Bahan Alat dan Bahan .1 Alat

39 Gambar 3.3 Tec Equipment TD-114

3.2.2. Bahan

Pengolahan bahan baku dimulai dengan pengadaan minyak biji wijen. Minyak biji wijen diperoleh dari swalayan Berastagi, Medan. Minyak biji wijen ditunjukkan pada Gambar 3.4 di bawah ini. Gambar 3.4 Minyak Biji Wijen Proses transesterifikasi dilakukan dengan meraksikan minyak mentah biji wijen dengan sejumlah metanol pada perbandingan fraksi mol tertentu. Untuk mempercepat reaksi kimia tersebut dapat digunakan katalis sebagai katalisator, misalnya NaOH atau KOH. Dalam penelitian ini, digunakan katalis NaOH untuk mempercepat reaksi. Proses transesterifikasi ditunjukkan pada Gambar 3.5 berikut ini. PUTARAN rpm TABUNG MINYAYAK UKUR KERAN MINYAK TORSI T EXHAUST mmH20 Universitas Sumatera Utara 40 Gambar 3.5 Transesterifikasi Selanjutnya minyak hasil proses transesterifikasi dipisahkan dari gliserol yang terbentuk selama reaksi dengan menggunakan corong pemisah. Pemisahan minyak hasil transesterifikasi dari gliserol ditunjukkan pada Gambar 3.6 di bawah ini. Gambar 3.6 Pemisahan Minyak Transesterifikasi dari Gliserol kondensor Minyak wijen biodiesel gliserol Universitas Sumatera Utara 41 Minyak hasil transesterifikasi yang sudah dipisahkan dari gliserol sudah berupa biodiesel kotor. selanjutnya dilakukan proses pencucian dengan menggunakan akuades pada suhu tertentu sampai kadar asam biodiesel normal dan bahan pengotor habis dari biodiesel. Proses pencucian dapat dilihat pada Gambar 3.7 di bawah ini. Gambar 3.7 Proses Pencucian Biodiesel Setelah proses pencucian selesai biodiesel kemudian dipanaskan di dalam oven untuk menghilangkan kadar air, sehingga didapatkan biodiesel biji wijen seperti pada Gambar 3.8 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 42 Gambar 3.8 Biodiesel Biji Wijen Hal yang perlu diingat sebelum proses transesterifikasi adalah proses pemanasan minyak ester di dalam oven. Pemanasan yang terlalu lam akan mengakibatkan kadar asam minyak meningkat sehingga akan mengakibatkan terjadinya penyabunan saat dilakukan pencucian. Penyabunan ditunjukkan pada Gambar 3.9 di bawah ini. Gambar 3.9 Penyabunan Proses transesterifikasi adalah sebagai berikut: 1. Kadar FFAminyak biji Wijen minyak mentah dianalsis 2. Minyak mentah dengan berat tertentu dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan dengan hot plate hingga mencapai suhu 60 o C 3. Sementara minyak dipanaskan, NaOH sebanyak 1 dari berat minyak dilarutkan kedalam methanol dengan perbandingan sebagai berikut: 5097 . 870 6 32x Mx G  dimana: G = massa methanol yang diperlukan M = massa bahan baku yang akan di transesterifikasi 4. Larutan dimasukkan kedalam labu yang telah berisi minyak dan dihomogenkan dengan magnetic stireer 5. Dibiarkan bereaksi selama 75 menit dan dijaga suhu 60 o C Universitas Sumatera Utara 43 6. Diangkat dari peralatan rekasi, dimasukkan kedalam corong pisah untuk memisahkan biodiesel dari gliserol 7. Dicuci dengan menggunakan air dengan suhu 40 – 50 o C beberapa kali sampai air bekas cucian bening 8. Dipanaskan ke dalam oven pada suhu 115 o C selama 1,5 jam untuk menghilangkan kadar air Dibawah ini adalah Gambar 3.10 diagram alir pembuatan biodiesel biji wijen Gambar 3.10 Diagram pembuatan biodiesel biji wijen Minyak biji wijen Perbandingan molar metanol dan minyak + KOH Pencampuran dan pemanasan � Diaduk sampai dengan 60 menit Didiamkan sampai membentuk dua lapisan Gliserol Biodiesel kotor Pencucian biodiesel dengan air hangat 2 atau 3 kali air Biodiesel bersih Universitas Sumatera Utara 44 Bahan yang menjadi objek pengujian ini adalah bahan solar AKR, solar AKR + Biodiesel Biji Wijen 5, solar AKR + Biodiesel Biji Wijen 10, solar AKR + Biodiesel Biji Wijen 15, dan solar AKR + Biodiesel Biji Wijen 20.

3.3 Metode Pengumpulan Data