkungan Sekitar Penderita Malaria di Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiran Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

0 87 102

Hubungan Karakteristik Responden Dan Faktor Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian Malaria Di Desa Kampung Padang Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2013

2 49 174

Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Penduduk Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Kec. Bangko Kab. Merangin Prop. Jambi Tahun 2003

2 56 92

Analisis Dampak Pembangunan Jaringan Irigasi terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi pada Masyarakat Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

27 161 85

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Malaria Di Desa Suka Karya Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Propinsi Aceh Tahun 2010

4 73 115

HUBUNGAN FAKTOR PRAKTIK PENCEGAHAN DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGANKEJADIAN MALARIA DI DESA JATIREJO KECAMATAN KALIGESING KABUPATENPURWOREJO

4 18 116

FAKTOR PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA ipi41444

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Malaria - Kondisi Fisik Rumah Dan Lingkungan Sekitar Penderita Malaria di Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiran Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

0 0 33

Kondisi Fisik Rumah Dan Lingkungan Sekitar Penderita Malaria di Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiran Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

0 0 12