Konsep Diri TINJAUAN PUSTAKA

16 c. Support Employment Bellamy 1988 dalam Pieter, Janiwarti, dan Saragih, 2011 mengatakan salah satu metode yang mengajarkan penderita mental retardation agar dapat berpartisipasi dalam dunia pekerjaan secara memuaskan dan berkompetisi. Bellamy, Rhodes, Mank, dan Albin, 1988. Terlepas dari besarnya biaya yang terkait, maka dengan metode ini bukan hanya menempatkan penderitanya dalam satu pekerjaan yang bermakna, tetapi yang terpenting adalah membuat mereka untuk dapat menjadi orang yang produktif, mandiri, dan berguna bagi masyarakat.

2.2 Konsep Diri

2.2.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain Tarwoto dan Wartonah, 2010. Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan lingkungannya Tarwoto Wartonah, 2010. Sedangkan menurut Kozier dan Snyder 2010 konsep diri merupakan citra mental individu. Konsep diri positif penting untuk kesehatan mental dan fisik individu. Individu yang memiliki konsep diri positif lebih mampu mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal, dan juga lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi sepanjang hidupnya Menurut Potter 2005 konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Ketidaksesuaian antara Universitas Sumatera Utara 17 aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stress atau konflik. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsentrasi. 2.2.2 Komponen-komponen Konsep Diri a. Gambaran Diri Body image Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu Tarwoto Wartonah, 2010 Menurut Potter Perry 2009 gambaran atau citra tubuh body image meliputi perilaku yang berkaitan dengan tubuh, termasuk penampilan, struktur, atau fungsi fisik. Rasa terhadap citra tubuh termasuk semua yang berkaitan dengan seksualitas, feminitas dan maskulinitas, berpenampilan muda, kesehatan dan kekuatan. Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima reaksi dari tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan. Gambaran diri Body image berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya, pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa cemas dan meningkatkan harga diri Keliat, 1992. b. Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standart perilaku serta mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi Tarwoto Wartonah, 2010. Universitas Sumatera Utara 18 Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial keluarga Budaya dan kepada siapa ingin dilakukan Salbiah, 2003. c. Harga Diri Harga diri Self-esteem adalah perasaan individu secara keseluruhan tentang harga diri atau pernyataan emosional dari konsep diri. Hal ini merupakan dasar dari evaluasi diri karena mewakili keseluruhan pendapat tentang penghargaan atau nilai personal. Harga diri bersifat positif saat seseorang merasa mampu, berguna, dan kompeten Potter Perry, 2009. Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami gagal cenderung harga dirinya menjadi rendah. Harga diri diperoleh dari sendiri dan orang lain Tarwoto Wartonah, 2010. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain Keliat, 1992. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional trauma atau kronis negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama. Dan dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung nyata atau tidak nyata Salbiah, 2003. d. Peran Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, Universitas Sumatera Utara 19 sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri Tarwoto Wartonah, 2010. Menurut Stuart Sundeen, 1998 penyesuaian individu terhadap perannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a kejelasan perilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang diharapkan; b Kosistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan perannya; c Kejelasan budaya dan harapannya terhadap perilaku perannya; dan d Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidakselarasan. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan Keliat, 1992. e. Identitas Identitas meliputi perasaan internal akan individualitas, menyeluruh, dan konsistensi seseorang pada waktu dan situasi yang berbeda. Identitas menunjukkan batasan dan pemisahan diri yang lainnya. Menjadi “diri sendiri” atau hidup dalam kehidupan nyata merupakan dasar dari identitas yang benar Potter Perry, 2009. Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh Tarwoto Wartonah, 2010. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga aspek mandiri, kemampuan dan penyesuaian diri Keliat, 1992. 2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep diri Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut Tarwonto Wartonah, 2010 yaitu: Universitas Sumatera Utara 20 a Tingkat perkembangan dan kematangan yakni, perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya. b Budaya yakni, pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya, dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik dan lingkungan psikososial. Lingkungan fisik adalah segala sarana yang dapat menunjang perkembangan konsep diri, sedangkan lingkungan psikososial adalah segala lingkungan yang dapat menunjang kenyamanan dan perbaikan psikologis yang dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri. c Sumber eksternal dan internal yaitu, kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri. Sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya, dukungan dari masyarakat, dan ekonomi yang kuat. d Pengalaman sukses dan gagal yakni, ada kecendrungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian juga sebaliknya. e Stresor dapat mempengaruhi kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian, dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri, dan kecemasan. f Usia tua, keadaan sakit, dan trauma akan mempengaruhi persepsi dirinya. 2.2.4 Kriteria Kepribadian sehat Kriteria kepribadian yang sehat menurut Tarwoto Wartonah, 2010 yakni: a. Citra tubuh yang positif dan akurat yaitu, kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu. Universitas Sumatera Utara 21 b. Ideal dan realitas yaitu individu yang mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai. c. Konsep diri yang positif merupakan konsep diri yang menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya. d. Harga diri tinggi yakni, seseorang yang memiliki harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang dia inginkan. e. Kepuasan penampilan peran merupakan individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain, secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen. f. Identitas jelas yakni, individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan. 2.2.5 Karakteristik Konsep Diri Rendah Menurut Carpenito, 1995 dalam Taylor yang dikutip oleh Tarwoto Wartonah, 2010 ada beberapa karakteristik konsep diri yang rendah yaitu: menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu; Tidak mau berkaca, menghindari diskusi tentang topik dirinya, menolak usaha rehabilitas, melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat, mengingkari perubahan pada dirinya, tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan, dan menangis, menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya, tingkah laku yang merusak seperti gangguan obat-obatan dan alkohol, menghindari kontak sosial; dan kurang bertanggung jawab. 2.2.6 Konsep diri keluarga yang memiliki anak retardasi mental Menurut Muttaqin 2008, yang menyatakan bahwa keluarga merupakan tempat tumbuh kembang seorang anak, maka keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas dari anak yang terbentuk dari norma yang dianut dalam keluarga sebagai patokan perilaku setiap hari. Harga diri orang tua dengan anak retardasi mental dipengaruhi cara penerimaan dan penilaian pribadi Universitas Sumatera Utara 22 terhadap hasil yang dicapai dalam kehidupan dengan mempunyai anak retardasi mental Suliswati, 2005 Berdasarkan hasil penelitian Kuantitatif yang dilakukan oleh Widiyanto dan Afif, 2013 terhadap keluarga yang memiliki anak retardasi mental, menunjukkan bahwa subjek keluarga yang memiliki anak retardasi mental memiliki gambaran konsep diri negatif. Keluarga yang memiliki anak retardasi mental secara negatif beranggapan bahwa masyarakat sekitar menilai keluarga yang memiliki anak retardasi mental merupakan orang tua atau keluarga dengan gen yang tidak baik sehingga menghasilkan keturunan yang tidak baik retardasi mental. Akibatnya keluarga yang memiliki anak retardasi mental akan menampilkan kesan yang negatif seperi rasa malu, dan rendah diri terhadap orang lain. Dapat juga mempengaruhi kurangnya kepercayaan diri orang tua atau keluarga karena memiliki anak retardasi mental, hal ini disebabkan adanya tuntutan dan harapan dari orang-orang yang dianggap penting seperti orang tua, saudara dan kerabat terhadap suatu kesuksesan kehidupan seseorang. Anak retardasi mental seringkali menjadi beban dan dapat membuat jenuh orang tua atau keluarganya karena tidak dapat memenuhi standar yang sesuai dengan tuntutan dan harapan keluarga. 2.3 Kecemasan 2.3.1 Pengertian Kecemasan