28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisika, Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan dan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.
3.2 BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1
Biji Nangka 2
Ragi Saccharomyces cereviceae 3
H
2
SO
4
5 dari jumlah volume aquadest 4
NaOH 5 dari jumlah volume aquadest 5
Aquadest
3.2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1.
Alumunium Foil 2.
Corong Gelas 3.
Beaker Glass 500 ml, 100 ml 4.
Erlenmeyer 250 ml 5.
Gelas Ukur 100 ml, 1000 ml 6.
Piknometer 10 ml 7.
Ayakan mesh 50 8.
pH Meter 9.
Neraca Analitik digital 10.
Blender 11.
Pengukus 12.
Saringan 13.
Kaca Arloji
Universitas Sumatera Utara
29
14. Batang Pengaduk
15. Spatula
16. Thermometer
17. Pipet Tetes
18. Peralatan Destilasi 1 set lengkap
19. Peralatan Indeks Bias 1 set lengkap
20. Satu unit alat GC
3.3 PROSEDUR PENELITIAN 3.3.1 Pembuatan Tepung Biji Nangka
1. Sebanyak 10 kg biji nangka dicuci bersih.
2. Biji nangka dimemarkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama 2
hari 3.
Pisahkan kulit ari dari biji nangka dengan cara dikupas. 4.
Hasil pengeringan kemudian dihaluskan dengan mesin penggiling dan diayak dengan ayakan 50 mesh hinga diperoleh tepung biji nangka.
3.3.2 Tahap Persiapan Bahan Fermentasi
1. Ditimbang sebanyak 100 gr tepung biji nangka. 2. Dimasukkan ke dalam beker gelas ukuran 500 ml.
3. Ditambahkan aquadest sebanyak 250 ml. 4. Ditambahkan H
2
SO
4
5 dari jumlah volume aquadest sampai pH 2,3. 5.Campuran dipanaskan di dalam panci pengukus sambil diaduk-aduk
selama 30 menit pada suhu 93-95
o
C.
3.3.3 Tahap Fermentasi
1. Campuran didinginkan pada suhu kamar.
2. Ditambahkan aquadest sebanyak 110 ml dan disaring hingga tidak ada
ampas dalam larutan hasil hidrolisis. 3.
Cek pH dengan pHmeter sampai pada 4,5 jika larutan terlalu asam atau pH menurun maka ditambahkan larutan Natrium hidroksida.
Universitas Sumatera Utara
30
4. Ditambahkan ragi Saccaromycess cereviceae masing-masing sebanyak
3 dari berat bahan. 5.
Campuran diaduk rata, kemudian ditutup dalam wadah fermentasi. 6.
Campuran disimpan dan dibiarkan pada temperatur kamar dengan waktu 2, 3 dan 4 hari.
7. Prosedur diulangi untuk perlakuan massa ragi 6 dan 9 dari massa
bahan.
3.3.4 Tahap Destilasi
1. Peralatan destilasi dirangkaikemudian hasil fermentasi dimasukkan ke dalam labu leher tiga.
2. Ditambahkan 50 ml aquadest lalu di aduk rata. 3. Larutan dipanaskan hingga suhu mencapai 80
o
C 4. Destilat ditampung dan diukur volumenya.
3.3.5 Prosedur Analisa
3.3.5.1 Penentuan Jumlah Bioetanol ml 1.
Destilat hasil destilasi yang ditampung bioetanol diukur dengan menggunakan gelas ukur.
2. Volume dicatat untuk tiap-tiap perlakuan.
3.3.5.2 Penentuan Densitas Bioetanol grml 1.
Periksa keadaan alat lalu disambungkan dengan arus listrik. 2.
Piknometer ditimbang dalam timbangan digital dan dicatat sebagai berat pikno kosong.
3. Kemudian piknometer diisi dengan sampel bioetanol hingga penuh
kemudian timbang kembali dan dicatat sebagai berat pikno berisi. 4.
Kemudian dihitung dengan rumus :
Densitas =
Berat Piknometer +Bioetanol − Berat Piknometer Kosong
Volume Piknometer
5.
Percobaan yang sama dilakukan dengan sampel yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
31
3.3.5.3 Prosedur Analisa Spesific Gravity dan API Gravity
Specific gravity dan API gravity adalah suatu pernyataan yang menyatakan densitas kerapatan atau berat per satuan volume dari suatu
bahan. Hubungan antara specific gravity sg dan API gravity G adalah sebagai berikut:
� = 141,5
�� − 131,5
3.1
�� = 141,5
� + 131,5 3.2
Besarnya harga dari API gravity berkisar dari 0-100, sedangkan specific gravity merupakan harga relatif dari densitas suatu bahan terhadap air.
Hubungan antara densitas dan specific gravity adalah sebagai berikut: �� =
�������
�� �
3
����������
�� �
3
3.3
3.3.5.4 Menghitung Nilai Kalor NK 1. Nilai kalor dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
�� =
2,2046226 3,9673727
× {18.650 + 40 × � − 10}3.4
NK = Nilai Kalor G = Gravity
2. Dicatat semua nilai kalor yang diperoleh untuk tiap-tiap perlakuan[15].
3.3.5.5Pengujian Indeks Bias
1. Periksa keadaan alat lalu disambungkan dengan arus listrik.
2. Tetesi 2 tetes bioetanol diatas kaca pada alat, kemudian diatur
putaran agar tepat pada garis perpotongan.
Universitas Sumatera Utara
32
3. Dicatat hasil indeks biasnya.
Percobaan yang sama dilakukan dengan sampel yang berbeda
3.3.5.6 Uji Kualitatif
a. Uji dengan larutan K
2
Cr
2
O
7
danH
2
SO
4
Prosedur Kerja : 1.
Persiapan bahan dan alat yang ingin digunakan pada saat analisa. 2.
Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 ml K
2
Cr
2
O
7
2 dan tambahkan 5 tetes H
2
SO
4
pekat. 3.
Tabung reaksi digoyangkan hingga larutan homogen. 4.
Ditambahkan 1 ml sampel bioetanol kedalam tabung rekasi yang telah homogen.
5. Diamati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi.
6. Reaksi positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari jingga ke
hijau. b.
Uji dengan larutan KMnO
4
Prosedur Kerja: 1.
Persiapan bahan dan alat yang ingin digunakan pada saat analisa. 2.
Dimasukkan kedalam tabung reaksi ½ spatula KMnO
4.
3. Dilarutkan dengan 5 ml aquadest hingga larutan homogen.
4. Dipipet 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi.
5. Diamati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi.
6. Reaksi positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari ungu ke
ungu tua mendekati hitam. c.
Uji Bakar Prosedur Kerja:
1. Persiapan bahan dan alat yang ingin digunakan pada saat uji nyala.
2. Diambil 1ml sampel kedalam beker glass yang steril.
3. Direndam tissu kedalam beker glass yang berisi sampel.
4. Tissu dibakar dan amati warna api yang menyala.
5. Pada uji nyala api yang bewarna biru menandakan adanya kadar etanol
dalam sampel.
Universitas Sumatera Utara
33
3.3.5.7 Analisis Kadar Bioetanol dengan Metode Berat Jenis 1.
Nilai densitas yang diperoleh sebelumnya di sesuaikan pada tabel [15]. 2.
Kadar etanol dihitung dengan menginterpolasi data densitas dan kadar etanol pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Konversi Berat Jenis - Kadar Etanol [18]
Kadar Larutan Etanol
Berat Jenis Larutan Etanol Pada suhu
30
o
C grml
Kadar Larutan Etanol
Berat Jenis Larutan Etanol
Pada suhu 30
o
C
grml 0,99568
25 0,95607
1 0,99379
26 0,95442
2 0,99194
27 0,95272
3 0,99014
28 0,95098
4 0,98839
29 0,94922
5 0,98670
30 0,94741
6 0,98507
31 0,94557
7 0,98347
32 0,94370
8 0,98189
33 0,94180
9 0,98031
34 0,93986
10 0,97875
35 0,93790
11 0,97723
36 0,93591
12 0,97573
37 0,93390
13 0,97424
38 0,93186
14 0,97278
39 0,92979
15 0,97133
40 0,92770
16 0,96990
41 0,92558
17 0,96844
42 0,92344
18 0,96697
43 0,92128
19 0,96547
44 0,91910
20 0,96395
45 0,91692
21 0,96242
46 0,91472
22 0,96087
47 0,91250
23 0,95929
48 0,91028
24 0,95769
49 0,90805
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 3.2. Tabel Indeks Bias [13]
No. Konsentrasi
vv Indeks bias
1 1.34449
2 10
1.34645 3
20 1.34844
4 30
1.35105 5
40 1.35342
6 50
1.3562 7
60 1.35924
8 70
1,36189 9
80 1,36432
10 90
1,36621 11
99,98 1,36944
Sumber :Laboratorium Operasi Teknik Kimia 2013
Universitas Sumatera Utara
35
3.3.6 FLOWCHART PENELITIAN
1. Flowchart Pembuatan Tepung Biji nangka
Mulai
Dicuci 10 kg biji nangka
Dimemarkan dan di jemur dibawah sinar matahari
Dipisahkan kulit ari dari biji nangka dengan cara di kupas
Digiling dan diayak menjadi tepung
Selesai
Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Tepung Biji Nangka
Universitas Sumatera Utara
36
2. Flowchart Persiapan Bahan Fermentasi
Mulai
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan aquadest Sebanyak 250 ml
Di panaskan dengan penangas air sambil diaduk selama 30 menit pada suhu 93-95
o
C
Didinginkan sampai pada suhu kamar
Selesai Ditimbang tepung biji
nangka sebanyak 100 gr
Ditambahkan H
2
SO
4
5 dari jumlah volume aquadest
sampai pH 2,3
Gambar 3.2 Flowchart Persiapan Bahan Fermentasi
Universitas Sumatera Utara
37
3. Flowchart Proses Fermentasi
Mulai
Ditambahkan ragi saccaromycess cereviceae 3
dari berat bahan Campuran diaduk rata lalu ditutup
set alat fermentasi Disimpan pada suhu kamar selama perlakuan
2, 3 dan 4 hari Diulangi untuk perlakuan massa ragi 6 dan
9
Selesai Cek pH dengan pH meter sampai
pada 4,5 Tambahkan aquadest sebanyak 110
ml dan disaring hingga tidak ada ampas dalam larutan hasil hidrolisis
Gambar 3.3 Flowchart Proses Fermentasi
Universitas Sumatera Utara
38
4. Flowchart Proses Destilasi
Mulai
Cairan hasil fermentasi dimasukkan ke dalam labu destilasi
Dipanaskan hingga mencapai suhu 78-80
o
C
Destilat ditampung
Selesai Dihitung volume bioetanol yang
dihasilkan
Dilakukan analisa Densitas, indeks bias, Spesifik Grafity, Api Gravity G dan
Uji Kualitatif
Gambar 3.4 Flowchart Proses Destilasi
Universitas Sumatera Utara
39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1UJI KUALITATIF
Analisa kualitatif merupakan suatu pemeriksaan atau proses kimia yang menguji adanya ion atau unsur-unsur dalam suatu senyawa, senyawa organik
merupakan golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon [27].
A. Uji Identifikasi Kualitatif dengan K
2
Cr
2
O
7
dan H
2
SO
4
a b
c Gambar A: a Campuran K
2
Cr
2
O
7
dan H
2
SO
4
yang bewarna orange.
a Warna menjadi coklat setelah ditambahkan 1 ml sampel bioetanol.
b Campuran menjadi warna hijau pekat setelah 1 menit
Reaksi : 3C
2
H
5
OH + 2K
2
Cr
2
O
7
+ 8H
2
SO
4
3CH
3
COOH+2Cr
2
SO
4 3
+11H
2
O+ 2K
2
SO
4
Jingga Hijau [27]
Universitas Sumatera Utara
40
B.
Uji Identifikasi Kualitatif dengan KMnO
4
a b
c Gambar B : a Campuran KMnO
4
dengan Aquadest dan H
2
SO
4
yang bewarna ungu muda.
b Warna menjadi ungu tua setelah ditambahkan 1 ml sampel
bioetanol.
c Campuran menjadi warna coklat mendekati hitam.
Reaksi: C
2
H
5
OH + KMnO
4
CH3COOH + MnO
2
Ungu Coklat
[27] teroksidasi
Tereduksi
Universitas Sumatera Utara
41
4.2 PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP PEROLEHAN BIOETANOL
Penelitian ini menggunakan ragi Saccharomyces Cerevisiae dengan variasi 3, 6, 9.Fermentasi merupakan tahap paling kritis dalam produksi etanol, yang
sangat dipengaruhi oleh media, suhu, nutrisi, pH, dan waktu fermentasi. Waktu fermentasi, jika terlalu cepat maka ragi masih dalam massa pertumbuhan sehingga
jumlah alkohol yang dihasilkan relatif sedikit dan jika terlalu lama ragi tidak dapat tumbuh sehingga alkohol yang dihasilkan tidak maksimal [24]. Pada gambar 4.2
memperlihatkan pengaruh konsentrasi ragi fermentasi terhadap jumlah bioetanol murni dari biji nangka.
Gambar 4.2 Pengaruh Konsentrasi Ragi dan Waktu Fermentasi Terhadap Jumlah Bioetanol
Gambar 4.2menunjukkan bahwa volume bioetanol yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar 3,75 ml – 10,9 ml. Seiring bertambahnya konsentrasi ragi
pada proses fermentasi maka volume bioetanol semakin besar. Diperoleh volume bioetanol yang tertinggi yaitu 10,9 ml pada waktu 3 hari dengan konsentrasi ragi
9 sedangkan untuk penambahan ragi 6 dan 3 mengalami penurunan yaitu 8,6 dan 6,2.Volume bioetanol yang diperoleh dari variasi konsentrasi ragi
2 4
6 8
10 12
2 3
4
V ol
u m
e B ioe
tan ol
m l
Waktu hari
konsentrasi 3 konsentrasi 6
konsentrasi 9
Universitas Sumatera Utara
42
fermentasi pada hari ke 2 meningkat dihari ke 3 kemudian menurun pada variasi lama fermentasi hari ke 4.
Pada saat penambahan 9 ragi pada hari ke 2 sampel mengalami pada fase lag yang merupakan penyesuaian mikroba sejak mikroorganisme mengalami
kondisi pertumbuhan dalam lingkungan yang baru. Pada fase ini terjadi pertumbuhan mikroba yang lambat karena sel mempersiapkan diri melakukan
pembelahan dan mengalami masa adaptasi dengan lingkungan.Pada hari ke 3 mikroba mengalami pertumbuhan yang sangat cepat sehingga terjadi pemecahan
gula secara besar-besaran guna untuk memenuhi kebutuhan perrtumbuhan saccharomyces cerevisiae..Enzim invertase yang dihasilkan oleh Saccharomyces
cerevisiaeakan mengubah glukosa menjadi alkohol. Semakin besar konsentrasi ragi dan semakin lama proses fermentasi, maka semakin banyak glukosa yang
dirombak menjadi alkohol.Pada hari ke 3 mikroba mengalami fase statis yaitu laju pertumbuhan seimbang dengan laju kematian dan tidak dapat berubah lagi.Pada
hari ke 4bakteri Saccaromyces Cereviceae mengalami fase pertumbuhan diperlambat atau mengalami fase kematian sehingga aktivitas bakteri untuk
mengubah glukosa semakin menurun [25].Hal ini disebabkan karena jumlah Saccharomyces cereviseae yang ada lebih banyak dibanding nutrisi yang tersedia,
sehingga Saccharomyces cereviseae lebih banyak menggunakan glukosa tersebut untuk bertahan hidup daripada merombaknya manjadi alkohol. Semakin banyak
mikroba yang terdapat di dalamnya, maka semakin besar pula kebutuhannya akan nutrisi, sehingga glukosa yang diuraikan menjadi alkohol akan berkurang, karena
sudah dikonsumsi sebagai nutrisi sebelum dirubah menjadi produk etanol [24].
4.3 PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP DENSITAS BIOETANOL