Metode dan Teknik Analisis Data

18 8. Sehat jasmani dan rohani tidak cacat berbahasa, memiliki pendengaran tajam, dan tidak gila, atau pikun.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena Kridalaksana, 2001:136. Dalam penelitian ini menggunakan data lisan dan data tulis. Pengumpulan data lisan menggunakan metode cakap. Metode cakap diperoleh dari percakapan antara peneliti dengan informan. Dalam pelaksanaan metode cakap, peneliti terlibat langsung di daerah penelitian, menemui informan untuk mendapatkan data. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pancing. Teknik pancing dimulai dengan peneliti memberi stimulasi pancingan pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan peneliti.Selanjutnya digunakan teknik cakap semuka, yaitu percakapan langsung antara peneliti dengan informan secara tatap muka. Percakapan yang dilakukan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. Kemudian, menggunakan teknik rekam dan teknik catat, karena keterbatasan peneliti untuk mengingat. Teknik rekam yaitu merekam dan mencatat data lisan yang diperoleh dari narasumber untuk pengklasifikasian. Pemerolehan data tulis dalam penelitian inimenggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data dengan cara menyimak penggunaan bahasa Mahsun, 1995:98. Metode ini dikembangkan dengan teknik sadapdengan teknik lanjutan yaitu teknik sadap catat. Teknik sadap catat yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitinya dari penggunaan bahasa secara tertulis. Setelah informan memberikan informasi mengenai kosakata bahasa PAN yang sudah dialih-bahasakan ke dalam bahasa turunan, maka peneliti mencatat informasi tersebut.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Pengkajian data menggunakan metode perbandingan historis. Yang dimaksudkan dengan metode perbandingan dalam Linguistik Historis Komparatif adalah mengkaji-banding bentuk-bentuk lingustik, khususnya kata-kata kerabat cognate set antara bahasa kerabat satu dengan bahasa kerabat yang lain, dalam hal ini antara bahasa Simalungun dengan etimon- Universitas Sumatera Utara 19 etimon Proto-Austronesia. Sifat historis kajian ini terletak pada penggunaan etimon-etimon Austronesia dengan tujuan untuk menemukan refleksi bahasa Simalungun. Kemudian dilanjutkan dengan metode padan. Metode padan Sudaryanto, 1993:13 yaitu memadankan atau menyelaraskan BS sebagai bahasa turunan dengan PAN sebagai unsur penentunya. Metode ini dikembangkan dengan metode padan fonetis artikulatoris yaitu segala tuturan manusia yang dihasilkan oleh aktivitas organ wicara berupa bunyi-bunyi bahasa yang dapat berbeda-beda dalam mengaktifkan bagian-bagiannya. Metode ini dilanjutkan dengan teknik hubung banding menyamakan HBS dan hubung banding membedakan HBB. Peneliti berusaha mencari persamaan dan perbedaan antara PAN dan BS yang dibandingkan. Dengan demikian hasil perbandingan itu dijabarkan persamaan dan perbedaan antara unsur penentu dan unsur yang ditentukan. Misalnya: 1. Fonem a a PAN BS GLOSS mata mata mata ta ŋis ta ŋis tangis jalan dalan jalan Pengkajian ini dilakukan dengan teknik HBS karena sama-sama fonem vokal rendah yaitu fonem a pada posisi silabel penultima mengalami proses pewarisan secara linier pada bahasa turunannya yaitu a tetap menjadi a pada BS. Refleksi ini dapat digambarkan sbagai berikut: a a Kaidahnya adalah : a a K_ Universitas Sumatera Utara 20 2. Fonem ∂ o PAN BS GLOSS b ∂lah bolah belah b ∂rat borat berat b ∂lli boli beli Pengkajian ini dilakukan dengan teknik HBB karena dua fonem vokal tersebut berbeda. Vokal ∂ adalah vokal madya dan vokal o adalah vokal belakang. Fonem ∂ pada posisi inisial silabel penultima muncul sebagai o pada bahasa turunannya. Refleksi ini dapat digambarkan sebagai berikut: ∂ o Kaidahnya adalah: ∂ o K_ 3. Fonem k h PAN BS GLOSS kaju hayu kayu kutu hutu kutu kita hita kita, kami Pengkajian ini dilakukan dengan teknik HBB karena dua fonem konsonan tersebut tidak seartikulatoris. Fonem k adalah konsonan hambat letup dorsovelar sedangkan fonem h adalah konsonan frikatif laringal tak bersuara. Fonem k pada posisi inisial silabel penultima muncul sebagai h pada bahasa turunannya. Refleksi ini dapat digambarkan: k h Kaidahnya adalah k h K_ Universitas Sumatera Utara 21

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data