Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Hasil

29 sampai hilir. Peningkatan aktivitas pascapanen dan pengolahan akan meningkatkan eisiensi kerja, kualitas dan nilai tambah dari produk yang dihasilkan dan dapat diukur dari bertambahnya volume komoditas yang diolah, bertambahnya jumlah dan jenis usaha pascapanen dan pengolahan produk, meningkatnya penggunaan alat dan mesin pascapanen dan pengolahan. Pengembangan agroindustri tanaman pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi mulai dari aspek budidaya on-farm, pascapanen hingga pengolahan off-farm dan pemasaran. Semua aspek tersebut dilakukan dalam suatu aktivitas yang saling terkait antara seluruh komponen pendukung mulai dari hulu kontinuitas pasokan bahan baku sampai hilir pengolahan dan akses pemasaran. Pada saat ini penanganan pascapanen maupun pengolahan hasil tanaman pangan masih belum dilaksanakan secara optimal, sehingga membutuhkan adanya sentuhan dan perbaikan teknologi dengan turut memperhatikan segi efektivitas, eisiensi, mutu dan pasar. Untuk mendukung perbaikan teknologi tersebut Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan melalui dana APBN tahun 2016 telah mengalokasikan fasilitasi sarana pascapanen dan fasilitasi sarana pengolahan hasil tanaman pangan.

3.2. Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil

Pengelolaan pemanfaatan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan agar dapat berjalan secara optimal harus memperhatikan beberapa aspek penting yaitu aspek operasional sarananya, manajemen, maupun struktur kelembagaannya. 30 Pengelolaan pemanfaatan bantuan sarana adalah sebagai berikut : 1. KelompoktaniGapoktanUPJALembaga MasyarakatPemda a. KelompoktaniGapoktanUPJALembaga Masyarakat harus mempunyai struktur organisasi yang dilengkapi uraian tugas dan fungsi secara jelas dan disepakati semua anggota. b. Kepemilikan alat dan sarana adalah milik Kelompoktani GapoktanUPJALembaga Masyarakat bukan milik perorangan dan dioperasionalkan oleh Kelompok tani GapoktanUPJALembaga Masyarakat. c. Mekanisme dan tata hubungan kerja antar anggota Kelompok taniGapoktanUPJALembaga Masyarakat disusun secara partisipatif. d. Proses pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarahmufakat dan dituangkan dalam berita acara atau risalah rapat yang ditandatangani oleh pengurus dan diketahui oleh unsur pembina atau instansi terkait. e. Anggota melakukan pengawasan terhadap pengembangan usaha Kelompoktani GapoktanUPJA Lembaga Masyarakat. f. Pengembangan KelompoktaniGapoktanUPJALembaga Masyarakat diarahkan untuk menuju terbangunnya lembaga ekonomi seperti koperasi atau unit usaha berbadan hukum lainnya. g. Bersedia untuk mendukung panen serempak dan percepatan panen. 31 2. Pemerintah Daerah a. Brigade agar dilengkapi dengan struktur organisasi pengelolaan brigade. b. Pengelolaan brigade harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. c. Pengelolaan brigade dilaksanakan oleh Dinas Pertanian bersama-sama dengan Instansi Terkait untuk mendukung kelancaran penerapan panen serempak dalam rangka pelayanan kepada petanikelompok tani yang membutuhkan layanan penggunaan sarana panen dengan mempertimbangkan keberadaan sarana di daerah tersebut. d. Operasional pemanfaatan sarana dibebankan kepada pengguna jasa KelompoktaniGapoktanUPJALembaga Masyarakat. e. Brigade wajib melakukan pemeliharaan atau perawatan sarana secara regular, sehingga kondisi sarana selalu terawat dengan baik. Hasil akhir yang diharapkan dengan dilakukannya pengelolaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan adalah: 1. Penerima bantuan sarana mampu mengoptimalkan pemanfaatan sarana dalam penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi kelompok untuk pengembangan usaha.