44
harga dari spesificgravityberkisar 0,7894. Specific gravity merupakan harga relatif dari densitas suatu bahan terhadap air.Pada gambar 4.4memperlihatkan pengaruh
konsentrasi ragi dan waktu fermentasi pembuatan bioetanol dari biji nangkaterhadap spesific gravitybioetanol [27].
Gambar 4.4 Pengaruh Konsentrasi Ragi dan Waktu Fermentasi Terhadap spesific gravity
Gambar 4.4memperlihatkanspesific gravitybioetanol diperoleh0,959- 0,975 dimana spesific gravity tersebut belum sesuai dari spesific gravitybioetanol
absolut yaitu 0,7894[15]. Spesific gravity yang lebih tinggi akan menyebabkan etanol sulit menyala, sehingga kualitas dari etanol tersebut rendah karena etanol
yang dihasilkan masih bercampur dengan air.
4.5 PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP NILAI KALOR
Nilai kalor merupakan jumlah energi kalor yang dilepaskan bahan bakar pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang ada pada bahan baku
tersebut [21]. Pada gambar 4.5 memperlihatkan pengaruh konsentrasi ragi dan waktu fermentasi terhadap nilai kalor bioetanol.
0,950 0,955
0,960 0,965
0,970 0,975
0,980
2 3
4
S p
es if
ic G raf
it y
Waktu hari
konsentrasi 3 konsentrasi 6
konsentrasi 9
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 4.5 Pengaruh Konsentrasi Ragi dan Waktu Fermentasi Terhadap Nilai Kalor
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa dari semua variasi yang meningkat dan mencapai titik maksimum pada hari ke 3 dengan penambahan ragi 9 yaitu
196,899 kkalgr dan pada hari ke 4 mengalami penurunan dengan penambahan ragi 9 yaitu 118,094 kkalgr. Semakin lama fermentasi berlangsung maka
jumlah mikroba yang dibutuhkan dalam proses tersebut juga akan semakin bertambah, sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah mikroba maka
semakin banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi alkohol, sehingga alkohol yang dihasilkan juga semakin banyak dan dalam hal ini yang perlu diperhatikan
juga adalah proses destilasinya karena memiliki hubungan dengan jumlah etanol yang dihasilkan. Namun nilai kalor tersebut belum maksimal dari nilai kalor
bioetanol absolut yaitu sebesar 3000 kkalgr. Hal ini menunjukkan bahwa etanol yang dihasilkan masih belum murni karena masih bercampur dengan air pada
proses destilasi yang masih kurang maksimal [21] .
4.6 PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP INDEKS BIAS BIOETANOL
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat cahaya. Pengujian indeks bias sampel
50.000 100.000
150.000 200.000
250.000
2 3
4
N ila
i K a
lo r
k k
a lg
r
Waktu hari
konsentrasi 3 konsentrasi 6
konsentrasi 9
Universitas Sumatera Utara
46
dilakukan menggunakan alat refraktometer, pengujian indeks bias dilakukan untuk setiap sampel hasil pengolahan dan etanol teknis [13]. Pembiasan itu sendiri
terjadi akibat perubahan kecepatan cahaya yang melewati 2 media yang berbeda, semakin tinggi nilai indeks bias maka konsentrasi larutan semakin tinggi [13].
Gambar 4.6 memperlihatkan pengaruh konsentrasi ragi dan waktu fermentasi terhadap indeks bias bioetanol pada pembuatan bioetanol dari biji nangka.
Gambar 4.6 Pengaruh Konsentrasi Ragi dan Waktu Fermentasi Terhadap Indeks Bias Bioetanol
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa indeks bias bioetanol, untuk lama waktu fermentasi 3 hari dengan konsentrasi 3 yaitu 1,34792, mengalami peningkatan
pada penambahan ragi 6 yaitu 1,34835 dan mengalami peningkatan pada penambahan ragi 9 yaitu 1,34942. Hasil indeks bias yang terbaik ditunjukkan
pada hari ke 3 dengan konsentrasi ragi 9 yaitu 1,34942. Selain itu dapat diketahui juga semakin lama waktu fermentasi, maka kadar
indeks bias akan semakin meningkat sampai batas waktu tertentu dan kemudian akan menurun [25]. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakanbahwa, semakin
lama fermentasi berlangsung maka jumlah mikroba yang dibutuhkan dalam proses tersebut juga akan semakin bertambah, sehingga dengan semakin meningkatnya
1,3455 1,3460
1,3465 1,3470
1,3475 1,3480
1,3485 1,3490
1,3495 1,3500
2 3
4
In d
ek s B
ias
Waktu hari
konsentrasi 3 konsentrasi 6
konsentrasi 9
Universitas Sumatera Utara
47
jumlah mikroba maka semakin banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi alkohol, sehingga alkohol yang dihasilkan juga semakin banyak. Proses ini akan
terhenti jika kadar alkohol sudah meningkat sampai tidak dapat ditolerir lagi oleh mikroba[25].
4.7 HASIL VOLUME BIOETANOL MURNI