Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn 4. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn

Telah diuji pada Tanggal : 21 Agustus 2014 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Prof. Dr. Runtung, SH, MHum 2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

3. Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn 4. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn

Universitas Sumatera Utara SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : TIROMSI SITANGGANG Nim : 127011063 Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU Judul Tesis : KEABSAHAN AKTA HIBAH YANG DITANDATANGANI DALAM KEADAAN SAKIT FISIK Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut. Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat. Medan, Yang membuat Pernyataan Nama : TIROMSI SITANGGANG Nim : 127011063 Universitas Sumatera Utara i ABSTRAK Pembahasan hibah menarik dilakukan tatkala hibah tersebut dilakukan oleh seseorang yang dalam keadaan sakit. Suatu hal yang terbit dari pelaksanaan hibah dalam keadaan sakit adalah ditemukannya hal-hal yang memberikan kondisi pada kelemahan fisik dan psikis di pemberi hibah. Sehingga dikhawatirkan hal-hal yang lahir dari perbuatan seseorang yang lemah fisik dan psikisnya seperti pasien dalam keadaan sakit memberikan pengaruh terhadap perbuatan hukum termasuk dalam pelaksanaan pemberian hibah. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan tertier. Analisis data yang dipergunaan adalah analisis kualitatif dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan logika berfikir deduktif. Hasil dari pembahasan yang dilakukan menjelaskan keabsahan atas hibah yang ditandatangani oleh penghibah dalam keadaan sakit dalam hukum perdata dapat dibenarkan oleh hukum dengan alasan bahwa pada waktu pelaksanaan hibah tersebut si pemberi hibah dapat berkomunikasi dengan baik, memiliki pendengaran yang bagus, dapat mengenal para penghadap, mampu memberikan tanda tangan, mampu memahami maksud dan tujuan pembuatan hibah serta dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan, seperti dilakukan di depan notaris dan harta yang dihibahkan merupakan harta milik pribadi penghibah dan jumlah harta yang dihibahkan tidka melebihi 13 harta yang dimiliki si penghibah. Kedudukan ahli waris lain dari hibah yang diberikan ketika pemberi hibah dalam keadaan sakit menurut hukum perdata tetap berkedudukan sebagai ahli waris si pemberi hibah sepanjang tidak ada keadaan yang membatalkan kewarisan tersebut. Dan Pelaksanaan pemberian hibah tetap dapat dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan hukum yang berlaku. Pembatalan akta hibah yang diberikan ketika pemberi hibah dalam keadaan sakit menurut hukum perdata dilakukan karena tidak dipenuhinya syarat- syarat pemberian hibah, adanya kesalahan penerima hibah yang melakukan kejahatan yang bertujuan untuk mengambil jiwa si penghibah, serta penerima hibah menolak memberikan tunjangan nafkah kepada si pemberi hibah setelah penghibah jatuh miskin. Penelitian juga menyarankan pemberi hibah yang dalam keadaan sakit dalam memberikan hibah atas harta yang dimilikinya kepada penerima baik dari kalangan keluarga atau di luar keluarga harus tetap berlaku adil yang memperhatikan hak ahli waris, sehingga di kemudian hari tidak terjadi gugatan atas hibah tersebut. Para pihak yang akan melakukan hibah, walaupun di dalam KHI tidak diharuskan dengan akta Notaris, tetapi sebaiknya dibuat secara akta Notaris, karena akta notaris adalah akta otentik yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna di depan pengadilan. Kata Kunci: Akta Hibah, Ditandatangani, Sakit Universitas Sumatera Utara ii ABSTRACT Discussion on hibah grant is interesting when it is done by a man who is sick. One thing which arises in the implementation of hibah, when the man who gives it is sick, is that there is something which gives the condition of the giver’s physical and psychological weakness. This condition brings out the problems since a man who is physically and psychologically weak will influence a legal act, including in giving a hibah. The research was judicial normative with descriptive analytic approach. The data were gathered by conducting library research in order to obtain secondary data which consisted of primary, secondary, and tertiary legal materials. The gathered data were analyzed qualitatively, and the conclusion was drawn by deductive logic thinking. The result of the research shows that the validity of hibah signed by the giver who is sick, in the civil law, can be validated by law because at the time of the implementation of hibah, the giver can communicate well, has good sense of hearing, can recognize the person appearing, can sign, can understand the intention of giving the hibah and is done according to legal provisions, such as it is done before a Notary and the given wealth belongs to the giver personally, and it is not more than 13 of his wealth. The position of an heir when the giver is sick, according the civil law, is legitimate as far as there is nothing which cancels the inheritance. The implementation of giving the hibah can be done according to the procedure and the prevailing rules. The cancelation of giving a hibah occurs when the giver is sick , according to the civil law, the requirements of giving a hibah are not fulfilled, the receiver of the hibah intends to kill the giver, and the receiver of the hibah refuses to financially support the giver when the latter becomes impoverished. It is recommended that the giver of hibah, who is sick, in giving hibah or his own wealth to someone from his own relatives or not, should be fair; he should pay attention to the heir’s rights so that there will be no claim on the hibah in the future. Those who want to give hibah, although in the KHI Compilation of the Islamic Law does not require Notarial certificate, should make Notarial certificates because they are authentic certificates which have complete evidence before the Court. Keywords: Hibah Certificate, Signed, Sick Universitas Sumatera Utara iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “KEABSAHAN AKTA HIBAH YANG DITANDATANGANI DALAM KEADAAN SAKIT FISIK” , yang disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pada penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan moril berupa bimbingan dan arahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada komisi pembimbing, yang terhormat Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN , selaku pembimbing utama, Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum , selaku pembimbing kedua dan ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum , selaku pembimbing ketiga yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dari awal penyusunan proposal sampai selesainya penulisan tesis ini. Kemudian juga, kepada Dosen Penguji yang terhormat Bapak Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH., MKn. , dan ibu Notaris Chairani Bustami, SH., SpN., MKn., yang telah berkenan memberi masukan dan arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah. Dalam kesempatan ini penulis juga dengan tulus mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc CTM, Sp.AK Universitas Sumatera Utara iv selaku Rektor Universitas Sumatera Utara di Medan. 2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi kesempatan dan fasilitas kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan MKn pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. 4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan MKn pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang memberikan kesempatan dan dorongan juga membuka cakrawala berpikir penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. 5. Seluruh Guru Besar beserta Dosen dan Para staf pengajar pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman dan membuka cakrawala berpikir penulis yang sangat bermanfaat dikemudian hari. 6. Para pegawaikaryawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang selalu membantu kelancaran dalam hal manajemen administrasi dan informasi yang dibutuhkan. 7. Rekan-rekan mahasiswa pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selalu berbagi informasi dan membangun motivasi. 8. Teristimewa dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Sumatera Utara v yang tercinta kedua orangtua penulis ayahanda Padang Sitanggang dan Ibunda K. Situmorang alm. yang telah memberikan doa, perhatian dan kasih sayang serta dukungannya kepada penulis. 9. Suami Rusman Maralen Situngkir serta anak-anakku Pahala Tiroi Putra Situngkir calon Pendeta HKBP dan Angel Surya Nauli boru Situngkir yang tercinta, terimakasih atas doa, support, perhatian dan pengertian yang luar biasa.

10. Kepada keluarga besar Situngkir, Sitanggang dan Yayasan Sari Mutiara,