96
4.7 Diskusi
4.7.1 Perbandingan antara tekanan air pori sebelum konsolidasi dan setelah konsolidasi dari program Metode Elemen Hingga.
Berdasarkan Gambar 4.11 dan 4.12 dapat dilihat bahwa besar nilai tekanan air pori ekses dari Program Metode Elemen Hingga memberikan
hasil yang berbeda antara keadaan plastis dan konsoidasi. Saat plastis besar tekanan air pori ekses adalah 41,96 kNm
2
sedangkan setelah konsolidasi besar tekanan air pori ekses adalah 0,949 kNm
2
. Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa besar tekanan air pori ekses sebelum
konsolidasi lebih besar daripada setelah terjadi konsolidasi. Hal ini dikarenakan sebelum konsolidasi terjadi, tanah dan pori air dan udara
bersama sama menahan beban dari luar sedangkan setelah konsolidasi tanah telah termampatkan dan air telah keluar sehingga yang menahan
gaya luar hanya tanah saja sehingga besarnya tekanan yang dihasilkan tanah untuk menahan gaya luar berkurang.
Gambar 4.11 Excess Pore Pressure Sebelum Konsolidasi
Universitas Sumatera Utara
97 Gambar 4.12 Excess Pore Pressure Setelah Konsolidasi
4.7.2 Perbandingan Daya Dukung Ultimit Sebelum Konsolidasi dan Setelah Konsolidasi
Berdasarkan perhitungan dengan Program Metode Elemen Hingga yang dapat dilihat pada Tabel 4.7 didapatkan besar nilai daya dukung
ultimit yang berbeda antara keadaan sebelum konsolidasi dan setelah konsolidasi. Setelah konsolidasi terjadi peningkatan terhadap daya dukung
tanah, ini terjadi karena tanah yag memampat mempunyai struktur susunan partikelyang lebih rapat dan lebih kokoh.
Tabel 4.7 Daya Dukung dengan Program Plaxis
Q
ult
sebelum konsolidasi Ton
Q
ult
setelah konsolidasi Ton
271,58 285,46
Universitas Sumatera Utara
98
4.7.3 Perbandingan Penurunan etelah Konsolidasi dan Sebelum Konsolidasi Penurunan pondasi dapat ditinjau dalam dua keadaan yakni sebelum dan
sesudah konsolidasi. Saat tiang baru selesai di pancang maka akan terjadi penurunan yang besar sehingga bangunan yang direncanakan di atas tiang jangan
langsung di bangun. Setelah proses konsolidasi selesai, partikel tanah telah rapat, air dan udara telah keluar sehingga penurunan yang terjadi akan lebih kecil dan
daya dukung ultimit telah konstan. Dari hasil perhitungan dengan program Metode Elemen Hingga didapat hasil penurunan sebelum konsolidasi lebih besar
dibandingkan setelah konsolidasi, dapat dilihat pada Gambar 4.13 dan 4.14.
Gambar 4.13. Penurunan Tanah Sebelum Konsolidasi
Universitas Sumatera Utara
99 Gambar 4.14. Penurunan Tanah Setelah Konsolidasi
4.7.4 Penurunan Perlapisan Tanah
Gambar 4.15 Titik Peninjauan Penurunan Lapisan Tanah A
B C
D E
F G
H
Universitas Sumatera Utara
100
Pada Tabel 4.8 dapat dilihat hasil perhitungan penurunan yang terjadi setiap lapisan tanah :
Tabel 4.8 Penurunan yang Terjadi Pada Setiap Lapisan Tanah
Lapisan Penurunan
mm Konstribusi
penurunan mm
Waktu hari
A 11,42
0,42 7,69
B 11
1,51 7,69
C 9,48
0,98 7,69
D 8,50
1,41 7,69
E 7,09
0,90 7,69
F 8
0,02 7,69
G 7,97
3,21 7,69
H 4,76
2,97 7,69
Total Distribusi Penurunan 11,42
Pengecekan displacement Displacement maksimum akibat transfer beban friksi
= 0,40 x D
tiang
= 0,40 x 600 mm = 2,40 mm
Displacement maksimum akibat transfer beban end bearing = 6 x D
tiang
= 6 x 600 mm = 36 mm
Dalam mekanisme transfer beban, ada dua macam tahanan beban yang dimiliki oleh tiang pancang yaitu tahanan friksi dan tahanan ujung. Saat tiang
diberi beban, maka beban luar mula-mula akan di pikul oleh tahanan friksi dengan penurunan maksimum sebesar 2,40 mm, ketika penurunan yang terjadi lebih besar
maka besar beban yang harus dipikul oleh tahanan friksi telah berlebih sehingga beban akan di transfer ke tahanan ujung. Sedangkan secara keseluruhan
Universitas Sumatera Utara
101
penurunan ijin yang diperbolehkan terjadi akibat tiang menahan beban adalah 25,40 mm 1 inch. Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa penurunan yang terjadi
aman.
Tabel 4.9 Pengecekan Displacement
Lapisan Konstribusi
penurunan mm
Transfer Pembebanan
yang diterima Penurunan
maksimum mm
Keterangan A
0,42 Friksi
2,40 Aman
B 1,51
Friksi 2,40
Aman C
0,98 Friksi
2,40 Aman
D 1,41
Friksi 2,40
Aman E
0,90 Friksi
2,40 Aman
F 0,02
Friksi 2,40
Aman G
3,21 End Bearing
36 Aman
H 2,97
End Bearing 36
Aman Total
11,42 4.7.5 Perbandingan Nilai Daya Dukung Ultimit Aksial dan Penurunan Secara
Analitis dan Metode Elemen Hingga
Tabel 4.10 Nilai Daya Dukung Secara Analitis dari Data Sondir
Kedalaman m
Metode Q
ult
ton Q
a
ton
14 Sondir
S-2 416,36
110,40 S-5
440,86 125,85
SPT BH-II
125,13 50,05
Tabel 4.11 Perbandingan Nilai Daya Dukung Metode Analitis dari Data SPT dan Program Metode Elemen Hingga
Kedalaman m Metode
Q
ult
21 Analitis
275,20 Program Metode Elemen Hingga
285,46
Universitas Sumatera Utara
102 Tabel 4.12 Nilai Penurunan Tunggal Tiang Pancang Secara Analitis
dan Metode Elemen Hingga
Metode S mm
Analitis Penurunan Poulus dan Davis
13,79 Penurunan Elastis
11,50 Metode Elemen Hingga
11,42 Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan hasil yang berbeda-beda dari
setiap metode yang digunakan. Berdasarkan Tabel 4.10 besarnya kapasitas daya dukung dari Sondir jauh lebih besar dibandingkan dari data SPT. Ini
dapat dikarenakan penyelidikan sondir yang tidak terlalu dalam, jenis dan sifat tanah yang berbeda pada jarak yang terdekat sekalipun pada lokasi
penyelidikan bisa menyebabkan perbedaan kepadatan tanah sehingga mempengaruhi daya dukung tiang. Sedangkan Pada Tabel 4.11 dapat dilihat
nilai Q
u
yang diperoleh dengan metode SPT dan Metode Elemen Hingga hasilnya mendekati, sehingga hasil ini cukup dapat dipercaya.
Pada Tabel 4.12 hasil perhitungan penurunan dengan ketiga metode yang berbeda didapat hasil yang mendekati dan dibandingkan dengan
penurunan ijin sebesar 25 mm maka penurunan dari ketiga metode tersebut aman.
Universitas Sumatera Utara
103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN