4. KELEMBAGAAN RENCANA STRATEJIK DEPARTEMEN KEHUTANAN 2001 2005

Sedangkan produksi non kayu belum menunj ukkan kont ribusi yang besar bagi perkembangan perekonomian, sebagai cont oh produksi hasil hut an non kayu pada 5 t ahun t erakhi r masih relat if kecil. Di sisi lain produk j asa yang dapat dihasilkan dari ekosist em hut an sepert i air, udara bersih, keindahan al am dan kapasit as asimilasi lingkungan mempunyai manf aat yang besar sebagai penyangga kehidupan dan mampu mendukung sekt or ekonomi lainnya. Sebagian besar produk j asa t ersebut t ergolong kedalam manf aat yang int angible. Berdasarkan hasil penelit ian, nilai ekonomi j asa j auh lebih besar dari nilai produk kayu. Namun produksi ini di Indonesia belum berkembang sepert i yang diharapkan. Dat a pemanf aat an j asa sepert i wisat a alam, memperlihat kan j uml ah kunj ungan wisat awan ke Taman Nasional pada t ahun 2001 sebanyak 741. 220 orang sedangkan pengunj ung ke kawasan konservasi t ercat at sebanyak lebih dari 3. 344. 696 orang pada t ahun yang sama. Walaupun ada peningkat an permint aan t erhadap produk non kayu dan j asa sepert i air, wisat a dan lain-lain, namun sampai saat ini sist em pemanf aat annya belum diupayakan secara maksimal. Hal t ersebut ant ara lain disebabkan masih t erf okusnya sist em pemanf aat an hut an pada produk kayu. Pemanf aat an di Hut an Lindung j uga belum dil akukan secara nyat a, yang dilakukan sebat as pada kegiat an rehabilit asi yang di laksanakan dengan sumber dana dalam dan luar negeri. Sedangkan kegiat an di luar kawasan HL yang dapat mendukung kelest arian HL ant ara lain dilaksanakan melalui program penghij auan, HKM, HR, dan pengendalian perladangan berpindah.

2. 4. KELEMBAGAAN

Dalam t at aran organisasi penerapan ot onomi daerah menyebabkan organisasi Depart emen Kehut anan mengalami banyak perubahan baik dari sisi t at a hubungan kerj a pusat -daerah sert a t erput usnya komunikasi pusat -daerah dengan dit iadakannya dekonsent rasi. Penit ik-berat an ot onomi daerah di t ingkat Kabupat en Kot a mengakibat kan pol a hubungan menj adi Pusat -Propinsi-Kab Kot a dalam proses pengurusan hut an. Perbedaan persepsi dalam penerapan ot onomi daerah t elah menimbul kan kerancuan-kerancuan khususnya yang berkait an dengan kewenangan Pusat -Propinsi-Kab Kot a. Kerancuan t ersebut t elah menimbulkan t erj adinya tumpang tindih dan atau kevakuman pelaksanaan t ugas dan f ungsi ant ara Pusat -Propinsi-Kab Kot a. Cont oh kasus, ant ara l ain: t idak berj alannya f ungsi penat agunaan dan pemanf aat an hut an sert a penyuluhan kehut anan, lemahnya pengendalian peredaran hasil hut an, pembent ukan Unit Pelaksana Teknis UPT Daerah yang t ugas pokok f ungsinya mirip UPT Pusat . Saat ini Depart emen Kehut anan hanya mempunyai t angan langsung di daerah berupa UPT yait u: Balai Pengelol aan DAS 31; Balai Pemant apan Kawasan Hut an 11; Balai Konservasi Sumberdaya Alam 32, Balai Taman Nasional 33, Balai Sert if ikasi Penguj i Hasil Hut an 17, Balai Lit bangTeknologi DAS 2, Balai Lit bang Hut an Tanaman 2, Balai Lit bang Kehut anan 8, Balai Persut eraan Alam 1, Balai Teknologi Perbenihan 1, Balai Diklat Kehut anan 7, Balai Perbenihan dan Tanaman Hut an 6. Sumberdaya manusia di Depart emen Kehut anan Pusat dan Daerah berj umlah 47. 993 personil. Dit inj au dari l at ar belakang pendidikannya, 66, 8 berl at ar belakang pendidikan SLTA. Dari j umlah t ot al personil kehut anan hanya 34 yang berpendidikan t eknis, dimana 32 diant aranya berpendidi kan sarj ana kehut anan, sedangkan st rat a 2 dan 3 t ercat at sebesar 1, 8. Selain it u t erj adi pul a ket impangan alokasi sumberdaya manusia yang umumnya t erkonsent rasi di pusat . Dari st at ist ik SDM di at as, dan j ika dibandingkan dengan luas kawasan yang dikelola sert a kompleksnya f ungsi yang diemban, maka j umlah dan kualit as SDM perlu dit ingkat kan. Ket ersediaan SDM yang ada masih disert ai dengan t ingkat pelayanan aparat kehut anan kepada masyarakat yang rendah, hal ini dit unj ukkan dengan belum t ert anganinya pelayanan dan t unt ut an masyarakat diselesaikan secara t epat wakt u. Pada t ahun 2002 t ercat at bahwa pengusahaan hut an oleh swast a di Indonesia menyerap t enaga kerj a swast a sebanyak sekit ar 50 ribu orang, BUMN sekit ar 20 ribu orang PT. Perhut ani 16 ribu orang, Inhut ani I s d V 4 ribu orang, dan j uml ah masyarakat yang menggant ungkan kehidupannya secara langsung dari sekt or kehut anan diperkirakan sekit ar 30 j ut a orang. Upaya-upaya penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat yang selama ini dil akukan belum memberikan dampak posit if yang diharapkan, sehingga walaupun disadari banyak masyarakat t ergant ung pada keberadaan hut an, namun dirasakan t ingkat part isipasi masyarakat dalam upaya-upaya mendukung pembangunan kehut anan belum t erlihat nyat a. Dalam hal perat uran pendukung pelaksanaan pembangunan kehut anan, sekt or kehut anan bergerak dipayungi ol eh perat uran perundangan ant ara lain: UU Nomor 41 t ahun 1999 t ent ang Kehut anan yang merupakan penyempurnaan UU No. 5 t ahun 1967, UU No. 22 t ahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah, UU No. 25 t ahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, UU Nomor 12 Tahun 1992 t ent ang Sist em Budidaya Tanaman. UU No. 24 t ahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang, UU No. 5 t ahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan Ekosist emnya sert a berbagai perat uran pendukung lainnya t ermasuk inst rumen pengelolaan sumberdaya hut an. Hingga saat ini Depart emen Kehut anan t elah menerbit kan beberapa perat uran perundangan sebagai penj abaran UU No. 41 t ahun 1999, yait u ant ara l ain: • PP. No. 34 t ahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an, dan Penggunanaan Kawasan Hut an • PP No. 35 Tahun 2002 t ent ang Dana Reboisasi, PP No. 63 t ahun 2002 t ent ang Hut an Kot a • PP No. 63 t ahun 2002 t ent ang Hut an Kot a • Selain it u t elah t erbit beberapa Kepmenhut unt uk mendukung Pelaksanaan PP t ersebut . Selain it u saat ini sedang diproses beberapa RPP lain sebagai penj abaran dari UU No. 41 t ersebut ant ara l ain: RPP Perencanaan Kehut anan, RPP t ent ang Hut an Adat , RPP t ent ang Rehabilit asi Hut an. Dari sisi implement asi perat uran perundangan t elah dilakukan penegakan hukum ant ara lain mel alui upaya-upaya pengawasan dan pengendalian yang dilakukan secara reguler maupun khusus, namun belum menunj ukkan hasil penegakan hukum yang nyat a. Disamping perat uran perundangan, dukungan rencana-rencana kehut anan sangat diperlukan unt uk mensinkronkan pel aksanaan kegiat an-kegiat an pembangunan yang akan dirancang. Sampai saat ini proses penyusunan rencana kehut anan masih belum berj alan sebagimana yang diharapkan, ant ara lain dit unj ukkan dengan: t ersendat nya penyelenggaraan proses NFP, belum adanya sist em perencanaan yang diacu bersama, belum adanya rencana kehut anan j angka panj ang, dll. Di bidang IPTEK, sampai saat ini IPTEK belum sepenuhnya dapat berperan at au dimanf aat kan dalam pembangunan kehut anan. Banyak pihak masih belum merasakan manf aat dari produk kegiat an Lit bang, meskipun berbagai t eknologi dan kebij akan kehut anan t elah dihasilkan. Dalam hubungan int ernasional, Indonesia mempunyai komit men sehubungan dengan pengelol aan hut an, ant ara lain hasil-hasil KTT Bumi sepert i Konvensi Perubahan Iklim besert a Kyot o Prot okol, Konvensi Penggurunan, Deklarasi Rio, Agenda 21, dan Principles on Forest s, maupun perj anj ian lainnya sepert i Konvensi Perdagangan Flora dan Fauna Langka Dunia CITES, Konvensi Lahan Basah Ramsar, kesepakat an perdagangan int ernasional WTO, Ecolabel ling dan sert if ikasi dan sebagainya unt uk diacu dal am melaksanakan pembangunan. Kesepakat an-kesepakat an t ersebut berpengaruh t erhadap prakt ek pengel ol aan sumberdaya hut an. Dalam kait annya dengan not a kesepahaman dengan lembaga Monet er Int ernasional IMF, sert a Consult at ive Group on Indonesia CGI perlu dicat at pula adanya komit men pemerint ah Indonesia cq. Depert emen Kehut anan yang menyangkut pembangunan kehut anan.

3. KONDISI YANG DIINGINKAN