Data Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden

109 di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut, Tanah Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17° C. Di dataran tinggi Karo ini bisa ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berciri khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak yang masih aktif dan berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. 5.2. Data Hasil Penelitian 5.2.1. Karakteristik Responden Pada penelitian ini dominasi laki-laki sebagai kepala keluarga dan bertugas sebagai pencari nafkah keluarga masih terasa. Hal ini ditandai dengan proporsi laki-laki sebagai responden penelitian mencapai 385 orang atau 74 dari total responden penelitian sedangkan sisanya sebesar 26 atau 99 orang adalah perempuan. Gambar 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jika ditinjau dari dari sisi usia responden maka dapat dilihat bahwa usia produktif mendominasi responden yang melakukan komuter. Hal ini dapat Universitas Sumatera Utara 110 dibuktikan bahwa 32 atau 121 orang responden berusia 34-41 tahun dan 27 atau 105 orang reponden berusia 26-33 tahun sedangkan responden yang berusia diatas 50 tahun hanya 8. Gambar 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Menikah ternyata juga menjadi alasan yang penting untuk mencari nafkah, bahkan memilih menjadi komuter. Dari 384 responden menunjukkan bahwa jumlah responden yang telah menikah sebanyak 289 orang atau 75, 21 sedangkan yang belum menikah atau 81 orang Gambar 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Penikahan Fakta lain yang ditunjukkan oleh komunitas komuter adalah bahwa para komuter bukanlah berasal dari latar belakang pendidikan yang tergolong tinggi. Sebanyak 229 orang responden atau 60 memiliki latar belakang pendidikan Universitas Sumatera Utara 111 SLTA sederajat, sedangkan yang berpendidikan Sarjana hanya sebanyak 72 orang atau 19, meskipun ada namun jumlah komuter yang berpendidikan pascasarjana tidak berarti jumlahnya yang hanya sebesar 1. Gambar 5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Kemudian karakteristik responden lainnya adalah jika dilihat dari sisi agama. Meskipun karakteristik ini hanya secara proporsional mewakili populasi yang ada namun karakteristik ini dapat menjadi tambahan informasi komuter bahwa 95 dari komuter beragama islam sedangkan sisanya menganut agama selain islam. Gambar 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama Pekerjaan merupakan hal penting yang melekat pada komuter. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa sebanyak 133 orang atau 35 para komuter bekerja diberbagai sektor informal, 110 orang atau 29 bekerja di perusahaan Universitas Sumatera Utara 112 swasta, 67 orang atau 17 berwirausaha, PNS 59 orang atau 15 dan sisanya 4 bekerja sebagai TNIPOLRI. Gambar 5.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Penjelasan sebelumnya menunjukkan dari responden yang diambil dalam penelitian ini bahwa jumlah laki-laki yang melakukan komuter lebih banyak dibandingkan perempuan dan jumlah responden yang telah menikah lebih banyak melakukan komuter dibandingkan yang tidak. Tabel 5.1. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin dan Status Pernikahan Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Status Frekuensi Frekuensi Kawin 232 81.40 57 57.58 Belum Kawin 50 17.54 31 31.31 Duda 3 1.05 0.00 Janda 0.00 11 11.11 Total 285 100.00 99 100.00 Sumber : Data Primer Ternyata dari total responden laki-laki , 81,40 diantaranya telah menikah. Sedangkan dari total responden perempuan, hanya 57,58 saja yang telah menikah. Jelas bahwa karakter dasar laki-laki sebagai pencari nafkah apalagi telah menikah semakin jelas dengan fakta tersebut. Universitas Sumatera Utara 113 Tabel 5.2. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin dan Pendidikan Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Frekuensi Frekuensi SD 9 3.16 4 4.04 SLTP 40 14.04 4 4.04 SLTA 185 64.91 44 44.44 D3 11 3.86 13 13.13 Sarjana 40 14.04 32 32.32 Pascasarjana 0.00 2 2.02 Total 285 100.00 99 100.00 Sumber : Data Primer Fakta lain menunjukkan dominasi laki-laki yang melakukan aktifitas komuter dan dominasi lulusan SLTA sederajat yang memilih menjadi komuter juga dapat ditunjukkan. Melihat fakta yang ada bahwa 64,91 laki-laki komuter berpendidikan SLTA sederajat, sedangkan perempuan hanya 44,44. Dilihat dari latar belakang pendidikan, persentase perempuan dengan latar belakang pendidikan sarjana yang melakukan komuter lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu 32,32, sedangkan laki laki hanya 14,04. Tabel 5.3. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin dan Pekerjaan Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pekerjaan Frekuensi Frekuensi PNS 37 12.98 22 22.22 TNIPOLRI 15 5.26 0.00 Pegawai Swasta 82 28.77 28 28.28 Wirausaha 53 18.60 14 14.14 Lainnya 98 34.39 35 35.35 Total 285 100.00 99 100.00 Sumber : Data Primer Lain halnya jika ditinjau dari sudut pandang jenis pekerjaan yang dilakoni komuter baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Pilihan Universitas Sumatera Utara 114 pekerjaannya relatif sama. Yang sedikit terlihat berbeda adalah laki-laki secara proporsional sedikit lebih banyak yang berprofesi sebagai wira usaha sedangkan perempuan lebih banyak berprofesi sebagai PNS. Tabel 5.4. Tabulasi Silang Antara Pendidikan dan Status Pendidikan SD SLTP SLTA D3 Sarjana Pascasarjana Status f f f f f Kawin 8 53.33 36 81.82 165 72.05 18 75.00 60 83.33 2 100.00 Belum Kawin 0.00 2 4.55 61 26.64 6 25.00 12 16.67 0.00 Duda 0.00 2 4.55 1 0.44 0.00 0.00 0.00 Janda 5 33.33 4 9.09 2 0.87 0.00 0.00 0.00 Total 13 86.67 44 100.00 229 100.00 24 100.00 72 100.00 2 100.00 Sumber : Data Primer Karakteristik responden jika dilihat dari sisi pendidikan dan status penikahan. 53,33 responden berpendidikan SLTP, 72,05 responden berpendidikan SLTA, 75 responden dengan pendidikan Diploma, 83,33 responden dengan pendidikan sarjana sudah menikah. Tabel 5.5. Tabulasi Silang Antara Pendidikan dan Pekerjaan Pekerjaan PNS TNIPOLRI Pegawai Swasta Wirausaha Lainnya Pendidikan f f f f f SD 1 1.69 2 1.82 4 5.97 6 4.51 SLTP 2 3.39 6 5.45 13 19.40 23 17.29 SLTA 20 33.90 13 86.67 62 56.36 39 58.21 95 71.43 D3 5 8.47 15 13.64 1 1.49 3 2.26 Sarjana 29 49.15 2 13.33 25 22.73 10 14.93 6 4.51 Pascasarjana 2 3.39 0.00 0.00 0.00 Total 59 100.00 15 100 110 100.00 67 100.00 133 100.00 Sumber : Data Primer Karakteristik responden jika dilihat dari sisi pendidikan dan status pekerjaan, 71,43 responden yang berpendidikan SLTA bekerja diberbagai sektor informal, 58,21 bekerja sebagai wirausaha dan 56,36 menjadi pegawai Universitas Sumatera Utara 115 swasta. Responden yang berpendidikan sarjana 49.15 bekerja sebagai PNS dan 22,73 bekerja sebagai wirausaha. Hal ini menunjukkan pendidikan menjadi alasan komuter untuk memilih pekerjaan yang ada.

5.2.2. Biaya Perumahan

Ternyata tidak semua responden memiliki rumah sendiri sehingga harus memilih melakukan aktifitas sebagai komuter. 10 diantara responden masih harus mengeluarkan biaya untuk menyewa rumah ataupun membeli rumah secara mencicil. Gambar 5.7. Persentasi Responden yang mengalokasikan Biaya Perumahan Rata-rata alokasi biaya perumahan yang harus dikeluarkan oleh responden sebesar 300.000 rupiahbulan. Dari seluruh responden terdapat 37 orang yang melakukannya, sisanya 347 orang tidak mengalokasikan uang untuk biaya perumahan. Minimal biaya perumahan yang dialokasikan oleh seorang komuter sebesar 200.000 rupiahbulan dan maksimal sebesar 3.500.000 rupiahbulan. Selain dari sisi alokasi biaya yang dialokasikan oleh komuter untuk pengeluaran rumah, ada 2 hal penting lainnya yaitu apakah rumah tersebut lebih layak dan lebih terjangkau dibandingkan dengan jika memilih tinggal di dekat lokasi bekerja. Universitas Sumatera Utara 116 Gambar 5.8. Keterjangkauan Biaya perumahan Gambar 5.9. Kelayakan Rumah Sebanyak 61,7 setuju kalau rumah yang ditempati lebih terjangkau dan 16,9 menjawab sangat setuju. Sedangkan persoalan kelayakan maka 58,6 menjawab rumah tersebut layak dan 22,4 menjawab sangat setuju.

5.2.3. Rasio Ketergantungan

Data penelitian menunjukkan bahwa satu keluarga terdiri dari 1 sampai 5 orang anggota keluarga. Data penelitian menunjukkan bahwa 50,27 dalam satu keluarga terdapat 2 anggota keluarga yang bekerja dan 39,84 dalam satu keluarga hanya 1 anggota keluarga yang bekerja. Disisi yang lain, penelitian ini menunjukkan bahwa satu keluarga yang terdiri dari 1 sampai 5 orang anggota keluarga tersebut, 32,29 keluarga responden memiliki 2 orang dari anggota keluarganya tidak bekerja dan 23,96 keluarga responden memiliki 3 orang dari anggota keluarganya tidak bekerja. Universitas Sumatera Utara 117 Tabel 5.6. Jumlah Anggota Keluarga yang Bekerja Jumlah anggota keluarga yang bekerja Frekuensi 1 153 39.84 2 193 50.27 3 32 8.33 4 4 1.04 5 2 0.52 Total 384 100 Sumber : Data Primer Rasio ketergantungan teringgi adalah satu orang anggota keluarga harus menanggung 5 orang anggota keluarga atau 5:1 dan rata-rata rasio ketergantungan sebesar1:2,373 atau satu orang anggota keluarga menanggung 2,373 anggota keluarga. Tabel 5.7. Jumlah Anggota Keluarga yang Tidak Bekerja Jumlah anggota keluarga yang tidak bekerja Frekuensi 40 10.41 1 92 23.96 2 124 32.29 3 92 23.96 4 33 8.59 5 3 0.78 Total 384 100 Sumber : Data Primer

5.2.4. Pendapatan Pasangan

Setiap keluarga saat ini tidak hanya mengandalkan suami atau kepala keluarga sebagai satu-satunya anggota keluarga yang bertugas mencari uang untuk menghidupi keluarga. Tak jarang sang istri juga melakukannya untuk keluarga. Responden berpendapat bahwa 64 setuju pendapatan pasangan mampu menopang perekonomian keluarga dan 20 mengatakan biasa saja. Universitas Sumatera Utara 118 Gambar 5.10. Kemampuan Pasangan Menopang Perekonomian Keluarga Gambar 5.11. Kelayakan Pendapatan Selain pasangan mampu menopang perekonomian keluarga ternyata 60 setuju bahwa pendapatan pasangannya cukup layak sedangkan 28 berpendapat biasa saja. Gambar 5.12. Kesesuaian Pendapatan Dengan Alokasi Waktu Bahkan dari sisi kesesuaian antara waktu yang dikorbankan untuk memperoleh penghasilan oleh pasangan maka 58 setuju bahwa alokasi waktu dan pendapatan yang diterima sesuai dan 19 berpendapat biasa saja. Universitas Sumatera Utara 119

5.3.5. Pendapatan

Pilihan menjadi komuter bukanlah pilihan yang tidak rasional jika dilihat dari sudut pandang pendapatan. Hal ini terbukti bahwa 62,2 responden menjawab setuju jika pendapatan sebagai komuter lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pendapatan tidak sebagai komuter, sedangkan 27,6 responden menjawab biasa saja. Gambar 5.13. Pendapatan Komuter Lebih Baik Selain pendapatan yang lebih baik juga pendapatan tersebut layak diterima, 62 responden setuju sedangkan 26 menjawab biasa saja. Gambar 5.14. Kelayakan Pendapatan Komuter Tidak hanya kelayakan, namun kesesuaian pendapatan yang diterima oleh komuter juga menjadi alasan penting. 60 menjawab setuju untuk hal ini dan 20 menjawab biasa saja. Universitas Sumatera Utara 120 Gambar 5.15. Kesesuaian Pendapatan Dengan Alokasi Waktu Komuter Pendapatan keluarga komuter rata-rata 3,3 juta rupiah perbulan yang terdiri dari pendapatan komuter itu sendiri rata-rata 2,2 juta rupiah perbulan, pendapatan sampingan komuter rata-rata 170 ribu rupiah perbulan, pendapatan pasangan komuter rata-rata 600 ribu rupiah perbulan pendapatan sampingan pasangan rata-rata 55 ribu rupiah perbulan pendapatan keluarga rata-rata 270 ribu perbulan dan pendapatan sampingan keluarga rata-rata perbulan 190 ribu rupiah perbulan.

5.2.6. Aksesibilitas Daerah Tujuan

Melakukan aktifitas komuter dapat menjadi pilihan karena daerah tujuan mudah dijangkau dengan menggunakan berbagai moda transportasi yang ada, dari mulai menggunakan kenderaan pribadi maupun kenderaan umum. Selain itu apakah rute yang dilalui memberikan kenyamanan atau tidak bagi komuter, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi kerja, biaya yang dibutuhkan untuk mengakses lokasi kerja dengan menggunakan moda transportasi yang ada juga menjadi alasan memilih menjadi komuter. Universitas Sumatera Utara 121 Gambar 5.16. Kemudahan Moda Transportasi Dari sisi kemudahan moda transportasi, 75 responden menjawab setuju kalau moda transportasi yang digunakan dalam melakukan aktifitas komuter mudah untuk diperoleh, sedangkan15 menjawab biasa saja. Gambar 5.17. Kenyamanan Diperjalanan Dari sisi kenyamanan selama diperjalanan, 65 responden menjawab setuju kalau perjalanan sebagai komuter menuju lokasi kerja sangat nyaman dan 24 menjawab biasa saja. Gambar 5.18. Waktu Tempuh Yang Wajar Universitas Sumatera Utara 122 Waktu tempuh juga mendapat perhatian yang tidak begitu berbeda. 61 menganggap waktu tempuh diperjalanan masih terbilang wajar dan 37 mengatakan biasa saja. Selain hal-hal yang sifatnya abstrak seperti kemudahan moda transportasi, kenyamanan selama diperjalanan dan waktu tempuh yang wajar, para komuter juga dihadapkan dengan berapa biaya transportasi yang dikeluarkan rata-rata perbulannya ketika memilih sebagai komuter. Rata-rata pengeluaran biaya transportasi perbulan sebesar 289.000 rupiah perbulan.

5.2.7. Kesempatan Kerja

Tidak tersedinya lapangan pekerjaan ditempat komuter tinggal juga memicu terjadinya arus komuter dari daerah asal ke daerah tujuan. Lapangan pekerjaan tentunya diawali dari banyaknya arus informasi tentang lowongan pekerjaan yang tersedia. 53,9 responden setuju kalau didaerah tujuan komuter, informasi lowongan pekerjaan sangat banyak, sedangkan 24,5 mengatakan biasa saja. Gambar 5.19. Mudahnya Informasi Pekerjaan Selain infomasi yang banyak, kemudahan memperoleh pekerjaan juga dianggap lebih banyak tersedia di daerah tujuan. 43,8 responden setuju bahwa Universitas Sumatera Utara 123 di daerah tujuan pekerjaan lebih mudah diperoleh dan 31,5 responden menjawab biasa saja. Gambar 5.20. Mudahnya Memperoleh Pekerjaan Kesempatan kerja yang ada di wilayah tujuan tentunya akan mengurangi tingkat pengangguran yang ada. 44,5 responden setuju pengangguran di daerah asal komuter akan berkurang dengan adanya banyak kesempatan kerja di daerah asal komuter dan itu merupakan daya tarik komuter untuk mencari kerja di daerah tujuan sedangkan 36,7 responden menjawab biasa saja. Gambar 5.21. Mengurangi Pengangguran Di Wilayah Anda Tinggal Tidak hanya mengurangi pengangguran di daerah asal komuter, tetapi juga di wilayah tujuan komuter. 40,4 responden menjawab setuju sedangkan 35,9 komuter menjawab biasa saja. Universitas Sumatera Utara 124 Gambar 5.22. Mengurangi Pengangguran Di Wilayah Anda Bekerja

5.2.8. Alokasi Pendapatan ke Daerah Asal Komuter

Diatas telah dijelaskan bahwa besarnya pendapatan keluarga komuter rata- rata 3,3 juta rupiah perbulan sedangkan alokasi pendapatan keluarga yang dialokasikan ke daerah asal komuter hanya sebesar 1,8 juta rupiah perbulan. Hal ini berarti secara rata-rata pendapatan keluarga komuter yang tidak dibelanjakan di daerah asal komuter tetapi di daerah tujuan komuter hampir separuhnya atau 46, hanya 54 saja yang kembali ke daerah asal komuter. Jika ditinjau dari pendapatan komuter itu sendiri yang secara rata-rata sebesar 2,2 juta rupiah perbulan itu artinya 68 penghasilan komuter tersebut tinggal di daerah tujuan komuter. Alokasi pendapatan komuter ke daerah asal komuter diantaranya rata-rata 1 juta rupiah perbulan untuk biaya konsumsi, 179 ribu rupiah untuk biaya listrik, air dan telepon HP, 326 ribu rupiah untuk biaya pendidikan, 67 ribu rupiah untuk biaya kesehatan, 6.750 rupiah untuk biaya STM, 3.829 rupiah untuk PBB, 213 ribu untuk biaya angsuran dan 19 ribu rupiah untuk alokasi pengeluaran lainnya. Alokasi pendapatan ke daerah asal komuter jika dilihat berdasarkan jenis kelamin maka rata-rata komuter yang berjenis kelamin laki-laki mengalokasikan Universitas Sumatera Utara 125 pendapatannya sebesar 1,8 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter sedangkan komuter perempuan mengalokasikan pendapatannya rata-rata sebesar 1,7 juta rupiah. Secara statistik menggunakan uji-t tidak berpasangan disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara alokasi pendapatan ke daerah asal komuter yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t-hitung sebesar 1,237 atau nilai sig-2 tailed 0,05 yaitu sebesar 0,217. Alokasi pendapatan ke daerah asal komuter jika dilihat berdasarkan usia maka rata-rata komuter yang berusia dibawah 30 tahun mengalokasikan pendapatannya sebesar 1,3 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter, komuter yang berusia antara 31-40 tahun mengalokasikan pendapatannya sebesar 1,7 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter, komuter yang berusia antara 41-50 tahun mengalokasikan pendapatannya sebesar 2,6 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter sedangkan komuter yang berusia diatas 50 tahun mengalokasikan pendapatannya rata-rata sebesar 3,8 juta rupiah. Secara statistik menggunakan Anova disimpulkan bahwa ada perbedaan antara alokasi pendapatan ke daerah asal komuter berdasarkan usia, hal ini ditunjukkan dengan nilai F-hitung sebesar 48,152 atau nilai sig-2 tailed 0,05 yaitu sebesar 0,000. Usia yang semakin tua cenderung mengalokasikan pendapatannya lebih besar ke daerah asal komuter. Alokasi pendapatan ke daerah asal komuter jika dilihat berdasarkan status maka rata-rata komuter yang sudah menikah mengalokasikan pendapatannya sebesar 2 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter, komuter yang belum menikah mengalokasikan pendapatannya sebesar 1,2 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter, komuter yang berstatus duda mengalokasikan pendapatannya sebesar 900 ribu rupiah perbulan ke daerah asal komuter Universitas Sumatera Utara 126 sedangkan komuter yang berstatus janda mengalokasikan pendapatannya rata-rata sebesar 600 ribu rupiah. Secara statistik menggunakan Anova disimpulkan bahwa ada perbedaan antara alokasi pendapatan ke daerah asal komuter berdasarkan status, hal ini ditunjukkan dengan nilai F-hitung sebesar 15,277 atau nilai sig-2 tailed 0,05 yaitu sebesar 0,000. Alokasi pendapatan ke daerah asal komuter jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan maka rata-rata komuter yang berpendidikan SD mengalokasikan pendapatannya sebesar 1,8 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter, komuter yang berpendidikan SLTP mengalokasikan pendapatannya sebesar 1,5 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter, komuter yang berpendidikan SLTA mengalokasikan pendapatannya sebesar 1,6 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter, komuter yang berpendidikan Diploma mengalokasikan pendapatannya sebesar 1,4 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter, komuter yang berpendidikan Sarjana mengalokasikan pendapatannya sebesar 2,6 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter sedangkan komuter yang berpendidikan pascasarjana mengalokasikan pendapatannya rata-rata sebesar 2,5 juta rupiah. Secara statistik menggunakan Anova disimpulkan bahwa ada perbedaan antara alokasi pendapatan ke daerah asal komuter berdasarkan pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F-hitung sebesar 7,994 atau nilai sig-2 tailed 0,05 yaitu sebesar 0,000. Alokasi pendapatan ke daerah asal komuter jika dilihat berdasarkan pekerjaan maka rata-rata komuter yang bekerja sebagai PNS mengalokasikan pendapatannya sebesar 2,9 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter, komuter yang bekerja sebagai TNIPOLRI mengalokasikan pendapatannya sebesar 1,9 juta Universitas Sumatera Utara 127 rupiah perbulan ke daerah asal komuter, komuter yang bekerja sebagai pegawai swasta mengalokasikan pendapatannya sebesar 1,5 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter, komuter yang bekerja sebagai wiraswasta mengalokasikan pendapatannya sebesar 2,3 juta rupiah perbulan ke daerah asal komuter, sedangkan untuk jenis pekerjaan lainnya mengalokasikan pendapatannya rata-rata sebesar 1,3 juta rupiah. Secara statistik menggunakan Anova disimpulkan bahwa ada perbedaan antara alokasi pendapatan ke daerah asal komuter berdasarkan jenis pekerjaan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F-hitung sebesar 26,469 atau nilai sig- 2 tailed 0,05 yaitu sebesar 0,000.

5.2.9 Kualitas Hidup

Pilihan hidup menjadi komuter tentunya memiliki banyak konsekuensi. Menhabiskan waktu diperjalanan dan di kota tujuan tempat bekerja tentunya mengurangi banyak hal yang seharusnya bisa dilakukan jika tidak memilih menjadi komuter. Gambar 5.23. Menjadi Komuter Mengakibatkan Kualitas Hidup Tidak Lebih Baik Jika dilihat secara umum tentang kualitas hidup yang dirasakan oleh pelaku komuter maka 48,7 pelaku komuter setuju kalau prilaku komuter Universitas Sumatera Utara 128 menurunkan kualitas hidup mereka, namun 34,5 menjawab kualitas hidup mereka biasa saja sebagai komuter. Gambar 5.24. Menjadi Komuter Mengakibatkan Kehilangan Kehidupan Sosial Perjalanan yang panjang dan memakan waktu mengurangi waktu komuter seperti kehidupan sosial bertetangga dan bermasyarakat. 34,6 responden setuju akan hal tersebut sedangkan 43,8 biasa saja. Mereka masih memiliki kehidupan sosial masyarakat yang baik. Gambar 5.25. Menjadi Komuter Menurunkan Kualitas Sebagai Orang Tua Bagi komuter yang telah berkeluarga dan memiliki istri atau bahkan anak sebanyak 29,9 merasa setuju bahwa dengan menjadi komuter menyebabkan kualitas sebagai orang tua menjadi menurun, sedangkan 42,2 menjawab biasa Universitas Sumatera Utara 129 saja. Pelaku komuter masih dapat berbagi dengan istri dan anak dengan kualitas yang sama. Gambar 5.26. Menjadi Komuter Meminimalisai Berfikir Masa Depan Tidak punya waktu memikirkan masa depan merupakan sisi lain konsekuensi menjadi seorang komuter. Namun hanya 27,9 responden setuju akan hal tersebut, sedangkan 43,5 responden menjawab mereka masih dapat memikirkan dan merencanakan masa depan mereka meskipun mereka berprilaku sebagai komuter. Gambar 5.27. Menjadi Komuter Menurunkan Kualitas Sebagai Anggota Keluarga Tidak berbeda seperti peran sebagai orang tua, peran sebagai anggota keluarga juga menjadi turun kualitasnya. 27,9 reponden setujua namun 45,3 biasa saja. Universitas Sumatera Utara 130 Gambar 5.28. Menjadi Komuter Menghilangkan Waktu Anda Menyalurkan Hobi Menyalurkan hobi terkadang menjadi alternatif untuk mengurangi stress yang sedang dialami setiap orang. 34,4 komuter tidak dapat lagi menyalurkan hobinya ketika sudah berprilaku sebagai komuter dan 37 komuter setuju bahwa menjadi komuter membuat hidup menjadi lebih stress. Namun 46,4 komuter menjawab biasa saja dalam arti masih dapat meluangkan waktu untuk tetap menjalankan hobi mereka, sementara disisi lain 41,9 responden tidak mengalami stress sebagai komuter. Gambar 5.29. Menjadi Komuter Membuat Anda Stress Perjalanan dari daerah asal ke daerah tujuan terkadang dirasa sebagai proses bekerja. Lokasi kerja yang dekat tentunya akan membuat nyaman. 40,4 responden setuju menjadi komuter menyebabkan beban kerja terasa lebih tinggi namun 40,6 menjawab menjadi komuter tidak menyebabkan beban kerja menjadi lebih tinggi. Universitas Sumatera Utara 131 Gambar 5.30. Menjadi Komuter Membuat Anda Merasa Kelebihan Beban Kerja Kualitas hidup laki-laki lebih baik dibandingkan perempuan yang diuji secara statistik menggunakan uji-t tidak berpasangan. Ada perbedaan antara kualitas hidup komuter yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, hal ini ditunjukkan dengan nilai t-hitung sebesar -2,719 atau nilai sig-2 tailed 0,05 yaitu sebesar 0,007. Kualitas hidup komuter berdasarkan usia menunjukkan bahwa komuter yang berusia dibawah 30 tahun memiliki kualitas hidup paling rendah komuter yang berusia diatas 50 tahun memiliki kualitas hidup paling tinggi. Secara statistik menggunakan Anova disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kualitas hidup berdasarkan usia, hal ini ditunjukkan dengan nilai F-hitung sebesar 11,741 atau nilai sig-2 tailed 0,05 yaitu sebesar 0,000. Kualitas hidup komuter berdasarkan status menunjukkan bahwa komuter yang berstatus duda memiliki kualitas hidup paling rendah sedangkan komuter yang berstatus janda memiliki kualitas hidup paling baik. Secara statistik menggunakan Anova disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kualitas hidup berdasarkan status, hal ini ditunjukkan dengan nilai F-hitung sebesar 3,589 atau nilai sig-2 tailed 0,05 yaitu sebesar 0,014. Universitas Sumatera Utara 132 Kualitas hidup ditinjau dari sudut pandang pendidikan komuter secara statistik menggunakan Anova disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara kualitas hidup berdasarkan pendidikan, hal ini ditunjukkan dengan nilai F-hitung sebesar 1,990 atau nilai sig-2 tailed 0,05 yaitu sebesar 0,079. Kualitas hidup ditinjau dari sudut pandang pekerjaan menunjukkan bahwa komuter yang bekerja sebagai PNS memiliki kualitas hidup paling baik sedangkan komuter yang bekerja sebagai pegawai swasta atau jenis pekerjaan lainnya memiliki kualitas hidup yang paling rendah. Secara statistik menggunakan Anova disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kualitas hidup berdasarkan jenis pekerjaan, hal ini ditunjukkan dengan nilai F-hitung sebesar 7,262 atau nilai sig-2 tailed 0,05 yaitu sebesar 0,000. 5.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 5.3.1. Uji Validitas