20
sempurna, maka ke dua ujung tiang pancang yang diberi plat harus benar- benar tanpa rongga. Pengelasan harus dilakukan dengan teliti karena
kecerobohan dapat berakibat fatal, yaitu beban tidak tersalur sempurna. 8.
Pemancangan tiang dilakukan hingga tercapai daya dukung desain tiang. 9.
Setelah satu titik selesai pindah ke titik lainnya.
2.4 Kapasitas Daya Dukung Ultimate Tiang Pancang
Kapasitas daya dukung ultimate menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat pembebanan yaitu tahanan geser yang dapat
dikerahkan oleh tanah disepanjang bidang-bidang gesernya Hardiyatmo, Hary Christady,2011.
Perancangan pondasi harus mempertimbangkan adanya keruntuhan geser dan penurunan yang berlebih. Untuk itu, perlu dipenuhi 2 dua kriteria, yaitu:
kriteria stabilitas dan kriteria keruntuhan. Untuk memenuhi stabilitas jangka panjang, perhatian harus diberikan pada
perletakan dasar pondasi. Pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup untuk menanggulangi resiko erosi permukaan, gerusan, kembang susut tanah dan
gangguan yang disekitar pondasi lainnya. 2.4.1 Kapasitas Daya Dukung Aksial Tiang Pancang
a. Kapasitas Daya Dukung Ultimate Tiang Pancang dari Hasil Sondir
Sondir atau Cone Penetration Test CPT ini tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan
pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah dasar. Didalam perencanaan
Universitas Sumatera Utara
21
pondasi tiang pancang pile, data tanah sangat diperlukan guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang.
Untuk menghitung daya dukung ultimit tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian Sondir dapat dilakukan dengan menggunakan :
1.
Metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan persamaan : Q
ult
= q
c
x A
p
+ JHL x K 2.3
Dimana : Q
ult
= kapasitas daya dukung ultimit tiang pancang tunggal kg q
c
= tahanan ujung sondir kgcm
2
A
p
= luas penampang tiang cm
2
JHL = Jumlah Hambatan Lekat kgcm
K = keliling tiang cm
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan persamaan : Q
ijin
=
3
+
5
2.4 Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik :
� = ×
2.5 Daya dukung ijin tarik :
=
� 3
2.6 Daya dukung terhadap kekuatan bahan :
= �
× 2.7
Dimana : Q
ijin
= kapasitas daya dukung ijin pondasi kg q
c
= tahanan ujung sondir kgcm
2
Universitas Sumatera Utara
22
A
p
= luas penampang tiang cm
2
JHL = Jumlah Hambatan Lekat kgcm
K = keliling tiang cm
� = daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik kg = kekuatan yang diijinkan pada tiang kg
� = tegangan tekan ijin bahan tiang kgcm
2
,untuk beton=500kgcm
2
b. Kapasitas Daya Dukung Ultimate Tiang Pancang Dari Hasil SPT
Untuk menghitung daya dukung ultimit pondasi tiang pancang berdasarkan data SPT dapat digunakan metode Meyerhoff, adapun rumus yang
dapat digunakan antara lain : 1.
Kapasitas daya dukung pondasi tiang pada tanah non kohesif pasir dan kerikil
Gambar 2.3 Nilai N
-SPT
untuk Desain Tahanan Ujung Tanah Pasiran
1 Daya dukung ujung pondasi tiang
Q
p
= 40 x N
b
x A
p
2.8 Dimana :
� = �
1
+ �
2
2
Universitas Sumatera Utara
23
N
1
= nilai SPT pada kedalaman 10D pada ujung tiang ke atas N
2
= nilai SPT pada kedalaman 4D pada ujung tiang ke bawah A
p
= luas tiang m
2
2 Tahanan geser selimut tiang
Q
s
= 2 x N-
SPT
x P x L
i
2.9 Dimana :
N-
SPT
= nilai SPT L
i
= tebal lapisan tanah m P
= keliling tiang m 2. Kapasitas daya dukung pondasi tiang pada tanah kohesif
1 Daya dukung ujung pondasi tiang
Q
p
= 9 x c
u
x A
p
2.10 2
Tahanan geser selimut tiang Q
s
= α x c
u
x P x L
i
2.11 Dimana :
α = koefisien adhesi antara tanah dan tiang c
u
= kohesi undrained kNm
2
c
u
= N
-spt
x
2 3
x 10 2.12
A
p
= luas penampang tiang m
2
P = keliling tiang m L
i
= tebal lapisan tanah m Sumber : Hardiyatmo, 1994
Universitas Sumatera Utara
24 Gambar 2.4 Hubungan antara Kuat Geser c
u
dengan Faktor Adhesi α API, 1987
Dari nilai N yang diperoleh dari uji SPT, dapat diketahui hubungan empiris tanah non-kohesif seperti sudut geser dalam ø, indeks densitas dan berat
isi tanah basah γ
wet
. Hubungan empirisnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel 2.1. Hubungan antara Angka Penetrasi Standar dengan Sudut Geser Dalam dan Kepadatan Relatif pada Tanah Pasir
Angka penetrasi standar, N
Kepadatan Relatif, Dr Sudut geser dalam
ϕ °
– 5 – 5
26 – 30
5 – 10
5 – 30
28 – 35
10 – 30
30 – 60
35 – 42
30 – 50
60 – 65
38 - 46
Das,1995 Tabel 2.2. Hubungan antara N dengan Berat Isi Tanah
Das, 1995
Tanah tidak kohesif
Harga N 10
10-30 30
– 50 50
Berat isi KNm
3
12 – 16
14 - 18 16
– 20 18
– 23 Tanah
kohesif Harga N
4 4 - 15
16 – 25
25 Berat isi
KNm
3
14 – 18
16 - 18 16
– 18 20
Universitas Sumatera Utara
25
2.4.2 Kapasitas Daya Dukung Lateral Tiang Pancang Pondasi tiang terkadang harus menahan beban lateral horizontal, seperti
beban gempa dan beban lainnya. Beban-beban tersebut akan bekerja pada ujung atas kepala tiang. Hal ini akan menyebabkan kepala tiang terdeformasi lateral
dan akan menimbulkan gaya geser pada tiang dan tiang akan melentur sehingga timbul momen lentur.
Gaya geser yang dipikul tiang harus mampu didukung oleh tampang tiang sesuai dengan bahan yang dipakai. Besarnya gaya geser dapat dianggap terbagi
rata ke seluruh tiang. Selain kapasitas dukung tiang perlu juga ditinjau terhadap kapasitas dukung tanah di sekitarnya. Keruntuhan yang mungkin terjadi karena
keruntuhan tiang, dan dapat pula karena keruntuhan tanah di sekitarnya. Selain gaya geser, akibat beban lateral akan menimbulkan momen lentur
pada tiang. Akibat beban lentur ini akan menyebabkan tiang mendesak tanah di sampingnya. Jika tanah cukup keras maka keruntuhan akan terjadi pada tiang
karena kapasitas lentur tiang terlampaui. Sedangkan jika tiang cukup kaku pendek maka keruntuhan yang akan terjadi akibat terlampauinya kapasitas
dukung tanah. Tandoan,Tua:2014 2.4.2.1 Tiang Ujung Jepit dan Tiang Ujung Bebas
Dalam analisis gaya lateral, tiang-tiang perlu dibedakan menurut model ikatannya dengan pelat penutup tiang. Model ikatan tersebut sangat
mempengaruhi kelakuan tiang dalam mendukung beban lateral. Sehubungan dengan hal tersebut, tiang-tiang dibedakan menurut 2 tipe, yaitu :
1. Tiang ujung jepit fixed end pile
2. Tiang ujung bebas free end pile
Universitas Sumatera Utara
26
Tiang ujung jepit didefinisikan sebagai tiang yang ujung atasnya terjepit tertanam dalam pelat penutup kepala tiang. Tiang ujung bebas didefinisikan
sebagai tiang yang bagian atasnya tidak terjepit ke dalam pelat penutup kepala tiang .
2.4.2.2 Tahanan Beban Lateral Ultimit Menentukan tiang berperilaku seperti tiang panjang atau tiang pendek
perlu diketahui faktor kekakuan tiang. Faktor kekakuan tiang dapat diketahui dengan menghitung faktor-faktor kekakuan R dan T. Faktor-faktor tersebut
dipengaruhi oleh kekakuan tiang EI dan kompresibilitas tanah yang dinyatakan dalam modulus tanah K yang tidak konstan untuk sembarang tanah, tapi
tergantung pada lebar dan kedalaman tanah yang dibebani. R =
EI K
4
2.13 Dimana :
K = k
h
. d = k
1
1,5 = modulus tanah k
1
= modulus reaksi subgrade dari Terzaghi E
p
= modulus elastis tiang kgcm
2
I
p
= momen inersia tiang cm
4
d = lebar atau diameter tiang m Nilai-nilai k
1
yang disarankan oleh Terzaghi 1955, ditunjukkan dalam Tabel 2.3. Pada kebanyakan lempung terkonsolidasi normal normally
consolidated dan tanah granular, modulus tanah dapat dianggap bertambah secara linier dengan kedalamannya.
� =
5
2.14
Universitas Sumatera Utara
27
Dengan modulus tanah : k= n
h
z Dan modulus reaksi subgarde horizontal : k
h
=n
h
zd Koefisien variasi modulus n
h
diperoleh Terzaghi secara langsung uji beban tiang dalam tanah pasir yang terendam air. Nilai-nilai n
h
yang disarankan oleh Terzaghi ditunjukkan dalam Tabel 2.4. Dalam tabel tersebut dicantumkan
juga nilai-nilai n
h
yang disarankan oleh Reese dkk 1956. Nilai-nilai n
h
yang lain, ditunjukkan dalam Tabel 2.5. Dari nilai-nilai faktor kekakuan R dan T yang telah
dihitung, Tomlinson 1977 mengusulkan kriteria tiang kaku atau disebut tiang pendek tiang kaku dan tiang panjang tiang tidak kaku yang dikaitkan dengan
panjang tiang yang tertanam dalam tanah L, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2.6. Batasan ini digunakan untuk meghitung defleksi tiang akibat gaya
horizontal.
Tabel 2.3 Hubungan Modulus Subgrade k1 dengan Kuat Geser Undrained untuk Lempung Kaku Terkonsolidasi Berlebihan Overconsolidation
Konsistensi Kaku
Sangat kaku Keras
kohesi undrained c
u
kNm
2
100-200 200-400
˃400 kgcm
2
1 – 2
2 - 4 ˃4
k
1
MNm
3
18 – 36
36 -72 ˃72
kgcm
3
1,80 - 3,60 3,60 - 7,20
˃7,2 k
1
direkomendasikan MNm
3
27 54
˃108 kgcm
3
2,70 5,40
˃10,80
Terzaghi, 1955
Universitas Sumatera Utara
28 Tabel 2.4 Nilai-Nilai n
h
untuk Tanah Granular c = 0
Kerapatan relatif D
r
Tidak padat Sedang
Padat Interval nilai A
100 – 300
300 – 1000 1000 – 2000
Nilai A dipakai 200
600 1500
n
h
, pasir kering atau lembab Terzaghi kNm
3
2425 7275
19400 n
h
, pasir terendam air kNm
3
Terzaghi 1386
4850 11779
Reese dkk 5300
16300 34000
Sumber : Tomlinson, 1977 Tabel 2.5 Nilai-Nilai n
h
untuk Tanah Kohesif
Tanah n
h
kNm
3
Referensi Lempung terkonsolidasi
normal lunak
166 – 3518
Reese dan Matlock 1956 277
– 554 Davisson - Prakash 1963
Lempung terkonsolidasi normal organik
111 – 277
Peck dan Davidsson 1962 111
– 831 Davidsson 1970
Gambut
55 Davidsson 1970
27,7 – 111
Wilson dan Hilts 1967
Loss
8033 – 11080
Bowles 1968 Sumber : Hardiyatmo, 2011
Tabel 2.6 Kriteria Pondasi Tiang Pendek dan Pondasi Tiang Panjang
Tipe Tiang Modulus Tanah K
Bertambah Dengan Kedalaman Modulus Tanah K
Konstan Kaku
L 2T L 2R
Tidak Kaku L 4T
L 3,5R
Sumber : Tomlinson, 1977
2.4.2.3 Metode Broms 1.
Tiang Dalam Tanah Kohesif Tahanan tanah ultimit tiang yang terletak pada tanah kohesif atau
lempung �=0 bertambah dengan kedalamannya dari 2c
u
dipermukaan tanah sampai 12c
u
pada kedalaman kira-kira 3 kali diameter tiang. Broms 1964 mengusulkan cara pendekatan sederhana untuk mengestimasi
Universitas Sumatera Utara
29
distribusi tekanan tanah yang menahan tiang dalam lempung. Yaitu, tahanan tanah dianggap sama dengan nol di permukaan tanah sampai
kedalaman 1,5 kali diameter tiang 1,5d dengan konstan sebesar 9c
u
untuk kedalaman yang lebih besar dari 1,5d tersebut. Hal ini dianggap sebagai
efek penyusutan tanah. a.
Tiang ujung bebas Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas untuk tiang panjang tiang
tidak kaku dan tiang pendek tiang kaku diperlihatkan dalam Gambar 2.5. Untuk tiang panjang, tahanan tiang terhadap gaya lateral akan
ditentukan oleh momen maksimum yang dapat ditahan tiangnya sendiri M
y
. Untuk tiang pendek, tahanan tiang terhadap gaya lateral lebih ditentukan oleh tahanan tanah disekitar tiang.
a
b
Gambar 2.5. Mekanisme Keruntuhan Pondasi a Tiang Panjang dan b Tiang Pendek pada Tiang Ujung Bebas Dalam Tanah Kohesif Hardiyatmo, 2011
Universitas Sumatera Utara
30
Pada gambar di atas, f mendefinisikan letak momen maksimum, sehingga dapat diperoleh :
f = H
u
9c
u
.d
2.15
M
maks
= H
u
e + 1,5d + 0,5f
2.16
Momen maksimum dapat pula dinyatakan dengan persamaan : M
maks
= 9 4
d × g
2
×
c
u
2.17
Dan L = 3d2 + f + g
2.18
Sumber : Hardiyatmo, 2002 Karena L = 3d2 + f + g, maka nilai H
u
didapat dari persamaan diatas, yaitu:
H
u
= 9c
u
x d L − g − 1,5d
2.19
a b Gambar 2.6 Tahanan Lateral Ultimit Tiang Dalam Tanah Kohesif a Pondasi Tiang
Pendek, b Pondasi Tiang Panjang Hardiyatmo,2011
Grafik diatas berlaku untuk tiang pendek, bila tahanan momen maksimum tiang M
y
M
maks
dan untuk tiang panjang M
y
M
maks
, maka H
u
Universitas Sumatera Utara
31
diperoleh dari Persamaan 2.19 dengan M
maks
=M
y
. Penyelesaian persamaan diplot ke grafik hubungan antara M
y
c
u
d
3
dan H
u
c
u
d
2
pada Gambar 2.6. b.
Tiang Ujung Jepit Perubahan model keruntuhan sangat ditentukan oleh tahanan momen
bahan tiangnya sendiri M
y
. Broms menganggap bahwa momen yang terjadi pada tubuh tiang yang tertanam di dalam tanah sama dengan momen yang
terjadi diujung atas tiang yang terjepit oleh pelat penutup tiang pile cap. Mekanisme keruntuhan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.7.
a b
Gambar 2.7 Mekanisme Keruntuhan Pondasi a Tiang Pendek b Tiang Panjang pada Tiang Ujung Jepit Dalam Tanah Kohesif Hardiatmo,2011
Untuk tiang pendek, dapat dihitung tahanan tiang ultimit terhadap beban lateral :
H
u
= 9c
u
d L –g – 1,5d
2.20
M
maks
= H
u
0,5L + 0,75d
2.21
Dimana : H
u
= beban lateral kN d = diameter tiang m
c
u
= kohesi tanah kNm
2
Universitas Sumatera Utara
32
L = panjang tiang m
g = jarak dari lokasi momen maksimum sampai dasar tiang m
Nilai-nilai H
u
dapat diplot dalam grafik hubungan Ld dan H
u
c
u
d
2
ditunjukkan pada Gambar 2.6. Untuk tiang panjang, dimana tiang akan mengalami keluluhan ujung atas yang terjepit, H
u
dicari dengan persamaan di bawah dan Nilai-nilai H
u
yang diplot dalam grafik hubungan M
y
c
u
d
3
dan H
u
c
u
d
2
ditunjukkan pada Gambar 2.6.
H
u
=
2M
y
1,5D+0,5f
2.22 2.
Tiang dalam tanah granular non-kohesif a. Tiang ujung jepit
Model keruntuhan untuk tiang-tiang pendek kaku. keruntuhan tiang berupa translasi, beban lateral ultimit dinyatakan oleh :
H
u
= 1.5 d ɣ L
2
K
p
2.23 M
max
=
2 3
H
u
∙L = B ɣ L
3
K
p
2.24 Lokasi momen maksimum :
f=0,82
H
u
d∙K
p
∙γ
2.25 Momen leleh :
M
y
= 0,5γ∙d∙L
3
∙K
p
- H
U
∙L 2.26
Dimana : d = diameter tiang m
γ = berat isi tanah Tonm
3
L = panjang tiang m K
p
= koefisien tanah pasif
Universitas Sumatera Utara
33 a
b Gambar 2.8 Mekanisme Keruntuhan Tiang Ujung Jepit a Tiang Pendek
b Tiang Panjang pada Tanah Non-Kohesif
Kapasitas lateral tiang H
u
juga dapat diperoleh secara grafis. H
u
diperoleh dari Gambar 2.9. Nilai H
u
yang diperoleh dari grafik tersebut harus mendekati nilai H
u
yang dihitung secara manual pada Persamaan 2.23 dan 2.24. Sedangkan untuk tiang ujung jepit yang tidak kaku tiang panjang,
dimana momen maksimum mencapai M
y
di dua lokasi M
u
+ = M
u
- maka H
u
dapat diperoleh dari persamaan : H
u
=
2M
y
e+
2f 3
2.27
f=0,82
d∙K
p
∙γ
2.28 Persamaan 2.28 disubstitusi ke Persamaan 2.27, sehingga nilai H
u
: Hu =
2M
y
+0,54
Hu γdKp
2.29
Dimana : H
u
= beban lateral kN K
p
= koefisien tekanan tanah pasif = tan
2
45
o
+ ø2
Universitas Sumatera Utara
34
M
y
= momen ultimit kN-m d
= diameter tiang m f
= jarak momen maksimum dari permukaan tanah m �
= berat isi tanah kNm
3
e = jarak beban lateral dari permukaan tanah m = 0
Sumber : Hardiyatmo, 2002
a b
Gambar 2.9 Tahanan Lateral Ultimit Tiang Dalam Tanah Granular a Tiang Pendek b Tiang Panjang Hardiatmo,2011
b. Tiang ujung bebas Hitungan kapasitas lateral tiang ujung bebas H
u
dapat dihitung dengan persamaan :
H
u
=
0,5 γdL
3
K
p
e+L
2.30 Momen maksimum terjadi pada jarak f di bawah permukaan tanah
sehingga : H
u
= 1,5γ d K
p
f
2
2.31
Universitas Sumatera Utara
35
Lokasi momen maksimum :
f = 0,82
H
u
d K
p
γ
2.32 Sehingga persamaan momen maksimum yaitu:
M
maks
= H
u
e + 2f3 2.33
Dimana: d
= diameter tiang m γ
= berat isi tanah Tonm
3
L = panjang tiang m
K
p
= koefisien tanah pasif
a b
Gambar 2.10 Mekanisme Keruntuhan Pondasi Tiang Ujung Bebas a Tiang Pendek b Tiang Panjang Hardiatmo,2011
Universitas Sumatera Utara
36 Tabel 2.7 Klasifikasi Tiang Pancang Bulat Berongga
Sumber : PT WIKA Beton
Outside Diameter
mm Unit
weight Kgm
Class Panjang
Tiang m dan
Diesel Hammer
Concrete Cross
Section cm
2
Section Modulus
m
3
Momen Lentur ton m
Allowable Axial Load
ton Retak
Batas 300
115 A2
6-15 k-13
452 2368,70
2,50 3,75
72,60 A3
2389,60 3,00
4,50 70,75
B 2431,40
3,50 6,30
67,50 C
2478,70 4,00
8,00 65,40
350 145
AI 6-15
K-13K- 25
582 3646,00
3,50 5,25
93,10 A3
3693,90 4,20
6,30 89,50
B 3741,70
5,00 9,00
86,40 C
3787,60 6,00
12,00 85,00
400 195
A2 6-16
K-25K- 35
765 5481,60
5,50 8,25
121,10 A3
5537,40 6,50
9,75 117,60
B 5591,30
7,50 13,50
114,40 C
5678,20 9,00
18,00 111,50
450 235
A1 6-16
K-35 929
7591,60 7,50
11,25 149,50
A2 7655,60
8,50 12,75
145,80 A3
7717,10 10,00
15,00 143,90
B 7783,80
11,00 19,80
139,10 C
7929,00 12,50
25,00 134,90
500 290
A1 6-16
K-35K- 45
1159 10506,00
10,50 15,75
185,30 A2
10579,30 12,50
18,75 181,70
A3 10653,50
14,00 21,00
178,20 B
10727,80 15,00
27,00 174,90
C 10944,60
17,00 34,00
169,00
600 395
A1 6-16
K-45 1570
17482,80 17,00
25,50 252,70
A2 17577,70
19,00 28,50
249,00 A3
17792,70 22,00
33,00 243,20
B 17949,60
25,00 45,00
238,30 C
18263,40 29,00
58,00 229,50
Universitas Sumatera Utara
37
2.5 Pile Cap