Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program 1000 Posyandu Oleh Pemerintah Kota Tangerangdi Kelurahan Karawaci Baru

(1)

PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PROGRAM 1000 POSYANDU OLEH PEMERINTAH KOTA

TANGERANGDI KELURAHAN KARAWACI BARU

Skripsi

DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuPersyaratanMemperolehGelar SarjanaIlmuSosial Islam ( S. Sos.I)

Oleh :

ULFAH LATIFAH NIM: 109054000015

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M


(2)

PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM 1OOO

POSYANDU OLEH PEMERINTAH KOTA TANGERANG DI KELURAHAN

KARAWACI BARU

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana.Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: Ulfah Latifah NIM: 109054000015

Di

t Bawah Bimbingan

JURUSAN PENGEMBAIYGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAII ILMU KOMUNIKASI

T'NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATT]LLAH

JAKARTA

1434H I 2013

r


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program 1000 Posyandu Oleh Pemerintah Kota Tangerang", telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UiN)

Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selas4 tanggal 01 Oktober 2013. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata

I

(Sl)

pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 01 Oktober 2013

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekret

M.Iludri

M.Ae

NIP. 19720606 199803 I 003

Anggota,

NrP.19481206 197703 I 0001

M. Hudri M.Ae

NIP. 19720606 199803 1 003

19710570 1999A3 2 A02

Pembimbing


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Stata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 September 2013


(5)

ABSTRAK

Ulfah Latifah

Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program 1000 Posyandu Oleh Pemerintah Kota Tangerang di Kelurahan Karawaci Baru.

Dewasa ini banyak sekali masyarakat yang kurang mendapatkan pelayanan kesehatan, masalah pembiayaan dan jaminan kesehatan menjadi sebuah permasalahan sulit yang dirasakan oleh masyarakat, tidak lama ini banyak pemberitaan yang semakin menyita perhatian masyarakat yaitu banyaknya kasus masyarakat miskin di tolak oleh rumah sakit dikarenakan tidak mempunyai biaya. Tindakan tersebut adalah sebuah pelanggaran hak asasi manusia atas kesehatan. Hal ini tentunya berdampak pada masyarakat yang semakin tersudutkan dengan keterbatasan akses.

Program 1000 Posyandu merupakan program Pemerintah Kota Tangerang untuk menunjang kegiatan Posyandu yang sudah berjalan sebelumnya. Pemerintah didukung oleh segenap SKPD terkait serta tiap-tiap Kecamatan dan Kelurahan juga turut andil dalam pembangunan Posyandu pada program 1000 Posyandu ini. Disamping pembangunan secara fisik, kegiatan Posyandu juga memberikan konstribusi terhadap pemberdayaan masyarakat.

Penelitian ini bermaksud mengetahui lebih jauh bagaimana tahapan pelaksanaan program 1000 posyandu di Kelurahan Karawaci Baru dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambatnya. Selain itu melalui penelitian ini penulis ingin menggali lebih dalam tentang konsep pemberdayaan masyarakat yang ada pada kegiatan posyandu khususnya dari program pembangunan 1000 posyandu.

Metodologi yang digunakan yakni pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Karawaci Baru Kecamatan Karawaci Kota Tangerang.

Hasil yang didapatkan di lapangan dalam penelitian ini diantaranya bagaimana pelaksanaan program 1000 posyandu ini dilakukan oleh setiap pihak yang terkait. Oleh Dinas Kesehatan, Dinas Tata Kota, BPMKB, pihak kelurahan sampai pada partisipasi masyarakat secara langsung. Disamping itu juga ktentang onsep pemberdayaan masyarakat yang ada pada program ini melalui berbagai kegiatan posyandu yang ada.

Dengan demikian program 1000 Posyandu seperti yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota setidaknya memiliki kontribusi terhadap kegiatan Posyandu yang telah ada sebelumnya, terutama dari segi pembaanguna sarana dan prasarana.


(6)

KATA PENGANTAR Bismilahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahi rabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan studi dan tugas akhir ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah, penghulu para nabi, suri tauladan bagi umatnya yang membawa ajaran islam sebagai rahmatan

lil’alamin.

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segala materi, pembahasan maupun tata bahasa. Hal ini disesbabkan oleh keterbatasan penulis yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritik dan sarn yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Mengingat begitu banyak jasa baik yang telah mewarnai aktivitas penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, baik berupa moril maupun materil, maka penulis menyampaikan terima kasih terutama kepada :

1. Bapak DR. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku pembantu Dekan I, Bapak Drs. H Mahmud Djalal, MA. Selaku pembantu Dekan II, dan Bapak Drs. Studi Rizal, MA. Selaku pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si sebagai ketua jurusan Pengembangan Masyarakat Islam serta sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya, dan melimpahkan segala ilmu yang bermanfaat serta perhatian tulusya yang telah memotivasi penulis selama masa studi hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. M. Hudri, M. Ag. selaku Seketaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang telah memberikan jalan kemudahan administrasi.

4. Segenap Dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (Tantan Hermansah, Muhtadi, Prof. Yusuf Yunan, Prof. Syamsir Salam, Dicky Wahyudi, Ismet Firdaus, Nurul Hidayati, Rini Lali Prihatini, Ellis, Rubiyanah, dll) yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat untuk penulis.

5. Para petugas perpustakaan yang telah memberikan kesempatan dan pelayanan kepada penulis untuk memanfaatkan koleksi buku-buku bermutu.

6. Ayahanda & Ibundaku Tercinta H. Arsyad Ishaka & Hj. Teti Sumaryati panglima kehidupanku yang selalu memberiku semangat dan kasih sayang yang tulus untuk terus mengejar cita-citaku. Untuk Taufik Ur Rahman beserta keluarga, Aryanti Muharramah beserta keluarga, Gafarudin beserta keluarga, Ahmad Hafidz & Yuanita Nirmalasari, Khalil Ur Rahman, Nur Ulhaq dan adik bungsuku Fatur Rahman.

7. Bapak Sutanto, Bapak Erik, dan Bapak Ahmad Suhaely yang telah mengizinkan dan membantu penulis melakukan penelitian.


(8)

8. Segenap para kader dan ibu-ibu balita yang turut membantu penulis dalam mencari data dan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman terbaikku di Pengembangan Masyarakat Islam 2009, Ahmad Rifai, Nurmah, M. Syukron, Jean, Qonita, Musyfiq, Bunga, Azis, Fajar, Barendra, Budi, Adi H, Ridwan dan Fahru. Untuk adik-adiku Badzilia Framutami dan M Imamudin Arya dan seluruh keluarga besar Pengembangan Masyarakat Islam.

10.Specially for my best one, Fajriansyah yang tidak pernah berhenti memotivasi, membantu dan menemani penulis sejak tahun pertama perkuliahan, hingga penyelesaian skripsi ini dan berakhirnya studi perkuliahan.

Tangerang, 16 September 2013


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 17

F. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 20

A. Pelaksanaan ... 20

B. Pemberdayaan Masyarakat ... 20

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 20

2. Tahap-tahap Pemberdayaan ... 22

3. Strategi Pemberdayaan ... 24

4. Pendekatan Pemberdayaan ... 26

C. Program ... 27

D. Posyandu ... 28

1. Pengertian Posyandu ... 28

2. Tujuan dan Manfaat Posyandu ... 28

3. Sasaran dan Fungsi Posyandu ... 30

BAB III GAMBARAN UMUM ... 32

A. Profil Kota Tangerang... 32


(10)

2. Nilai Inti Budaya Kota Tangerang ... 37

B. Profil Kelurahan Karawaci Baru ... 39

1. Wilayah ... 39

2. Demografi Kelurahan Karawaci Baru ... 40

C. Gambaran Umum Program 1000 Posyandu ... 42

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN ... 45

A. Pelaksanaan Program 1000 Posyandu di Kelurahan Karawaci Baru ... 45

1. Tahap Persiapan (enggagement) ... 45

2. Tahap Pengkajian (assesment) ... 48

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan (Designing) ... 50

4. Tahap Formulasian Rencana Aksi ... 52

5. Tahap Pelaksanaan Program ... 54

6. Tahap Evaluasi ... 56

7. Tahap Terminasi (Disengagement) ... 57

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kerangka Sampling... 12

Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Agama... 42

Tabel 4 Komponen SWOT ... 49


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Denah Kota Tangerang... 31 Gambar 2 Wajah Kota Tangerang... 32


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.

Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi ekonomi, khususnya pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan – keuntungan non-material yang diterima oleh seseorang. Namun demikian, secara luas kemiskinan juga kerap didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh serba kekurangan : kekurangan pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk dan kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.1

Dewasa ini banyak sekali masyarakat yang kurang mendapatkan pelayanan kesehatan, masalah pembiayaan dan jaminan kesehatan menjadi sebuah permasalahan sulit yang dirasakan oleh masyarakat, tidak lama ini banyak pemberitaan yang semakin menyita perhatian masyarakat yaitu banyaknya kasus masyarakat miskin ditolak oleh rumah sakit dikarenakan tidak mempunyai biaya. Tindakan tersebut adalah sebuah pelanggaran Hak Asasi Manusia atas Kesehatan.

1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Rafika Aditama. 2005), h.133-134


(14)

Seperti yang telah ditetapkan UUD 1945 pasal 28 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya” pasal tersebut menjelaskan tentang hak asasi atas kesehatan dan sekaligus sebagai investasi, sehingga kesehatan perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Untuk itu, sebagai bentuk perjuangan akan kesehatan masyarakat perlu adanya pembangunan bidang kesehatan yang merupakan salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi seluruh masyarakat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu atau miskin.

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan kesehatan yang sejalan dengan perkembangan paradigma pembangunan telah ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 Bidang kesehatan, yang lebih mengutamakan pada upaya preventif dan promotif dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah menumbuh kembangkan posyandu.

Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan di segala bidang. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yamg secara keseluruhan perlu digalakkan. Hal ini telah digariskan dalam sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan bahwa, sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya


(15)

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat menwujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Salah satu usaha untuk mewujudkan pembangunan kesehatan adalah dengan diadakan posyandu. Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat, penyelenggaraanya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi.

Dapat diketahui Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. 2

Secara umum, Posyandu memiliki tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu kesehatan ibu dan anak; Keluarga Berencana; Immunisasi; Peningkatan gizi; Penanggulangan Diare; Sanitasi dasar seperti cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman; penyediaan obat essensial. Selain itu, Posyandu juga merupakan salah satu sarana pemberdayaan masyarakat karena berbagai kegiatan yang dilaksanakan diprakarsai oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2

Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, (Tangerang: BPMKB Kota Tangerang, 2009), h. 1.


(16)

Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.3

Dengan pemahaman bahwa pemberdayaan mengarah pada konsep partisipasi sebagaimana halnya kegiatan yang ada pada posyandu. Hal ini menunjukan partisipasi atau keterlibatan masyarakat berperan penting untuk mencapai hasil pemberdayaan yang maksimal. Berbagai kegiatan seperti penyuluhan kesehatan, kontrol atas gizi balita, imunisasi, bahkan posyandu hari ini juga menjadi wadah bagi masyarakat terutama ibu-ibu untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif lainnya, misalkan pengajian, TPA dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Berdasarkan hal tersebut posyandu menjadi salah satu kegiatan yang cukup memberikan kontribusi tersendiri dikalangan masyarakat dalam hal pemberdayaan, mengingat banyaknya program ataupun kegiatan lainnya baik dari lembaga-lembaga swasta maupun program pemerintah sendiri.

Banyaknya masukan dari warga Kota Tangerang yang mengeluhkan jauhnya letak posyandu dan minimnya kualitas pelayanan di posyandu sehingga menjadi terasa sulit bagi warga yang kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau serta optimal. Bagi warga kegiatan wajib

3

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Rafika Aditama. 2005)


(17)

posyandu yaitu penimbangan serta penyuluhan gizi membantu mereka dalam memelihara kesehatan balita.

Untuk itu, Pemerintah Kota Tangerang dengan tujuan membantu masyarakat miskin atau masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang terjangkau mencanangkan “program 1000 posyandu” untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Program 1000 posyandu merupakan program pembangunan sarana posyandu dan pemberian prasarananya serta program tambahan yang di anjurkan Pemerintah Kota Tangerang.

Penulis tertarik pada pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program 1000 posyandu karena program yang dilaksanakan tepat pada kebutuhan masyarakat Kota Tangerang,4 dimana kesehatan menjadi kebutuhan yang mahal dan sulit didapatkan. Pemerintah Kota Tangerang juga mendapatkan sambutan baik dari Ibu Ani Yudoyono yang turut meresmikan program 1000 posyandu pada bulan Mei 2010. Istri Presiden SBY juga memberikan penghargaan dan menyampaikan rasa gembiranya atas terobosan Pemkot Tangerang yang dipimpin Walikota Wahidin Halim dalam membangun sarana kesehatan masyarakat yang murah, berkualitas dan mudah dijangkau masyarakat tersebut. Apresiasi itu diungkapkannya, baik saat memberikan sambutan hingga pada sesi dialog interaktif dengan ribuan kader Posyandu se-Indonesia yang memadati lokasi peresmian.5

4

Wawancara penulis dengan kader posyandu Bunga Rampai pada tahun 2012

5

Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Tangerang,


(18)

Tidak mudah membuat masyarakat sadar akan kesehatan terutama para ibu balita dan tidak mudah membuat masyarakat percaya kegunaan posyandu dan manfaat kegiatan didalamnya karena banyaknya para medis seperti bidan, dokter praktek dan rumah sakit. Tetapi Pemerintah Kota Tangerang dapat terus melanjutkan program ini dan terus berusaha menyadarkan masyarakat serta membuat masyarakat percaya dengan program 1000 posyandu dan kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya. Untuk itu penulis memberi judul skripsi untuk skripsi ini adalah “Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program 1000 Posyandu Oleh Pemerintah Kota Tangerang di Kelurahan Karawaci Baru”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan masalah

Berangkat dari uraian di atas luasnya permasalahan yang ada dalam skripsi ini, perlu kiranya penulis membatasi penelitian ini pada pelaksanaanAgar dalam penulisan karya ilmiah ini bisa lebih fokus maka penulis membatasi pokok bahasan yakni mengenai Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program 1000 Posyandu.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka perlu adanya penyusunan suatu perumusan masalah dalam penelitian ini, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program 1000 posyandu oleh Pemerintah Kota Tangerang di Kelurahan Karawaci Baru?


(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan dan rumusan masalah yang telah penulis kemukakan, maka penulis menyampaikan tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program 1000 posyandu oleh Pemerintah Kota Tangerang di Kelurahan Karawaci Baru

2. Manfaat Penelitian a. Segi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pemberdayaan ilmu sosial terutama pada Jurusan Pemberdayaan Masyarakat Islam, tentang pembangunan kesehatan melalui program 1000 posyandu sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat.

b. Segi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut serta bahan evaluasi bagi Pemerintah Kota Tangerang.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuaitatif, salah satu definisi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif Kirk dan Miller yang mendefinisikan bahwa penelitian kulitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu


(20)

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. 6Menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan metode yang ada.7 Taylor dan Bogdan menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.8

Berdasarkan definisi tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-fakta yang terjadi secara alamiah dengan menggambarkannya secara rinci pelaksanaaan pemberdayaan masyarakat melalui program 1000 posyandu di Kelurahan Karawaci Baru.

2. Lokasi Penelitan dan Waktu penelitian a. Lokasi Penelitan

Penelitian dilakukan di wilayah Kelurahan Karawaci Baru Kecamatan Karawaci Kota Tangerang. Peneliti memilih tempat ini dikarenakan dari 10 posyandu yang ada di daerah Kelurahan Karawaci Baru 7 posyandu yang sudah mendapatkan bantuan program 1000 posyandu

6

Nurul Hidayati, Metoologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.7.

7

Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), edisi revisi, h. 5.

8

Bagong Suyanto & Sutinah, Metodologi Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan,( Jakarta: Kencana , 2010), h. 166.


(21)

Bukan hanya itu, wilayah Kelurahan Karawaci Baru penulis lihat, mempunyai kader-kader yang teliti dan aktif dalam mendukung program ini9. Peneliti juga memilih tempat ini dikarenakan wilayah Kelurahan Karawaci Baru adalah wilayah tempat tinggal peneliti sehingga mempermudah peneliti dalam mencari data dilapangan.

b. Waktu Penelitian

Pada awal adanya kebijakan program 1000 posyandu oleh Pemerintah Kota Tangerang yaitu pada tahun 2010 peneliti sudah ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan pemeliharan bangunan posyandu. Untuk kepentingan skripsi penulis memohon perizininan penelitian kepada KESBANGLINMAS Kota Tangerang pada tanggal 22 April 2013. Peneliti melakukan penelitian turun lapangan untuk mengamati dan mewawancarai serta dokumentasi dalam 3 bulan pada bulan April hingga bulan Juni 2013.

3. Sumber dan Jenis Data

Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan sumber data yaitu: a. Data Primer

Data Primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai, sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film.10 Data primer ini terbagi menjadi dua sumber data, yaitu:

9

Berdasarkan pengamatan peneliti selama meneliti 1 bulan terakhir. ( bulan Maret 2013)

10

Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), edisi revisi, h. 157.


(22)

1) Data primer utama, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dan Lurah Karawaci Baru.

2) Data Primer pendukung, yaitu data yang diperoleh dari Kader – Kader Posyandu Kelurahan Karawaci Baru dan ibu – ibu balita penerima manfaat.

b. Sumber Tertulis

Sumber Tertulis dapat disebut sebagai bahan tambahan yang dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi11 yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti buku panduan Posyandu.

4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian

Agar lebih leluasa untuk menyeleksi responden yang sesuai dengan tujuan penelitian penulis menggunakan teknik pemilihan responden dengan “purposive sample, penarikan sample secara purposive menekankan pada pertimbangan karakteristik tertentu dari subyek penelitiannya” dalam penelitian ini peneliti memilih para subyek yang menurut peneliti dapat memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun subyek yang peneliti pilih adalah sebagai berikut:

a. Data primer utama

Peneliti mewawancarai dua orang yang terdiri dari Bpk. Ahmad Suhaely (Lurah Karawaci), Bpk. Sutanto (KA. Seksi Binkesmas) dan Bpk. Erik (bag. Pelaksana program 1000 posyandu Dinas Tata Kota). Alasan peneliti

11


(23)

memilih subyek penelitian ini karena peneliti menganggap orang-orang yang peneliti sebutkan adalah orang-orang yang memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan program 1000 posyandu, selain itu juga orang-orang tersebut adalah orang-orang yang berwenang dalam penentuan dan pelaksanaan program 1000 posyandu serta kegiatan tambahan yang bermanfaat bagi warga, khususnya warga Kelurahan Karawaci Baru.

b. Data primer pendukung

Yakni terdiri dari kader-kader posyandu, ibu balita dan ibu hamil serta manula. Dikarenakan pembangunan dan pelaksanaan program baru terlaksana di 7 Rw dari 10 Rw se – Kelurahan Karawaci Baru untuk itu peneliti memilih 7 ketua kader dari masing – masing Rw yaitu terdiri dari Ibu Zuliana (Kader Rw. 04), Ibu Atun Tunayah (Kader Rw.05), Ibu Tuijiah (Kader Rw.06), Ibu Sri Isdiyati (Kader Rw.07), Ibu Popon Salamah (Kader Rw.08), Ibu A Yudeyana (Kader Rw.09), dan Ibu Endang Rusmaningsih (Kader Rw.10). Sasaran posyandu yang menerima manfaat dari kegiatan yang ada di posyandu adalah ibu balita, ibu hamil, dan manula, untuk itu peneliti memilih 2 orang ibu balita yaitu Ibu Desi Algi dan Ibu Anah, 2 Ibu Kurniasih dan Ibu Dewi Wahyudi orang ibu hamil dan 2 orang manula yaitu Ibu Sopiah dan Ibu Joko, yang peneliti anggap sering mengikuti kegiatan posyandu dan banyak mengetahui tentang kegiatan dan program 1000 posyandu Untuk lebih jelasnya, subyek penelitian dapat dilihat pada tabel kerangka sampling dibawah ini :

Tabel 1 Kerangka Sampling


(24)

Sumber Data

Nama subyek Penelitian dan

Informan

Jabatan Alasan Pemilihan Subyek Penelitian Data

Primer Utama

Bapak Sutanto Kepala Seksi Bina Kesehatan Dinas Kota Tangerang Bertanggung jawab dalam perencanaan program, dan pengawasan dalam upaya mengoptimalkan program Bapak Erik Seksi pelaksanaan

pembangunan program 1000 posyandu Bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan fisik program. Bapak Ahmad Suhaely Lurah Karawaci Baru Bertanggung jawab dalam pelaksanaan teknis dan mengawasi jalannya program 1000 posyandu di Kelurahan Karawaci Baru Data Primer Pendukung

Ibu Zuliana Ketua posyandu Rw 04 Bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pendataan kegiatan di Posyandu Ibu Atun Tunayah Ketua posyandu

Rw. 05 Bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pendataan kegiatan di Posyandu Ibu Tuijiah Ketua posyandu

Rw. 06 Bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pendataan kegiatan di Posyandu Ibu Sri Isdiyati Ketua posyandu

Rw. 07 Bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pendataan kegiatan di Posyandu Ibu Popon Salamah Ketua posyandu

Rw. 08 Bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pendataan kegiatan di Posyandu


(25)

Ibu A Yudeyana Ketua posyandu Rw. 09 Bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pendataan kegiatan di Posyandu Ibu Endang Rusmaningsih Ketua posyandu Rw. 10 Bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pendataan kegiatan di Posyandu

Ibu Desi Algi Ibu balita Penerima Manfaat

Program

Ibu Anah Ibu balita Penerima Manfaat

Program

Ibu Kurniasih Ibu hamil Penerima Manfaat

Program

Ibu Dewi Wahyudi Ibu hamil Penerima Manfaat

Program

Ibu Sopiah Manula Penerima Manfaat

Program

Ibu Joko Manula Penerima Manfaat

Program

5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menjaga keabsahan dan validitas data dalam penelitian , tentunya diperlukan teknik pemeriksaan data guna menjaga keabsahan data dan validitas data. Dalam hal ini penulis menggunakan langkah Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan kebashan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya peneliti membandingkan hasil wawacara subjek penelitian dengan hasil temuan pengamatan lapangan tentang pelaksanaan program 1000 posyandu oleh Pemerintah Kota Tangerang di Kelurahan Karawaci Baru.


(26)

b. Membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh Lurah Karawaci Baru dengan jawaban Kader Posyandu.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Peneliti memanfaatkan dokumen atau data sebagai perbandingan.

6. Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data ini, penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu menurut S. Margono Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.12

Observasi dilakukan ketika peneliti berkunjung ke kantor Dinas Kesehatan Kota Tangerang, yakni Bapak Sutanto (KA Seksi Binkesmas) yang berada di wilayah Kota Tangerang. Observasi ke kantor Dinas Kesehatan sendiri penulis lakukan untuk memperoleh data program, sedangkan observasi ke Posyandu penerima manfaat sendiri peneliti lakukan untuk melihat proses pelaksanaan kegiatan program.

b. Wawancara, yaitu metode interview, alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk diawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan

12

Dra. Nurul Zuriah M.Si, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), cetakan 2, h. 173.


(27)

tatap muka antara pencari informasi (interviwer) dan sumber informasi (interview).13

Narasumber yang digunakan dalam wawancara tersebut adalah pertama Bapak Sutanto (KA. Seksi Binkesmas), wawancara dilakukan pertama kali di kantor Dinas Kesehatan Kota Tangerang, karena kesibukan dan sempitnya waktu yang ada sehingga wawancara tidak berlangsung dengan baik, beliau meminta peneliti datang kembali pada dua minggu dari waktu wawancara pertama kali. Kedua Bapak Ahmad Suhaely (Lurah Karawaci Baru) wawancara dilakukan di kantor Kelurahan Karawaci Baru. Ketiga Bapak Erik (bag. Pembangunan Posyandu di Kelurahan Karawaci Baru) wawancara dilakukan di Kantor Tata Kota. Penentuan ketiga narasumber tersebut dikarenakan narasumber tersebut peneliti anggap sebagai orang yang banyak mengetahui dan bertanggung jawab atas Program 1000 Posyandu.

Narasumber selanjutnya adalah kader – kader posyandu yang terdiri dari Ibu Zuliana, Ibu Atun Tunayah, Ibu Tuijiah, Ibu Sri Isdiyati, Ibu Popon Salamah, Ibu A. Yudeyana, Ibu Endang Rusmaningsih, dan ibu balita Ibu Desi Algi, Ibu Anah, Ibu Kurniasih, Ibu Dewi Wahyudi, wawancara dilakukan dengan bersilahturahmi ke rumah informan. Serta wawancara dengan manula yaitu Ibu Sopiah dan Ibu Joko.

c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data-data atau informasi yang diperoleh dari pihak pelaksana program 1000

13


(28)

posyandu dan penerima manfaat program tersebut yang berupa buku panduan dan foto-foto serta dokumen-dokumen yang didapatkan.

7. Tekhnik Analisa Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen, adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Di pihak lain, menurut Seiddel proses berjalannya Analisi Data Kualitatif adalah sebagai berikut14:

a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri

b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensisntesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu mengembangkan objek penelitian apa adanya sesuai dengan kenyataan berdasarkan teori yang ada. Pada saat menganalisa data hasil observasi, peneliti menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Setelah itu peneliti menganalisa katergori-kategorinya.

14

Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), edisi revisi, h. 157


(29)

8. Pedoman Penulisan

Adapun Pedoman yang penulis gunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah buku pedoman penulisan skripsi fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengkaji tulisan ini, ada beberapa karya ilmiah yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Beberapa skripsi yang menjadi acuan penulis untuk menfokuskan penelitian pada “Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program 1000 Posyandu di Kelurahan Karawaci Baru”, diantaranya adalah skripsi berjudul “Partisipasi masyarakat terhadap posyandu dalam upaya pelayanan kesehatan balita (studi kasus pada posyandu Nusa Indah II RW 11 Kelurahan Meruyang, Kecamatan Limo, Depok)”2012, yang disusun oleh Hosea Ocbrianto mahasiswa program studi kesejahteraan sosial Universitas Indonesia. Masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini adalah, Pertama : Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat terhadap posyandu Nusa Indah II dalam upaya pelayanan kesehatan balita?

Kedua: Faktor – Faktor apa yang mempengaruhi partisipasi masyarkat terhadap posyandu Nusa Indah II dalam upaya pelayanan kesehatan.

Skripsi berjudul “ Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam Pemanfaatan Pelayanan Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Tahun 2011”, yang disusun oleh Nita Kurnia mahasiswi program studi kesehatan masyarakat Universitas Islam Negri


(30)

Syarif Hidayatullah Jakarta. Masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini adalah tentang hal-hal yang mempengaruhi partisipasi Ibu balita terhadap pemanfaatan pelayanan gizi di posyandu wilayah kerja Puskesmas Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam lima bab yang mana perincianya sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Teoritis.

Dalam bab ini akan membahas landasan teoritis dengan uraian sebagai berikut ; Pelaksanaan, Pemberdayaan Masyarakat, Program dan Posyandu

BAB III Gambaran Umum Kota Tangerang, dan Kelurahan Karawaci baru serta Gambaran Umum Program 1000 Posyandu .

BAB IV Analisis Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui program 1000 Posyandu Oleh Pemerintah Kota Tangerang di Kelurahan Karawaci Baru


(31)

BAB V Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan secara singkat berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian dan saran-saran yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini


(32)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PELAKSANAAN

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pelaksanaan adalah proses, cara, atau perbuatan melaksanakan(rancangan, keputusan, dll).1

Istilah pelaksanaan dalam ilmu manajemen adalah actuacting yang berarti sebagai usaha menggerakan anggota – anggota kelompok demikian rupa sehingga mereka ingin mencapai sesuatu dan berusha untuk mencapai sasaran yang diinginkan oleh pihak manajer oleh karena mereka ingin mencapainya.2

Jadi pelaksanaan adalah proses atau cara yang dilakukan perorangan atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan yang mereka inginkan.

B. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan

ber-menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Kata berdaya apabila diberi awalan

pe- dengan mesisipkan m- dan akhiran –an menjadi “pemberdayaan” artinya

membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuata.3 Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata „power‟) kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama

1

Pusat Bahasa DEPDIK, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal.627

2

Aliminsyah dan Patji, “ Kamus Istilah Manajemen”,( Bandung : CV Yrama Widya, 2004)

3

H. Roesmidi, dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyaraka, (Sumedang: ALQAPRINT, 2006), h.1


(33)

pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat diubah.

Pemberdayaan atau pemberkuasaan dapat dipahami sebagai upaya memberikan atau meningkatkan kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah atau kurang beruntung, dimana pemberdayaan dilaksanakan dengan bertolak dari situasi ketidak berdayaan yang dialami oleh sekolompok masyarakat baik secara perseorangan, kelompok maupun komunitas.4

Dalam pemberdayaan diharapkan masyarakat yang kurang berdaya menjadi masyarakat yang berdaya dan kuat dengan menggali serta mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah untuk mencapai tujuan akhir yang disebut dengan masyarakat sejahtera dan mandiri yang mempunyai kekuatan hidup atas potensi dirinya sendiri.5

Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau kebedayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukan pada keadaan atau hasil yang dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

4

Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.232.

5

Owin Jamasy, Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan, (Jakarta: Belantik, 2004), cet pertama, h. 108.


(34)

kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.6 Rubin menyatakan bahwa pemberdayaan sebagai suatu proses ataupun sebagai tujuan pada dasarnya akan memunculkan keberanian pada individu atau kelompok. Kondisi semula yang cenderung hanya menerima keadaan, selanjutnya akan lebih berani bertindak untuk merubah keadaan.bentuk keberanian itu juga dapat merupakan kekuatan formal guna menghapus ketergantungan. 7

2. Tahap-tahap pemberdayaan

Tahapan intervensi sosial dalam program pemberdayaan masyarakat pada satu sisi sebenarnya mempunyai kemiripan dengan tahap pengembangan masyarakat,8 adapun tahapan pemberdayaan adalah sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan (Enggagement)

Pada tahap persiapan ini didalamnya sekurang-kurangnya ada dua tahap yang harus dikerjakan yaitu:

1) Penyiapan Petugas, ini terutama diperlukan untuk menyamakan persepsi antar anggota tim agen perubahan (change agent) mengenai pendekatan apa yang akan di pilih dalam melakukan pemberdayaan masyarakat.

2) Penyiapan Lapangan, dikenal juga dengan tahap enggagement, petugas pada awalmya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal. 9

6

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Rafika Aditama. 2005), h. 57-60

7

Rajuminropa, Pemberdayaan Anak dari Keluarga Miskin ( Universitas Indonesia Jurusan Ilmu Kesejahteraan, 2003), h. 43

8

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.2002), h.179


(35)

b. Tahap Penkajian (Assessment)

Proses assessment yang dilakukan disini dapat dilakukan secara individual melaui tokoh – tokoh masyarakat (key-person), tetapi dapat juga melalui kelompok – kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubah berusha mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien. Dalam kebutuhan masyarakat ini ada berbagai teknik yang dapat digunakan untuk melakukan assessment baik itu dengan pendekatan yang kuantitatif maupun kualitatif. c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan (Designing).

Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubah (change agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana mereka mengatasinya. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada, masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan.

d. Tahap Formulasian Rencana Aksi

Pada tahap ini petugas membantu masing – masing kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada pihak penyandang dana.

e. Tahap Pelaksanaan Program

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam program pemberdayaan masyarakat karena sesuatu yang sudah

9


(36)

direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas, warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga.10

f. Tahap Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.

g. Tahap Terminasi (Disengagement)

Tahap ini merupakan tahap „pemutusan‟ hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dalam suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak jarang dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap „mandiri‟, tetapi lebih karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya.

3. Strategi Pemberdayaan

Parsons menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu-lawan-satu antara pekerja sosial dan lkien dalam setting pertolongan perseorangan. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual meskipun pada gilirannya strategi inipun tetap berkaitan dengn kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain diluar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial,

10

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pemberdayaan Masyarakat & Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikiran & Pendekatan Praktis, (Jakarta: UI Press, 2001), Cet. 1, h. 24.


(37)

pemberdayaan dapat dilakukan melaui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro.

a. Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individual melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas – tugas kehidupannya. model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).

b. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap – sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalah yang dihadapinya.

c. Aras Mikro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luasa. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajement konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi – situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.


(38)

4. Pendekatan Pemberdayaan

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan diatas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyongkongan dan Pemeliharaan.

a. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat – sekat kultural dan struktural yang menghambat

b. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan – kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh – kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka

c. Perlindungan : melindungi masyarakat terutam kelompok – kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghinndari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan yang lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskrimanasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil d. Penyongkongan : memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat

mampu menjalankan peranan dan tugas – tugas kehidupannya. pemberdayaang harus mamapu menyongkong masyarakat agar tidak


(39)

terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

e. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbanga distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha. 11

C. PROGRAM

Program adalah sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut J.C. Tukian, dalam pengembangan masyarakat program merupakan kegiatan yang dapat mendukung adanya aktualisasi dan partisipasi aktif dari masyarakat.12 Program dapat bermacam-macam wujudnya ditinjau dari berbagai aspek, yakni tujuan, jenis, jangka waktu, luas, sempitnya, pelaksana, sifatnya dan sebagainya yaitu sebagai berikut :

1. Ditinjau dari tujuan, ada program yang kegiatannya bertujuan mencari keuntungan ( kegiatan komersil) dan ada yang bertujuan sukarela (kegiatan sosial).

2. Ditinjau dari jenis, ada program pendidikan, program koperasi, program kemasyarakatan, program pertanian dan sebagainya yang mengklasifikasikannya didasarkan atas isi kegiatan program tersebut.

11

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Rafika Aditama. 2005), h. 66-68

12

J. C. Tukian Taruna, Pengembangan Masyarakat dalam Konteks pendidikan Untuk Semua, ( Jakarta : Penerbit Kanisius, 2000), h. 183-184


(40)

3. Ditinjau dari jangka waktu, ada program berjangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Untuk ukuran jangka waktu bagi sesuatu program agak relatif.

4. Ditinjau dari keluasannya, ada program sempit, hanya menyangkut variabel yang terbatas. Program luas, menyangkut banyak variabel.

5. Ditinjau dari pelaksana, maka ada program kecil yang hanya dilaksanakan oleh beberapa orang dan program besar yang dilaksnakan berpuluh bahkan beratus orang.

6. Ditinjau dari sifatnya, ada program penting dan program kurang penting. Program penting adalah program yang dampaknya menyangkut nasib orang banyak mengenai hal yang vital, sedangkan program kurang penting adalah sebaliknya.13

D. POSYANDU

1. Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersama Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

2. Tujuan dan Manfaat Posyandu a. Tujuan Posyandu

13

Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998),h. 1-3


(41)

Tujuan Umum dari posyandu adalah menunjan percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sedangkan tujuan khusus posyandu yaitu :

1) Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

2) Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

3) Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

b. Manfaat Posyandu 1) Bagi Masyarakat

a) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

b) Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan teruta terkait kesehatan ibu dan anak.

c) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait.

2) Bagi Kader, Pengurus Posyandu dan Tokoh Masyarakat

a) Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.


(42)

b) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penuruna AKI dan AKB.

3) Bagi Puskesmas

a) Optimalisasi fungsi puskesmas sebagi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

b) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.

c) Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan secara terpadu.

4) Bagi Sektor Lain

a) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.

b) Meningkatkan efisiensi memlalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing sektor.

3. Sasaran dan Fungsi Posyandu a. Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya : 1) Bayi

2) Anak Balita


(43)

4) Pasangan Usia Subur (PUS).14 b. Fungsi Posyandu

1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antarsesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB. 2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,

terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.15

14

Kegiatan posyandu yang melibatkan Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu KB.

15

Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, (Tangerang: BPMKB Kota Tangerang, 2009)


(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Kota Tangerang

Kota Tangerang terletak di sebelah barat Wilayah Metropolitan Jabodetabek, kawasan yang sangat dinamis di Indonesia. Kota Tangerang memiliki aksessibilitas dan konektifitas secara nasional dan internasional yang baik serta memiliki akses yang sangat bagus ke Bandara International Soekarno Hatta dan Pelabuhan International Tanjung Priok. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1 Denah Kota Tangerang

Sumber : Berdasarkan data Humas Kota Tangerang

Gambar di atas menjelaskan bahwa secara administratif, luas Kota Tangerang sekitar 18.378 Ha (termasuk Kawasan Bandara International Soekarno Hatta 1.969 Ha), merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 30 m dpl. Terbagi menjadi 13 Kecamatan, 104 Kelurahan yang terdiri dari 931


(45)

RW dan 4.587 RT. Jumlah penduduk pada Tahun 2011 yaitu 1.865.946 Juta Jiwa dengan pertumbuhan 1,81 %. Bahkan pada 2012, sudah mencapai sekitar 2 ,07 juta jiwa.

Pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang terus menunjukkan tren terus meningkat dari 5,74 % pada tahun 2009 menjadi 7,15 % pada 2011. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan tiga sektor penting yaitu industri, perdagangan dan jasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini:1

Gambar 2

Wajah Kota Tangerang

Sumber: Berdasarkan data Humas Kota Tangerang

1. Visi dan Misi Kota Tangerang

1


(46)

a. Visi Kota Tangerang

Visi dari suatu daerah selalu mengalami proses yang panjang dan telaahan yang mendalam dari berbagai pihak terkait (stakeholders). Sedangkan visi itu sendiri merupakan suatu cara pandang ke masa depan yang mengilhami setiap tindakan secara emosional dan memotivasi secara positif untuk mencapai kondisi yang diinginkan di masa mendatang.

Pengembangan Kota Tangerang dengan melihat kondisi dan potensi-potensi yang ada maka diformulasikan Visi Kota Tangerang, yaitu :

Kota Tangerang Sebagai Kota Industri, Perdagangan Dan Permukiman Yang Ramah Lingkungan Dalam Masyarakat Yang Berakhlak Mulia

Penjelasan dari Visi Kota Tangerang adalah sebagai berikut : 1) Kota Industri dan Perdagangan

Kota Tangerang secara spasial berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan menjadi bagian dari pengembangan metropolitan Jabodetabek, serta menjadi pintu gerbang bagi masuknya pergerakan orang, barang dan jasa ke Propinsi Banten. Kondisi inilah yang menjadikan Kota Tangerang memiliki letak strategis yang memberikan keuntungan tersendiri bagi perkembangan pembangunan Kota Tangerang. Dukungan aksesibilitas yang baik, ketersediaan sarana dan prasarana, kemudahan berinvestasi, kondisi lingkungan yang kondusif menjadikan Kota Tangerang memiliki prospek yang cerah dan menjanjikan sebagai lokasi pengembangan berbagai kegiatan perekonomian perkotaan.


(47)

Kota Tangerang sebagai kota dengan prospek yang cerah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi, secara tidak langsung akan menarik penduduk untuk bermukim di Kota Tangerang. Pelaksanaan pembangunan yang memperhatikan daya dukung lingkungan agar kelestarian lingkungan tetap terjaga akan menciptakan Kota Tangerang selain sebagai lokasi bagi pengembangan berbagai kegiatan usaha, juga merupakan tempat yang ideal dan nyaman sebagai lokasi permukiman. 3) Pembangunan yang Ramah Lingkungan

Kondisi Kota Tangerang yang aman, nyaman dengan masyarakatnya yang agamis, rukun dan toleransi, menjadi fakta utama bagi terlaksananya kesinambungan pembangunan. Peran serta masyarakat serta kondusifnya situasi Kota Tangerang yang didukung dengan kebijakan pembangunan yang memperhatikan aspek lingkungan, menjadikan pelaksanaan pembangunan berjalan berkelanjutan sehingga meningkatkan kualitas kehidupan masyarakatnya, baik secara material maupun non material. 4) Masyarakat yang Berakhlak Mulia

Masyarakat yang berahklak mulia dicerminkan melalui kualitas hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara manusia itu sendiri. Akhlak yang mulia menjadi landasan moral dan etika dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pemahaman dan pengamalan agama secara benar diharapkan dapat mendukung terwujudnya masyarakat Kota Tangerang yang religius, demokratis, mandiri, berkualitas sehat jasmani-rohani, serta tercukupi kebutuhan material-spiritual. 2

2


(48)

b. Misi Kota Tangerang

Secara umum, misi Kota Tangerang dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang harus dilaksanakan agar visi Kota Tangerang dapat direalisasikan dengan baik. Bertolak dari rumusan visi Kota Tangerang tahun 2004-2008 tersebut, maka misi yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi Kota Tangerang adalah :

1) Memulihkan dan mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kota, melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penguatan ekonomi kerakyatan, penyiapan infrastruktur penunjang kegiatan usaha, serta membangun jejaringan bagi penguatan ekonomi daerah.

2) Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pelayanan Publik, melalui pembangunan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kota secara terpadu serta peningkatan pertukaran informasi dan komunikasi sehingga dapat melayani dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

3) Penguatan Tata Kepemerintahan yang Baik, akan dijalankan secara terintegrasi, yang meliputi aspek-aspek sbb :

a) Sumberdaya manusia, kualitasnya aparatur pemerintah dan keselarasan stakeholder dalam berpikir dan bertindak dalam proses pembangunan merupakan kunci sukses pengelolaan kota yang lebih baik. Untuk itu pembangunan SDM tidak hanya bagi aparatur pemerintah namun juga bagi stakeholder utama, yaitu DPRD dan masyarakat. Untuk akan dijalankan upaya-upaya pembangunan SDM (Aparatur Pemda, DPRD, Masyarakat), kesemuanya ini akan meningkatkan kinerja pemerintah sehingga akan tercipta pemerintahan yang baik ( good governance ).


(49)

b) Proses, untuk dapat menghasilkan layanan prima dengan tetap membangun dan menjalin hubungan dengan pelanggan (komersial dan publik) maka perlu dilakulkan restrukturisasi organisasi dan sistem manajemen kepemerintahan, termasuk menjalankan prinsip-prinsip

good governance serta terciptanya Akuntabilitas Manajemen Keuangan dan Sumberdaya Daerah.

c) Sarana dan prasarana, untuk dapat menghasilkan layanan yang optimal bagi masyarakat maupun kalangan usaha, maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang handal sehingga dapat terpenuhinya kualitas layanan yang bermutu, tepat waktu, dengan biaya yang murah serta dengan tetap menjaga terjalinnya hubungan baik.

4) Mewujudkan Pembangunan yang Ramah Lingkungan, akan dijalankan melalui pengendalian pencemaran lingkungan dan peningkatan partisipasi masyarakat dunia usaha dan industri dalam memelihara lingkungan.3

2. Nilai Inti Budaya Kota Tangerang

Nilai inti budaya Kota Tangerang merupakan nilai-nilai yang harus dianut dan diterapkan dalam sikap dan perilaku seluruh jajaran aparat pemerintah dan masyarakat Kota Tangerang dalam menjalankan semua kegiatan. Nilai inti budaya tersebut adalah :

a. Inovasi (Innovation)

3


(50)

Kegiatan pembangunan yang inovatif menunjukkan bahwa setiap pelaksanaan pembangunan dapat memberikan kontribusi yang mampu menggerakkam berbagai sektor perekonomian kota (income generation) . Dengan demikian, setiap pelaksanaan pembangunan memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.

b. Kebersamaan (unity)

Kebersamaan pembangunan tidak lepas dari kebersamaan komitmen dari seluruh stakeholder Kota Tangerang yang meliputi pemerintah, swasta, dan masyarakat. Kesepakatan yang terjalin dari seluruh stakeholder ini akan menciptakan hubungan yang harmonis untuk mendukung pelaksanaan pembangunan di Kota Tangerang

c. Profesionalisme (profesionalism)

Kegiatan pembangunan di Kota Tangerang harus didukung oleh aparat-aparat pemerintah yang profesional dan senantiasa memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat Kota Tangerang, dengan didasari prinsip-prinsip good governance. Dengan demikian setiap program/kegiatan pembangunan harus direncanakan dan dilakukan dengan cermat agar mencapai hasil yang maksimal.

d. Akhlak mulia (akhlaqul karimah)

Aparat Pemerintah Kota Tangerang diharapkan dapat melaksanakan tugas keperintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan ketulusan hati. Dengan demikian pelaksanaan tugas sehari-hari dapat menjadi sarana didalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta upaya untuk mendapatkan keridloan Allah SWT.


(51)

Keempat nilai inti budaya Kota Tangerang ini sejalan dengan sepuluh prinsip tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) yang harus dijalankan oleh seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan Pemda Kota Tangerang pada khususnya, yaitu Partisipasi, Penegakan Hukum, Transparasi, Kesetaraan, Daya Tangkap, Wawasan ke Depan, Akuntabilitas, Pengawasan, Efisiensi dan Efektifitas, Profesionalisme.

Keterkaitan secara sinergi antara visi, misi, dan nilai inti budaya pembangunan Kota Tangerang dapat dianalogikan dengan rumah yang memiliki pondasi berupa kerjasama antar stakeholder yang menjunjung tinggi nilai-nilai Akhlakul Karimah dan ditopang oleh pilar berupa nilai-nilai budaya Kota Tangerang yaitu inovasi, kebersamaan, dan profesionalisme untuk mewujudkan visi dan misi Kota Tangerang.4

B. Profil Kelurahan Karawaci Baru

1. Wilayah

Kelurahan : Karawaci Baru

Kecamatan : Karawaci

Kotamadya : Tangerang

Kondisi masyarakat Kelurahan Karawaci Baru yaitu heterogen yang berarti hampir seluruh bangsa yang berada diseluruh Negara Republik Indonesia beraneka ragam pemeluk agama, budaya dan adat istiadatnya berdomisili di Kelurahan Karawaci baru.

4


(52)

Kelurahan Karawaci Baru mempunyai luas wilayah 52 Ha yang dibagi menjadi 10 Rukun Warga (RW) dan sebanyak 59 Rukun Tetangga (RT), dengan batasan – batasan wilayah sebagai berikut :

Sebelah Timur : Kelurahan Nusa Jaya yang dibatasi dengan Jl. Beringin Raya

Sebelah Utara : Kelurahan Cimone

Sebelah Barat : Kelurahan Cibodas Kecamatan Cibodas yang dibatasi oleh Kali Sabi

Sebelah Selatan : Kelurahan Cibodas Sari Kecamatan Cibodas Kondisi Geografis

a. Ketinggian tanah dari permukaan laut : 200 m

b. Banyaknya curah hujan : -

c. Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : -

d. Suhu udara rata –rata : 340C

Orbitasi (Jarak dari Pusat Kecamatan)

a. Jarak ke Ibukota Daerah : 2.5Km

b. Jarak ke Ibukota Provinsi : 65 Km

c. Jarak ke Ibukota Negara : 25 Km

2. Demografi Kelurahan Karawaci Baru


(53)

Laki – laki : 6.242 jiwa

Perempuan : 7.286 jiwa

Seluruh jumlah penduduk di wilayah Kelurah Karawaci Baru adalah 13,528 jiwa.5 Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel 2 jumlah penduduk menurut usia dan jenis kelamin di bawah ini :

Tabel 2

Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin No

.

Usia

Laki-laki Persent ase (%) Perem puan Persent ase (%)

Jumlah Persent ase (%)

1 0 – 3 578 4,3 % 603 4,5 % 1.181 jiwa 8,7 %

2 4 – 6 422 3,1 % 587 4,3 % 1.009 jiwa 7,5 %

3 7 – 12 733 5,4 % 784 5,8 % 1.517 jiwa 11,2 %

4 13 – 15 549 4 % 722 5,3 % 1.271 jiwa 9,4 %

5 16 – 18 516 3,8 % 652 4,8 % 1.168 jiwa 8,6 %

6 19 – 23 568 4,2 % 684 5,1 % 1.252 jiwa 9,3 %

7 24 – 35 1.042 7,7 % 1.458 10,8 % 2.500 jiwa 18,5 % 8 36 – 45 996 7,4 % 1.013 7,5 % 2.009 jiwa 14,8 %

9 46 – 59 523 3,9 % 532 4 % 1.055 jiwa 7, 8 %

10 60 > 315 2,3 % 251 1,8 % 566 jiwa 4,2 %

Jumlah 6.242 46, 1 %

7.286 53, 9 %

100 % Sumber : Berdasarkan Data dari Kelurahan Karawaci Baru Kota Tangerang

Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa Jumlah penduduk menurut jenis kelamin yang paling tertinggi adalah perempuan usia 24 - 35 tahun berjumlah 10,8 %, sedangkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin yang paling terendah adalah perempuan usia 60 tahun keatas berjumlah 1,8 %, dalam tabel diatas menunjukan bahwa jenis kelamin pada saat lahir ini perlahan menurun sedikit sampai pada golongan-golongan umur muda, dan selanjutnya terus menurun drastis pada golongan-golongan umur tua.

5

Data berikut berdasarkan Laporan Bulanan kegiatan Kelurahan Karawaci Bari Kecamatan Karawaci Kota Tangerang (Maret 2013)


(54)

Dilihat dari jumlah penduduk menurut agama, mayoritas penduduk Kelurahan Karawaci Baru adalah Agama Islam, hal ini dibuktikan dengan adanya tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3

Jumlah Penduduk Menurut Agama

No. Agama Jumlah Persentase (%)

1. Islam 11.432 orang 84,5 %

2. Kristen Protestan 782 orang 5,8 %

3. Katholik 485 orang 3,6 %

4. Hindu 14 orang 0,1 %

5. Budha 815 orang 6 %

Jumlah 13.528 orang 100 %

Sumber : Berdasarkan Data dari Kelurahan Karawaci Baru Kota Tangerang

Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa Jumlah penduduk menurut Agama yang paling tertinggi adalah Agama Islam sebesar 84,5% sedangkan jumlah penduduk menurut Agama yang paling terendah adalah perempuan Agama Hindu yaitu sebesar 0,1 %. 6

C. Gambaran Umum Program 1000 Posyandu

Berawal dari banyaknya permintaan masyarakat kota tangerang tentang kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang dekat dan murah membuat Pemerintah Kota Tangerang mencanangkan program 1000 posyandu. Tujuan utama program ini adalah “Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang optimal serta terjangkau oleh masyarakat”. Seperti yang dikatakan dalam wawancara peneliti dengan Lurah Karawaci Baru :

6


(55)

“Tujuan umum dari program 1000 posyandu adalah Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Optimal serta Terjangkau oleh Masyarakat”7

Program 1000 posyandu adalah program pembangunan pelayanan kesehatan yang bertujuan agar masyarakat Kota Tangerang mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan terjangkau. Program 1000 posyandu pada dasarnya hanyalah slogan dari program pembangunan posyandu karena sebenarnya posyandu yang dibutuhkan adalah 1. 042 posyandu di seluruh wilayah yang ada di Kota Tangerang8.

Tidak adanya data fisik berupa gambaran umum seperti, latar belakang dan tujuan umum program, untuk itu penulis lebih menggunakan data – data yang penulis dapatkan. Data ini penulis dapatkan berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada seksi Dinas Kesehatan, Lurah Karawaci Baru, dan beberapa Kader Posyandu serta beberapa ibu – ibu balita dan diuji keabsahannya, seperti wawancara penulis kepada Pak Sutanto seksi bagian Binkesmas Dinas Kesehatan Kota Tangerang:

“Berawal dari banyaknya permintaan masyarakat serta tingginya kebutuhan pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas, Pemerintah kota Tangerang telah menetapkan kebijakan program pembangunan yang di beri slogan Program 1000 Posyandu. Pemerintah Kota Tangerang berharap dengan adanya pembangunan 1000 posyandu dapat memberdayakan masyarakat dibidang kesehatan serta dapat mengembangkan potensi masyarakat agar masyarakat mendapatkan kualitas hidup yang baik.”9

Program 1000 posyandu membuat masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal dan mampu mengembangkan potensi di lingkungan mereka masing-masing. Di Kelurahan Karawaci Baru program ini telah sedikit demi sedikit

7

Wawancara peneliti dengan Bapak Achamd Suhaely (Lurah Karawaci Baru), pada tanggal 3 Mei 2013

8

Data yang didapat berdasarkan wawancara peneliti dengan Bapak Sutanto selaku seksi bagian Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Tangerang

9

Wawancara peneliti dengan Bapak Sutanto (Seksi Bagian Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Tangerang ) pada tanggal 24 April 2013


(56)

meningkatkan kesadaran warga dan membantu warga dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang baik. Bukan hanya itu dengan adanya program 1000 posyandu ini masyarakat juga menjadikan sarana posyandu sebagai tempat terlaksananya kegiatan – kegiatan tambahan. Adapun kegiatan – kegiatan yang ada di posyandu setelah dibangunnya fasilitas sarana dan prasarana adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan gigi dan kandungan secara gratis,

2. Penyuluhan – penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang,

3. Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) yang dilaksanakan 3 hari dalam seminggu,

4. Senam jantung untuk manula, 5. Senam aerobik untuk usia muda,

6. Kegiatan Bank Sampah yang diadakan seminggu sekali dan, 7. Pelatihan kesenian musik seperti Marawis dan Qosidah

Pemerintah Kota Tangerang berharap dengan difasilitasinya sarana dan prasarana masyarakat dapat berkembang dan menggunakan sarana fisik dengan sebaik-baiknya serta dapat memperbaiki perekonomian di wilayah mereka masing- masing.


(57)

BAB IV

ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

A. Pelaksanaan Program 1000 Posyandu di Kelurahan Karawaci Baru

Secara umum, kegiatan yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang di wilayah penelitian yaitu program 1000 posyandu yang merupakan program pembangunan posyandu sebagai pelayanan kesehatan terdekat di sekitar masyarakat. Dalam program 1000 posyandu masyarakat diberi ruang untuk menciptakan kehidupan yang berkualitas baik dalam kehidupannya khususnya kesehatannya. Secara konseptual, pelaksanaan dalam program 1000 posyandu diharapkan mampu memberikan dampak postif dikarenakan mekanisme kerja melibatkan masyarakat secara langsung. Minimnya informasi fisik yang penulis dapatkan, penulis menganalisa pelaksanaan program 1000 posyandu di Kelurahan Karawaci Baru berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis kepada pihak terkait dengan acuan tahapan pemberdayaan menurut Isbandi Rukminto Adi, yang masuk dalam suatu pelaksanaan program 1000 posyandu di Kelurahan Karawaci Baru tersebut antara lain :

1. Tahap Persiapan (Enggagement)

Pada tahap persiapan ini didalamnya sekurang-kurangnya ada dua tahap yang harus dikerjakan yaitu: 1) Penyiapan Petugas, ini terutama diperlukan untuk menyamakan persepsi antar anggota tim agen perubahan (change agent) mengenai pendekatan apa yang akan di pilih dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, dan 2) Penyiapan Lapangan, dikenal juga dengan tahap enggagement, petugas pada awalmya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan


(58)

sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal. Adapun tahapan persiapan yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang yaitu:

Kegiatan yang pertama dilakukan oleh Pemerintah yaitu kegiatan penyiapan petugas : pada awal sebelum dilaksanakannya program, Pemerintah Kota Tangerang membagi petugas kedalam 3 kelompok, Pertama, untuk kegiatan pembangunan sarana dan penyedian prasarana Pemerintah Kota Tangerang memilih Dinas Tata Kota, Kedua, untuk pelayanan kesehatan diserahkan kepada Dinas Kesehatan dan yang Ketiga untuk Pemberdayaan Masyarakat di serahkan kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB). Berikut hasil wawancara peneliti dengan Pak Sutanto seksi BINKESMAS Dinas Kesehatan Kota Tangerang:

“ Pelaksanaan program 1000 posyandu ini yang bertanggung jawab untuk pembangunan sarana dan prasarananya dari Dinas Tata Kota, kalau kami bertanggung jawab disetiap kegiatannya seperti memantau perkembangan gizi bayi dan balita, ibu hamil dan nifas, serta pemberian penyuluhan. Dan yang bertanggung jawab dalam pemberdayaan keluarga dan masyarakat yaitu BPMKB”1

Wawancara dengan pak Erik bagian pelaksanaan program 1000 posyandu Dinas Tata Kota Tangerang:

“ Untuk pelaksanaan program 1000 posyandu, Dinas Tata Kota bertanggung jawab dalam pembangunan gedung dan penyedian prasarananya, untuk kegiatannya sendiri Dinas Kesehatan yang lebih tahu.”2

Kegiatan kedua yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang yaitu kegiatan survei : kegiatan survei dilakukan oleh Dinas Tata Kota setelah adanya surat pengajuan pembangunan sarana posyandu dari setiap Kelurahan yaitu 1 bulan sebelum dilaksanakannya program. Survei yang dilakukan oleh Dinas Tata Kota

1

Wawancara pribadi dengan Bapak Sutanto (Bagian BINKESMAS Dinas Kesehatan Kota Tangerang ) pada tanggal 24 April 2013

2

Wawancara pribadi dengan Bapak Erik (Bagian Pelaksana Pembangunan program 1000 posyandu Dinas Tata Kota) pada tanggal 25 April 2013


(59)

dengan metode rapid view yaitu didampingi oleh berbagai tokoh masyarakat. Pada salah satu Rw yang ada di Kelurahan Karawaci Baru yaitu Rw 04 baru saja selesai dilaksanakan pembanguan sarana dan prasarananya, proses survei di Rw 04 dilakukan pada bulan April 2013 yang didampingi oleh Lurah Karawaci Baru dan Ketua Rw 04 serta Kader Posyandu.

Hasil pengamatan singkat menunjukan bahwa Rw 04 Kelurahan Karawaci Baru mempunyai lahan fasos pasum yang terletak di samping Kantor Kelurahan Karawaci Baru. Lahan tersebut terletak ditengah pasar tradisional di Kelurahan Karawaci Baru dan berhadapan dengan gedung olahraga Balai Rakyat, lahan yang akan dijadikan sarana posyandu ditinjau dari ukuran dan di dokumentasikan agar dapat direncanakan danmempersiapkan bentuk yang pas dengan kondisi lahan.

Dinas Kesehatan juga melakukan survei tempat sekaligus mencari tahu apa saja yang dibutuhkan oleh warga pada bulan Juni 2013, secara sekilas kader mempunyai permasalahan sulitnya meyakinkan warga untuk datang ke posyandu guna memeriksa kesehatan balita, ibu hamil serta manula. Serta kebutuhan akan pemeriksaan kesehatan yang lebih komplit seperti pemeriksaan gigi anak, kandungan dan KB

Dengan begitu tahap persiapan yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang, survei dilakukan seluruhnya dengan baik dan dengan adanya survei tersebut mengetahui masalah yang ada pada daerah Kelurahan Karawaci Baru dan bisa meninjau dengan baik apa saja yang terkait dengan kebutuhan lokasi pelayanan kesehatan ini. Adapun wawancara peneliti dengan bapak Ahmad Suhaely Lurah Karawaci adalah sebagai berikut:


(60)

“ Setelah Dinas Tata Kota, pihak Dinas Kesehatan juga survei ke para kader untuk tahu lebih jelas apa saja yang warga butuhkan”3

2. Tahap Pengkajian (Assessment)

Tahap inidilakukan dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien. Dalam melakukan tahapan ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar – benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Pada proses ini dapat pula menggunakan teknik SWOT dengan melibatkan kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman. Dalam hal ini Kelurahan Karawaci Baru melakukan kajian kebutuhan (need assesment) yang dilakukan sejak pertama kali dilakukan survei awal dan terus dilakukan secara priodik untuk memperoleh gambaran terkini kondisi wilayah yang menjadi lokasi sarana pelayan kesehatan masyarakat.

Materi kajian diantaranya adalah untuk melihat aspek internal dan eksternal yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan program 1000 posyandu. Aspek internal yang dikaji diantaranya meliputi kekuatan dan kelemahan yang dinilai dapat memperkuat dan memperlemah pelaksanaan program, sedangkan aspek eksternal diantaranya meliputi peluang dan ancaman yang dapat menambah dan menghambat keberhasilan program. Hasil kajian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang sering disebut komponen SWOT ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

3

Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Suhaely (Lurah Karawaci Baru) pada tanggal 3 Mei 2013


(1)

Harapan saya sih, semoga bisa terus ada kegiatannya dan malah harusnya nambah, hehehe. Biar tambah kumplit kan jadinya ga perlu khawatir sama kesehatan anak, ahlinya dah dateng sendiri buat meriksa.


(2)

Nama : Anah

Jabatan : Ibu Balita

Tempat wawancara : Rumah Ibu Anah Waktu wawancara : 18 Mei 2013

1. Apa yang ibu ketahui tentang kegiatan posyandu?

Kegiatan posyandu ada penimbangan, KB, Penyuluhan-penyuluhan kesehatan dll.

2. Bagaimana menurut ibu dengan kegiatan tersebut?

Bermanfaat banget buat saya, saya punya anak kan beda nya 1 tahun karena sibuk ngurus anak yang kecil yang gedenya jadi kurang saya perhatiin, pas saya ke posyandu ternyata anak saya yang gede kurang gizi makanya saya diberikan penyuluhan sama kadernya dan juga dikasih motivasi sama bu Lurah supaya rajin bawa anak saya ke posyandu.

3. Kapan saja ibu mengikuti kegiatan posyandu? Sebulan sekali setiap ada kegiatan posyandu.

4. Bagaimana pelayanan kader dalam pelaksanaan kegiatan?

Kadernya baik-baik kok, teliti, ramah juga. Saya jadi ngerasa dibimbing bukan digurui.

5. Apa manfaat yang ibu dapatkan dari kegiatan tersebut?

Anak saya sekarang jadi gemuk mba, karena dipantau terus gizinya sama kader. Saya jadi ga pernah alfa ke posyandu, hehe.

6. Apa harapan ibu dari kegiatan yang ada diposyandu?

Harapan saya, semoga kegiatannya terus berlanjut dan tambah kumplit sih, dah itu aja harapannya.


(3)

Nama : Kurniasih

Jabatan : Ibu hamil

Tempat wawancara : Posyandu Rw. 08 Waktu wawancara : 16 Mei 2013

1. Apa yang ibu ketahui tentang kegiatan posyandu?

Kegiatan posyandu ya penimbangan, KB, pemeriksaan ibu hamil & nifas, penyuluhan kesehatan.

2. Bagaimana menurut ibu dengan kegiatan tersebut?

Bagus kok, saya juga suka sebulan sekali ke posyandu buat meriksa kehamilan, sama kok kaya puskesmas karna dokternya juga emang dari puskesmas. Kalau saya perlu di rongen saya dirujuk ke puskesmas atau RS. Umum, karna dapet rujukan gratis jadinya.

3. Kapan saja ibu mengikuti kegiatan posyandu? Sebulan sekali neng.

4. Bagaimana pelayanan kader dalam pelaksanaan kegiatan?

Baik, kadernya pada teliti ramah juga, makanya saya lebih seneng meriksa di posyandu sambil becanda-becanda sama kadernya kalau dibandingin puskesmas lebih nyaman di posyandu.

5. Apa manfaat yang ibu dapatkan dari kegiatan tersebut?

Saya diperhatiin terus sama kadernya jadi saya juga ga khawatir sama kehamilan saya apalagi ini anak pertama ya, alhamdulillah anak sehat. Itu sih manfaat yang saya dapet.

6. Apa harapan ibu dari kegiatan yang ada diposyandu?

Semoga terus ada deh, terus semangat para kadernya dan ga bosen-bosen ngejalanin kegiatannya kadang-kadangkan balita dan ibu-ibunya suka pada bawel dan ribet. Heheh. Semoga juga Pemerintah terus ngadain program yang bermanfaat buat warganya.


(4)

Nama : Dewi Wahyudi

Jabatan : Ibu Hamil

Tempat wawancara : Posyandu Rw 10 Waktu wawancara : 18 Mei 2013

1. Apa yang ibu ketahui tentang kegiatan posyandu?

Penimbangan, KB, Pemeriksaan ibu hamil, sama manula juga ya, trus penyuluhan kesehatan deh.

2. Bagaimana menurut ibu dengan kegiatan tersebut?

Bagus kegiatannya, sekarang juga udah mulai lengkap ya, ada pemeriksaan ibu hamil juga, dokternya juga yang mantau langsung jadi ga perlu ke puskesmas. Dokternya kan dah dateng ke posyandu hehe.

3. Kapan saja ibu mengikuti kegiatan posyandu?

Aku ke posyandu sebulan sekali setiap penimbangan. 4. Bagaimana pelayanan kader dalam pelaksanaan kegiatan?

Baik, baik banget, telaten lagi nanganin kita nya, yang namanya ibu hamil kan ya harus hati-hati gitu.

5. Apa manfaat yang ibu dapatkan dari kegiatan tersebut?

Manfaatnya aku dapet pelayanan kesehatan dari warga sini sendiri, jadi lebih nyaman dan lebih deket sama kadernya.

6. Apa harapan ibu dari kegiatan yang ada diposyandu?

Harapan ya supaya pelayanannya lebih lengkap lagi, syukur-syukur jadi kaya rumah sakit, hahah. Jadi kan enak gratis terus.


(5)

Nama : Sopiah

Jabatan : manula

Tempat wawancara : Rumah ibu Sopiah Waktu wawancara : 18 Mei 2013

1. Apa yang ibu ketahui tentang kegiatan posyandu?

Penimbangan, KB, penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan buat manula, ibu hamil sma balita.

2. Bagaimana menurut ibu dengan kegiatan tersebut?

Bagus, ibu kan suka nensi juga di posyandu tapi sekarang kadernya yang suka kerumah.

3. Kapan saja ibu mengikuti kegiatan posyandu?

Kalau lagi ngerasa sakit kepala banget ibu suka manggil kader buat nensi neng. Kadang suka langsung diajak ke puskesmas sama kadernya karna takut ibu kenapa-kenapa gitu ya. Paling ibu suka ikut senam jantung sehat setiap minggu pagi di posyandu.

4. Bagaimana pelayanan kader dalam pelaksanaan kegiatan?

Baik banget ramah lagi neng. Sabar gitu ya sama ibu yang udah tua gini. Hehe. Cepet lagi pelayanannya kalau ibu panggil.

5. Apa manfaat yang ibu dapatkan dari kegiatan tersebut?

Ibu jadi ga khawatir kalau kenapa-kenapa neng, dah ada yang merhatiin kesehatan ibu.

6. Apa harapan ibu dari kegiatan yang ada diposyandu?

Pemerintah lebih sering-sering deh ada program kaya gini, buat warga yang susah jadi lebih mudah dapet pelayanan kesehatannya.


(6)

Nama : Ibu Joko

Jabatan : manula

Tempat wawancara : Rumah Ibu Joko Waktu wawancara : 18 Mei 2013

1. Apa yang ibu ketahui tentang kegiatan posyandu?

Penimbangan Bayi dan Balita, Pemeriksaan Kesehatan dan KB. 2. Bagaimana menurut ibu dengan kegiatan tersebut?

kegiatannya bagus apalagi sekarang mah posyandu jadi banyak kegiatan selain kegiatan penimbangan ya, ibu suka ikut senam jantung sehat juga soalnya. Kalau lagi ngerasa pusing juga suka ke posyandu minta di tensi. 3. Kapan saja ibu mengikuti kegiatan posyandu?

Kalau senam dua minggu sekali, setiap rabu sore sama minggu pagi 4. Bagaimana pelayanan kader dalam pelaksanaan kegiatan?

Pelayanannya baik, ramah, kekeluargaan juga kader-kadernya kalau ngelayanin ibu-ibu yang sudah tua tuh telaten banget, sabar banget.

5. Apa manfaat yang ibu dapatkan dari kegiatan tersebut?

Manfaatnya dari ikut senam sih ya seger terus badan neng, trus kalau lagi kenapa-kenapa ga perlu jauh-jauh minta tolongnya.

6. Apa harapan ibu dari kegiatan yang ada diposyandu?

Ibu sih berharap ada terus kegiatannya jangan sampe berhenti pokoknya.


Dokumen yang terkait

Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Sunter Jaya

0 9 81

Dampak Program Cahaya 1000 Desa Al-Azhar Peduli Ummat Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Dusun Mekar Asih Desa Pamoyanan Kecamatan Cibinong Kabupaten Cianjur Selatan

0 3 158

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (PPMK) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

3 32 67

Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) sebagai Alternatif Pilihan Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin di DKI Jakarta

0 14 174

Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) sebagai Alternatif Pilihan Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin di DKI Jakarta

0 4 164

PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (COMMUNITY DEVELOPMENT) MELALUI PELATIHAN BAHASA PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (COMMUNITY DEVELOPMENT) MELALUI PELATIHAN BAHASA INGGRIS OLEH DINAS PARIWISATA PROPINSI DIY BAGI MASYARAKAT DI DESA

0 3 9

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)MANDIRI KELURAHAN WONOREJO KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA (Studi Tentang Program Pendidikan Non Formal).

0 0 21

PEMBERDAYAAN EKONOMI MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP) KELURAHAN KESTALAN DI KOTA SURAKARTA.

0 0 16

Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Perpustakaan Kelurahan di Kelurahan Panularan Kota Surakarta

0 0 198

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DI KELURAHAN LONTAR BARU KOTA SERANG - FISIP Untirta Repository

0 1 69