72
1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia
Tabel 4.1
Jenis_Kelamin Usia Crosstabulation
Usia Total
21-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun 20 Tahun 50 Tahun
Jenis_Kelami n
LAKI-LAKI 27
18 5
7 8
65 PEREMPUAN
3 18
3 7
4 35
Total 30
36 8
14 12
100
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013 Gambar 4.1 memberikan gambaran mengenai umur sampel berdasarkan
hasil penelitian melalui kuesioner. Dapat diketahui bahwa sampel yang berumur 21-30 tahun sebanyak 30 orang, yang berumur 31-40 tahun sebanyak
36 orang, yang berumur 20 tahun sebanyak 14 orang dan yang berumur 50 tahun sebanyak 12.
2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Latar Belakang Pemimpin
Tabel 4.2
Jenis_Kelamin Latar_Belakang_Pemimpin Crosstabulation
Latar_Belakang_Pemimpin Total
EKONOMI MILITER PENDIDIKKALA
NGAN PROFESIONAL PENGUSAHA POLITIK
SOSIAL AGAMA
Jenis_Kelamin LAKI-LAKI 24
9 8
10 9
5 65
PEREMP UAN
14 3
4 5
1 8
35 Total
38 12
12 15
10 13
100
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013 Tabel 4.2 memberikan gambaran mengenai latar belakang partai politik
sampel berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner. Dapat diketahui bahwa sampel yang terdiri dari latar belakang calon pemimpin yang ingin di pilih dari
ekonomi sebanyak 38, militer terdiri dari 12 orang, pendidikankalangan
Universitas Sumatera Utara
73
profesional terdiri dari 12 orang , pengusaha terdiri dari 15 orang, politik terdiri dari 10 orang, sosial agama terdiri dari 13 orang.
3. Karakteristik Sampel Berdasarkan Jalur Pemimpin
Tabel 4.3
Jenis_Kelamin Jalur_Pemimpin Crosstabulation
Jalur_Pemimpin Total
DEPENDEN INDEPEND
Jenis_Kelamin LAKI-LAKI
39 26
65 PEREMPUAN
18 20
35 Total
54 46
100
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013 Tabel 4.7 memberikan gambaran mengenai jalur partai yang akan dipilih
sampel berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner. Dapat diketahui bahwa sampel jalur dependen berjumlah 54 orang, independen berjumlah 46 orang.
4.2.1.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel-Variabel Dalam Penelitian.
a. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Produk X1.
Tabel 4.4 Frekuensi Jawaban Responden Variabel Produk
Pertanyaan STS
TS KS
S SS
Total F
F F
F F
F
1 4 4.0 10 10.0 32 32.0 42 42.0 12 12.0 100 100
2 6 6.0
7 7.0
32 32.0 46 46.0 9
9.0 100 100
3 6 6.0 12 12.0 32 32.0 36 36.0 14 14.0 100 100
4 3 3.0
9 9.0
32 32.
48 48.0 8
8.0 100 100
5 1 1.0
9 9.0
31 31.0 50 50
9 9.0
100 100 Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013
1. Pada pernyataan pertama, dari 100 orang responden 12.0 menyatakan sangat setuju bahwa
Visi dan Misi Politik Gus Irawan Pasaribu sangat
Universitas Sumatera Utara
74 menarik
, 42,0 menyatakan setuju, 32.0 menyatakan kurang setuju, sedangkan 10,0 menyatakan tidak setuju dan 4,0 menyatakan sangat
tidak setuju. 2. Pada pernyataan kedua, dari 100 orang responden 9,0 menyatakan
sangat setuju bahwa Kepribadian kandidat Gus Irawan Pasaribu sesuai dengan keinginan anda, 46,0 menyatakan setuju, 32,0 menyatakan
kurang setuju, 7,0 menyatakan tidak setuju dan 6,0 menyatakan sangat tidak setuju.
3. Pada pernyataan ketiga, dari 100 orang responden 14,0 menyatakan sangat setuju bahwa Kinerja Gus Irawan Pasaribukedepanya dapat
memberikan rasa percaya, 36,0 menyatakan setuju, 32,0 menyatakan kurang setuju, 12,0 menyatakan tidak setuju dan 6,0
menyatakan sangat tidak setuju. 4. Pada pernyataan keempat, dari 100 orang responden 8,0 menyatakan
sangat setuju bahwa Pemimpin masa lalu Gus Irawan Pasaribumenjadi daya tarik tersendiri, 48,0 menyatakan setuju, 32,0 menyatakan
kurang setuju, 9,0 menyatakan tidak setuju dan 3,0 menyatakan sangat tidak setuju.
5. Pada pernyataan kelima, dari 100 orang responden 9,0 menyatakan sangat setuju bahwa program yang ditawarkan Gus Irawan Pasaribu
menarik, 50,0 menyatakan setuju, 31,0 menyatakan kurang setuju, 1,0 menyatakan tidak setuju dan 1,0 menyatakan sangat tidak
setuju.
Universitas Sumatera Utara
75
b. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel PromosiX2
Tabel 4.5 Frekuensi Jawaban Responden Promosi X2
Pertanyaan STS
TS KS
S SS
Total F
F F
F F
F
1 3 3.0
7 7.0
30 30.0 52 52.0 8
8.0 100 100
2 2 2.0 10 10.0 34 34.0 44 44.0 10 10.0 100 100
3 1 1.0
9 9.0
29 29.0 47 47.0 14 14.0 100 100 4
4 4.0 8
8.0 39 39.0 45 45.0
4 4.0
100 100 5
1 1.0 4
4.0 19 19.0 66 66.0 10 10.0 100 100
6 5 5.0
6 6.0
26 26.0 56 56.0 7
7.0 100 100
7 2 2.0
4 4.0
22 22.0 60 60.0 12 12.0 100 100 8
1 1.0 7
7.0 14 14.0 66 66.0 12 12.0 100 100
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013 1. Pada pernyataan pertama, dari 100 orang responden 8.0 menyatakan
sangat setuju bahwa Gus Irawan Pasaribu mempunyai ideologi yang sama dengan anda, 52,0 menyatakan setuju, 30.0 menyatakan
kurang setuju, sedangkan 7,0 menyatakan tidak setuju dan 3,0 menyatakan sangat tidak setuju.
2. Pada pernyataan kedua, dari 100 orang responden 10,0 menyatakan sangat setuju bahwa Slogan Gus Irawan Pasaribu gerakan perubahan
dijanjikan sangat menarik, 44,0 menyatakan setuju, 34,0 menyatakan kurang setuju, 10,0 menyatakan tidak setuju dan 2,0
menyatakan sangat tidak setuju. 3. Pada pernyataan ketiga, dari 100 orang responden 14,0 menyatakan
sangat setuju bahwa Iklan kandidat yang selalu muncul di TV menarik, 47,0 menyatakan setuju, 29,0 menyatakan kurang setuju, 9,0
menyatakan tidak setuju dan 1,0 menyatakan sangat tidak setuju.
Universitas Sumatera Utara
76
4. Pada pernyataan keempat, dari 100 orang responden 4,0 menyatakan sangat setuju bahwa Publisitas Gus Irawan center menamba
pengetahuan anda, 45,0 menyatakan setuju, 39,0 menyatakan kurang setuju, 8,0 menyatakan tidak setuju dan 4,0 menyatakan
sangat tidak setuju. 5. Pada pernyataan kelima, dari 100 orang responden 10,0 menyatakan
sangat setuju bahwa Pesan yang disampaikan mengenai Gus Irawan Pasaribu mudah di mengerti, 66,0 menyatakan setuju, 19,0
menyatakan kurang setuju, 4,0 menyatakan tidak setuju dan 1,0 menyatakan sangat tidak setuju.
6. Pada pernyataan keenam, dari 100 orang responden 7,0 menyatakan sangat setuju bahwa Bintang iklan yang menjadi objek Gus Irawan
Pasaribu menjadi pemacu yang positif, 56,0 menyatakan setuju, 26,0 menyatakan kurang setuju, 6,0 menyatakan tidak setuju dan
5,0 menyatakan sangat tidak setuju. 7. Pada pernyataan ketuju, dari 100 orang responden 12,0 menyatakan
sangat setuju bahwa Event debat memberikan wawasan anda tentang Gus Irawan center Gus Irawan Pasaribu, 60,0 menyatakan setuju,
22,0 menyatakan kurang setuju, 4,0 menyatakan tidak setuju dan 2,0 menyatakan sangat tidak setuju.
8. Pada pernyataan kedelapan, dari 100 orang responden 12,0 menyatakan sangat setuju bahwa Orasidebat Gus Irawan Pasaribu
memberikan hal yang positif, 66,0 menyatakan setuju, 14,0
Universitas Sumatera Utara
77
menyatakan kurang setuju, 7,0 menyatakan tidak setuju dan 1,0 menyatakan sangat tidak setuju.
c. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Harga X3
Tabel 4.6 Frekuensi Jawaban Responden Variabel Harga
Pertanyaan STS
TS KS
S SS
Total F
F F
F F
F
1 1 1.0 13 13.0 30 30.0 40 40.0 16 16.0 100 100
2 2 2.0
6 6.0
26 26.0 51 51.0 15 15.0 100 100 3
2 2.0 5
5.0 31 31.0 50 50.0 12 12.0 100 100
4 2 2.0 17 17.0 28 28.0 45 45.0
8 8.0
100 100 5
3 3.0 20 20.0 28 28.0 35 35.0 14 14.0 100 100 6
2 2.0 8
8.0 21 21.0 60 60.0
9 9.0
100 100 Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013
1. Pada pernyataan pertama, dari 100 orang responden 16.0 menyatakan sangat setuju bahwa Penyelenggaraan Kampanye yang gencar
mendorong menguatkan keikut sertaan anda, 40,0 menyatakan setuju, 30.0 menyatakan kurang setuju, sedangkan 13,0 menyatakan tidak
setuju dan 1,0 menyatakan sangat tidak setuju. 2. Pada pernyataan kedua, dari 100 orang responden 15,0 menyatakan
sangat setuju bahwa Para artis ibu kota dalam kampaye Gus Irawan Pasaribu mendorong keputusan anda, 51,0 menyatakan setuju, 26,0
menyatakan kurang setuju, 6,0 menyatakan tidak setuju dan 2,0 menyatakan sangat tidak setuju.
3. Pada pernyataan ketiga, dari 100 orang responden 12,0 menyatakan sangat setuju bahwa Kampaye yang nyaman Gus Irawan Pasaribu
menjadi daya tarik, 50,0 menyatakan setuju, 31,0 menyatakan
Universitas Sumatera Utara
78
kurang setuju, 5,0 menyatakan tidak setuju dan 2,0 menyatakan sangat tidak setuju.
4. Pada pernyataan keempat, dari 100 orang responden 8,0 menyatakan sangat setuju bahwa Kemeriahan event kampaye Gus Irawan center
memberikan dampak positif bagi anda, 45,0 menyatakan setuju, 28,0 menyatakan kurang setuju, 17,0 menyatakan tidak setuju dan
2,0 menyatakan sangat tidak setuju. 5. Pada pernyataan kelima, dari 100 orang responden 14,0 menyatakan
sangat setuju bahwa Gus Irawan Pasaribu memberikan rasa percayajujur akan perubahan kedepanya, 35,0 menyatakan setuju,
28,0 menyatakan kurang setuju, 20,0 menyatakan tidak setuju dan 3,0 menyatakan sangat tidak setuju.
6. Pada pernyataan keenam, dari 100 orang responden 9,0 menyatakan sangat setuju bahwa Kedepanya Gus Irawan Pasaribudapat diandalkan,
60,0 menyatakan setuju, 21,0 menyatakan kurang setuju, 8,0 menyatakan tidak setuju dan 2,0 menyatakan sangat tidak setuju.
Universitas Sumatera Utara
79
d. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Penempatan
X4 Tabel 4.7
Frekuensi Jawaban Responden Variabel Penempatan Pertanyaan
STS TS
KS S
SS Total
F F
F F
F F
1 3 3.0
8 8.0
32 32.0 52 52.0 5
5.0 100 100
2 3 3.0
9 9.0
34 34.0 47 47.0 7
7.0 100 100
3 5 5.0
8 8.0
31 31.0 52 52.0 4
4.0 100 100
4 1 1.0
5 5.0
18 18.0 64 64.0 12 12.0 100 100 5
1 1.0 5
5.0 20 20.0 61 61.0 13 13.0 100 100
6 2 2.0
6 6.0
32 32.0 56 56.0 4
4.0 100 100
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013 1. Pada pernyataan pertama, dari 100 orang responden 5.0 menyatakan
sangat setuju bahwa Lokasi basis Gus Irawan Pasaribu sudah sesuai menurut anda, 52,0 menyatakan setuju, 32.0 menyatakan kurang
setuju, sedangkan 8,0 menyatakan tidak setuju dan 3,0 menyatakan sangat tidak setuju.
2. Pada pernyataan kedua, dari 100 orang responden 7,0 menyatakan sangat setuju bahwa Lokasi basis menjangkau tokoh-tokoh masyarakat
yang berpegaruh di masyarakat, 47,0 menyatakan setuju, 34,0 menyatakan kurang setuju, 9,0 menyatakan tidak setuju dan 3,0
menyatakan sangat tidak setuju. 3. Pada pernyataan ketiga, dari 100 orang responden 4,0 menyatakan
sangat setuju bahwa Lokasi Gus Irawan center dapat langsung menemui dan bersama masyarakat, 52,0 menyatakan setuju, 31,0 menyatakan
kurang setuju, 8,0 menyatakan tidak setuju dan 5,0 menyatakan sangat tidak setuju.
Universitas Sumatera Utara
80
4. Pada pernyataan keempat, dari 100 orang responden 12,0 menyatakan sangat setuju bahwa Lokasi basis Gus Irawan center
Terjangkau ke seluruh pelosok, 64,0 menyatakan setuju, 18,0 menyatakan kurang setuju, 5,0 menyatakan tidak setuju dan 1,0
menyatakan sangat tidak setuju. 5. Pada pernyataan kelima, dari 100 orang responden 13,0 menyatakan
sangat setuju bahwa Basis Gus Irawan center yang ada dapat menberikan pendekatan secara kriteria semua kalangan, 61,0
menyatakan setuju, 20,0 menyatakan kurang setuju, 5,0 menyatakan tidak setuju dan 1,0 menyatakan sangat tidak setuju.
6. Pada pernyataan keenam, dari 100 orang responden 4,0 menyatakan sangat setuju bahwa Penempatan Basis Gus Irawan Pasaribu sudah
menjangkau asprirasi anda, 56,0 menyatakan setuju, 32,0 menyatakan kurang setuju, 6,0 menyatakan tidak setuju dan 2,0
menyatakan sangat tidak setuju.
e. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan
Memilih Gus Irawan Pasaribu Sebagai Calon Gubernur Sumatera Utara Y
Tabel 4.8 Frekuensi Jawaban Responden Variabel Keputusan Memilih Gus
Irawan Pasaribu Sebagai Calon Gubernur Sumatera Utara Y Pertanyaan
STS TS
KS S
SS Total
F F
F F
F F
1 4 4.0
6 6.0
38 38.0 41 41.0 11 11.0 100 100 2
2 2.0 10 10.0 35 35.0 44 44.0 9
9.0 100 100
3 5 5.0
9 9.0
21 21.0 54 54.0 11 11.0 100 100 4
2 2.0 5
5.0 29 29.0 52 52.0 12 12.0 100 100
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013
Universitas Sumatera Utara
81
1. Pada pernyataan pertama, dari 100 orang responden 11.0 menyatakan sangat setuju bahwa Anda mencari informasi tentang Gus Irawan
Pasaribu, 41,0 menyatakan setuju, 38.0 menyatakan kurang setuju, sedangkan 6,0 menyatakan tidak setuju dan 4,0 menyatakan sangat
tidak setuju. 2. Pada pernyataan kedua, dari 100 orang responden 9,0 menyatakan
sangat setuju bahwa Kandidat Gus Irawan Pasaribu sudah layak untuk memimpin, 44,0 menyatakan setuju, 35,0 menyatakan kurang
setuju, 10,0 menyatakan tidak setuju dan 2,0 menyatakan sangat tidak setuju.
3. Pada pernyataan ketiga, dari 100 orang responden 11,0 menyatakan sangat setuju bahwa Anda yakin dengan keberhasilan yang akan
diberikan Gus Irawan Pasaribu, 54,0 menyatakan setuju, 21,0 menyatakan kurang setuju, 8,0 menyatakan tidak setuju dan 5,0
menyatakan sangat tidak setuju. 4. Pada pernyataan keempat, dari 100 orang responden 12,0
menyatakan sangat setuju bahwa Anda berharap banyak setelah Gus Irawan Pasaribu terpilih, 54,0 menyatakan setuju, 29,0 menyatakan
kurang setuju, 5,0 menyatakan tidak setuju dan 2,0 menyatakan sangat tidak setuju.
Universitas Sumatera Utara
82
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin menguji apakah dalam model regresi distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal.
Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Ada tiga cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu
dengan pendekatan histogram, pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorv-Smirnov.
a. Pendekatan Histogram
Pendekatan Histogram dilakukan untuk menguji normalitas data yang dapat dilihat dengan kurva normal, yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri
khusus, salah satunya adalah bahwa : mean, mode dan median pada tempat yang sama.
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013
Gambar 4.1 Uji Normalitas Dengan Pendekatan Histogram
Universitas Sumatera Utara
83
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa variabel terdistribusi normal. Hal tersebut ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak menceng ke
kiri atau menceng ke kanan.
b. Pendekatan Grafik
Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik normal p-p plot. Grafik normal p-p plot akan membentuk plot
antara nilai-nilai teoritis sumbu x melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel sumbu y.
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013
Gambar 4.2 Uji Normalitas Dengan Pendekatan Grafik
Universitas Sumatera Utara
84
Berdasarkan Gambar 4.2 terlihat pada scatter plot terdapat titik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data
berdistribusi normal.
c. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov
Uji normalitas juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov-smirnov. Hal ini untuk memastikan apakah
data di sepanjang garis normal berdistribusi normal.
Tabel. 4.9
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 1.40409072
Most Extreme Differences Absolute
.095 Positive
.034 Negative
-.095 Kolmogorov-Smirnov Z
.951 Asymp. Sig. 2-tailed
.327 a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013 Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa nilai Asymp. Sig. 2-tailed
adalah 0,327 dan di atas nilai signifikan 0,05, dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. Nilai kolmogorov-smirnov Z
adalah 0,951 dan lebih kecil dari 1,97 yang berarti tidak ada perbedaan
Universitas Sumatera Utara
85
antara distribusi teoritik dan distribusi empiric atau dengan kata lain, data berdistribusi normal.
4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah sebuah grup memiliki varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika
varians tidak sama, dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan model pendekatan grafik dan
model pendekatan statistik.
a. Model Pendekatan Grafik
Kriteria keputusan: 1 Jika diagram pencar yang ada membentuk pola- pola
tertentu yang teratur maka regresi mengalami gangguan heterokedastisitas.
2 Jika diagram pencar yang ada tidak membentuk pola- pola tertentu yang teratur maka regresi tidak mengalami
gangguan heterokedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
86
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013
Gambar 4.3 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
Dari Gambar 4.3 terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas
maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
b. Model Pendekatan Statistik Dengan Uji Glejser
Kriteria keputusan: 1 Jika probabilitas 0,05 maka tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas. 2 Jika probabilitas 0,05 maka mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
87
Tabel. 4.10
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant .941
.585 1.608
.111 Produk
-.036 .038
-.160 -.943
.348 Harga
.016 .037
.085 .428
.670 Promosi
.036 .044
.165 .834
.406 Penempatan
-.014 .043
-.058 -.330
.742 a. Dependent Variable: absut
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013
Pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa kolom Sig. pada tabel koefisien regresi untuk variabel independen adalah 0,348; 0,670;
0,406; 0,742; atau probabilitas lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas. Hal ini menunjukkan semua
variabel independen yang terdiri dari produk, harga, promosi, penempatan signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen absolut Ut absUt.
4.2.2.3 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi maka dinamakan multikol,
yaitu adanya masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Nilai cutoff yang umum
Universitas Sumatera Utara
88
dipakai untuk menunjukkan adanya mulitkolinieritas adalah : Tolerance 0.1 sedangkan variance inflation factor VIF 5.
Tabel. 4.11
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF 1
Constant .288
.934 .308
.759 Produk
.181 .061
.269 2.949
.004 .357
2.800 Harga
.034 .059
.061 .573
.568 .259
3.860 Promosi
-.039 .069
-.060 -.563
.574 .263
3.806 Penempatan
.459 .069
.629 6.657
.000 .332
3.012 a. Dependent Variable: Keputusan_Memilih
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013 Pada Tabel 4.11 variabel kualitas produk, kepercayaan, kepuasan,
memiliki nilai Tolerance 0,358; 0,259; 0,263; 0,332; 0,1 dan nilai VIF 2,800; 3,860; 3,806; 3,012; 5 maka variabel tersebut tidak
mempunyai persoalan multikolinearitas.
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda
4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi R
2
Pengujian koefisien determinasi R² digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel
terikat. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu 0 ≤ R² ≤ 1.
Jika R² semakin besar mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X adalah besar terhadap variabel terikat Y. Hal
Universitas Sumatera Utara
89
ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya.
Derajat pengaruh variabel X
1
, X
2,
X
3,
terhadap variabel Y dapat dilihat pada hasil berikut ini:
Tabel. 4.12
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.847
a
.718 .706
1.43335 a. Predictors: Constant, Penempatan, Produk, Promosi, Harga
b. Dependent Variable: Keputusan_Memilih
Sumber : Hasil pengolahan data melalui program SPSS v 16.0, 2013 Pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa :
1. R = 0,847 berarti hubungan relation antara produk, harga, promosi, penempatan sebesar 84,7, artinya hubungannya sangat erat. Untuk
memastikan tipe hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hubungan Antar Variabel
Nilai Interpretasi
0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat
0,2 – 0,39 Tidak Erat
0,4 – 0,59 Cukup Erat
0,6 – 0,79 Erat
0,8 – 0,99 Sangat Erat
Sumber : Situmorang dan Lufti 2012: 155 2. Untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas, digunakan Adjusted
R Square sebagai koefisien determinasi. Adjusted R Square sebesar
Universitas Sumatera Utara
90
0,706 berarti 70,6 loyalitas pelanggan dapat dijelaskan oleh kualitas produk, kepercayaan, kepuasan. Sedangkan sisanya 29,4 dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini. 3. Standard Error of Estimated artinya mengukur variasi dari nilai yang
diprediksi. Standard Error of Estimated juga dapat disebut standar deviasi. Standard Error of Estimated dalam penelitian ini adalah
1.43335. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.
4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan Uji-F
Uji-F uji serentak dilakukan untuk melihat secara bersama-sama pengaruh atau hubungan positif dan signifikan variabel bebas X
1
, X
2
, X
3
, berupa variabel produk, harga, promosi, penempatan dan variabel terikat
Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT Y. Model hipotesis yang digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut :
H : b
1
= b
2
= b
3
= b
4
= 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas X
1
, X
2
, X
3
, berupa variabel produk, harga, promosi, penempatan dan variabel terikat Keputusan
Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT Y. H
: b
1
= b
2
= b
3
= b
4
= 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas X
1
, X
2
, X
3
, berupa variabel produk, harga, promosi, penempatan dan variabel terikat Keputusan
Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT Y..
Universitas Sumatera Utara
91
Nilai F
hitung
akan diperoleh dengan menggunakan bantuan software SPSS for windows, kemudian akan dibandingkan dengan nilai F
tabel
pada tingkat α = 5 dengan kriteria sebagai berikut :
H diterima bila F
hitung
≤ F
tabel
pada α = 5 H
ditolak bila F
hitung
≥ F
tabel
pada α = 5.
Tabel 4.13
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
497.414 4
124.354 60.528
.000
a
Residual 195.176
95 2.054
Total 692.590
99 a. Predictors: Constant, Penempatan, Produk, Promosi, Harga
b. Dependent Variable: Keputusan_Memilih
Pada Tabel 4.13 dapat dilihat : 1. Pada Tabel 4.14 dapat dilihat nilai F
hitung
adalah 60,528 dimana F
hitung
F
tabel
, yaitu 60,528 3,12 dan tingkat signifikansinya 0,000. Nilai F
tabel
pada tingkat signifikan 95 α = 0,05 sebesar 2,054. Oleh karena
pada kedua perhitungan yaitu F hitung F tabel dan tingkat signifikansinya 0,000 0,05 menunjukan bahwa pengaruh variabel
produk, harga, promosi, penempatan dan variabel terikat Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT Y.
2. Kolom pertama dari uji ANOVA yaitu kolom regresi, adalah jumlah kuadrat dari varians yang dihasilkan oleh model persamaan regresi,
yaitu sebesar 497.414 sedangkan kolom kedua yaitu residual adalah
Universitas Sumatera Utara
92
jumlah kuadrat varians yang tidak dihasilkan dari model persamaan regresi yaitu sebesar 497.414.
4.2.3.3 Uji Signifikansi Parsial Uji-t
Uji-t dilakukan untuk menguji secara parsial variabel bebas yang terdiri dari variabel Produk X
1
, Harga X
2
, Promosi X
3
, Penempatan X
4
dan variabel Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT. Model hipotesis yang digunakan dalam uji t adalah sebagai
berikut : H
: b
1
= b
2
= b
3
= b
4
= 0, yang berarti variabel bebas yang terdiri dari Produk X
1
, Harga X
2
, Promosi X
3
, Penempatan X
4
dan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat Y berupa
Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT. H
: b
1
= b
2
= b
3
= b
4
= 0, yang berarti variabel bebas yang terdiri dari Produk X
1
, Harga X
2
, Promosi X
3
, Penempatan X
4
dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat Y berupa
Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT. H
diterima jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5 H
a
diterima jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5
Universitas Sumatera Utara
93
Tabel 4.14
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant .288
.934 .308
.759 Produk
.181 .061
.269 2.949
.004 Harga
.034 .059
.061 .573
.568 Promosi
-.039 .069
-.060 -.563
.574 Penempatan
.459 .069
.629 6.657
.000 a. Dependent Variable: Keputusan_Memilih
Pada Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa : 1. Variabel produk X
1
Variabel produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan memilih, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,004 lebih kecil
dari 0,05 dan nilai t
hitung 3.933
t
tabel
, artinya sehingga dapat disimpulkan bahwa jika di tingkatkan variabel produk maka Keputusan Memilih Gus
Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT akan meningkat. 2. Variabel harga X
2
Variabel harga berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap keputusan memilih, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,568 lebih besar
dari 0,05 dan nilai t
hitung0.675
t
tabel
, artinya sehingga dapat disimpulkan bahwa walaupun di tingkatkan variabel promosi maka Keputusan Memilih
Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT tidak akan meningkat .
Universitas Sumatera Utara
94
3. Variabel promosi X
3
Variabel promosi berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap keputusan memilih, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,574 lebih besar
dari 0,05 dan nilai t
hitung1,533
t
tabel
, artinya sehingga dapat disimpulkan bahwa walaupun di tingkatkan variabel penempatan dalam pemasaran
maka Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT tidak akan meningkat.
4. Variabel Penempatan X
4
Variabel penempatan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan memilih, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,000
lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung 2.959
t
tabel
, artinya sehingga dapat disimpulkan bahwa jika di tingkatkan variabel penempatan maka
Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT akan meningkat .
4.3 Pembahasan
4.3.1 Variabel Produk
Variabel produk merupakan gagasan-gagasan calon gubernur Gus Irawa. Produk yang berisi konsep, identitas ideologi. Baik dimasa lalu
maupun sekarang yang berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk politik. Dimana memilih akan menikmatinya setelah calon gubernur
terpilih. Arti penting sebuah produk politik tidak hanya ditentukan oleh karaktenstik produk itu sendiri. pemahaman memilih juga memainkan
Universitas Sumatera Utara
95
peranan penting dalam memaknai dan menginterpretasikan sebuah produk politik. Produk utama dari sebuah calon gubernur adalah platform
calon gubernur yang berisikan konsep, identitas, ideologi, dan program kerja sebuah institusi politik ini menjadi variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap keputusan memilih sehingga dapat disimpulkan bahwa jika di tingkatkan variabel produk maka Keputusan Memilih Gus
Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT akan meningkat. Dapat dilihat alasan masyarakat umum yang memilih Gus Irawan
sebagai Calon Gubernur SUMUT disebabkan lebih pada Janji Politik, Visi dan Misi Politik, Kepribadian kandidat, Kinerja, dan Program yang
ditawarkan. Janji politik berupa visi dan misi Gus Irawan yaitu Misi yang
diantaranya Sumut sejahtera, maksudnya meningkatkan perekonomian rakyat dengan azas pancasila. Misi Gus Irawan yaitu menata birokasi
yang lebih efisien dan efektif dengan efisiennya dan efektifnya birokasi diharapkan mampu mewujudkan visi Gus Irawan. Kurun waktu 5 tahun
diusahakan kemiskinan akan berkurang dari 11 menjadi hanya hanya 5 dengan cara berkepihakan dengan UKM. Meningkatkan
perutumbuhan ekonomi dengan cara mendapatkan investor. Skala perioritas secara umum adalah meningkatkan kualitas pendidikan,
kesehatan, dan olahraga. Pendapat masyarakat melihat keberhasilan Gus Irawan memimpin
Bank Sumut banyak juga masyarakat percaya.Tetapi sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
96
pemilih sudah apatis hanya menginginkan kenikmatan sesaat, memilih calon yang membagi sembako.
4.3.2 Variabel Harga
Variabel harga dalam marketing politik mencakup banyak hal. Mulai biaya ekonomi, psikologis sampai ke citra nasional. Harga ekonomi
meliputi semua biaya yang dikeluarkan calon gubernur selama periode kampanye, seperti iklan, publikasi, biaya rapat-akbar, biaya
pengorganisasian tim kampanye. Harga psikologis mengacu pada harga persepsi psikologis, misal apakah memilih merasa nyaman dengan latar
belakang etnis, agama, pendidikann dan lain-lain, seorang kandidat kepala daerah. Harga citra nasional berkaitan dengan apakah memilih
merasa kandidat calon gubernur bisa memberikan citra positif daerah dan bisa menjadi kebanggaan atau tidak. Pada penelitian ini variable harga
berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap keputusan memilih sehingga dapat disimpulkan bahwa walaupun di tingkatkan
variabel promosi maka Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT tidak akan meningkat .
4.3.3 Variabel Promosi
Variabel Promosi dalam marketing politik membahas cara upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk sebuah calon gubernur yang di
mix sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dengan melakukan promosi ide, platform partai dan Ideologi selama kampanye
Universitas Sumatera Utara
97
Pemilu. Tidak jarang institusi politik bekerjasama dengan sebuah biroagen iklan dalam membangun slogan dan citra yang akan
ditampilkan. Selain itu perlu dipertimbangkan memilihan media. Pada penelitian ini variabel promosi berpengaruh secara positif dan tidak
signifikan terhadap keputusan memilih dapat disimpulkan bahwa walaupun di tingkatkan variabel penempatan dalam pemasaran maka
Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT tidak akan meningkat.
4.3.4 Variabel Penempatan
Variabel Penempatan berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah calon gubernur dan kemampuana dalam berkomunikasi dengan
para memilih. Ini berati calon gubernur harus dapat memetakan struktur serta karakteristik masyarakat baik itu geografis maupun demografis.
Kampanye politik memang harus bisa menyentuh segenap lapisan masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan segmentasi politik.
Variabel penempatan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan memilih sehingga dapat disimpulkan bahwa jika di tingkatkan
variabel penempatan maka Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT akan meningkat .
Universitas Sumatera Utara
98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil uji signifikansi secara simultan atas faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon
Gubernur SUMUT yang terdiri dari Produk, Harga, Promosi, Penempatan secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT.
2. Berdasarkan hasil uji signifikansi secara parsial yang dominan mempengaruhi loyalitas pelanggan pada Keputusan Memilih Gus
Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT adalah Produk dan Penempatan.
3. Produk dan Penempatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT.
Sementara harga, promosi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur
SUMUT.
5.2 Saran
1. Produk, Harga, Promosi, Penempatan secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan
Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT harus tetap mempertahankan dan meningkatkan Produk, Harga, Promosi,
85
Universitas Sumatera Utara
99
Penempatan tersebut. Produk, Harga, Promosi, Penempatan tersebut merupakan yang memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan bagi
Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT. 2. Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT harus
meningkatkan variabel produk dengan cara memperhatikan visi misi yang akan dicapai dan menyentuh langsung ke masyarakat.
3. Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT harus meningkatkan penempatan dengan cara memenuhi basis politik yang menyentuh
langsung masyarakat bawah, sehingga Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon Gubernur SUMUT akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pemasaran dan Pemasaran Politik
Sebagaimana yang dikatakan oleh Stanton 2000 : 7 bahwa pemasaran adalah “suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada
konsumen saat ini maupun konsumen potensial”. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam pemasaran terdapat empat unsur pokok kegiatan
pemasaran yakni produk, harga, promosi dan distribusi yang dimana satu sama lain saling berkaitan. Sehingga untuk menciptakan pemasaran yang baik dan
berhasil dalam mencapai tujuan perusahaan serta memberikan kepuasan terhadap konsumen, maka keempat unsur tadi perlu dirancang sebaik mungkin
terutama dengan memperhatikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan
konsumen sesuai dengan konsep pemasaran.
Kotler 2009:20 mendefinisikan bahwa “bauran pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran
pemasarannya dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia
pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi yang
dapat dikendalikan dan dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran Kotler 2003: 78.
7
Universitas Sumatera Utara
21
Kotler dan Keller 2009: 24 juga menyatakan bahwa bauran pemasaran atau yang sering disebut sebagai 4 P tersebut antara lain: Produk, promosi, harga,
dan penempatan. 2.2 Marketing dan Politik
Penggunaan metode marketing dalam bidang politik dikenal sebagai
marketing politik political marketing. Dalam marketing politik,
yang ditekankan
adalah penggunaan pendekatan dan motode marketing
untuk membantu
politikus dan partai politik
agar lebih efisien serta efektif
dalam membangun
hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat. Hubungan
ini diartikan secara luas, dari kontak fisik selama periode kampanye sampai dengan komunikasi tidak langsung melalui pemberitaan di
media massa. Marketing politik telah menjadi suatu fenomena,
tidak hanya dalam
ilmu politik, tetapi juga memunculkan beragam pertanyaan para marketer yang selama ini sudah terbiasa dalam
konteks dunia usaha. Tentunya terdapat beberapa asumsi yang mesti dilihat untuk dapat memahami marketing politik,
karena konteks dunia politik memang mengandung banyak perbedaan dengan dunia usaha. Menurut OShaughnessy 2001, politik berbeda dengan produk
retail, sehingga akan berbeda pula muatan
yang ada di antara keduanya. Politik
terkait erat dengan
pernyataan sebuah nilai value. Jadi, isu politik bukan sekadar produk
yang diperdagangkan, melainkan menyangkut pula keterikatan simbol dan nilai yang menghubungkan individu-individu. Dalam hal ini politik
lebih dilihat sebagai aktivitas sosial untuk menegaskan identitas masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
22
Menurut Lock dan Harris 1996 dalam Firmanzah 2008:129
terdapat beberapa karakteristik mendasar yang membedakan
marketing politik dengan marketing dalam
dunia bisnis. Perbedaan ini berasal dari
kenyataan bahwa kondisi
memilihan umum memang
berbeda dengan konteks
dunia usaha pada umumnya. Perbedaan-perbedaan
tersebut, menurut
mereka, adalah:
1. Pada setiap memilihan umum,
semua memilih
memutuskan siapa yang mereka
pilih pada hari yang sama. Hampir
tidak ada perilaku
pembelian produk dan jasa dalam dunia usaha seperti perilaku yang terjadi selama memilihan
umum. 2.
Meskipun beberapa pihak berargumen tentang adanya biaya
individu dalam jangka panjang atau penyesalan dalam bahasa
ekonomi sebagai akibat
keputusan yang
diambil ketika melaksanakan pencoblosan dalam pemilu, pada kenyataanya tidak
ada harga langsung ataupun tidak langsung yang
terkait dengan pencoblosan.
Hal inilah yang paling membedakan
konsep pembelian purchase dalam politik dibandingkan dengan pembelian yang
terdapat dalam dunia bisnis.
3. Meskipun tidak ada harga spesifik yang terkait
dengan pencoblosan yang dilakukan, memilih harus hidup dengan pilihan kolektif,
meskipun kandidat
atau partai yang memenangkan
pemilu bukan pilihan
mereka. Hal ini
membedakan pilihan publik
dengan proses pembelian
yang terjadi dalam pasar
ekonomi. Dalam proses pembelian di pasar ekonomi,
produk, dan jasa yang dikonsumsi
Universitas Sumatera Utara
23
adalah yang
mereka beli. Pembeli dapat
menolak konsumsi atas
barang-barang yang tidak disukai.
Sedangkan dalam politik, ketika partai atau
kandidat mereka kalah,
pihak yang kalah ini harus hidup
dan menelan kenyataan atas berkuasanya
kandidat serta partai yang memenangkan pemilu.
4. Produk politik atau kandidat individu adalah produk tidak
nyata intangible yang sangat kompleks,
tidak mungkin dianalisis secara
keseluruhan. Sebagai konsekuensinya, kebanyakan memilih
menggunakan judgment terhadap keseluruhan konsep dan pesan yang
diterima. 5.
Meskipun terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengubah arah
dan platform
partai politik, ke-
mungkinan untuk
meluncurkan brand
politik yang
baru sangatlah sulit. Soalnya, brand
dan image politik pada umumnya sudah melekat dengan
keberadaan partai tersebut.
6. Pemenang pemilu akan mendominasi dan
memonopoli proses
pembuatan kebijakan publik. Pemenang pemilu akan mendapatkan
hak dan legitimasi untuk melakukan semua hal yang mengatur
keteraturan sosial dalam masyarakat.
7. Dalam banyak
kasus marketing di dunia bisnis,
brand yang memimpin
pasar cenderung
untuk tetap menjadi
leader dalam pasar.
Sedangkan dalam politik, pihak yang berkuasa akan dapat dengan mudah jatuh menjadi partai yang tidak populer ketika mengeluarkan
Universitas Sumatera Utara
24
kebijakan publik
yang tidak
populer seperti menaikkan pajak dan menaikkan harga bahan bakar minyak. Reputasi politik dapat
meroket dan dengan cepat
jatuh tenggelam hingga ke dasar yang paling dalam.
Melihat perbedaan-perbedaan mendasar antara dunia politik dengan
dunia usaha komersial, perlu ada penyesuaian-penyesuaian dalam penerapan
marketing di dunia politik.
Untuk itulah
diperlukan suatu bahasan yang lebih
mendalam tentang marketing politik. Sebagaimana lazimnya bahasan tentang
suatu ilmu, kita harus lebih dulu menengok dasar-dasarnya. Hal
ini dilakukan
agar penerapan ilmu
marketing sesuai dengan konteks dunia politik.
Marketing politik adalah suatu cabang atau ranting ilmu social interdisipliner. Paling tidak dua cabang ilmu_sosial menyusun marketing
politik, yaitu marketin dan ilmu politik. Seperti halnya dalam perpaduan atau percabangan ilmu sosial lainnya, tak pelak lagi marketing politik pun disertai
polemik yang masih hangat hingga saat ini. Apalagi bila diingat betapa secara
hakiki terdapat
perbedaan antara
marketing dan politik, terutama bila sudah
berbicara tentang etika. Kedua cabang
ilmu tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu sama
lain. Rasionalitas yang membangun kedua cabang
ilmu tersebut juga sangat
berbeda. Ilmu marketing berangkat dari kondisi persaingan
competition dan banyak sekali digunakan untuk
menjelaskan serta
menggambarkan bagaimana suatu usaha
baik swasta maupun
negara bisa memenangkan persaingan di
pasar. Tujuan utama marketing adalah
agar
Universitas Sumatera Utara
25
produk dan jasa relatif dapat lebih unggul dan kompetitif dibandingkan dengan
para pesaingnya. Dan tentunya juga agar konsumen dapat terkesan bahwa
produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan lebih unggul
dibandingkan dengan pesaing. Semua peralatan,
metode, dan
teori yang terdapat dalam ilmu marketing diarahkan untuk mencapai tujuan
ini.
2.3 Peran
marketing dalam dunia politik
Tidak ubahnya domain aktivitas sosial lain, dunia politik telah menjadi lebih terbuka dan transparan. Dunia politik
pun tidak kebal terhadap
persaingan. Bahkan bidang ini justru
sangat kental
diwarnai persaingan. Persaingan terjadi untuk memperebutkan hati konstituen dan membuat mereka
memilih kandidat
partai politik atau kontestan individu masing-masing selama periode memilihan umum. Persaingan tidak hanya terjadi di antara
kontestan dalam memperebutkan konsumen mereka, melainkan juga dalam lobi-lobi politik di parlemen. Persaingan ini menuntut masing-masing
konsumen untuk memikirkan cara dan metode yang efektif untuk mampu berkomunikasi dan
meyakinkan konstituen bahwa kandidat atau partai politik
merekalah yang paling layak dipilih. Dalam hal ini marketing lebih dilihat secara filosofis
dan relasional. Filosofis dalam arti marketing adalah
mekanisme pertukaran antara dua pihak atau lebih. Antara kontestan dengan konstituen
terdapat pertukaran ide,
gagasan, ideologi, dan program kerja.
Partai politik dan kandidat individu
mencoba untuk menyusun program kerja yang
sesuai dengan harapan masyarakat.
Selain itu
program kerja
perlu
Universitas Sumatera Utara
26
dikomunikasikan dan mendapatkan
umpan-balik feedback dari masyarakat,
sehingga terbentuk hubungan
yang relasional. Peran konstituen tidak terbatas
sewaktu memilihan
umun saja. Untuk dapat membangun loyalitas kepada partai
politik atau kontestan individu, konstituen
perlu dibina dan
dipertahankan serta dimengerti dalam
hal yang menyangkut permasalahan mereka.
Di samping itu,
partai politik perlu memikirkan identitas partai politik
mereka sekaligus untuk membedakan
partai mereka yang khas dengan partai politik
lain, baik dari
sisi ideologi,
program kerja sampai pada atribut-atribut
fisik partai seperti simbol, logo,
dan warna yang digunakan.
2.4 Proses Pemasaran Politik
Pemasaran politik merupakan barunya disiplin marketing politik membuat cabang ilmu ini masih membutuhkan kontribusi dari semua pihak
baik politikus, akademisi politik maupun marketing, marketer, dan media massa, diharapkan ikut pula berkontribusi untuk meningkatkan pemahaman
meskipun di
belakang kepala kita segudang pertanyaan intelektual masih menghantui
dalam hal yang menyangkut etika dan moralitas marketing politik, hal ini tidak mengurangi keputusan politikus danatau marketer
dalam mengembangkan
bidang keilmuan baru
ini. Menurut OCass 1996 dalam
Firmanzah 2008:196 bahwa falsafah marketing memberikan arahan tentang
cara menerapkan ilmu marketing dalam dunia politik. Pada dasarnya ilmu
marketing melihat bahwa kebutuhan konsumen adalah hal terpenting, sehingga perlu diidentifikasi
dan dicari cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
27
Konsep marketing komersial berdasarkan
pada premis
bahwa semua perencanaan dan operasi perusahaan berorientasi pada pemuasan kebutuhan
konsumen. Ketika falsafah
marketing diaplikasikan dalam dunia politik oleh partai politik atau seorang kandidat untuk dapat memenangkan pemilu, mereka
harus bisa menangkap keresahan dan permasalahan mendasar yang berkecamuk di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, program-program yang mereka tawarkan akan bisa menjawab akar permasalahan yang ada, kemudian mampu pula menumbuhkan
keyakinan memilih untuk memberikan suara ke partai politik atau calon presiden bersangkutan.
Yang menjadi persoalan mendasar dalam hal ini adalah
teknik dan
metode manakah yang dapat digunakan oleh para politikus untuk
dapat mengembangkan produk politik? Bagaimana mengemas strategi
komunikasi politik agar
tepat dan sesuai dengan sasaran? Bagaimana distribusi
pesan dan
isu politik agar masyarakat luas dapat
mengakses secara langsung? Bagaimana agar
dapat memenangkan persaingan politik
dalam sistem multipartai?
Dengan semakin meningkatnya iklim persaingan yang sehat
dan terbuka di antara partai-partai politik, banyak kalangan
yang menganjurkan agar
partai politik lebih berorientasi pasar OCass, 2001; Lilleker
Negrine, 2006.
Tentunya konsep agar dunia politik berorientasi pasar
bukan berarti sebuah
partai politik atau seorang kandidat
presiden harus at all
cost memenuhi apa
saja keinginan pasar. Karena masing-masing partai
politik memiliki konfigurasi
Universitas Sumatera Utara
28
ideologi dan aliran pemikiran yang
menjadikan satu partai
berbeda identitas
dengan partai lainnya.
Pesan yang ingin disampaikan dalam konsep
marketing politik adalah 1
menjadikan memilih sebagai
subjek, bukan objek partai politik
atau seorang kandidat
Presiden, 2 menjadikan permasalahan yang dihadapi memilih
sebagai langkah awal dalam menyusun program kerja
yang ditawarkan dengan
bingkai ideologi masing- masing partai Dermody Scullion, 2001,
3 marketing
politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan
tools untuk
menjaga hubungan dengan memilih
sehingga dari
situ akan
terbangun kepercayaan, dan selanjutnya akan
diperoleh dukungan suara mereka OShaughnessy, 2001.
Mengikuti OShaughnessy 2001, Gus Irawan sependapat bahwa
marketing politik berbeda
dengan marketing komersial.
Marketing politik
bukanlah konsep untuk menjual partai
politik atau
kandidat presidensial ke
memilih, namun
sebuah konsep yang menawarkan bagaimana
sebuah partai politik
atau kontestan bisa membuat program yang berhubungan
dengan permasalahan aktual.
Mencari, mengumpulkan
dan menganalisis
informasi yang
berasal dari masyarakat adalah hal penting yang
hams dilakukan sebelum menyusun program kerja.
Setelah program kerja selesai
disusun, cara mengemas dan
mengkomunikasikannya juga merupakan peranan ilmu
marketing yang sangat penting dalam politik. Marketing politik adalah konsep permanen yang
harus dilakukan terus-menerus oleh sebuah partai
politik atau
kontestan dalam
membangun kepercayaan dan image publik Butler
Collins,
Universitas Sumatera Utara
29
2001. Membangun kepercayaan dan
image ini hanya bisa dilakukan melalui
hubungan jangka panjang, tidak hanya pada
masa kampanye Dean Croft,
2000. Marketing
politik harus dilihat secara komprehensif Lees- Marshmant,
2001. Pertama, marketing politik lebih daripada sekadar komunikasi
politik. Kedua, marketing politik diaplikasikan dalam seluruh
proses organisasi
partai politik. Tidak hanya tentang
kampanye politik tetapi juga sampai
pada tahap
bagaimana memformulasikan produk politik melalui
pembangunan simbol, image,
platform dan program yang
ditawarkan. Ketiga, marketing politik
menggunakan konsep
marketing secara luas, tidak hanya terbatas pada teknik
marketing, namun juga sampai strategi marketing, dari teknik publikasi,
menawarkan ide
dan program,
serta desain
produk sampai
ke market intelligent dan pemprosesan
informasi. Keempat, marketing
politik melibatkan banyak
disiplin ilmu dalam pembahasannya, seperti sosiologi dan psikologi. Misalnya produk politik merupakan fungsi dari pemahaman sosiologis mengenai simbol
dan identitas, sedangkan faktor psikologisnya adalah kedekatan emosional dan karakter seorang pemimpin, sampai ke aspek rasionalitas platform partai.
Kelima, konsep
marketing politik
bisa diterapkan dalam berbagai situasi politik,
mulai dari memilihan umum sampai ke proses lobi di parlemen Harris, 2001.
Dalam hal
strategi komunikasi politik, marketing mengajarkan bagaimana
partai politik bisa mendiferensiasikan produk
dan image politiknya.
Universitas Sumatera Utara
30
Dengan begitu, masyarakat luas akan dapat mengenali
identitas masing-masing partai politik
dan kontestan perorangan.
Selanjutnya Niffenneger 1989 dan Butler Collins 1993 dalam
Firmanzah 2008:199 menjelaskan karakteristik
marketing politik dengan lebih rinci,
Karakteristik dan content marketing politik berbeda dengan
marketing komersial, Meskipun proses marketing politik
masih mengikuti proses yang terdapat dalam marketing komersial, namun
hal-hal yang dibahas di
tiap tahapan
proses sangat berbeda antara
marketing komersial dengan marketing politik.
Proses marketing politik menurut
Niffenneger 1989 terlihat
seperti bagan di bawah ini:
Sumber : Niffenergger 1989 dalam Firmanzah 2008:199.
Gambar 2.1 Proses Marketing Politik
Universitas Sumatera Utara
31
Marketing politik merupakan gabungan 2 istilah yaitu marketing dan politik, sehingga konsep-konsep yang ada di marketing tetap digunakan yaitu
4P bauran marketing. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Produk Product
Produk Product berarti partai kandidat dan gagasan- gagasan partai yang akan disampaikan konstituen.produk ini
berisi konsep, identitas ideologi. Baik dimasa lalu maupun sekarang yang berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk
politik yang ditawarkan institusi politik. Dimana memilih akan
menikmatinya setelah partai atau kandidiat terpilih. Arti penting sebuah produk politik tidak hanya ditentukan oleh karaktenstik
produk itu sendiri. pemahaman memilih juga memainkan peranan penting dalam memaknai dan menginterpretasikan
sebuah produk politik. Produk utama dari sebuah partai politik institusi politik adalah platform partai yang berisikan konsep,
identitas, ideologi, dan program kerja sebuah institusi politik.
2. Promosi Promotion