commit to user 37
peningkatan. Selama periode 2007-2011 UMK Kabupaten Madiun meningkat dari Rp.560 ribu menjadi Rp.740 ribu per bulan.
3. Karakteristik Kabupaten Madiun
Kabupaten Madiun merupakan salah satu kabupaten penyangga pangan Jawa Timur. Oleh karena itu produktivitas tanaman pangan,
khususnya padi perlu terus ditingkatkan. Jika dibandingkan dengan kabupaten lain, produksi padi di Kabupaten Madiun mencapai sekitar 4 persen dari
seluruh produksi padi di Jawa Timur dan merupakan produksi kesembilan terbesar setelah Kabupaten Tuban dan Nganjuk. Dari sisi produktivitas data,
produktivitas padi di Kabupaten Madiun setiap tahun selalu meningkat dan melebihi produktivitas padi di Jawa Timur. Pada tahun 2009 produktivitas
padi Kabupaten Madiun mencapai 6,35 ton per Ha, sementara produktivitas padi Jawa Timur hanya 5,91 ton per Ha.
4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Madiun
Penduduk Kabupaten Madiun sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, sehingga sesuai potensi daerah yang agraris maka mata
pencaharian penduduk Kabupaten Madiun sebagian besar adalah bekerja di bidang pertanian, baik sebagai petani pemilik lahan maupun petani penggarap
buruh tani. Pendekatan pembangunan yang lebih banyak menonjolkan pertumbuhan ekonomi secara cepat tidak bisa dipungkiri telah mengakibatkan
pertumbuhan diperkotaan melampaui kawasan lainnya atau dengan kata lain telah mendorong percepatan urbanisasi. Proses urbanisasi yang tidak
terkendali semakin mendesak produktifitas pertanian. Secara lebih mikro tingginya urbanisasi ditunjukkan dengan terjadinya konversi lahan kawasan
pertanian menjadi kawasan perkotaan. Konsekuensi logis dari kondisi ini adalah terjadinya migrasi penduduk perdesaan ke perkotaan akibat semakin
menyempitnya lapangan pekerjaan di bidang pertanian.
Tanah pertanian pada umumnya adalah semua tanah yang menjadi hak orang, selain tanah untuk perumahan dan perusahaan. Yang termasuk tanah
pertanian adalah semua tanah perkebunan, tambak untuk perikanan, tanah tempat penggembalaan ternak, tanah belukar bekas ladang dan hutan yang
commit to user 38
menjadi tempat mata pencaharian bagi yang berhak. Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan Menteri Agraria tanggal
5 Januari 1961 No. Sekra 9 1 12 tentang Pengertian Tanah Pertanian, diberikan penjelasan sebagai berikut : “Yang dimaksud dengan “tanah
pertanian” ialah juga semua tanah perkebunan, tambak untuk perikanan, tanah tempat penggembalaan ternak, tanah belukar bekas ladang dan hutan yang
menjadi tempat mata pencaharian bagi yang berhak. Pada umumnya tanah pertanian adalah semua tanah yang menjadi hak orang, selain tanah untuk
perumahan dan perusahaan. Bila atas sebidang tanah berdiri rumah tempat tinggal seseorang, maka pendapat setempat itulah yang menentukan, berapa
luas bagian yang dianggap halaman rumah dan berapa yang merupakan tanah pertanian”.
Pertanian merupakan suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti
sempit dinamakan pertanian rakyat, sedangkan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti sempit, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Semua itu merupakan hal yang penting. Secara garis besar pengertian pertanian dapat diringkas menjadi proses produksi, petani dan pengusaha,
tanah tempat usaha dan usaha pertanianfarm bussines. Pertanian yang baik ialah pertanian yang dapat memberikan produk jauh lebih baik daripada
apbila tanaman, ternak atau ikan tersebut dibiarkan secara alami. Sedangkan yang dimaksud dengan tanah non pertanian adalah tanah
yang dipergunakan untuk usahakegiatan selain usaha pertanian. Penggunaan tanah non pertanian adalah untuk sebagai berikut:
1 Tanah perumahan misal penggunaan tanah untuk tempat tinggalrumah, lapangan, tempat rekreasi, pemakaman dll
2 Tanah Perusahaan misal penggunaan tanah untuk pasar, pertokoan, gudang, bank, bioskop, hotel, stasiun dll
3 Tanah Industri misal penggunaan tanah untuk Pabrik, percetakan dll 4 Tanah untuk jasa misal penggunaan tanah untuk kantor-kantor
pemerintah, tempat ibadah, rumah sakit, sekolah dan sarana umum
commit to user 39
5 Tanah kosong yang sudah diperuntukkan siap bangun. Lahan pertanian mempunyai manfaat yang sangat luas secara
ekonomi, sosial dan lingkungan. Secara ekonomi, lahan pertanian adalah masukan paling esensial dari berlangsungnya proses produksi, kesempatan
kerja, pendapatan, devisa, dan lain sebagainya. Secara sosial, eksistensi lahan pertanian terkait dengan eksistensi kelembagaan masyarakat petani dan aspek
budaya lainnya. Dari aspek lingkungan, aktivitas pertanian pada umumnya lebih kompatibel dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan. Adapun
luasan penggunaan tanah atau lahan yang ada di Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun
Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Madiun, 2010 Dari data di atas dapat diketahui bahwa peruntukkan lahan yang
paling besar adalah di dominasi oleh hutan Negara dan kawasan persawahan, yaitu 40,08 untuk hutan dan 30,62 untuk kawasan persawahan, sedangkan
untuk pemukimannya sendiri adalah 15,16. Maka dapat di katakana bahwa, kabupaten madiun masih merupakan kawasan hjau, karena lebih banyak
lahan yang digunakan untuk hutan dan persawahan. Untuk lebih jelasnya
3,86 0,83
40,08
2,45
7,02 30,62
15,16
PemukimanPekarangan Sawah
Tegal Perkebunan
Hutan Negara Perairan
Lain-lain Jalan,Sungai dsb
commit to user 40
dengan peta bentuk geografis Kabupaten Madiun, akan penulis jelaskan penggunaan tanah di Kabupaten Madiun.
Gambar 3. Peta Penggunaan Tanah Kabupaten Madiun
Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Madiun, 2010 Semakin jelas bahwa kawasan hutan dan persawahan adalah lahan
yang mendominasi dan menyebar di Kabupaten Madiun. Hal ini sesuai dengan penataan ruang, Pasal 26 mengenai Rencana Tata Ruang Kabupaten,
yaitu rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem
jaringan prasarana wilayah kabupaten serta rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten dan kawasan budi daya
kabupaten. Kabupaten madiun berdasarkan pasal 26 tersebut telah memenuhi tujuan, kebijakan serta strategi penataan ruang wilayah kabupaten. Dapat
dilihat dari gambar 1 dan 2 wilayah Kabupaten Madiun lebih banyak kawasan lindung yang dalam hal ini adalah hutan dan kawasan budidaya sawah.
commit to user 41
Ragaan 2. Cakupan Manfaat Lahan Pertanian dan Konstelasinya Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Madiun.
INDIRECT USE VALUES Manfaat Tidak Langsung Total Manfaat Lahan Pertanian
NON USE VALUES Manfaat Bawaan USE VALUES Manfaat Penggunaan
Direct Use Values Manfaat Langsung Marketed Output
Padi, Palawija, Sayuran, Ternak, dll Kayu, Daun, Jerami, dll
Unpriced Benefit
Menyediakan Bahan Pangan
Menyediakan Lapangan Kerja Sarana Rekreasi
Mengurangi Laju Urbanisasi
Mengurangi Pencemaran Lingkungan MencegahMengurangi Terjadinya Banjir
Berkontribusi Dalam Pengendalian erosi Pengendalian Tata Air
Mempertahankan Keragaman Hayati Pendidikan Lingkungan
commit to user 42
Pola konversi lahan dapat ditinjau dari beberapa aspek. Menurut pelaku konversi, maka dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, alih fungsi
secara langsung oleh pemilik lahan yang bersangkutan. Motif pada umumnya adalah untuk pemenuhan kebutuhan tempat tinggal,
meningkatkan pendapatan melalui alih usaha, atau kombinasinya. Kedua, alih fungsi yang diawali dengan alih penguasaan yaitu pemilik menjual
kepada pihak lain. Tercatat mulai dari tahun 1981-1998 18 tahun di daerah jawa
telah terjadi pengurangan lahan sawah akibat konversi hingga mencapai satu juta hektar atau sekitar 55 ribu hektar per tahunnya. Sedangkan di
Indonesia dalam kurun waktu 8 tahun 1992-2000, luas lahan sawah telah berkurang dari 8,2 juta hektar menjadi 7,8 juta hektar. Perubahan ini
terjadi paling cepat adalah di daerah Jawa yang notabene memiliki pembangunan paling cepat dibandingkan dengan daerah lainnya.
Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Pasal 44 dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 Pasal 82 tentang ketentuan
dalam pengalih fungsian lahan sawah beririgasi bahwa untuk menjamin kelestarian fungsi dan manfaat irigasi, Bupati sesuai dengan
kewenangannya mengupayakan ketersediaan lahan beririgasi dan atau mengendalikan alih fungsi lahan di wilayahnya.
Selain berpijak pada acuan pendekatan pengendalian sebagaimana dikemukakan di atas, perlu pula diwujudkan suatu kebijakan alternatif.
Kebijakan alternatif tersebut diharapkan mampu memecahkan kebuntuan pengendalian alih fungsi lahan sebeumnya. Adapun komponennya antara
lain instrumen hukum dan ekonomi, zonasi dan inisiatif masyarakat. Pada instrumen hukum, yaitu meliputi penerapan perundang-
undangan dan peraturan yang mengatur mekanisme alih fungsi lahan. Mengatur mengenai hak, kewajiban serta sanksi-sanksi yang mengikat
tegas kepada semua pihak yang terkait, serta menyempurnakan aturan perundang-undangan yang berlaku sebelumnya. Kedua, instrumen
ekonomi yang mencakup insentif, disisentif dan kompensasi. Kebijakan
commit to user 43
pemberian insentif
untuk diberikan
kepada pihak-pihak
yang mempertahankan lahan dari alih fungsi. Pola pemberian insentif ini antara
lain dalam bentuk pemberian subsidi input, keringanan pajak bumi dan bangunan serta kemudahan sarana produksi pertanian. Sebaliknya
disisentif diberikan kepada pihak-pihak yang melakukan alih fungsi lahan yang implementasinya berlawanan dengan perundang-undangan dan
peaturan yang berlaku. Memberikan kompensasi untuk pihak-pihak yang dirugikan akibat alih fungsi lahan untuk kegiatan pembangunan atau
kepada yang mecegah terjadinya alih fungsi demi kelestarian lahan sebagai sumber produksi pertanian pangan.
Kemudian yang ketiga adalah kebijakan zonasi yang berhubungan dengan ketatalaksanaan tata ruang wilayah melalui pengelompokkan lahan
menjadi tiga kategori zona pengendalian, yaitu lahan yang dilindungi tidak boleh dialih fungsikan, alih fungsi terbatas dan tidak boleh dialih
fungsikan. Zonasi diatur berdasarkan kriteria klasifikasi irigasi, intensitas tanam dan produktivitas lahan sawah. Kriteria irigasi dibedakan atas lahan
sawah beririgasi dan non irigasi. Kriteria intensitas tanam adalah satu hingga dua kali tanam per tahun, sedangkan kriteria produktivitas yaitu
dibawah 4,5 tonHektarPanen.
B. Pelaksanaan Izin Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian di Kabupaten Madiun